Anda di halaman 1dari 50

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bronkitis

1. Pengertian

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran

udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada

akhirnya akan sembuh sempurna (Suryo 2010, Marni 2014).

Sedangkan menurut Rahajoe (2012) bronkitis merupakan suatu infeksi

saluran pernapasan yang menyebabkan inflamasi yang mengenai

trakea, bronkus yang bermanifestasi sebagai batuk.

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa bronkitis merupakan suatu infeksi yang berada di saluran

pernapasan yang menyebabkan inflamasi pada bronkus dan trakea

yang penyebab utamanya adalah virus

5
6

2. Etiologi

Terdapat beberapa penyebab terjadinya bronkitis menurut

Rahajoe (2018) antara lain sebagai berikut :

a. Virus

Bronkitis dapat disebabkan oleh virus sepertti :

1) Rhinovirus,

2) SVR (Respiratory Syncyial Virus)

3) Virus influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, viirus

rubeola

4) Paramyxoviru

5) Zat iritan asam lambug

b. Bakteri

Jumlah bronkitis akut bakterial jauh lebih sedikit daripada

bronktis akut viral. Invasi bakteri ke bronkus dapat merupakan

infeksi sekunder setelah terjadi kerusakan permukaan mukosa

oleh virus sebelumnya. Bakteri penyebab bronkitis antara lain :

1) Staphylococcus aureus

2) Staphylococcus pnemoniac

3) Haemopjhilus influenza
7

c. Faktor Lingkungan

Karena terpaparnya polusi udara yang terus menerus seperti

asap rokok, perubahan cuaca dan asap kendaraan.

3. Klasifikasi

Klasifikasi bronkitis dibagi menjadi dua :

a. Bronkitis akut

Bronkitis akut merupakan suatu infeksi saluran

pernapasan akut bawah. Ditandai dengan awitan gejala yang

mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronkitis jenis ini,

inflamasi pada bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus

atau bakteri, dan kondisinya diperparah oleh pemaparan terhadap

iritan seperti asap rokok, udara kotor, debu, serta asap kimiawi

(Rahajoe, 2018).

b.Bronkitis kronis

Bronkitis kronis tandai dengan gejala yang berlangsung

lama (tiga bulan dalam saetahun selama dua tahun berturut-turut).

Pada bronkitis kronis peradangan bronkus tetap berlanjut selama

beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada aliran udara

yang normal di dalam bronkus (Huda & Kusuma 2016).


8

4. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada bronkitis akut menurut Huda &

Kusuma (2016) biasanya batuk, terdengar ronkhi, suara yang berat

dan kasar, wheezing, menghilang dalam 10-14 hari, demam, produksi

sputum. Kemudian untuk tanda dan gejala bronkitis kronis yaitu

batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab, sering

mengalami infeksi saluran napas (seperti pilek atau flu) yang disertai

dengan batuk, gejala bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu, demam

tinggi, sesak napas jika saluran tersumbat, produksi dahak bertambah

banyak berwarna kuning atau hijau.

5. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pernapasan manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu

pernapasan bagian atas dan pernapasan bagian bawah. Pernapasan

bahian atar terdiri dari hidung sampai faring, pernapasan bagian bawah

terdiri dari laring sampai dengan alveolus (Rahajoe, 2018). Fungsi

utama dari pernapasan adalah mengikat oksigen dan melepaskan

karbondioksida dan terjadi antara atmosfer, darah dan sel dalam fase

yang berbeda (Chalik, 2016).


9

Gambar 2.1 Anatomi sistem pernapasan dikembangkan dari anatomi


fisiologi, Devi (2019)
10

a. Anatomi

Anatomi menurut Devi (2019), sistem respirasi dibentuk

oleh saluran napas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura)

dan rongga dada yang melindunginya. Pada rongga dada terdapat

juga jatung, rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh

diafragma.

1) Hidung

Hidung adalah saluran yang pertama dilewati udara,

mempunyai dua lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di

dalam terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring

udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam

lubang hidung. Hidung memberikan kelembapan dan

pemanasan udara pernapasan sebelum masuk ke nasofaring.

Rongga hidung adalah saluran primer ketika bernapas, ketika

bernapas menggunakan pernapasan hidung terdapat tahanan

sebesar lebih dari 50% dari seluruh tahanan pada saluran

respiratori (Devi, 2019 dan Rahajoe, 2018).

2) Faring

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan

napas dan jalan makan, terdapat di bawah dasar tengkorak ,

di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas

tulang leher. Faring berfungsi membawa udara antara rongga


11

hidung dan laring sebagai filter, penghangat, dan

melembabkan udara yang dihirup. Di bawah selaput lendir

terdapat jarigan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel

getah bening. Perkumpulan getah bening ini disebut adenoid.

Di sebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari

faring. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi

menutup laring pada waktu menelan (Devi, 2019 dan Chalik,

2016).

3) Laring

Laring merupakan saluran udara dan bertindak

sebagai pembentukan suara yang dihasilkan oleh pita suara

dan mencegah objek masuk trakea. Laring dilapisi oleh

selaput lendir, kecuali pita suara di bagian epiglotis yang

dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Proses pembentukan

suara merupakan hasil kerjasama antara rongga mulut,

rongga hidung, laring, lidah dan bibir (Chalik, 2016 dan Devi,

2019).

4) Trakea

Trakea adalah bagian dari saluran pernapasan yang

berbentuk menyerupai pipa serta memanjang dan merupakan

lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang

terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku


12

kuda. Sebelah dalam dilapisi oleh selaput lendir yang berbulu

getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar.

Trakea terbagi menjadi dua bronkus utama, yaitu bronkus

utama kanan dan bronkus utama kiri. Bagian yang

memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut

karina (Devi, 2019 dan Rahajoe 2018).

5) Bronkus

Bronkus terbagi menjadi kanan dan kiri, bronkus

lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 lobus).

Bronkus kiri memiliki rongga yang lebih sempit dan

horizontal dibandingkan bronkus kanan. Hal ini

menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke paru kanan

daripada paru kiri. Bronkus kemudian akan bercabang

menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut bronkiolus

(Rahajoe, 2018 dan Devi, 2019).

a) Bronkiolus

Bronkus bercabang-cabang menjadi bronkiolus.

Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang

memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak

terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.

Bronkiolus dilapisi oleh epitel bersilia tetapi tidak


13

mengandung kelenjar dan tidak mengandung jaringan

tulang rawan (Rahajoe, 2018 dan Devi, 2019).

b) Bronkiolus terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi

bronkiolus terminalis (yang mempunyai kelenjar lendir

dan silia) (Devi, 2019).

c) Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi

bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori dianggap

sebagai saluran transisional antara lain jalan napas

konduksi dan jalan pertukaran gas (Devi, 2019).

d) Duktus alveolar dan sakus alveolar

Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke

dalam duktus alveolar dan sakus alveolar, kemudian

menjadi alveoli (Devi, 2019).

6) Alveoli

a) Bronkiolus berakhir pada suatu struktur yang menyerupai

kantung, dikenal dengan nama alveolus. Alveolus

merupakan tempat pertukaran oksigen dan

karbondioksida yang terdiri dari lapisan epitel dan

matriks ekstraseluler yang dikelilingi pembuluh darah


14

kapiler, setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus

yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70

m2 (Devi, 2019 dan Rahajoe, 2018).

7) Paru-paru

Paru-paru adalah organ elastis berbentuk kerucut,

terletak dalam toraks. Paru-paru memiliki dua bagian, kedua

paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung

dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai

apeks dan basis, paru kanan mempunyai ukuran lebih besar

dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interloaris. Paru kiri

berukuran lebih kecil dari paru kanan dan terbagi menjadi 2

lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa

segmen sesuai dengan segmen bronkusnya (Devi, 2019).

8) Pleura

Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen

dan jaringan elastis. Terbagi menjadi pleura perietalis yaitu

yang melapisi rongga dada dan pleura viseralis yaitu yang

menyelubungi satiap paru-paru (Devi, 2019).

Pleura di dalamnya terdapat rogga yang berisi cairan

tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua

permukaan itu bergerak selama pernapasan. Juga untuk

mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan


15

dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, hal

ini untuk mencegah kolaps paru-paru (Devi, 2019).

6. Fisiologi

Pernapasan adalah suatu peristiwa dimana tubuh kita

kekurangan oksigen, dan menghirup oksigen dari udara luar tubuh

melalui organ-organ pernapasan, dan pada saat tubuh kelebihan

karbodioksida, maka tubuh berusaha mengeluarkan CO2, dengan cara

menghembuskan napas (Marni, 2014). Tujuan Respirasi adalah

memberikan oksigen ke jaringan dan membuang karbondioksida

(Rahajoe, 2018).

Sistem pernapasan terbagi menjadi tiga tahap untuk

memenuhi kebutuhan oksigenasi, yaitu ventilasi, difusi dan

transportasi.

a. Ventilasi

Ventilasi adalah proses dimana terjadi pertukaran

oksigen dari atmosfer kedalam alveoli dan sebalikya, dari alveoli

ke atmosfer.

Ventilasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

1) Faktor pertama, adanya perbedaan tekanan antara atmosfer

dengan paru. Semakin tinggi tempat, maka tekanan udara


16

semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah

tempat, maka tekanan udara semakin tinggi.

2) Faktor kedua, kemampuan thoraks dan paru pada alveoli

dalam melaksanakan ekspansi.

3) Faktor ketiga, jalan napas yang dimulai dari hidung sampai

alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya

sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, terjadinya

rangsangan simpatisdapat menyebabkan relaksasi, sehingga

bisa terjadi vasodilatasi.

4) Faktor keempat, kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan

kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau

penyempitan.

5) Faktor kelima, adaya reflek batuk dan muntah, peran mukus

siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung

interveron dapat mengikat virus.

6) Faktor keenam, kompliance dan recoil yaitu kemampuan

paru untuk berkembang yang dapat dipengaruhi surfaktan

yang terdapat pada lapisan alveoli, berfungsi menurunkan

tegangan permukaan dan masih ada sisa udara sehingga tidak

terjadi kolaps.

(Rahajoe 2018 dan Marni 2014)


17

b. Difusi gas

Difusi gas merupakan pertukaran oksigen alveoli dengan

kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli dan merupakan

pergerakan molekul secara acak. Faktor yang mempengaruhi

difusi gas yaitu :

1) Luas permukaan paru

2) Tebal membran respirasi

3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 dari alveoli masuk ke

dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli

lebih tinggi dai tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis dan

PCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke alveoli

4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus atau saling

mengikat Hb

(Devi 2019 dan Rahajoe 2018).

c. Transportasi gas

Transportasi gas adalah transportasi antara O2 kapiler

menuju jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh menuju kapiler.

Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb

membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%).

Kemudian transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb

membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam


18

plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada

darah (65%) (Rahajoe, 2018).

7. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Utama (2018), serangan bronkitis akut

dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali

sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya virus

merupakan awal dari serangan bronkitis akut pada infeksi saluran

napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkitis kronis jika

pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama

kurang lebih 3 bulan dalam 1 tahun atau paling sedikit dalam 2 tahun

berturut-turut.

Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen

infeksi maupun noninfeksi (terutama rokok). Iritan akan

menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan

fase dilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak

seperti emfisema, bronkitis lebih mempengaruhi jalan napas kecil dan

besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkitis aliran udara

masih memungkinkan tidak mengalami hambatan. Pasien dengan

bronkitis kronis akan mengalami :

a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkus

besar sehingga meningkatkan produksi mukus

b. Mukus lebih kental


19

c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme

pembersihan mukus

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang

disebut mucocillliary denfence yaitu sistem penjagaan paru-paru yang

dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkitis akut,

sistem ini mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang

infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi

hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.

Infeksi juga menyebabkan dinding bronkial meradang, menebal, dan

mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding

bronkial dan mukus yang dihasilkan kelenja mukus dalam jumlah

banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan

mempersempit saluran udara besar. Bronkitis kronik mula-mula

hanya mempengaruhi bronkus besar, namun lambat laun akan

mempengaruhi seluruh saluran napas.. mukus yang kental dan

pembesaran mukus akan mengobstuksi jalan napas terutama selama

ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara

terperangkap pada bagian distal paru-paru. Obstruksi ini

menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis.

Pasien mengalami kekurangan O2 jaringan dari ratio ventilasi perrfusi

abnormal timbul, dimana terjadi PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat

meningkatkan nilai PCO2 , sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai


20

kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi

eritrosit berlebihan).

Pada saat penyakit bertambah parah sering ditemukan

produksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi

pulmonary. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV

dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak

ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuju

penyakit cor pumonal dan CHF (Congestive Heart Failure) .


21

8. Pathway

Gambar 2.2 Pathway bronkitis dikembangkan dari Huda & Kusuma (2016)
22

9. Komplikasi

Komplikasi bronkitis yang sering muncul menurut Marni

(2014) dan Aziz (2013) sebagai berikut :

a. Sinusitis,

b. Pnemonia

c. Otitis media

d. Bronkhiektasis

e. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

f. Gagal napas

g. Apnea

10. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan pada bronkitis menurut Marni (2014) adalah

sebagai berikut :

a. Lakukan fisioterapi dada untuk mengeluarkan mukus dari saluran

pernapasan

b. Ajarkan pada anak yang sudah mengerti tentang apa yang harus

dilakukan saat terjadi batuk, yaitu dengan cara batuk efektif agar

mukus yang terdapat dalam saluran napas dapat dikeluarkan

karena jika tidak dikeluarkan akan merangsang batuk lagi.


23

c. Pemberian pendidikan kepada keluarga untuk meminimalkan

pejanan pada polutan.

d. Pemberian terapi nebulizer sebagai tindakan lanjut untuk

membantu mengeluarkan mukus.

e. Pemberian obat anti inflamasi kortikosteroid

f. Pemberian antibiotik jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri

g. Pemberian obat penurun panas jika terjadi demam

h. Menjaga asupan makan pada anak, banyak minum terutama dari

sari buah

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang sering dilakukan pada anak dengan

penyakit ini adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

rontgen. Pemeriksaan laboratorium akan didapatkan data terjadinya

peningkatan leukosit, sedangkan pada pemeriksaan rontgen akan

didapatkan hasil yang signifikan, biasanya hanya tampak hyperemia,

perlu dilakukan pemeriksaan kultur sputum jika pengobatan yang

diberikan tidak ada perkembangan (Marni , 2014).

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling

berhubungan dengan dan berkelanjutan pada masa bayi dan masa

kanak-kanak. Pertumbuhan merujuk pada peningkatan ukuran fisik.


24

Perkembangan adalah proses berurut yang selama proses tersebut bayi dan

ana-anak memperoleh berbagai keterampilan dan fungsi (Kyle dan

Carman, 2015).

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

Bayi menunjukkan peningkatan yang fenomenal pada

keterampilan motorik kasar dan halus mereka selama 12 bulan

pertama kehidupan. Keterampilan motorik kasar berkembang dalam

cara sefalokaudal (dari kepala ke ekor). Bayi belajar untuk

mengangkat kepala sebelum belajar berguling dan duduk.

Keterampilan motorik halus berkembang dalam proksimodistal (dari

pusat ke perifer), kepalan tangan bayi menggenggam dalam cara

seluruh tangan dan akhirnya berkembang menjadi genggaman

menjepit halus (Kyle & Carman, 2015).


25

Tabel 2.1 Perkembangan Keterampilan Motorik Bayi

Usia Keterampilan Motorik Kasar Keterampilan Motorik


Halus
1 bulan Mengan.gkat dan menggerakkan kepala Genggaman tangan
ke samping dalam posisi telungkup. sebagian besar mengepal.
Kepala jatuh ke belakang ketika ditarik Pergerakan tangan
duduk. Pinggung bulat ketika sedang involunter
duduk
2 bulan Mengangkat kepala dan dada, posisi
menahan . kendali kepala membaik
3 bulan Mengangkat kepala hingga 45 derajat Menahan tangan di depan
dalam posisi telungkup. Kepalasedikit wajah, tangan terbuka
jatuh ke belakang ketika dilakukan
perasat tarik-untuk-duduk
4 bulan Mengangkat kepala dan melihat ke Memukul benda
sekililing. Berguling dari posisi
telungkup ke posisi telentang
5 bulan Berguling dari posisi telungkup ke Menggenggam mainan
posisi telentang. Kepala mendahului (rattle)
tubuh ketika tarik duduk
6 bulan Duduk tripod Melepaskan benda di
tangan untuk mengambil
benda lainnya
7 bulan Duduk sendiri dengan menggunakan Memindahkan benda dari
tangan untuk menyangga satu tangan ke tangan
lainyya
8 bulan Duduk tanpa disangga Gengggaman menjepit
yang kasar
9 bulan Merangkak, abdomen tidak mengenai Memukulkan benda
lantai bersamaan
10 bulan Menarik untuk berdiri. Meluncur Genggaman menjepit yang
halus
12 bulan Duduk dari posisi berdiri. Berjalan
secara mandiri

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Todler

Masa todler memiliki rentang usia 1 hingga 3 tahun. Baik

pertumbuhan fisik maupun keterampilan motorik baru sedikit

melambat selama usia todler. Penyempurnaan keterampilan motorik,

dilanjutkan dengan pertumbuhan kognitif, dan kemahiran


26

keterampilan bahasa yang tepat sangat penting selama masa todler

(Kyle & Carman, 2015).

Tabel 2.2 Perkembangan Keterampilan Motorik Todler

Usia Keterampilan Motorik Kasar yang Keterampilan Motorik


Diharapkan Halus yang Diharapkan
12-15 Berjalan secara mandiri Makan sendiri dengan jari.
bulan Menggunakan jari telunjuk
untuk menunjuk
18 bulan Memanjat tangga dengan bantuan. Menguasai meraih,
Menarik mainan sambil berjalan menggenggam, dan
melepaskan : tumpukan
balok, meletakkanbenda
dalam lubang.
Membalik halaman buku
(satu per satu dengan buku
papan, banyak jikabuku
kertas).
Melepaskan sepatu dan
kaus kaki.
Menumpuk empat kubus
24 bulan Berlari Membangun menara enam
Menendang bola atau tujuhkubus
Dapat berdiri dengan hanya Tangan kanan atau kiri
menggerakkan ujung jari saja (berjinjit) mrngimitasi gerakan
Memmbawa beberapa mainan, atau sirkuler dan vertikal
mainan besar sambil berjalan Menulis dengan
Memanjat keatas dan kebawah dari tergesa-gesa dan melukis
furnitur tanpa bantuan Mulai memutar tombol
Memasukkan pin bulat ke
dalam lubang
36 bulan Memanjat dengan baik Membuka baju sendiri
Mengayuh sepeda roda tiga Menyalin lingkaran
Berlari dengan mudah Membangun menara 9 atau
Berjalan naik turun tangga dengan baik 10 kubus
bergantian Memegang pensil dalam
Membungkuk dengan mudah tanpa posisi menulis
terjatuh Memasang atau
melepaskan penutup,
kacang, baut
Membalikkan satu halaman
buku pada satu waktu
27

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Prasekolah

Anak-anak prasekolah, antara 3 dan 6 tahun, tumbuh lebih

lambat daripada tahun sebelumnya, dan anak prasekolah yang sehat

bertubuh ramping dan tangaks, dengan postur tubuh yang tegak.

Perkembangan kognitif, bahasa, dan psikososial dangat pentign

selama periode prasekolah. Seiring dengan keterampilan kognitif,

pemikiran magis berlebihan. Sebagian besar tugas yang dimulai

selama periode todler dikuasai dan disempurnakan selama periode

prasekolah, terutama koordinasi motorik halus. Anak harus belajar

untuk menoleransi perpisahan dari orang tua, memiliki rentang

perhatian yang lebih panjang dan terus belajar keterampilan yang

akan mengarah ke keberhasilan di kemudian hari pada periode usia

sekolah (Kyle & Carman, 2015).


28

Tabel 2.3 Perkembangan Keterampilan Motorik Pra Sekolah

Usia Keterampilan Motorik Kasar yang Keterampilan Motorik


Diharapkan Halus yang Diharapkan
4 tahun Melempar bola dengan ayunan yang a. menyalin huruf kapital
tinggi b. menggambar lingkaran
a. menendang bola ke depan dan bujur sangkar
b. menangkap bola yang memantul c. menyalin palang atau
c. melempar pada satu kaki wajik
d. berdiri pada satu kaki hingga 5 detik d. menggambar orang
e. mengangkat dan menurunkankaki dengan dua hingga empat
secara bergantian bagian tubuh
f. bergerak ke belakang dan ke depan e. mengikat tali sepatu
dengan gesit
5 tahun Berdiri pada satu kaki selama 10 detik a. menggambarkan orang
atau lebih lama dengan tubuh dan minimal
Berayun dan memanjat dengan baik enam bagian
Dapat meloncat secara berulang b. berpakaian/ melepaskan
menggunakan tali yang melingkar pakaian tanpa bantuan
Melakukan jungkir balik c. dapat belajar mengikat
Dapat belajar bermainsepatu luncur dan tali sepatu
berenang d. menggunakan garpi,
sendok, dan pisau (diawasi)
dengan baik
e. mengopi segitiga dan
pola geometri lainnya
f. sebagian besaar
memperhatikan kebutuhan
toileting sendiri
6-12 tahun Peningkatan koordinasi, keseimbangan, Koordinasi dan
dan ritme keseimbangan tangan-mata
Kemampuan untuk mengendarai sepeda meningkat
roda dua,melompat tali, berdansa, Peningkatan ketelitian
bermain sepatu luncur, berenang menulis, memproduksi
Anak usia sekolah yang lebih besar kata, menjahit, membangun
dapat menunjukkan ketidaknyamanan model dan keahlian lainnya
karena tubuh mereka tumbuh lebih Kemampuan untuk
cepat daripada kemampusn mereka memainkan instrumen
untuk mengompensasi musik

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Sekolah


29

Anak-anak usia sekolah, antara usia 6 dan 12 tahun,

mengalami periode pertumbuhan fisik yang lambat dan progresif,

sedangkan pertumbuhan sosial dan perkembangan mereka

mengalami akselerasi serta peningkatan dalam kompleksitas. Mereka

bergerak ke arah pemikiran yang lebih abstrak. Fokus dunia mereka

meluas dari berpengaruh keluarga menjadi pengaruh guru, teman

sebaya dan individu lain (mis. pelatih, media). Anak pada tahap ini

menjadi lebih mandiri secara bertahap seraya berpartisipasi dalam

aktivitas di luar rumah (Kyle & Carman, 2015).


30

Tabel 2.4 Perkembangan Keterampilan Motorik Sekolah

A. Usia B. Keterampilan Motorik Kasar yang


C. Keterampilan Motorik
Diharapkan Halus yang Diharapkan
D. 4 tahunE. Melempar bola dengan ayunan a. Mengopi huruf kapital
bola yang tinggi b. Menggambar
a. Menendang bola ke depan lingkaran dan bujur
b. Menangkap bola yang memantul sangkar
c. Melompat pada satu kaki c. Mengopi palang atau
d. Berdiri pada satu kaki hingga 5 wajik
detik d. Menggambar orang
e. Mengangkat dan menurunkan dengan dua hingga
kaki secara bergantian empat bagian tubuh
f. Bergerak ke belakang dan ke e. Mengikat tali sepatu
depan dengan gesit
F. 5 tahunG. Berdiri pada satu kaki selama 10 a. Menggambarkan
detik atau lebih lama orang dengan tubuh
H. Berayun dan memanjat dengan dan minimal enam
baik bagian
b. Berpakaian dan
I. Dapat meloncat secara berulang
melepaskan pakaian
menggunakan tali yang melingkar
tanpa bantuan
J. Melakukan jungkir balik c. Dapat belajar
K. Dapat belajar bermain sepatu mengikat tali sepatu
luncur dan berenang d. Menggukan garpu,
sendok, dan pisau
(diawasi) dengan baik
e. Mengopi segitiga dan
pola geometri lainnya
f. Sebagian besar
memperhatikan
kebutuhan toileting
sendiri
L. 6-12 M. Peningkatan N.
koordinasi, Koordinasi dan
tahun keseimbangan, dan ritme; kemampuan keseimbangan tangan mata
untuk mengendarai sepeda roda dua, meningkat; peningkatan
melompat tali, berdansa, bermain ketelitian menulis,
sepatu lancur, berenang. Anak usia memproduksi kata,
seolah yang lebih besar dapat menjahit, membangu modal
menunjukkan ketidakyamanan karena dan keahlian lainnya;
tubuh mereka tumbuh lebih cepat kemampuan untuk
daripada kemampuan mereka untuk memainkan instrument
mengompensasi musik
31

5. Perkembangan dan Pertumbuhan Remaja

Rentang remaja adalah periode transisi dari masa

kanak-kanak menjadi dewasa yang biasanya antara usia 11 dan 20

tahun. Remaja merupakan waktu pertumbuhan yang cepat dengan

perubahan dramatis pada ukuran dan proporsi tubuh. Selama waktu

ini, karakteristik seksual berkembang dan maturitas reproduktif

tercapat. Secara umum, anak perempuan memasuki masa pubertas

lebih awal (pada usia 9 hingga 10 tahun) daripada anak laki-laki

(Kyle & Carman, 2015).

Tabel 2.5 Perkembangan Keterampilan Motorik Remaja

Usia Keterampilan Motorik Kasar yang Keterampilan Motorik Halus


Diharapkan yang Diharapkan
O. P.
Remaja awal Perkembangan Q.
daya Peningkatan
(11-14 tahun); tahan; koordinasi dapat menjadi kemampuan untuk
remaja menengah maslah akibat pacu tumbuh memanipulasi objek;
(14-16 tahun); yang tidak seimbang; remaja tulisan tangan rapi;
remja akhir (17-20 menengah, kecepatan dan ketangkasan jari semakin
tahun) akurasi meningkat serta halus dan koordinasi mata
koordinasi membaik; tangan yang tepat.
peningkatan daya saing.

C. Asuhan Keperawatan Anak dengan Bronkitis

1. Pengkajian
32

Pengkajian merupakan awal interaksi antara perawat dan

klien. Suatu pengkajian akan di dapatkan data yang nantinya akan

mendukung proses perawatan dan pengobatan. Suatu pengkajian yang

baik dan benar akan mendapatkan data yang sangat bermanfaat untuk

peningkatan atau kesembuhan klien (Marni, 2014).

a. Identitas Klien

Identitas klien meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan

tempat tinggal. Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya klien

bronkitis pada anak berumur 0-5 tahun.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang muncul pada klien dengan bronkitis akan

muncul adanya batuk produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Penyakit bronkitis mulai dirasakan saat klien mengalami batuk

dengan produksi sputum (hijau, putih atau kuning). Klien

biasanya menggunakan otot bantu pernapasan, bunyi napas

ronchi.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien bronkitis sebelumnya belum pernah menderita penyakit

yang sama tetapi mereka mempunyai faktor pemicu seperti

terpapar asap rokok terus menerus.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


33

Klien bronkitis dalam keluarga bukan merupakan faktor

keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat

seperti merokok atau terpapar asap rokok.

f. Riwayat Kehamilan

Penyakit infeksi yang pernah diderita ibu selama hamil,

perawatan ANC, imunisasi TT, obat-obatan yang digunakan ibu

selama hamil.

g. Riwayat Kelahiran

Usia kehamilan cukup, lahir premature, bayi kembar, penyakit

persalinan, APGAR skor, obat-obatan yang dikonsumsi ibu pada

saat melahirkan.

h. Riwayat Imunisasi

Imunisasi yang sudah diberikan, usia pemberian imunisasi,

kekambuhan reaksi, jumlah dosis imunisasi.

i. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Berat badan lahir,perkembangan sesuai dengan usia,

pertumbuhan sesuai dengan usia, interaksi dengan orang lain.

2. Pola Pengkajian Fungsional Menurut Gordon

a. Pola Penatalaksanaan Kesehatan-Persepsi

Biasanya keluarga menganggap masalah yang dialami adalah

masalah biasa, keluarga akan menganggap klien mengalami


34

permasalahan pada saluran pernapasan bila sudah mengalami

sesak napas.

b. Pola Nutrisi-Metabolik

Biasanya klien akan mengalami anoreksia, karena terdapat

banyak akumulasi sekret pada mulut yang menyebabkan rasa

tidak nyaman untuk makan.

c. Pola Eliminasi

Biasanya klien akan mengalami penurunan produksi urine

karena perpindahan cairan melalui proses evaporasi akibat

adanya demam.

d. Pola Aktivitas-Latihan

Biasanya klien akan mengalami penurunan aktifitas karena

masalah yang dialami, terutama rasa gelisah akibat tidak nyaman

dengan masalahnya.

e. Pola Tidur-Istirahat

Klien akan mengalami kesulitan untuk tidur karena terganggu

sesak napas.

f. Pola Kognitif-Perseptual
35

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang disampaikan

biasanya terjadi sesaat akibat penurunan asupan nutrisi serta

suplai oksigen ke otak.

g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri

Klien akan mengalami kegelisahan, terutama bagi anak akan

lebih sering rewel, dan sering merasa takut pada orang lain.

h. Pola Hubungan-Peran

Biasanya klien akan malas diajak berbicara dengan orang lain

dan lebih senang dekat dengan anggota keluarga

i. Pola Reproduktif Seksual

Pada kondisi sakit dan anak kecil hal ini masih sulit terkaji.

j. Pola Toleransi Stress Koping

Biasanya klien akan lebih sering mengeluh terutama pada anak

akan sering menangis karena merasa terganggu akan status

kesehatannya saat ini.

k. Pola Keyakinan-Nilai

Kaji mengenai tanggapan klien atau keluarga klien terhadap

penyakit yang dialami dalam aspek spiritual.

(Riyadi, 2009).

3. Pemeriksaan Fisik
36

a. Keadaan Umum

Anak dalam keadaan composmentis yaitu bereaksi secara

adekuat.

b. Tanda-Tanda Vital

Suhu meningkat berkisar 390C pada fase infeksi yaitu 1-4 hari.

Pemeriksaan nadi dapat didapatkan penurunan frekuensi nadi

(bradikardi relatif).

c. Mulut : kering

d. Dada :

1) Paru-paru

Inspeksi : simetris, bentuk dan fostur normal, warna

kulit sama dengan kulit lain, tidak ada edema

Palpasi : integritas kulit baik, ada nyeri tekan atau

tidak, ekpansi simetris atau tidak

Perkusi : sonor sampai hipersonor

Auskultasi : bunyi napas mengi (wheezing)

2) Jantung

Inspeksi : denyutan aorta terlihat

Palpasi : denyutan aorta teraba


37

Perkusi : pekak

Auskultasi : terdengar bunyi jantung satu (Lub) dan bunyi

jantung 2 (dub), ada bunyi jantung tambahan atau tidak

3) Abdomen

Inspeksi : simetris kiri kanan, warna sama dengan warna

kulit lain, tidak terdapat lesi, tonjolan, kelainan lainnya

Auskultasi : suara peristaltik terdengar setiap 5-10x/detik

Perkusi : timpani, bila hepar dan limfa membesar

(redup) dan apabila banyak cairan (hipertimpani)

Palpasi : tidak teraba penonjolan, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada massa

i. Genitalia : bersih, tidak ada massa

j. Anus : bersih, tidak ada massa (wasir)

k. Ekstremitas : kaji bentuk tulang, uji kekuatan tangan dan

kaki, bagaimana kondisi tangan dan kaki

4. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi

dari saluran napas untuk mempertahanan bersihan jalan napas

(Herdman,2018).
38

Batasan karakteristik :

1) Tidak ada batuk

2) Suara napas tambahan

3) Perubahan pola napas

4) Perubahan frekuensi napas

5) Sianosis

6) Perubahan verbalisasi

7) Penurunan bunyi napas

8) Dispnea

9) Sputum dalam jumlah berlebihan

10) Batuk yang tidak efektif

11) Ortopnea

12) Gelisah

Faktor yang berhubungan :

1) Mukus berlebihan

2) Terpajan asap

3) Benda asing dalam saluran napas

4) Sekresi yang tertahan


39

5) Perokok pasif

6) Perokok

Kondisi terkait :

1) Spasme jalan napas

2) Jalan napas alergik

3) Asma

4) Penyakit paru obstruksi kronis

5) Eksudat dalam alveoli

6) Hiperplasia pada dinding bronkus

7) Infeksi

Diagnosa yang muncul pada pasien bronkitis, ketidakefektifan

bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas :

peningkatan produksi sekret ditandai dengan sputum dalam jumlah

berlebih.

b. Ketidakefektifan Pola Napas

Definisi : Inspirrasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi

ventilasi adekuat (Herdman, 2018).

Batasan Karakteristik

1) Bradipnea
40

2) Dispnea

3) Fase ekspirasi memanjang

4) Ortopnea

5) Penggunaan otot bantu pernapasan

6) Penurunan kapasitas vital

7) Penurunan tekanan ekspirasi

8) Penurunan tekanan inspirasi

9) Pernapasan cuping hidung

10) Pola napas abnormal

11) Takipnea

Faktor yang berhubungan

1) Ansietas

2) Disfungsi neuromuskular

3) Gangguan muskuloskeletal

4) Gangguan neurologis

5) Hiperventilasi

6) Imaturitas neurologis

7) Keletihan
41

8) Keletihan otot pernapasan

9) Nyeri

10) Obesitas

11) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

Diagnosa yang muncul pada pasien bronkitis, ketidakefektifan pola

napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan pola

napas abnormal.

c. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolik (Herdman, 2018).

Batasan karakteristik

1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal

2) Bising usus hiperaktif

3) Diare

4) Kehilangan rambut berlebihan

5) Kelemahan otot untuk menelan

6) Kerapuhan kapiler

7) Ketidakmampuan memakan makanan

8) Kram abdomen
42

9) Kurang informasi

10) Kurang minat pada makanan

11) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

12) Sariawan rongga mulut

13) Tonus otot menurun

Faktor yang berhubungan

1) Faktor biologis

2) Faktor ekonomi

3) Gangguan psikososial

4) Ketidakmampuan makan

5) Ketidakmampuan mencerna makanan

6) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

7) Kurang asupan makanan

Diagnosa yang muncul pada pasien bronkitis, ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang

asupan makan ditandai dengan kurang minat pada makanan.

d. Hipertermia

Definisi : Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena

kegagalan termoregulasi (Herdman, 2018).


43

Batasan karakteristik

1) Apnea

2) Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu

3) Gelisah

4) Hipotensi

5) Kejang

6) Koma

7) Kulit kemerahan

8) Kulit terasa hangat

9) Postur abnormal

10) Stupor

11) Takikardia

12) Takipnea

13) Vasodilatasi

Faktor yang berhubungan

1) Ages farmaseutikal

2) Aktivitas berlebihan

3) Dehidrasi
44

4) Iskemia

5) Pakaian tidak sesuai

6) Peningkatan laju metabolisme

7) Penurunan perspirasi

8) Penyakit

9) Sepsis

10) Suhu lingkungan tinggi

11) Trauma

Diagnosa yang muncul pada pasien bronkitis, hipertermi

berhubungan dengan penyakit ditandai dengan kulit terasa hangat.

e. Intoleransi Aktivitas

Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk

mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan

sehari-hari yang harus atau ingin dilakukan (Herdman, 2018).

Batasan karakteristik

1) Dispnea setelah beraktivitas

2) Keletihan

3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

4) Perubahan elektrokardiogram
45

5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

6) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

Faktor yang berhubungan

1) Gaya hidup kurang gerak

2) Imobilitas

3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

4) Tirah baring

Diagnosa yang muncul pada pasien bronkitis, intoleransi aktivitas

berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan ketidaknyamanan

setelah beraktivitas.

5. Intervensi

a. Diagnosa Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

NOC (Nursing Outcomes Classifications)

1) Status pernapasan : kepatenan jalan napas (0410)

Kriteria hasil :

a) Kemampuan untuk mengeluarkan sekret meningkat.

b) Frekuensi pernapasan dalam batas normal.

c) Akumulasi sputum menurun.

2) Status pernapasan : Ventilasi (0403)


46

Kriteria hasil :

a) Volume tidal dalam batas normal.

b) Penggunaan otot bantu napas menurun.

c) Irama pernapasan dalam batas normal.

3) Tanda-tanda vital

Kriteria hasil

a) Suhu tubuh dalam batas normal.

b) Respirasi rate dalam batas normal.

c) Nadi dalam batas normal

NIC (Nursing Interventions Classifications)

1) Manajemen jalan napas (3140)

a) Buka jalan napas dengan taknik chin lift atau jaw thrust,

bila perlu.

b) Monitor status pernapasan dan oksigenasi, bila perlu.

c) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.

d) Lakukan fisioterapi dada, bila perlu.

e) Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk

efektif.

f) Kelola pemberian bronkodilator, bila perlu.


47

g) Kelola nebulizer ultrasonik, bila perlu.

2) Monitor Pernapasan (3350)

a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan

bernapas.

b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,

penggunaan otot-otot bantu napas, dan retraksi pada

otot supraclaviculas dan interkosta.

c) Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau

mengi.

d) Monitor pola napas (misalnya., bradipnea,

takipnea, hiperventilasi)

e) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.

f) Perkusi thorak anterior dan posterior, dari apeks ke

basis paru, kanan dan kiri.

g) Catat onset, karakteristik dan lamanya batuk.

3) Monitor tanda-tanda vital

a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status

pernapasan dengan tepat.

b) Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan

hipertermia.
48

c) Monitor irama dan laju pernapasan (misalnya,

kedalaman dan kesimetrisan).

d) Monitor suara paru-paru.

e) Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya,

Cheyne-Stokes, kussmaul, biot, dan bernapas

berlebihan).

f) Monitor warna kulit, suhu dan kelembapan.

g) Periksa secara berkala keakuratan instrumen yang

digunakan untuk perolehan data klien.

b. Diagnosa ketidakefektifan pola napas

NOC (Nursing Outcomes Classifications)

1) Status pernapasan : kepatenan jalan napas (0410)

Kriteria hasil :

d) Kemampuan untuk mengeluarkan sekret meningkat.

e) Frekuensi pernapasan dalam batas normal.

f) Akumulasi sputum menurun.

2) Status pernapasan : Ventilasi (0403)

Kriteria hasil :

d) Volume tidal dalam batas normal.


49

e) Penggunaan otot bantu napas menurun.

f) Irama pernapasan dalam batas normal.

3) Tanda-tanda vital

Kriteria hasil

d) Suhu tubuh dalam batas normal.

e) Respirasi rate dalam batas normal.

f) Nadi dalam batas normal.

NIC (Nursing Interventions Classifications)

1) Monitor Pernapasan (3350)

a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan

bernapas.

b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,

penggunaan otot-otot bantu napas, dan retraksi pada otot

supraclaviculas dan interkosta.

c) Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau

mengi.

d) Monitor pola napas (misalnya., bradipnea,

takipnea, hiperventilasi)

e) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.


50

f) Perkusi thorak anterior dan posterior, dari apeks ke

basis paru, kanan dan kiri.

g) Catat onset, karakteristik dan lamanya batuk.

2) Monitor tanda-tanda vital

a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status

pernapasan dengan tepat.

b) Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan

hipertermia.

c) Monitor irama dan laju pernapasan (misalnya,

kedalaman dan kesimetrisan).

d) Monitor suara paru-paru.

e) Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya,

Cheyne-Stokes, kussmaul, biot, dan bernapas berlebihan).

f) Monitor warna kulit, suhu dan kelembapan.

g) Periksa secara berkala keakuratan instrumen yang

digunakan untuk perolehan data klien.

c. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

NOC (Nursing Outcomes Classifications)

1) Status nutrisi : Asupan makanan dan cairan

a) Asupan makanan secara oral adekuat


51

b) Asupan makan secara tube feeding adekuat

c) Asupan cairan secara oral adekuat

d) Asupan cairan intravena adekuat

e) Asupan nutrisi parenteral adekuat

2) Status nutrisi

a) Asupan gizi normal

b) Asupan makanan normal

c) Asupan cairan normal

d) Energi normal

e) Rasio berat badan/tinggi badan normal

f) Hidrasi normal

NIC (Nursing Interventions Classifications)

1) Manajemen Nutrisi (1100)

a) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan gizi

b) Identifikasi alergi atau intoleransi makanan yang

dimiliki pasien

c) Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi

pasien
52

d) Beri obat-obatan sebelum makan jika diperlukan

e) Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak dikursi,

jika memungkinkan

f) Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk

kondisi sakit

g) Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang

diperlukan

h) Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan

mulut sebelum makan

2) Monitor Nutrisi (1160)

a) Timbang berat badan pasien

b) Lakukan pengukuran antropometrik pada komposisi

tubuh

c) Identifikasi perubahan berat badan terakhir

d) Monitor turgor kulit dan mobilitas

e) Monitor adanya mual dan muntah

f) Monitor diet dan asupan kalori

g) Tentukan pola makan

d. Diagnosa Hipertermi
53

NOC (Nursing Outcomes Classifications)

1) Termolegulasi (0800)

a) Penurunan suhu kulit

b) Perubahan warna kulit

c) Denyut nadi radial normal

d) Tidak menggigil saat dingin

NIC (Nursing Interventions Classifications)

1) Perawatan Demam (0355)

a) Monitor warna kulit dan suhu

b) Pantau suhu dan tanda-tanda vital

c) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan

tergantung pada fase demam

d) Dorong konsumsi cairan

e) Beri obat atau cairan intrevena

e. Diagnosa intoleransi aktivitas

NOC (Nursing Outcomes Classifications)

1) Toleransi terhadap aktivitas


54

a) Saturasi oksigen normal ketika beraktivitas

b) Frekuensi nadi normal ketika beraktivitas

c) Kemudahan bernapas ketika bernapas

d) Kekuatan tubuh bagian atas

e) Kekuatan tubuh bagian bawah

f) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

NIC (Nursing Interventions Classifications)

1) Terapi aktivitas

a) Pertimbangankan kemampuan klien dalam

berpartisipasi melalui aktivitas spesifik

b) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan

c) Intruksikan klien dan keluarga untuk melaksanakan

aktivitas yang lebih diresepkan

d) Kolaborasi dengan tenaga fisioterapi jika diperlukan

Anda mungkin juga menyukai