Laporan Pendahuluan Hipertensi
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Disusun Oleh :
Nama : Hikmat Parhan Nurhaq
Kelas : A
Nim : KHGD 20021
2 Etiologi hipertensi
Berdasarkan (Nanda, 2015) penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1) Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karna tidak diketahui peyebabnya, factor
yang mepengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan, hiperaktivitas saraf
simpatis system renin, angiotensin dan peningkatan Na + Ca pada
intraseluler, factor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok,
alcohol, dan polistemia.
2) Hipertensi sekunder
hipertensi pada usia lanjut di bedakan atas :
a) hipertensi dimana tekanan sisitolik sama atau lebih besar dari 140
mmhg dan tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmhg
b) hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sisitolik lebih besar dari
160 mmhg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmhg
Penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan
pada :
Elastisitas din ding aorta ,emurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menjadi 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan pompa jantung menurun dan
menyebbkan kontraksi dan volume
Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karna kurang
nya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer,
3 Patofisiologis hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut kebawah di korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, di mana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor.
Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal menyekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler, semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
hipertensi (Padila, 2013).
4 Tanda Dan Gejala Hipertensi
(Nanda, 2015) Tanda dan gejala hipertensi di bagikan menjadi 2 yaitu :
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat di hubungkan dengan
peningkatan tekanan darah selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini hpertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan gejala yang terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala,Pusing
Lemas, kelelahan
Sesak nafas
Gelisah
Mual
Muntah
Epictaksis
Kesadaran menurun
5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
adanya DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
6 Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah,
dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan meningkatkan
keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).
7 pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Wijaya dan Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien hipertensi,
adalah:
a. Data biografi
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, nama penanggung
jawab dan catatan kedatangan .
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama , Riwayat kesehatan sekarang , Riwayat kesehatan terdahulu, dan
Riwayat kesehatan keluarga.
c. Genogram
d. Data fisiologis
Respirasi, nutrisi atau cairan, eliminasi, aktifitas atau istirahat, neurosensory,
reproduksi atau seksualitas, psikologi, perilaku, relasional dan lingkungan.
2. Pengkajian Fungsional
a) KATZ Indeks
Pengkajian Fungsional Klien dengan Mengunakan KATZ Indeks
N BANTUAN BANTUAN
KEGIATAN MANDIRI
O SEBAGIAN PENUH
1 Mandi
2 Berpakaian
3 Pergi ke toilet
4 Berpindah
5 BAB dan BAK
6 Makan
Interprestasi
Skor 130 : Mandiri
Skor 65-125 : Ketergantungan sebagian
Skor < 65 : Ketergantungan total
c) Pengkajian Status Mental
Pengkajian Status Mental
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
BENAR SALA NO PERTANYAAN
H
1. Tanggal Berapa hari
2. Hari apa sekarang?
3. Apa Nama tempat ini?
4. Dimana alamat ini?
5. Berapa umur anda?
6. Kapan anda lahir?(Minimal tahun
lahir)
7. Siapa Presiden indonesia sekarang?
8. Siapa presiden indonesia
sebelumnya?
9. Siapa nama ibu anda?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap kurangi
sampai 3x pengurangan
∑=
Score total :
Interprestasi hasil :
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat
NILAI TOTAL
Interprestasi hasil :
> 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
<17 : Kerusakan aspek fungsi mental be
No Langkah
1 Minta Pasien Berdiri di Sisi Tembok Dengan Tangan Direntangkan Kedepan
2 Beri Tanda Letak Tangan I
Minta Pasien Condong Kedepan Tanpa Melangkah Selama 1-2 Menit, Dengan
3
Tangan Direntangkan Ke Depan
4 Beri Tanda Letak Tangan Ke Ii Pada Posisi Condong
5 Ukur Jarak Antara Tanda Tangan I & Ke II
No Langkah
1 Posisi Pasien Duduk Dikursi
INTERPRETASI :
Score:
≤ 10 detik : low risk of falling
11 - 19 detik : low to moderate risk for falling
20 – 29 detik : moderate to high risk for falling
≥ 30 detik : impaired mobility and is at high risk of falling
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Anda Sebenarnya Puas Dengan Kehidupan Anda? Tidak
Apakah Anda Merasa Takut Sesuatu Yang Buruk Akan Terjadi Pada
6 Ya
Anda?
7 Apakah Anda Merasa Bahagia Untuk Sebagian Besar Hidup Anda? Tidak
8 Diagnose keperawatan
Menurut (Nanda, 2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, hipertrofi/ rigiditas vestikuler, iskemia miokard.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia.
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan intake garam diet,
pemenuhan mekanisme regulasi hemodinamik neurologi dan system renal
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai oksigen.
e. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan krisis situasional.
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan adanya
edema dan perdarahan pada otak
g. Resiko cedera berhubungan dengan penglihatan ganda (diplopia).
h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
i. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan.
9 Intervensi
Menurut (Nanda, 2015)
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, hipertrofi/ rigiditas vestikuler, iskemia miokard
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung.
Kriteria hasil :
Tekanan darah normal, nadi 80x/m, CRT <2 detik, suhu tubuh 36,5°c, dan
respirasi 16-24 x/menit
Rencana Tindakan Keperawatan 1
INTERVENSI RASIONAL
1 2
1. Monitor tanda-tanda vital dan pengisian
1. Perbandingan dari tekanan memberikan
kapiler gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan masalah vaskuler
2. Pada umumnya pada saat di auskultasi
2. Auskultasi bunyi nafas pada pasien hipetensi berat karena adanya
hipertopi atrium, perkembangan s3
menunjukan hipertensi ventrikel dan
kerusakan organ tubuh
3. Membantu untuk menurunkan rangsang
simpatis, meningkatkan relaksasi
3. Berikan lingkungan yang nyaman dan 4. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
tenang menurunkan rangsang simpatis
4. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman
seperti pijatan punggung dan leher, 5. Dapat mengurangi ketegangan otot
meningkatkan kepal tempat tidur
5. Anjurkan teknik relaksasi, panduan
imajinasi, aktifitas penglihatan
10 Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil dengan standar untuk
pengambilan keputusan yang tepat sehingga dapat diketahui sejauh mana tujuan
tercapai. Evaluasi dilakukan secara terus menerus pada respon klien pada
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua
yaitu: evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan dan evaluasi sumatif dilakukan dengan rekapitulasi dari hasil observasi
dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang di
rencanakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
(Padila 2013) yaitu :
S : ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh klien
saat diberikan tindakan keperawatan
O : keadaan objektif yang dpat diidentifikasi dengan menggunakan pengamatan
objektif
A : analisa perawat setelah mengetahui respons subjektife dan objektif
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa