Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PENJURUAN DI AUSTRALIA DAN

INDONESIA

Australia adalah pulau terbesar dan benua terkecil di dunia, yang terletak di antara
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Selatan. Australia terdiri dari 6 (enam) negara bagian
(New South Wales, Queensland, Tasmania, Australia Selatan, Australia Barat dan Victoria) dan
2 (dua) wilayah daratan (Northern Territory dan Australian Capital Territory). Sistem pendidikan
di Australia diatur oleh masing-masing negara bagian dan wilayah daratan. Secara umum,
jenjang pendidikan formal di Australia terdiri atas 3 (tiga) tahapan pendidkan, yaitu pendidikan
dasar, pendidikan Menengah dan pendidikan tinggi.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan dalam Pasal 1
Ayat 8 bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. Dilihat dari jenjang pendidikan formal, Indonesia mempunyai 3 (tiga) tahapan
pendidikan yang sama seperti Australia, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.
Baik di Indonesia ataupun di Australia pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Perbedaan jenjang pendidikan dasar di Indonesia
dan Australia terletak pada lama pendidikannya. Pendidikan dasar di Indonesia selama 9
(sembilan) tahun, yaitu Sekolah Dasar (SD) selama 6 (enam) tahun dan Sekolam Menengah
Pertama (SMP) selama 3 (tiga) tahun. Sedangkan di Australia lama pendidikan dasar adalah 6
(enam) atau 7 (tujuh) tahun setingkat SD (lama pendidikan SD tergantung otoritas masing-
masing daerah).
Pendidikan menengah di Indonesia dan Australia merupakan lanjutan dari pendidikan
dasar. Di Indonesia pendidikan menengah selama 3 (tiga) tahun dan di Australia pendidikan
menengah selama 5 (lima) atau (enam) tergantung dari otorita dari masing-masing negara bagian
dan wilayah daratan. Tahapan terakhir dari jenjang pendidikan di Indonesia dan Australia adalah
pendidikan tinggi, yang merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah.
Pendidikan tinggi di Indonesia dan Australia mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magíster, spesialis dan doctor yang diselengarakan oleh perguruan tinggi.

PENDIDIKAN KEJURUAN AUSTRALIA


Pendidikan menengah dapat ditempuh oleh seorang siswa selama lima atau enam tahun,
setelah menamatkan sekolah menegah. Pada jenjang pendidikan Senior High School, setiap
siswa berkewajiban memilih program pendidikan kejuruan atau pendidikan umum. Di Australia
pendidikan kejuruan diarahkan untuk pasar kerja. Dimana setiap negara memiliki kejuruan
Pendidikan dan Pelatihan (Vocational Education and Training / VET). VET mempersiapkan
siswa untuk bekerja yang tidak perlu gelar sarjana. Banyak para pelajar terutama pelajar pria
mengikuti sekolah kejuruan dengan bentuk pemagangan (appreniticeship), disinilah juga letak
perbedaan dengan sistem pendidikan di Indonesia, di Australia setiap pelajar diberi kebebasan
untuk memilih keahlian yang mereka sukai, untuk diindonesia ini adalah pendidikan tingkat
SMA atau SMK/STM akan tetapi di Australia pendidikan pemagangan ini ditempuh selama
empat tahun dan paruh waktu (part tim) dan bedanya lagi di indonesia, di Australia saat
bersamaan para pelajar dapat juga belajar di perguruan tinggi atau dikenal dengan TAFE
(Technical and Further Education) dan juga CAE (Colleges of Advanced Education).

PROGRAM NONFORMAL DAN INFORMAL AUSTRALIA


Sektor TVET Australia fleksibel dengan beberapa jalur ke dan dari Kerangka Kerja
Kualifikasi Australia (AQF). Kualifikasi dan dapat dilakukan di sekolah, di tempat kerja dan di
organisasi pelatihan terdaftar (RTO). TVET non-formal ditawarkan oleh berbagai jenis penyedia
sektor publik, swasta, komunitas, dan industri. Ini dapat ditawarkan oleh RTO yang memberikan
kualifikasi TVET formal, atau penyedia sektor industri yang memberikan pelatihan vendor,
dalam pengaturan berbasis komunitas, tempat kerja dan melalui kegiatan organisasi masyarakat
sipil atau pelatihan staf dan program pengembangan untuk perusahaan, lembaga pemerintah dan
pelatihan penyedia.
Mode penyampaian dapat mencakup full-time, part-time, melalui online, self-paced atau
distance learning, melalui magang dan melalui Recognition of Prior Learning (RPL) dimana
proses Pengakuan atas pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh individu dalam pelatihan
dan pekerjaan sebelumnya atau melalui pengalaman. Secara khusus, individu dapat mengajukan
lamaran ke RTO untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang
dikembangkan melalui pembelajaran informal dan non-formal yang dinilai secara formal dan
diakui untuk kualifikasi yang terakreditasi secara nasional. Biasanya, mereka harus mengajukan
permohonan pengakuan dan memberikan bukti untuk menunjukkan bahwa mereka mampu
melaksanakan kompetensi yang mereka klaim.

PENGELOLAAN AUSTRALIA
Sektor VET Australia diatur berdasarkan kemitraan yang kuat antara pemerintah,
lembaga VET dan badan perwakilan industri. Departemen Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah
Australia (departemen nasional), Pemerintah Negara Bagian dan Teritori bertanggung jawab atas
pengembangan kebijakan VET.
Di tingkat nasional, sistem VET Australia dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari
menteri pemerintah negara bagian dan teritori Australia yang bertanggung jawab atas industri
dan keterampilan. Sektor swasta dan industri juga memainkan peran utama dalam sistem VET
untuk memastikan sektor tersebut mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing di
seluruh perekonomian. Untuk tujuan ini, Dewan Pemerintah Australia (COAG) dan Dewan
Industri dan Keterampilan (AISC) memberikan kepemimpinan dan arahan untuk sektor ini. Ini
memberikan saran untuk memastikan pelatihan di setiap industri memenuhi kebutuhan
pengusaha industri itu. Selain itu, sejumlah Organisasi Keterampilan Layanan (SSO) baru telah
dibentuk dengan didukung oleh Komite Referensi Industri (IRC) untuk mengawasi
pengembangan Paket Pelatihan industri.
Program-program kejuruan diajarkan di institut-institut Technical and Further Education
(TAFE, Pendidikan Teknik dan Lanjutan), sekolah-sekolah menengah swasta dan di berbagai
universitas. Banyak sekali macam program yang tersedia – mulai dari perhotelan sampai teknik,
dari disain mode sampai pariwisata. Banyak lembaga juga memberikan program bahasa Inggris,
yang lamanya empat sampai 48 minggu.
Sistem pelatihan kejuruan Australia diatur supaya anda dapat mulai belajar pada tingkat
Sertifikat, kemudian beranjak dari situ sampai ke kualifikasi yang lebih tinggi di universitas, jika
anda kehendaki. Pelatihan kejuruan juga cara yang baik sekali untuk meningkatkan karir atau
maju lebih lanjut dari pekerjaan anda yang sekarang. Banyak lembaga kejuruan akan memberi
anda kredit untuk program degree di universitas.
Jenis Sertifikat Masa Studi
Certificate 2 – 3 bulan
Certificate II 3 – 6 bulan
Certificate III 6 – 9 bulan
Certificate IV 9 – 12 bulan
Diploma 1 – 1.5 tahun
Advanced Diploma 2 – 2.5 tahun

Lembaga-lembaga yang menawarkan program pendidikan kepada mahasiswa-mahasiswa


internasional harus mendaftarkan diri pada Commonwealth Register of Institutions and Courses
for Overseas Students (CRICOS, Daftar Pemerintah Persemakmuran dari Lembaga-Lembaga
dan Program-Program untuk Mahasiswa dari Luar Negeri) yang dijalankan oleh Pemerintah
Australia. Pendaftaran ini memungkinkan pemerintah memastikan agar pendidikan yang
ditawarkan kepada mahasiswa-mahasiswa internasional di Australia tinggi mutunya.
Jenis kualifikasi yang dapat diperoleh melalui sistem TAFE:
1. Certificate I-IV. Program studi ini dirancang untuk memberikan pengenalan
keterampilan dan pelatihan. Program ini memberikan pengetahuan industri spesifik,
dan keterampilan dalam komunikasi, keaksaraan dan berhitung serta kerja sama tim.
Program bervariasi durasinya, dari beberapa minggu sampai enam bulan atau lebih.
2. Program Diploma. Program ini mempersiapkan siswa untuk karir di bidang industri,
perusahaan dan para-profesional. Beberapa program studi diploma dapat diselesaikan
di tingkat universitas maupun di lembaga-lembaga TAFE. Diploma membutuhkan 18
sampai 24 bulan penuh-waktu belajar.
3. Program Advance Diploma. Program ini menyediakan keterampilan praktis tingkat
tinggi untuk bekerja dalam area karir tertentu, seperti akuntansi, desain bangunan
atau rekayasa teknik. Beberapa program studi diploma lanjutan juga dapat
diselesaikan di tingkat universitas. Diploma lanjutan bervariasi panjangnya antara 24-
36 bulan.
4. Vocational Graduate Certificate/Diplomas. Program ini setara dengan sertifikat
lulusan pendidikan tinggi atau diploma. Mereka menyediakan pengetahuan dan
keterampilan kerja tingkat tinggi. Sertifikat pascasarjana biasanya membutuhkan
enam bulan studi penuh waktu dan diploma pascasarjana biasanya membutuhkan satu
tahun studi penuh waktu.
SISTEM PEMBIAYAAN AUSTRALIA
Semua sekolah umum bebas biaya sekolah. Namun, para orang tua yang menyekolahkan
anaknya di sekolah negeri biasanya diminta untuk membayar voluntary payment (pembayaran
sukarelawan) yang tidak terlalu besar. Sebagian besar dari pendanaan pada sekolah-sekolah
negeri diberikan oleh pemerintah di masing-masing negara bagian.
Sekolah-sekolah yang berafiliasi pada agama, khususnya sekolah-sekolah Katolik,
cenderung menetapkan biaya sekolah yang rendah. Sebagian besar pendanaan sekolah-sekolah
yang berafilisasi pada agama diberikan oleh pemerintah, baik pemerintah negara bagian maupun
pemerintah nasional. Independent schools cenderung menetapkan biaya sekolah yang cukup
tinggi, hingga pendanaanya dari pemerintah lebih sedikit.

SISTEM EVALUASI
Ujian nasional di Australia, yaitu National Assessment Program: Literacy and Numeracy
(NAPLAN), baru dimulai pada tahun 2008. Sebelumnya, ujian kemampuan pada bidang
pelajaran utama, seperti membaca, menulis dan menghitung (biasanya disebut Basic Skills Test)
dilakukan oleh negara bagian masing-masing. Sebagian besar dari negara bagian masing-masing
tersebut mulai melaksanakan semacam Basic Skills Test pada akhir tahun 1980an atau awal
1990an.
Ujian NAPLAN dilakukan setiap bulan Mei dan diikuti semua murid tahun 3, 5, 7 dan 9
(kelas 3 dan 5 SD, dan kelas 1 dan 3 SMP). Kemampuan murid dalam 4 (empat) bidang diuji,
yaitu membaca, menulis, pemakaian bahasa Inggris (ejaan, tata bahasa, tanda baca dan
sebagainya), dan menghitung. Hasil ujian NAPLAN dikirimkan kepada sekolah dan orang tua
murid. Hasilnya dapat menunjukkan murid mana yang bermasalah dalam bidang-bidang tertentu,
agar murid tersebut dapat diberikan bantuan yang lebih dalam pelajarannya. Hasil ujian
NAPLAN juga dapat dibandingkan dengan negara bagian dan sekolah. Hal ini dapat
menunjukkan sekolah mana yang mempunyai tingkat dibawah standar nasional. Sekolah-sekolah
yang di bawah standar nasional akan diberikan dana tambahan agar dapat meningkatkan mutu
pengajaran.

PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA


Tingginya angka pengangguran, khususnya kaum muda terdidik, merupakan keprihatinan
yang mendesak bagi Indonesia. Dengan fokus pada pemberian pendidikan yang mengarah pada
pekerjaan, Pemerintah Indonesia secara strategis memprioritaskan pendidikan dan pelatihan
teknis dan kejuruan (TVET). Hal ini bertujuan tidak hanya untuk mengurangi tingkat
pengangguran yang tinggi di kalangan kaum muda terpelajar, tetapi juga memastikan bahwa para
pelajar yang tidak dapat melanjutkan pendidikan tinggi dibekali dengan keterampilan yang
memungkinkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang menguntungkan.
Dengan demikian, TVET di Indonesia dipandang sebagai pendorong tenaga kerja masa
depan yang terampil, sebagai salah satu 'jembatan untuk mendukung generasi emas', dan sebagai
kontributor utama dalam pembangunan ekonominya.
Berbagai Kementerian bertanggung jawab atas TVET di Indonesia. Yang paling
menonjol adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kemenakertrans). Pemerintah daerah juga memainkan peran penting dalam
penyampaian TVET.
TVET formal ditawarkan di kedua tingkat, menengah dan pasca-sekolah menengah. Di
tingkat menengah, Sekolah Menengah Kejuruan - SMK menawarkan program tiga tahun untuk
siswa yang mengarah ke kualifikasi tingkat sertifikat menengah. Beberapa sekolah menengah
kejuruan, bagaimanapun, meluas ke tahun keempat - SMK-Plus - yang mengarah ke Sertifikat
Diploma Satu (D1). Setelah menyelesaikan studi menengah, siswa dapat bergabung dengan
angkatan kerja atau melanjutkan pendidikan tinggi melalui jalur profesional. Di jenjang
perguruan tinggi, lulusan SMK dapat memperoleh Sertifikat Diploma Tiga (DI-DIV) yang
ditawarkan oleh Politeknik (Politeknik). Mereka masih dapat melanjutkan jalur profesional ke
spesialis I dan II (Sp.1 dan Sp.2) atau bergabung dengan dunia kerja.
Selain itu, Balai Latihan Kerja atau yang disebut juga Balai Latihan Kerja (BLK)
menawarkan kursus singkat untuk membekali masyarakat miskin, terutama yang putus sekolah,
dengan keterampilan yang memungkinkan mereka memperoleh akses ke pendidikan formal atau
bekerja di sektor formal. BLK merupakan bagian penting dari sistem pendidikan non-formal di
Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah memulai revitalisasi sistem TVET untuk meningkatkan
kemampuan kerja dan daya saing angkatan kerja Indonesia di kancah nasional, regional dan
global. Inisiatif besar ini disebut Revitalisasi TVET (SMK).
TVET di Indonesia ditargetkan pada:
 Meningkatkan kualitas, pengiriman dan aksesibilitas TVET;
 Meningkatkan kemampuan kerja dan partisipasi lulusan melalui pembelajaran seumur
hidup;
 Mengurangi tingkat pengangguran di kalangan pemuda;
 Mengubah rasio pendaftaran siswa pada pendidikan menengah umum ke pendidikan
menengah kejuruan dari 70:30 menjadi 30:70 pada tahun 2020;
 Mendorong kompetensi dan daya saing lulusan SMK di dalam maupun di luar negeri; dan
 Mempromosikan penciptaan lapangan kerja melalui keterampilan kewirausahaan untuk
mendukung produktivitas, daya saing, dan pertumbuhan yang lebih tinggi.

Strategi TVET di Indonesia dapat dirangkum dalam strategi revitalisasi yang dituangkan
dalam laporan 'Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi TVET (SMK) dalam Rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia'. Ini adalah:
1. Revitalisasi SMK yang a) mendukung pembangunan prioritas nasional seperti ketahanan
pangan, ketahanan energi, pengembangan usaha dan pariwisata, pembangunan maritim -
terutama di daerah tertinggal dan perbatasan, dan b) percepatan pembangunan Papua dan
Papua Barat;
2. Pengembangan model SMK yang didorong kerjasama dengan dunia usaha / industri;
3. Pengembangan keterampilan berdasarkan proyeksi kebutuhan tenaga kerja;
4. Penyempurnaan kurikulum penyiapan kompetensi keterampilan pendidikan vokasi
berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), KKNI dan standar
terkait lainnya;
5. Peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar, dengan penerapan
sertifikasi kompetensi peserta didik;
6. Peningkatan penilaian kualitas pendidikan melalui akreditasi;
7. Peningkatan kualitas penerapan kewirausahaan dan keterampilan kerja SMK melalui
“Teaching Factory” (lingkungan sekolah mirip industri untuk pembelajaran berbasis kerja
siswa);
8. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana pembelajaran di kelas dan bengkel di SMK;
dan
9. Pemenuhan ketersediaan, kualitas, kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidikan
vokasi melalui Sertifikasi Guru, program pra & dalam jabatan guru TVET, dan program
magang.
Sistem TVET Formal Indonesia
Pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan formal ditawarkan di tingkat sekolah
menengah dan tinggi di Indonesia, baik oleh lembaga publik maupun swasta. Di tingkat
pendidikan menengah, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Kejuruan
(MAK) menawarkan program tiga tahun kepada siswa yang mengarah ke kualifikasi tingkat
sertifikat menengah. Beberapa sekolah menengah kejuruan, bagaimanapun, meluas ke tahun
keempat - SMK-Plus - yang mengarah ke Sertifikat Diploma Satu (D1). Siswa yang berhasil
menyelesaikan sekolah menengah pertama (SMP) berhak untuk mendaftar di SMK. Selain
mendaftar dalam program ini, siswa TVET didorong untuk juga menggunakan kursus Sertifikat
Keterampilan dari industri saat mereka masih bersekolah untuk meningkatkan keterampilan kerja
mereka.
Setelah menyelesaikan tiga tahun studi menengah di SMK, lulusan diberikan sertifikat
menengah nasional. Dari sini, mereka dapat a) terjun langsung ke pasar kerja dengan mengisi
lowongan kerja yang tersedia di industri terkait dengan program studinya atau bekerja secara
mandiri sebagai wirausaha, atau b) melanjutkan pendidikan tinggi di perguruan tinggi.
Di tingkat perguruan tinggi dan sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan Tinggi,
program kejuruan ditawarkan oleh berbagai perguruan tinggi seperti: akademi, akademi, sekolah
lanjutan, institut dan universitas. Lulusan SMK dapat melanjutkan studi yang lebih tinggi di
Politeknik (Politeknik) dengan mendaftar di Sertifikat Diploma tiga tahun (DI-DIV) dan tetap
melanjutkan jalur profesional ke spesialis I dan II (Sp.1 dan Sp.2). Mereka diatur oleh
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (MoRTHE).

Sistem TVET Non-Formal & Informal Indonesia


Di Indonesia, pendidikan nonformal diselenggarakan untuk mengembangkan potensi
peserta didik dengan menanamkan pengetahuan akademis beserta keterampilan fungsional untuk
pengembangan profesional dan pribadi mereka.
Di bawah Kemdikbud, pendidikan non-formal diatur oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat dan disediakan sebagai pendidikan yang setara bagi
mereka yang tidak dapat mengakses pendidikan formal. Hal ini diselenggarakan sebagai
Pendidikan Luar Sekolah ( Pendidikan Luar Sekolah atau PLS ) di bawah beberapa program.
Beberapa yang umum termasuk:
1. Program Community Learning Center (CLC): Biasa dikenal sebagai Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM), program CLC adalah program pembelajaran seumur hidup
yang dimulai sejak masa kanak-kanak, bagi mereka yang tidak dapat mengakses
pendidikan formal.
2. Kursus Balai Latihan Kerja (BLK): BLK adalah pusat pelatihan kejuruan yang merupakan
bagian penting dari sistem pendidikan non-formal di Indonesia. Tujuan utama BLK adalah
untuk membekali masyarakat miskin, terutama yang putus sekolah, dengan keterampilan
yang memungkinkan mereka memiliki akses ke pendidikan formal atau bekerja di sektor
formal. Karenanya, BLK menawarkan kursus pendidikan kejuruan bagi individu miskin
dan putus sekolah, serta menawarkan layanan penempatan kerja bagi pekerja formal dan
informal.

Problematika TVET Indonesia


Masalah utama berkaitan dengan bagaimana kolaborasi dengan industri mendefinisikan
kembali fokus permintaan TVET, dan bagaimana revolusi teknologi membutuhkan
keseimbangan yang memadai antara permintaan dan penawaran keterampilan. Masalah dan
tantangan utama adalah sebagai berikut :
 Kualitas lulusan TVET masih rendah dan belum memenuhi tuntutan dan kompetensi
industri. Masalah ini diperburuk oleh ketidakcocokan keterampilan. Akibatnya, tingkat
pengangguran lulusan SMK tetap tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.
Model pemagangan berkualitas yang sudah mapan dengan industri (yang saat ini masih
belum ada) dapat membantu mengatasi masalah ini. Sistem Dual VET, seperti yang terjadi
di Jerman, bisa menjadi solusi yang baik untuk menjembatani ketidaksesuaian keterampilan
antara sekolah kejuruan dan industri.
 Kualitas guru TVET telah menjadi salah satu tantangan utama yang mempengaruhi kualitas
lulusan TVET. Banyak guru TVET yang tidak memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan
sebagaimana diatur dalam UU No 14 tahun 2005 6 dan No 74 tahun 2008 40 tentang guru
dan dosen. Beberapa tidak memiliki pengalaman industri dan sertifikasi yang membuat
mereka tidak kompeten di bidang pengajarannya.
 Fasilitas infrastruktur termasuk peralatan pelatihan tidak memadai, usang, dan seringkali
tidak sejalan dengan persyaratan baru dan perubahan dari lembaga TVET. Karena mahalnya
biaya untuk membeli peralatan tersebut, SMK tidak dapat melakukan simulasi lingkungan
kerja nyata di dalam kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas dan hasil pengajaran.
Untuk mengatasinya, SMK menjalin kemitraan kelembagaan dengan industri untuk
improvisasi peralatan canggih; akan tetapi, terkadang kerjasama tersebut tidak berhasil
karena kendala administrasi dan keuangan.
 Standar dan sertifikasi yang sesuai untuk saling pengakuan lulusan TVET, serta sertifikasi
industri dan standar pekerjaan, adalah kunci untuk meningkatkan kualitas lembaga TVET.
Namun, banyak industri yang belum sepenuhnya menerima hal ini karena anggapan bahwa
biaya yang tinggi terkait dengan sertifikasi dan gangguan dalam operasi bisnis diantisipasi
karena integrasi kegiatan sekolah. Dengan pemerintah pusat dan daerah yang hanya
mengalokasikan anggaran kecil untuk subsidi penjaminan mutu, insentif untuk memotivasi
industri agar terlibat dalam penjaminan mutu untuk TVET sedikit.
 Berdasarkan Inpres No. 9/2016, 2 sistem koordinasi dan tanggung jawab bersama antar
Kementerian di Indonesia masih perlu mapan (yaitu Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementerian Ekonomi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dll). 39
DAFTAR PUSTAKA
https://unevoc.unesco.org/home/Dynamic+TVET+Country+Profiles/country=AUS
https://www.universitasaustrali.com/Studi-di-Australia/Pendidikan-Kejuruan
https://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/perbandingan-jenjang-pendidikan-formal-australia-
dan-indonesia/
https://sea-vet.net/indonesia
Fatah, dkk. 2011. Pendidikan Kejuruan di Australia. Universitas Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai