Anda di halaman 1dari 8

Tugas Rutin 6

KARTOGRAFI

Dosen Pengampu :
Rohani, S.Pd, M.Si

Disusun oleh :
Heri Agustino Simanjuntak
NIM : 3171131007
Kelas : C

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

“ JENIS KOORDINAT, NAMA-NAMA GEOGRAFIS DAN


MENGGAMBARKANNYA DI PETA ”

2.1 Jenis-jenis Koordinat Peta


1. Koordinat Peta
Koordinat adalah berada di suatu titik pada suatu titik, yang merupakan
pertemuan garis tegak dan garis mendatar dari suatu lembaran peta. Sistem koordinat
peta yang resmi ada dua macam yaitu:
2. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang
tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan)
yang sejajar dengan katulistiwa. Koordinat geografis merupakan koordinat yang
digunakan untuk membaca peta Rupa Bumi, yang dinyatakan dalam satuan derajat (◦),
menit ('), dan detik (“).
3. Koordinat Grid / Koordinat UTM
Koordinat grid dinyatakan terhadap sumbu X (absis) dan sumbu Y
(ordinat). Dalam koordinat titik jarak, suatu titik titik dinyatakan dalam jarak terhadap
suatu titik acuan (datum). Koordinat grid yang lazim di peta
adalah grid koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) sumbu yang digunakan
adalah sumbu X dan Y. Garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur / kiri ke
kanan (sumbu X). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara / bawah ke
atas (sumbu Y). Kisi sistem koordinatmengenal penomoran 4, 6, 8 dan 14
angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 4 atau 6 angka, dan untuk daerah
yang lebih sempit / detail dengan penomoran 8 atau 14 angka. Koordinat grid 14
angka, terdiri dari 7 angka absis (X) dan 7 angka ordinat (y)

Membaca Koordinat Peta


Membaca koordinat peta merupakan kemampuan yang wajib dimiliki dalam
menerapkan ilmu navigasi darat di alam bebas. Membaca koordinat peta adalah salah
satu hal yang dasar dalam menggunakan peta. Ada berbagai cara untuk menentukan
dan membaca koordinat peta, di antaranya adalah dapat menggunakan protaktor
maupun penggaris. Fungsi dari protaktor maupun penggaris dalam hal ini adalah
sebagai alat bantu. Dengan alat bantu tersebut kita bisa mendapatkan koordinat peta
lebih teliti.

Secara umum membaca koordinat peta koordinat geografis seperti berikut :


1. Cara membaca: Lintang (…. O …. '….' 'LU / LS) / Bujur (…. O ….'…. '' BB / BT)
2. Perhatikan nilai Lintang dan Bujur pada garis peta yang paling luar
3. Perhatikan berapa nilai interval pergeseran antara setiap garis peta pada lintang
dan bujur (dalam detik /…. '')
4. Cara menentukan
 Pembesaran nilai horizontal ke atas berarti berada di belahan bumi utara ( bawah
ke atas / kiri ke kanan )
 Pembesaran nilai horizontal ke bawah berarti berada di belahan bumi selatan
( atas ke bawah / kiri ke kanan )
5. Hitung berapa detik nilai penyimpangan koordinat yang akan dicari, hasilnya
ditambahkan dengan nilai garis (bagian utara tambahkann garis dibawahnya,
bagian selatan tambahkan nilai garis diatasnya, sedangkan garis bujur
ditambahkan nilai garis di kirinya). Hasilnya adalah koordinat yang dicari.

Cara Kerja :
1. Analisis Peta 
Lakukan analisis Peta terlebih dahulu. Dari hasil pengamatan data sebagai berikut:
1. Peta tersebut adalah peta Rupa Bumi Indonesia
2. Skala Peta adalah 1: 10.000
3. Interval garis lintang / bujur adalah 10 ″
4. Interval garis lintang / bujur adalah 3,09 Cm
10 ″ = 3,09 Cm pada Peta (Saya sebut nilai “L”)
2. Melakukan Pengukuran
3. MelakukanPerhitungan
Tentukan nilai X 'dan Y', yaitu garis lintang dan bujur yang menjadi acuan
pengukuran, yang berimpit dengan nominal “0” pada penggaris
X '= 110 ° 29' 50,0 ”BT (Lihat gambar“ pengukuran garis bujur ”)
Y '= 1 ° 12' 30,0 ”LS (Lihat gambar pengukuran garis lintang”)
X = X '+ ((X ”/ L) x Interval)
X = 110 ° 29 '50,0 "BT + ((0,85 / 3,09) x 10 ″)
X = 110 ° 29 '50,0 ”BT + (8,5 ″ / 3,09)
X = 110 ° 29 '50,0 "BT + 2,75"   
X = 110 ° 29 '52,75 ”BT
Y = Y '+ ((Y ”/ L) x Interval)
Y = 1 ° 12 '30,0 ”LS + ((2,25 / 3,09) x 10 ″)
Y = 1 ° 12 '30,0 ”LS + (22,5 ″ / 3,09)
Y = 1 ° 12 '30,0 "LS + 7,28"   
Y = 1 ° 12 '37,28 ”LS
Hasil akirnya adalah  110 ° 29 '52,75 ”BT; 1 ° 12 '37,28 ”LS

2.2 Nama-nama Geografis Wilayah


1. Kabupaten dan Kota

Untuk kabupaten dan kota di Indonesia, penamaan artikelnya memakai format


"Kabupaten AA" dan "Kota AA", contoh: Kabupaten Aceh Besar dan Kota
Lhokseumawe, jadi bukan "Aceh Besar" dan "Lhokseumawe". Ini berlaku walaupun
nama tersebut hanya memiliki satu kegunaan. Pada contoh di atas Aceh Besar diberi
nama Kabupaten Aceh Besar walaupun tidak ada Kota Aceh Besar.

2. Kota yang bukan daerah tingkat II

Untuk menghindari kerancuan, kota-kota yang tidak berstatus kota otonom tidak
boleh menggunakan "Kota" di depan nama artikelnya, tetapi di belakang dengan tanda
kurung. Contohnya: Sofifi (kota) dan Ungaran (kota), bukan "Kota Sofifi" dan "Kota
Ungaran".

3. Kecamatan

Untuk nama kecamatan menggunakan pola "nama kecamatan, nama kabupaten


atau kota" seperti Ciawi, Bogor dan Ciawi, Tasikmalaya bukan Kecamatan Ciawi
karena nama kecamatan yang sama bisa terdapat di kabupaten yang lain

4. Kelurahan/desa

Untuk nama kelurahan menggunakan pola "nama kelurahan, nama kecamatan,


nama kabupaten atau kota" seperti Seutui, Baiturrahman, Banda Aceh dan bukan
Seutui atau Kelurahan Seutui atau Seutui, Baiturrahman. Lihat halaman diskusinya
5. Pulau, Sungai, Danau, Pulau, Suku, Air terjun, Tanjung, Selat, Teluk

Mengikuti pola "Pulau AA", "Sungai Mahakam" dan sebagainya. Contohnya:


Pulau Simeulue dan bukan Simeulue. (terkecuali untuk Jawa, Sumatra, Sulawesi,
Kalimantan tidak memakai awalan pulau karena lebih populer)

2.3 Pengaplikasian Nama-nama Geografis Wilayah


Tiap nama unsur geografi di Indonesia terdiri atas dua bagian yaitu nama generik dan
nama spesifik. Yang dimaksud dengan nama generik adalah nama yang menggambarkan
bentuk dari tidak geografis tersebut, misalnya sungai, gunung, kota dan unsur
lainnya. Sedang spesifik nama merupakan nama diri ( nama yang tepat ) dari nama
generik tersebut yang juga digunakan sebagai unit pembeda antarunsur geografis. Nama
spesifik yang sering digunakan untuk geografis yang biasanya berasal dari kata sifat,
misalnya 'baru', 'jaya', 'indah', 'makmur' atau kata benda yang bisa mencerminkan bentuk
unsur tersebut, misalnya 'batu', 'candi' dan lain dll. Nama-nama generik dari unsur
geografi, antara lain:

1. Sungai (bahasa Indonesia) atau air, aik, ai, oi, kali, batang, wai, ci, brang, jeh, nanga,
krueung, Ie, (bahasa lokal)
2. Gunung (bahasa Indonesia) atau dolok, buku, bulu, deleng, keli, wolo, cot, batee
(bahasa lokal)
3. Tanjung (bahasa Indonesia) atau ujung, cuku (bahasa lokal)
4. Danau (bahasa Indonesia) atau telaga, situ, ranu (bahasa lokal)
5. Pulau (bahasa Indonesia) atau nusa, mios (meos), pulo, towade, wanua, libuton, lihuto
(bahasa lokal)….

Pedoman pertama :

Dalam menulis nama unsur geografi ditulis terpisah antara nama generik dan nama
spesifiknya. Lihat contoh di bawah ini:

Nama generik dan nama spesifik suatu unsur / ciri geografi ditulis secara terpisah:

Sungai Musi; Air Bangis; Krueung Aceh; Yaitu Mola; Wai Seputih; Batang Hari; Ci


Liwung; Danau Toba; Laut Jawa; Selat Sunda; Pulau Nias; Tanjung Cina; Kota
Bandung; Gunung Merbabu; Bukit Suharto. Singkatan Nama Generik di peta: Tanjung: Tg
.; Pulau: P .; Laut: L .; Selat: Sel .; Wai: W. Sungai: S atau Sei, Ujung: U. Kota, secara
umum “Kota” tidak ditulis dan juga tidak disebut karena orang tahu bahwa itu nama kota:
“Kota Bandung” atau “Bandung” saja.

Pedoman kedua :

Banyak spesifik nama di Indonesia, khususnya nama kota dan pemukiman memuat
juga nama spesifik dalam nama spesifiknya, seperti nama spesifik kota memakai gunung,
bukit, tanjung, ujung, pulau dst dalam nama spesifiknya. Dalam kasus ini nama spesifik
tersebut ditulis dalam satu kata. Contoh di bawah ini:

Gunungsitoli; Cimahi; Ujungpandang; Bukittinggi; Muarajambi; Tanjungpinang; Tanjung
priok; Krueungraya; Sungailiat; Bandarlampung; Airmadidi; Sungaipenuh; Kualasimpang.

Contoh di Jawa Barat ada sungai yang bernama Ci Liwung (harus ditulis dengan 2
kata). Tetapi jika suatu kota (generik) “Ci” dipakai dalam nama spasifik, maka ditulis
dengan satu kata (Cimahi, Cibinong, Cikampek). Lihat peta yang dibuat di masa
penjajahan Belanda (masih pakai ortografi lama “tj” untuk “c”, “dj” untuk ”j”, “oe” untuk
“u”.

Pedoman ketiga :

Jika suatu nama spesifik ditambah dengan kata sifat di belakangnya atau penunjuk
arah, maka ditulis terpisah. Contoh: Jawa Barat; Kebayoran Baru; Sungai Tabalong
Kiwa; Kotamubago Selatan; Kampung Desatengah Selatan; Nusa Tenggara
Timur; Panyabungan Tonga; Pagarutang Jae (tonga = tengah; jae = utama di kabupaten
Tapanuli Selatan); Kemang Utara; Durentiga Selatan.

Pedoman keempat

Jika spesifik nama yang terdiri dari kata berulang, ditulis sebagai satu
kata. Misalnya Bagansiapiapi; Siringoringo; Sigiringgiring; Mukomuko. Jika spesifik
nama yang ditulis dengan angka sebagai penomoran, maka nomor ditulis dengan huruf,
misalnya Depok Satu; Depok Dua; Depok Timur Satu; Koto Ampek. Jika spesifik spesifik
dari dua kata benda, ditulis sebagai satu kata, misalnya
Tanggabosi; Bulupayung; Pagaralam.

Pedoman kelima
Nama spesifik terdiri dari kata benda diikuti dengan nama generik, maka ditulis
sebagai satu kata, misalnya: Pintupadang; Pagargunung; Pondoksungai; Kayulaut.

Nama spesifik yang terdiri dari 3 kata, masing-masing 2 nama generik diikuti dengan kata
sifat atau kata benda, maka ditulis sebagai satu kata, misalnya Torlukmuaradolok (torluk =
teluk; muara = muara; dolok = gunung); Muarabatangangkola (muara dan batang adalah
nama generik; angkola = nama benda).

Pedoman keenam

Banyak contoh spesifik yang terdiri dari 4 kata atau lebih, misalnya beberapa daerah
di; Dalihan natolu hutaraja; Huta losung parandolok Lorong Tiga;  Gunung manaonun
terudang. Untuk memudahkan permintaan tidak memakai nama yang panjang. Banyak
nama-nama unsur geografi yang berasal dari nama yang terucapkan dengan lidah
Indonesia atau informasi secara harafiah dalam bahasa Indonesia atau diganti dengan
nama Indonesia.

Yang berasal dari pengucapan bahasa asing :

Tanjong Priok seharusnya ditulis Tanjungperiuk atau Tanjungpriok (kalau “priok”


bahasa Betawi dari “periuk”; Ayer Item seharusnya Air Hitam

Yang berasal dari bahasa asing dengan pengucapan gaya bahasa Indonesia :

Singerland menjadi Sangerlang; Glen More menjadi Glemor; Malborough menjadi


Malioboro; Zandvoort menjadi Sanpur, Sampur

Kaedah penamaan yang bisa dijadikan acuan adalah :

a) Menggunakan abjad Romawi atau huruf Latin


b) Mengutamakan nama lokal dan singkat
c) Tidak menggunakan nama yang sudah digunakan di tempat lain dalam
wilayah yang sama
d) Menggunakan nama yang menimbulkan pertentangan suku, agama,
ras dan antar golongan (SARA)
e) Tidak menggunakan nama orang atau tokoh masyarakat yang masih hidup
f) Tidak menggunakan nama perusahaan
g) Tidak menggunakan nama asing atau bahasa
h) Menggunakan kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam nama unsur
geografi
i) Menggunakan nama yang diatur berdasarkan peraturan peraturanundangan yang
berlaku secara nasional dan internasional

Sumber :

id.m.wikipedia.org › wiki › Sistem_...Sistem koordinat geografi - Wikipedia bahasa


Indonesia ...

tbmjanarduta.fkunud.com › koordin...Koordinat Peta | TBM Janar Dūta

geosriwijaya.com › 2016/07 › peng...Hasil web Pengertian Koordinat Geografis

arna.lecturer.pens.ac.id › 07 ...PDF 07 Sistem Koordinat Peta.pdf - Sistem Informasi


Geografis

Anda mungkin juga menyukai