DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kami kirimkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tugas kuliah ilmu kesehatan masyarakat dengan judul
“PERKAWINAN YANG SEHAT” .
Kami mengucapkan bayak terima kasih pada semua pihak yang telah turut
membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan .Terlepas dari itu semua ,kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan .Karena itu segala
kritik dan saran yang mendukung guna makalah ini menjadi lebih baik ,sangat
kami harapkan.
Akhir kata ,mohon maaf bila ada kata kata dalam makalah ini yang
menyinggung perasaan para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4
BAB 2 PEMBAHASAN 5
2.1 Pengertian Perkawinan Yang Sehat 5
2.2 Konsep Perkawinan Yang Sehat 9
2.3 Langkah-Langkah Perkawinan Yang Sehat 10
BAB 3 PENUTUP 15
3.1 KESIMPULAN 15
3.2 SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang
di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga
serta meneruskan keturunan, seseorang yang sudah berani memutuskan untuk
menikah berarti dia sudah menentukan suatu keputusan yang sangat penting
dan sangat berarti dalam kehidupannya. Perencanaan terhadap pernikahan
harus melalui proses. Proses yang dilalui oleh pasangan yang menikah
merupakan awal bagi kedua pasangan untuk saling mengikat ke dalam suatu
ikatan yang syah dan diakui oleh agama serta adat dari masyarakat di
sekitarnya (Fatchiah, 2009). Pada dasarnya manusia terpanggil untuk hidup
berpasang-pasangan. Sebagian orang menganggap bahwa perkawinan
membatasi kebebasannya, tetapi bagaimanapun sebagian besar dari kita dapat
mengakui bahwa perkawinan memberikan jaminan ketenteraman hidup.
Banyak hal yang dapat menjadi alasan atau pertimbangan sebelum seseorang
memutuskan untuk menikah. Alasan pertama dan kedua dapat dikatakan
sebagai alasan yang mendasar karena perkawinan sebagai relasi yang intim
memang seharusnya dilandasi kecocokan dan saling pengertian antarpasangan.
Kunci pernikahan yang sehat dan langgeng adalah komunikasi, kejujuran,
saling menghargai, saling percaya, pasangan adalah teman,humor, kompromi,
saling memaafkan, cinta, doa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3. Pernikahan dipenuhi senyum, canda dan tawa Salah satu indikator yang
menandakan bahwa pernikahan yang anda jalani tersebut berada dalam
kondisi sehat ialah senyuman dan canda tawa. Apabila pasangan suami
istri selalu berbagi rasa senang, bahagia, dan tertawa bersama, maka
hubungan yang dibangun pastilah kuat. Di lain pihak jika kedua belah
pihak tidak lagi mampu saling berbagi perasaan bahagia serta senda gurau,
maka boleh dikatakan bahwa pernikahan mereka tidak sehat atau sedang
menghadapi permasalahan.
6
Berikut ini 7 cara mewujudkan pernikahan sehat :
2. Saling percaya
Pernikahan yang sehat memang gampang-gampang susah
diwujudkan. Ini semua tergantug bagaimana Anda mempercayai
pasangan Anda yang merupakan modal awal pernikahan dimulai.
Keharmonisan sebuah keluarga bergantung dengan
mengkomunikasikan setiap masalah yang ada.
7
4. Menikmati kebersamaan
Cobalah untuk melakukan hal-hal yang pernah Anda lakukan saat
masih dalam masa-masa sebelum menikahi. Kencan, berlibur berdua,
menonton konser, atau hiking dan berolahraga bersama sesekali.
Temukan waktu untuk bisa berbincang intim dan dari hati ke hati
sesekali sesaat sebelum tidur. Jangan lupa untuk memberikan
semangat satu sama lain, dan juga saling mendukung perkembangan
masing-masing demi terjalinnya hubungan yang harmonis antara Anda
dan pasangan.
5. Prioritas
Buat pasangan Anda menjadi prioritas Anda, baik itu di luar
maupun di dalam keluarga. Banyak yang mengatakan bahwa ketika
menikah dan memiliki anak, anak menjadi prioritas utama. Nah, ini
yang harus diluruskan. Anak memang penting, tetapi pasangan
Andalah tetap wajib dijadikan prioritas.
Mengapa? Setelah mereka dewasa nanti, anak-anak yang Anda
prioritaskan akan tumbuh hidup bersama pasangan dan keluarganya
sendiri, “meninggalkan” Anda dan pasangan kembali sendirian. Ketika
tinggal Anda dan pasangan hidup berdua inilah, dikhawatirkan
hubungan Anda dan pasangan menjadi hambar karena prioritas Anda
dahulu bukan pada pasangan yang sehidup semati. Jadi, kuatkan ikatan
hubungan satu sama lain, usahakan jangan terputus. Karena tua nanti
hanya ada Anda berdua dan pasangan.
8
bisa menemukan letak masalah yang sesungguhnya dan menyelesaikan
dengan logika serta perasaan.
9
3. Untuk dapat melakukan dan mendapatkan hubungan seks yang
sifatnya legal dan wajar secara norma sosial.
4. Harapan bahwa mereka akan semakin memahami kebutuhan
pasangannya,dan hubungan yang tercipta semakin harmonis seiring
dengan semakin dalamnya pengetahuan akan pasangannya. Hal ini
jelas tidak cukup didapatkan bila dilalui hanya dalam konteks
hubungan percintaan saja (date relationship).
5. Mendapatkan beberapa keuntungan secara keuangan dan hukum yang
bisa diperoleh dalam pernikahan.
10
b. Mantapkan Keputusan
Mengingat banyaknya sisi positif dari perkawinan, bagi yang
masih ragu-ragu untuk melangkah ke jenjang perkawinan. berikut
disajikan saran-saran sesuai dengan alasannya yang menyebabkan
keraguannya untuk menikah. Jika merasa belum mengenal pasangan
secara mendalam, yang perlu dilakukan adalah memanfaatkan setiap
kesempatan yang ada (misalnya melalui pertemuan-pertemuan) untuk
saling mengenal lebih dalam kelebihan kekurangan pasangan. Jangan
membuang waktu hanya untuk bersenang-senang.
Bagi yang takut bahwa pernikahan akan menghalangi pencapaian
karier yang diangan-angankan (terutama bagi wanita), lebih baik pikiran
itu dibuang jauh-jauh. Diskusikan dengan calon pasangan, dan tetapkan
komitmen masa depan karier masing-masing, bagaimana mengaturnya
agar dapat diwujudkan bersama.
Bayangkan bahwa karier akan lebih nyaman untuk dijalani dengan
dukungan pasangan. Dukungan pasangan adalah salah satu dukungan
sosial (social support) terbaik dalam menghadapi setiap kesulitan hidup.
Di sisi lain, jika masih menjadi tulang punggung keluarga, tentu dapat
menunggu sebentar sampai ada anggota keluarga (misalnya adik) yang
dapat mandiri dan bersama-sama berbagi beban dan tanggung jawab.
c. Pertunangan
Ada sebuah cara yang lazim dilakukan untuk lebih mengikat fisik
dan terutama hati pasangan serta belajar lebih siap mehghadapi
pernikahan, yaitu dengan melaksanakan pertunangan.
Pertunangan sering juga dilakukan untuk melicinkan jalan suatu
pasangan menuju ke gerbang pernikahan. Namun, ada suatu fakta yang
dikemukakan oleh Benokraitis (1996), yaitu pasangan Octavio Gullen dan
Adriana Martinez dari Meksiko yang menghabiskan waktu selama 67
tahun dalam ikatan pertunangan dan memastikan satu dengan yang lainnya
adalah orang yang tepat sebelum menikah.
11
Dalam semangat religius, pernikahan adalah sesuatu yang sacral,
menikah adalah ibadah. Kenapa harus menghindarinya? Segala ketakutan
dan trauma masa lalu (jika ada) akan terhapus melalui tangan waktu dan
kebahagiaan yang menanti di balik optimisme. Saat berpacaran masing-
masing individu sebaiknya belajar untuk menjadi lebih dewasa, dan saat
menikah proses belajar tersebut terus berlanjut dan memasuki tahap yang
lebih tinggi.
12
2. Tes Rhesus
Kebanyakan bangsa Asia memiliki Rhesus positif, sedangkan
bangsa Eropa rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suami-isteri tidak
tahu Rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika Rhesusnya
bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang
perempuan (Reshus negatif) menikah dengan laki-laki (Rhesus positif),
bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk ber-Rhesus negatif atau
positif. Jika bayi mempunyai Rhesus negatif, tidak ada masalah.
Tetapi, jika ia ber-Rhesus positif, masalah mungkin timbul pada
kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan
janin yang ber-Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena
antibodi antirhesus dari ibu dapat memasuki sel darah merah janin.
3. Penyakit keturunan
Tes kesehatan pra nikah bisa mendeteksi kemungkinan penyakit
yang bisa diturunkan secara genetik kepada anak, semisal albino.
Misalnya suami membawa sifat albino tetapi istrinya tidak, maka anak
yang lahir tidak jadi albino. Sebaliknya, jika istrinya juga membawa
sifat albino, maka anaknya pasti albino.Jika bertemu dengan pasangan
yang sama-sama membawa sifat ini, pernikahan tidak harus
dihentikan. Hanya saja perlu disepakati ingin punya anak atau tidak.
Kalau masih ingin punya anak, ya risikonya nanti si anak jadi albino.
Atau memilih tidak punya anak. Pernikahan tidak harus tertunda
dengan halangan seperti ini. Yang penting adalah solusi atau
pencegahannya.
4. Chek Kesuburan
Jika pasangan ingin segera punya anak, perlu menjalani konseling
pra nikah. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dengan tujuan agar
kehamilan bisa dipersiapkan dan dijalankan dengan baik. Dibutuhkan
riwayat kesehatan dan kondisi sosialnya. Antara lain status ekonomi
(bekerja atau tidak bekerja) dan suasana di lingkungan keluarga.
13
Termasuk perilaku-perilaku yang tidak mendukung kehamilan, semisal
merokok, minuman beralkohol, dan memakai obat-obatan
psikotoprika.Selain itu, perlu juga dievaluasi risiko yang bersifat
individual yang mungkin timbul terhadap kehamilan. Antara lain usia
(masih reproduktif atau tidak), kondisi nutrisi, aktivitas fisik, level
pendidikan, level stres, dan bagaimana hubungan dengan pasangan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernikahan yang sehat pernikahan yang sah, pada saat dibangun
hubungan tersebut sesuai dengan syarat-syarat sahnya dilakukannya
sebuah pernikahan (baik dari segi agama maupun negara), dibangun atas
dasar saling mencintai dan melengkapi, dengan komitmen yang saling
dijaga dan dipenuhi, serta direstui oleh berbagai pihak. Kunci pernikahan
yang sehat dan langgeng adalah komunikasi, kejujuran,saling menghargai,
saling percaya, pasangan adalah teman, humor, kompromi, saling
memaafkan , cinta, doa serta lakukan perencanaan yang matang sebelum
berlangsungnya perkawinan.
3.2 Saran
Bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan yang
hendaknya melakukan perencanaan yang matang dan melakukan tes
kesehatan pra nikah untuk mencegah hal yang tidak diinginkan seperti
penyakit menular seksual.
15
DAFTAR PUSTAKA
16