Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN MENARIK


DIRI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners Angkatan X

Disusun oleh :

HIKMAT PARHAN NURHAQ

KHG D20021

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN IX

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

Tahun Ajaran 2020


A. Kasus (Masalah Utama)
Gangguan Interaksi sosial: Menarik diri
B. Pengertian.
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins,1993 ).
C. Proses Terjadinya Masalah
1.        Penyebab :
a. Perkembangan : Sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang
mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan orang lain
tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
b. Komunikasi dalam keluarga : Klien sering mengalami kecemasan dalam
berhubungan dengan anggota keluarga, sering menjadi kambing hitam, sikap
keluarga tidak konsisten (kadang boleh, kadang tidak). Situasi ini membuat klien
enggan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Sosial Budaya : Di kota besar, masing – masing individu sibuk
memperjaungkan hidup sehingga tidak waktu bersosialisasi. Situasi ini
mendukung perilaku menarik diri.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak
mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk
melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid).
Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha
mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan
menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari
penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu
sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari
keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan
kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul
dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga
disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas,
orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko menarik diri adalah
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).
2.       Tanda – tanda menarik diri dilihat dari beberapa aspek :
a. Aspek fisik :
 Makan dan minum kurang
 Tidur kurang atau terganggu
 Penampilan diri kurang
 Keberanian kurang
b.        Aspek emosi :
 Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
 Merasa malu, bersalah
 Mudah panik dan tiba-tiba marah
c.        Aspek sosial
 Duduk menyendiri
 Selalu tunduk
 Tampak melamun
 Tidak peduli lingkungan
 Menghindar dari orang lain
 Tergantung dari orang lain
d.        Aspek intelektual
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada sokongan
 Kurang percaya diri

D. POHON MASLAHA
Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi 

Isolasi social : menarik diri

    Gangguan konsep diri : harga diri rendah

E. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan.
a. Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinasi……..
b. Isolasi sosial : menarik diri
c.  Gangguan konseps diri: harga diri rendah
2.  Data yang perlu di kaji.
a.  Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinasi……..
1)  Data Subjektif
a)  Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
b)  Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c)   Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d)  Klien merasa makan sesuatu
e)  Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f)   Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g)  Klien ingin memukul/melempar barang-barang
2)  Data Objektif
a)  Klien berbicar dan tertawa sendiri
b)  Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c)   Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d)  Disorientasi

b.        Isolasi sosial : menarik diri


1)       Data obyektif:         
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak
diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi menekur.

2)       Data subyektif:       
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.

c.        Gangguan konseps diri: harga diri rendah


1)       Data obyektif:         
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri.
2)       Data subyektif:       
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa – apa,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik
diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Kurangnya koping individu berhubungan dengan kurangnya perhatian dari
orang tua
G. RENCANA TINDAKAN.
Diagnosa Keperawatan 1: Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…….
Berhubungan dengan menarik diri
1. Tujuan umum:
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi ….
2. Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
       Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan /
janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
      Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab
       Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien
b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
      Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
c.    Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan:
     Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
     Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
d.   Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,
klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
Tindakan:
       Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat yang
sama.
       Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
       Tingkatkan interaksi secara bertahap
       Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
       Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
       Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik

e.    Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang


lain.
 Tindakan:
       Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan
       Beri pujian atas keberhasilan klien

f.     Klien mendapat dukungan keluarga


Tindakan:
       Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga
       Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Diagnosa 2: Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
1.        Tujuan umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2.        Tujuan khusus :
a.        Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1)       Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terpeutik
2)       Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
           Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien.
           Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
            Utamakan memberi pujian yang realistik.

b.        Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki


Tindakan :
           Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit
           Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya

c.        Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampun yang dimiliki
Tindakan :
          Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
          Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
          Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

d.        Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan


kemampuannya
Tindakan :
          Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
          Beri pujian atas keberhasilan klien
          Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah

e.        Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
           Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat  klien
dengan harga diri rendah
           Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
           Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice.
Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
1998
Stuart, G.W and Sundeen. Principle and practice of psychiatric nursing. 5thed.
St Louis Mosby Year Book.1995
Stuart. G.W and Laraia.  Principle and practice of psychiatric nursing.7thed. St
Louis Mosby Year Book. 2001
Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih
Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC. Jakarta1998.
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung. 2000

Anda mungkin juga menyukai