KARTOGRAFI
Dosen Pengampu :
Rohani, S.Pd, M.Si
Disusun oleh :
Heri Agustino Simanjuntak
NIM : 3171131007
Kelas : C
Cara Kerja :
1. Analisis Peta
Lakukan analisis Peta terlebih dahulu. Dari hasil pengamatan data sebagai berikut:
1. Peta tersebut adalah peta Rupa Bumi Indonesia
2. Skala Peta adalah 1: 10.000
3. Interval garis lintang / bujur adalah 10 ″
4. Interval garis lintang / bujur adalah 3,09 Cm
10 ″ = 3,09 Cm pada Peta (Saya sebut nilai “L”)
2. Melakukan Pengukuran
3. MelakukanPerhitungan
Tentukan nilai X 'dan Y', yaitu garis lintang dan bujur yang menjadi acuan
pengukuran, yang berimpit dengan nominal “0” pada penggaris
X '= 110 ° 29' 50,0 ”BT (Lihat gambar“ pengukuran garis bujur ”)
Y '= 1 ° 12' 30,0 ”LS (Lihat gambar pengukuran garis lintang”)
X = X '+ ((X ”/ L) x Interval)
X = 110 ° 29 '50,0 "BT + ((0,85 / 3,09) x 10 ″)
X = 110 ° 29 '50,0 ”BT + (8,5 ″ / 3,09)
X = 110 ° 29 '50,0 "BT + 2,75"
X = 110 ° 29 '52,75 ”BT
Y = Y '+ ((Y ”/ L) x Interval)
Y = 1 ° 12 '30,0 ”LS + ((2,25 / 3,09) x 10 ″)
Y = 1 ° 12 '30,0 ”LS + (22,5 ″ / 3,09)
Y = 1 ° 12 '30,0 "LS + 7,28"
Y = 1 ° 12 '37,28 ”LS
Hasil akirnya adalah 110 ° 29 '52,75 ”BT; 1 ° 12 '37,28 ”LS
Untuk menghindari kerancuan, kota-kota yang tidak berstatus kota otonom tidak
boleh menggunakan "Kota" di depan nama artikelnya, tetapi di belakang dengan tanda
kurung. Contohnya: Sofifi (kota) dan Ungaran (kota), bukan "Kota Sofifi" dan "Kota
Ungaran".
3. Kecamatan
4. Kelurahan/desa
1. Sungai (bahasa Indonesia) atau air, aik, ai, oi, kali, batang, wai, ci, brang, jeh, nanga,
krueung, Ie, (bahasa lokal)
2. Gunung (bahasa Indonesia) atau dolok, buku, bulu, deleng, keli, wolo, cot, batee
(bahasa lokal)
3. Tanjung (bahasa Indonesia) atau ujung, cuku (bahasa lokal)
4. Danau (bahasa Indonesia) atau telaga, situ, ranu (bahasa lokal)
5. Pulau (bahasa Indonesia) atau nusa, mios (meos), pulo, towade, wanua, libuton, lihuto
(bahasa lokal)….
Pedoman pertama :
Dalam menulis nama unsur geografi ditulis terpisah antara nama generik dan nama
spesifiknya. Lihat contoh di bawah ini:
Nama generik dan nama spesifik suatu unsur / ciri geografi ditulis secara terpisah:
Pedoman kedua :
Banyak spesifik nama di Indonesia, khususnya nama kota dan pemukiman memuat
juga nama spesifik dalam nama spesifiknya, seperti nama spesifik kota memakai gunung,
bukit, tanjung, ujung, pulau dst dalam nama spesifiknya. Dalam kasus ini nama spesifik
tersebut ditulis dalam satu kata. Contoh di bawah ini:
Gunungsitoli; Cimahi; Ujungpandang; Bukittinggi; Muarajambi; Tanjungpinang; Tanjung
priok; Krueungraya; Sungailiat; Bandarlampung; Airmadidi; Sungaipenuh; Kualasimpang.
Contoh di Jawa Barat ada sungai yang bernama Ci Liwung (harus ditulis dengan 2
kata). Tetapi jika suatu kota (generik) “Ci” dipakai dalam nama spasifik, maka ditulis
dengan satu kata (Cimahi, Cibinong, Cikampek). Lihat peta yang dibuat di masa
penjajahan Belanda (masih pakai ortografi lama “tj” untuk “c”, “dj” untuk ”j”, “oe” untuk
“u”.
Pedoman ketiga :
Jika suatu nama spesifik ditambah dengan kata sifat di belakangnya atau penunjuk
arah, maka ditulis terpisah. Contoh: Jawa Barat; Kebayoran Baru; Sungai Tabalong
Kiwa; Kotamubago Selatan; Kampung Desatengah Selatan; Nusa Tenggara
Timur; Panyabungan Tonga; Pagarutang Jae (tonga = tengah; jae = utama di kabupaten
Tapanuli Selatan); Kemang Utara; Durentiga Selatan.
Pedoman keempat
Jika spesifik nama yang terdiri dari kata berulang, ditulis sebagai satu
kata. Misalnya Bagansiapiapi; Siringoringo; Sigiringgiring; Mukomuko. Jika spesifik
nama yang ditulis dengan angka sebagai penomoran, maka nomor ditulis dengan huruf,
misalnya Depok Satu; Depok Dua; Depok Timur Satu; Koto Ampek. Jika spesifik spesifik
dari dua kata benda, ditulis sebagai satu kata, misalnya
Tanggabosi; Bulupayung; Pagaralam.
Pedoman kelima
Nama spesifik terdiri dari kata benda diikuti dengan nama generik, maka ditulis
sebagai satu kata, misalnya: Pintupadang; Pagargunung; Pondoksungai; Kayulaut.
Nama spesifik yang terdiri dari 3 kata, masing-masing 2 nama generik diikuti dengan kata
sifat atau kata benda, maka ditulis sebagai satu kata, misalnya Torlukmuaradolok (torluk =
teluk; muara = muara; dolok = gunung); Muarabatangangkola (muara dan batang adalah
nama generik; angkola = nama benda).
Pedoman keenam
Banyak contoh spesifik yang terdiri dari 4 kata atau lebih, misalnya beberapa daerah
di; Dalihan natolu hutaraja; Huta losung parandolok Lorong Tiga; Gunung manaonun
terudang. Untuk memudahkan permintaan tidak memakai nama yang panjang. Banyak
nama-nama unsur geografi yang berasal dari nama yang terucapkan dengan lidah
Indonesia atau informasi secara harafiah dalam bahasa Indonesia atau diganti dengan
nama Indonesia.
Yang berasal dari bahasa asing dengan pengucapan gaya bahasa Indonesia :
Sumber :