Anda di halaman 1dari 5

Ke-NU-an Ahlussunnah Waljama’ah An-Nahdliyyah ~ Kelas 8 MTs /SMP

BAB

6 Ke-NU-aN

MEMAHAMI
SUNNAH DAN BID’AH

Kompetensi Inti:
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran Islam Ahlussunnah
Waljama’ah Annahdliyyah (Aswaja NU)
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan faktual konseptual, dan procedural dengan
cara mengamati (mendengar, melihat, membaca), dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Allah
SWT dan kegiatannya, benda – benda yang dijumpainya di rumah,
madrasah/sekolah, dan masyarakat.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlaqul karimah berdasarkan Ahlussunnah Wal
Jamaah Annahdliyyah

33
Ke-NU-an Ahlussunnah Waljama’ah An-Nahdliyyah ~ Kelas 8 MTs /SMP

Kompetensi Dasar:
1. Menjelaskan sunnah secara bahasa dan istilah serta menyebutkan
pendapat ulama hadits
2. Menjelaskan pengertian uswah hasanah
3. Menuliskan surat Al Ahzab: 21 beserta artinya
4. Menjelaskan pembagian bid’ah menurut para ulama
5. Memberikan contoh perbuatan bid’ah

A. SUNNAH
Secara istilah, sunnah berarti jalan atau cara yang sudah mentradisi.
Sunnah juga berarti praktek yang diikuti, arah, model, perilaku, atau
tindakan, ketentuan, dan peraturan. Ulama ahli hadits mendefinisikan
sunnah “segala sesuatu yang berasal dari Nabi berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan, karakteristik etik, dan fisik atau sejarah,
baik sebelum kenabian, seperti menyendiri di Gua Hira maupun
sesudahnya.”
Sementara itu, para ulama ushulliyyin berpendapat bahwa sunnah
adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi selain al Qur’an berupa
perkataan, perbuatan, atau ketetapan yang menghasilkan dalil bagi
hukum syari’at.
Ulama fiqih memberikan definisi bahwa sunnah adalah sesuatu
yang ditetapkan dari Nabi Muhammad yang tidak termasuk kategori
fardlu dan tidak wajib.
Bagi umat Islam, Nabi adalah uswah hasanah atau teladan
yang baik. Artinya, setiap orang yang beriman dan mengharapkan
perjumpaan dengan Allah dan mengharapkan kebahagiaan di hari
akhir, maka ia harus bercermin kepada Nabi dalam kepribadian dan
tingkah lakunya. Tutur kata dan perbuatannya harus sesuai dengan
Nabi Muhammad.
Keteladanan Nabi disebutkan dalam Surat al Ahzab (21):

34
Ke-NU-an Ahlussunnah Waljama’ah An-Nahdliyyah ~ Kelas 8 MTs /SMP

َ َّ ‫ة لِّ َمن َك َن يَ ۡرجُ و ْا �ٱ‬ٞ ‫لل أ� ۡس َو ٌة حَ َ�س َن‬


‫لل‬ َِّ ‫ول �ٱ‬ ِ ‫ر‬
ُ‫َس‬ ‫ف‬ ۡ
‫ك‬ ُ َ‫لَّ َق ۡد َك َن ل‬
ِ
﴾٢١﴿ ‫لل َك ِثريٗا‬ َ َّ ‫َو�ٱ ۡل َي ۡو َم �ٱ ۡ أل ٓ ِخ َر َو َذ َك َر �ٱ‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.” (Q.S. Al Ahzab: 21)

Bagi umat Islam, Nabi


Muhammad SAW adalah
uswah hasanah atau teladan
yang baik. Artinya, setiap orang
yang beriman harus bercermin
kepada Nabi dalam kepribadian
dan tingkah lakunya. Tutur kata
dan perbuatannya harus sesuai
dengan Nabi Muhammad.

35
Ke-NU-an Ahlussunnah Waljama’ah An-Nahdliyyah ~ Kelas 8 MTs /SMP

B. BID’AH
Untuk mengetahui sunnah lebih mendalam, kita juga perlu
mengetahui bid’ah. Menurut ulama, bid’ah berarti segala sesuatu
yang diada-adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya (dari
Nabi Muhammad, sahabat, dan generasi sesudahnya). Artiya, segala
perbuatan yang diada-adakan dalam ajaran agama tanpa ada landasan
syari’at.
Dari aspek kajian ushul fiqih, bid’ah dibagi menjadi dua. Pertama,
bid’ah meliputi segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama, yang
dipandang menyamai syari’at agama, dan mengerjakannya berlebih-
lebihan dalam beribadah kepada Allah. Kedua, bid’ah meliputi segala
urusan yang sengaja diada-adakan dalam agama, baik yang berkaitan
dengan urusan ibadah maupun urusan adat.
Lebih dari itu, para ulama membedakan bid’ah menjadi dua, yaitu
bid’ah yang baik (bid’ah hasanah) dan bid’ah yang buruk (bid’ah sayyiah).
Bid’ah hasanah dibagi menjadi bid’ah wajibah (harus dilakukan),
bid’ah mandubah (baik untuk dilakukan), dan bid’ah mubahah (boleh
dilakukan).
Pengumpulan al Qur’an menjadi mushaf dan penulisan hadits-
hadits Nabi adalah contoh-contoh bid’ah wajibah. Melaksanakan shalat
tarawih 20 rakaat ditambah 3 witirnya sebulan penuh secara berjamaah
sesudah shalat Isya’ adalah contoh bid’ah mandubah. Penggunaan
pengeras suara untuk adzan dan pengajian juga merupakan bid’ah
mubahah.
Tabel 1
Pembagian Bid’ah Hasanah
No Istilah Arti Contoh
1 Bid’ah wajibah harus Penulisan Al Qur’an menjadi
dilakukan mushaf
2 Bid’ah baik untuk Melaksanakan shalat tarawih
mandubah dilakukan 20 rakaat ditambah 3 witirnya
sebulan penuh secara berjamaah
sesudah shalat Isya’
3 Bid’ah mubahah boleh Penggunaan pengeras suara
dilakukan untuk adzan dan pengajian

36
Ke-NU-an Ahlussunnah Waljama’ah An-Nahdliyyah ~ Kelas 8 MTs /SMP

Bid’ah yang buruk (bid’ah sayyi’ah) dibagi menjadi dua, yaitu bid’ah
makruhah (yang makruh dilakukan) dan bid’ah muharramah (bid’ah
yang haram dilakukan). Bid’ah muharramah inilah bid’ah hakiki yang
dikatakan oleh Nabi sesat dan kelak akan masuk neraka. Contoh bid’ah
muharramah adalah shalat dengan bahasa Indonesia.

Tabel 2
Pembagian Bid’ah Sayyi’ah
No Istilah Arti Contoh
1 Bid’ah makruhah m a k r u h Menghias mushaf Al Qur’an
dilakukan dengan emas
2 Bid’ah muharramah tidak boleh Shalat dengan bahasa
dilakukan Indonesia

Ada pula yang membagi bid’ah menjadi dua, yaitu bid’ah al ‘adiyah
(bid’ah dalam hal kebiasaan sehari-hari seperti makan memakai
sendok) dan bid’ah ta’abudiyyah, yaitu bid’ah dalam hal menerangkan
masalah agama.

Menurut ulama, bid’ah berarti


segala sesuatu yang diada-
adakan dalam bentuk yang
belum ada contohnya (dari
Nabi Muhammad, sahabat, dan
generasi sesudahnya)

37

Anda mungkin juga menyukai