Anda di halaman 1dari 18

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Analisis

1. Hasil

Sepuluh jurnal memenuhi kriteria inklusi, diambil sepuluh jurnal untuk dijadikan literature review.
Secara keseluruhan, setiap hasil penelitian membahas tentang pengaruh edukasi terhadap
peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Desain yang digunakan adalah
quasy experimental design dan crossectional design.
N Author Tah Volum Judul Metode Hasil Database
o un e (design, Penelitian
Angka sample,
variable,
Instrument,
Analisis)
1 Jenny Oktarina, 201 Vol 20, Pengaruh D: Uji t NELITI
Hendy Muagiri 6 no 1 Pendidikan Eksperimen berpasangan
Margono, Kesehatan Kuasi menunjukkan
Windhu Reproduksi oleh S: 50 siswa rerata sikap
Purnomo Sebaya dengan antara siswa
terhadap masing- Kelas 1 pada
Pengetahuan masing 25 kelompok
orang siswa yang
Dan Sikap
pada mendapat
dalam
kelompok pendidikan
Pencegahan kesehatan
intervensi
Seks Pranikah reproduksi
dan
Di SMAN 1 oleh pendidik
kelompok
Sukamara, sebaya
kontrol.
Kabupaten V: Variabel signifikan
Sukamara, dependen berbeda yaitu
Kalimantan adalah 67,6 sebelum
Tengah Pendidikan dan
kesehatan 75 sesudah
reproduksi intervensi.
sedangkan Sedangkan
variabel rerata sikap
independen pada
kelompok
adalah
kontrol tidak
pengetahua
berbeda yaitu
n dan sikap. 66 sebelum
I: Kuesioner dan
benar dan 69,2 sesudah
salah intervensi,
sebanyak 20 p=0,184.
soal. Meliputi Pada uji t dua
Kesehatan sampel
Reproduksi bebas: rerata
pada pre test
Remaja, HIV pada
AIDS, IMS kelompok
(Infeksi yang
Menular diberikan
Seksual), pendidikan
Seksualitas, kesehatan
dan PUP reproduksi
(Pendewasa oleh pendidik
an Usia sebaya yaitu
Perkawinan 67,6 dan
). pada
A: Uji T- kelompok
Sampel kontrol 66
berpasanga tidak
n dan bebas signifikan,
p=0,486.
Sedangkan
rerata post
test pada
kelompok
yang
diberikan
pendidikan
kesehatan
reproduksi
oleh
pendidik
sebaya yaitu
75, dan pada
kelompok
kontrol
69,2
signifikan,
p=0,014.
2 Gusti Ayu Indah 202 Vol 7 Pengaruh D: Dari hasil uji Google Scholar
Puspa Ranni, Ns. 0 no 1 Pemberian Eksperimen statistik
R. Tri Rahyuning Pendidikan Kuasi Wicolxon
Lestari, S.Kep., Kesehatan S: Jumlah Signeg Rank
M. Biomed, Auodiovisual sampel Test di
Ns.Niken Ayu Tentang dalam dapatkan nilai
Merna Eka Sari, Reproduksi penelitian ini p = 0,000
Remaja terhadap sebanyak 94 dengan
S.Kep., M.
Pengetahuan responden demikian H0
Biomed
Perilaku Seksual dengan ditolak, yang
Pranikah. teknik artinya ada
stratified pengaruh
random pemberian
sampling pendidikan
V: Variabel kesehatan
dependen audiovisual
adalah tentang
Pendidikan reproduksi
kesehatan remaja
audiovisual terhadap
reproduksi pengetahuan
remaja perilaku
sedangkan seksual
variabel pranikah
independen yang
dilakukan di
adalah
SMK Negeri
pengetahua
3
n
Denpasar
I: Kuesioner
tahun 2019
yang
digunakan
dalam
penelitian ini
untuk
mengukur
pengetahuan
perilaku
seksual
remaja dalam
mengetahui
serta
memahami
masalah
seksual
pranikah
pada remaja
dengan
interpretasi
yaitu,
kurang,
cukup dan
baik.
A: uji
statistik
Wilcoxon
Signed Rank
Test
3 Eti Sulastri, Dyah 202 Vol 16 Pendidikan D: Analisa Google Scholar
Puji Astuti 0 no 1 Kesehatan untuk Eksperimen bivariat
Meningkatkan Kuasi dilakukan
Pengetahuan dan S: dengan
Sikap Remaja Sampel yang menggunaka
Tentang digunakan n Wilcoxon
Kesehatan dalam Signed
Reproduksi dan penelitian Rank Test
Penyakit Menular ini dengan P
Seksual berjumlah value =0, 000
<
56 orang
α = 0,05.
V:
Hasil ini
Variabel menunjukkan
dependen bahwa ada
berupa pengaruh
pendidikan pemberian
kesehatan pendidikan
sedangkan kesehatan
variabel terhadap
independen pengetahua
berupa n remaja
pengetahua tentang
n dan sikap kesehatan
I: reproduksi
Leaflet dan dan
Kuesioner. penyakit
Kuesioner menular
Pengetahuan seksual
berbentuk
multiple
choice,
berisi
pertanyaan
sebanyak 10
nomor,
apabila
responden
menjawab
pertanyaan
dengan
benar di
berikan skor
1, dan jika
salah
diberikan
skor 0.
Kuesioner
Sikap
berbentuk
multiple
choice, berisi
pertanyaan
sebanyak 10
nomor,
apabila
responden
menjawab
pertanyaan
dengan
benar di
berikan skor
1, dan jika
salah
diberikan
skor 0.
A: Uji
Wilcoxon
4 Arip Ambulan 201 Vol 14 Intervensi D: Hasil Google Scholar
Panjaitan, 9 no 1 Ceramah Video Eksperimen penelitian
Laksmono dan Ceramah Kuasi menunjukka
Widagdo, Priyadi Diskusi S: n
Nugraha Terhadap Pemilihan karakteristik
Prabamurti Pengetahuan sampel responden
dan Sikap menggunak dari kedua
Remaja Dalam an kelompok
Kesehatan purposive perlakuan
Reproduksi. sampling dan
sebanyak kelompok
40 orang, kontrol
dibagi dua tidak
kelompok terdapat
perlakuan perbedaan,
dengan sehingga
masing- menguntun
masing 40 gkan bagi
sampel dan penelitian.
40 orang Demikian
untuk juga tingkat
kelompok pengetahua
kontrol. n dan sikap
V: responden
Variabel awal
dependen sebelum
berupa intervensi
ceramah mempunyai
sedangkan kondisi yang
variable tidak
independen berbeda/ho
pengetahua mogeny.
n dan sikap Hasil uji
remaja statistik
I: kuesioner paired
pretest- sample t-
post test test
A: diketahui
paired terdapat
sampel t- perbedaan
test dan skor rata-
independen rata
t t-test. pengetahua
n dan sikap
setelah
diberikan
pendidikan
kesehatan
reproduksi
dengan p
value 0,001.
Intervensi
dengan
ceramah
dan diskusi
kasus dan
role playing
memberika
n
peningkatan
skor
pengetahua
n dan sikap
yang lebih
tinggi
dibandingka
n dengan
metoda
ceramah
dan video.
Disimpulkan
kelompok
dengan
perlakuan
ceramah,
diskusi
kasus dan
roleplaying
memberika
n
peningkatan
pemahama
n remaja
tentang
kesehatan
reproduksi
dan
seksualitas
yang lebih
baik
sehingga
disarankan
metoda ini
dapat
dijadikan
sebagai
alternative
pendidikan
kesehatan
reproduksi
remaja yang
lebih baik
untuk
digunakan.
5 Arif 201 Vol 2 Pengaruh D: Hasil Google Scholar
Budiwibowo, 8 no 2 Penyuluhan Eksperimen Terdapat
Junaidi, terhadap Kuasi perbedaan
Supriadin. Tingkat S: tingkat
Pengetahuan 33 sampel pengetahua
Kesehatan diambil n yang
Reproduksi secara bermakna
pada Remaja cluster setelah
SMPN 1 sampling dilakukan
Madapangga dari siswa penyuluhan
Tahun 2018 kelas II. (p<0,01).
V: Perbedaan
Variabel tingkat
dependen pengetahua
adalah n yang
penyuluhan bermakna
, variable ada pada
independen topik
adalah anatomi
tingkat dan fisiologi
pengetahua kesehatan
n reproduksi,
I: cara
Kuesioner memelihara
A: kesehatan
paired t test organ
dan reproduksi,
alternatifny serta
a yaitu uji penyakit
Wilcoxon menular
seksual
(PMS) dan
HIV/AIDS
dengan nilai
p masing-
masing
0,028;
0,022; dan
0,013
secara
berurutan.
6 Septa Indra 201 Vol 1 Pengaruh D: Hasil Google Scholar
Puspikawati, Hario 8 no 2 Pendidikan Eksperimen penelitian
Megatsari. Sebaya Kuasi menunjukka
terhadap S: n bahwa
Pengetahuan Subjek sebagian
Kesehatan dalam peserta
Reproduksi penelitian pada
Remaja di ini dipilih kelompok
Karang Taruna secara perlakuan
Kabupaten convenient berjenis
Banyuwangi sampling kelamin
dan terbagi perempuan
dalam dua (76,92%)
grup yaitu sedangkan
remaja pada
karang kelompok
taruna yang kontrol
mendapat berjenis
pendidikan kelamin
sebaya (13 laki-laki
orang) dan (56,25%).
remaja Rata-rata
yang tidak umur pada
mendapat kedua
pendidikan kelompok
sebaya (17 adalah 17
orang). tahun dan
V: berpendidik
Variabel an tinggi
dependen (76,92% dan
berupa 56,25%),
pendidikan terdapat
kesehatan, perbedaan
variable pengetahua
indepen n sebelum
pengetahua dan
n remaja sesudah
karang perlakuan
taruna antara
I: Kuesioner kelompok
A: kasus dan
Tahap kontrol
pertama (p=0,04 dan
dalam p=0,001).
analisis Pengetahua
data adalah n sebelum
menguji dan
tingkat sesudah
sebaran pada
atau kelompok
distribusi kasus dan
data kontrol juga
menggunak berbeda
an uji (p=0,04 dan
saphiro- p=0,01).
wilk. Jika Sehingga
data ada
terdistribusi perbedaan
normal, pengetahua
data akan n sebelum
diuji dan
menggunak sesudah
an tes perlakuan
parametrik antara
yaitu kelompok
independen perlakuan
t t-test dan kontrol
untuk namun
mengetahui tidak ada
perbedaan pengaruh
pengetahua pendidikan
n pada
pendidikan peningkatan
pada pengetahua
kelompok n.
kasus dan
kontrol
sedangkan
paired t-
test untuk
mengetahui
perbedaan
pengetahua
n kesehatan
reproduksi
sebelum
dan
sesudah
intervensi
pendidikan

2. Analisis

Berdasarkan jurnal yang telah dituangkan ke dalam tabel, diperoleh hasil kajian mengenai usaha

yang dilakukan peneliti untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi pada remaja. Pada

jurnal pertama oleh Jenny, et.al, dinyatakan bahwa kedua kelompok, kontrol dan intervensi

dipengaruhi oleh ketersediaan dan jangkauan informasi yang diterima oleh remaja di SMAN 1

Sukamara. Kesepuluh jurnal menegaskan bahwa ada pengaruh dalam pemberian edukasi

kesehatan reproduksi pada remaja. Hasil yang signifikan ditemukan pada beberapa jurnal acuan,

seperti pada jurnal Gusti et,al di mana nilai p-value adalah 0,000 di mana nilai ini lebih kecil dari
0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil sebelum dan sesudah pemberian

edukasi kesehatan reproduksi berupa audiovisual. Hasil serupa juga ditemukan dalam jurnal

acuan oleh Eti Sulastri, Dyah Puji Astuti dengan p- value adalah 0,000. Penelitian oleh Eti et.al ini

dilakukan dengan metode eksperimen kuasi dan dinilai dengan Wilcoxon signed rank test.

Media yang digunakan dalam pemberian edukasi kesehatan juga sangat berpengaruh pada

pemahaman remaja terkait kesehatan reproduksi. Jurnal acuan dari Arip et.al menggunakan

metode ceramah video dan juga ceramah diskusi. Hasil dari jurnal tersebut adalah terdapat

peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi pada remaja yang diberikan edukasi melalui ceramah

diskusi dan roleplaying di mana pada kolom pengetahuan didapatkan rata-rata skor setelah

pemberian edukasi kesehatan adalah 28,58, lebih tinggi dibandingkan ceramah video dengan

skor 28,08. Edukasi kesehatan dinilai berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, hal ini

sejalan dengan hasil analisis p- value sama dengan 0,001. Media berupa audiovisual juga

digunakan oleh peneliti Telly et.al pada remaja di SMAN 2 Pontianak. Pada penelitian tersebut

didapatkan hasil penelitian bahwa rata-rata nilai pretest dan post test adalah 0,5, standar

deviation 0,568 dengan standar error mean 0,1 dan derajat kebebasan (df) adalah 31. Hasil uji

statistik didapat nilai T hitung < T tabel (-10,74 < -2,042) dan nilai P Value 0,0001, bearti pada

alpha 5% dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima adalah ada pengaruh penyuluhan

kesehatan reproduksi melalui audio visual dengan hasil pengetahuan setelah penyuluhan. Dari

hasil penelitian sebelum penyuluhan didapatkan bahwa rata-rata pretest pengetahuan adalah 86,

standar deviation 0,483, standar error mean sebesar 0,085 dan sebagian kecil dari responden

(34,4%) dengan jumlah 11 orang dikategorikan baik dan sebagian besar dari responden (65,6%)

dengan jumlah 21 orang dikategorikan kurang.


Karakteristik tingkat pendidikan responden adalah salah satu hal yang memengaruhi hasil

pemberian edukasi kesehatan seperti pada jurnal Arif Budiwibowo serta jurnal Delli Yuliana yang

sama-sama mengambil responden siswa-siswi SMP mendapatkan hasil yang signifikan tapi tidak

sesignifikan hasil yang didapatkan oleh peneliti yang mengambil responden siswa-siswi SMA

atau karang taruna. Seperti Skripsi oleh Dian Putri Ekawati Mihora dengan responden siswa-

siswi SMAN 1 Wawotobi. Dibandingkan dengan hasil dari responden SMP yang hanya

mendapatkan hasil 0,036 dan tertinggi 0,028, hasil penelitian Dian memperoleh p= 0,000.

Responden berupa remaja karang taruna dan dengan pendidikan tinggi contohnya ada di

penelitian Septa Indra et.al. Secara statistik pengetahuan sebelum perlakuan antara kedua

kelompok memang berbeda tetapi dilihat dari rata-rata skor pengetahuan yang diperoleh kedua

kelompok termasuk dalam kategori pengetahuan yang rendah. Hal ini berarti remaja pada kedua

kelompok belum mempunyai pengetahuan secara menyeluruh tentang kesehatan reproduksi.

Setelah diberikan perlakuan berupa pemberian edukasi kesehatan yang disampaikan oleh

remaja sebaya, didapatkan hasil pengetahuan post-test pada kelompok perlakuan lebih tinggi

daripada kelompok kontrol (p=0,04 dan p =0, 01).

Pada jurnal yang disusun oleh Filipa de Castro membahas mengenai paparan edukasi kesehatan

yang komprehensif (CSE) pada remaja SMA di Mexico. Latar belakang budaya turut

memengaruhi hasil penelitian dalam jurnal ini. Ada hubungan yang signifikan antara pemberian

edukasi kesehatan reproduksi pada setiap komponen CSE dan hasil kesehatan seksual terkait.

Siswa juga dihadapkan pada komponen hubungan dengan peluang 20% lebih tinggi untuk

menegaskan bahwa mereka dapat meyakinkan pasangannya untuk menggunakan kondom. Jika

diterapkan di Indonesia tentunya bertentangan dengan nilai sosial dan budaya yang ada di
Indonesia tetapi kita mendapatkan gambaran umum bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil sesudah dan sebelum pemberian edukasi kesehatan reproduksi.

Penelitian ini memberikan bukti tentang efek menguntungkan yang potensial dari CSE pada

sikap, pengetahuan, dan perilaku terkait kesehatan seksual dan reproduksi di kalangan remaja.

B. Pembahasan

1. Pendidikan Kesehatan Reproduksi

WHO mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai status kesehatan fisik, mental, dan sosial;

dimana tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, tetapi meliputi semua aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO, 2014). Banyak kasus

terkait kesehatan reproduksi yang masih perlu diperhatikan seperti kehamilan tidak diinginkan

(KTD), aborsi ilegal, kekerasan seksual, infeksi penyakit menular seperti HIV dan AIDS.

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja diharapkan menjadi salah satu cara pencegahan

remaja untuk menghadapi perilaku seksual berisiko. Salah satu pengaturan pendidikan

kesehatan reproduksi, yaitu sekolah seharusnya memiliki kesempatan besar untuk memengaruhi

perilaku kesehatan reproduksi remaja karena sebagian besar remaja menghabiskan waktu

mereka di sekolah serta membuat sosialisasi dan komunitas di sekolah. Hal ini ditemukan dalam

jurnal Jenny Oktarina, Arif Budiwibowo, Filipa de Castro, Yuliana, Telly dan Dian yang masing-

masing memuat penelitian pada siswa SMP dan SMA. Penelitian Filipa de Castro, et.al

menjelaskan bahwa sekolah berpengaruh signifikan dalam pembentukan pengetahuan dan

perilaku siswa-siswi SMA di Mexico terkait dengan kesehatan reproduksi dan interaksi pada

lawan jenis. Sekolah merupakan tempat yang efektif untuk menyebarluaskan informasi,

membentuk sikap dan mengembangkan keterampilan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Speizer,

Magnani dan Colvin pada tahun 2003 serta Galant dan Maticka-Tyndale pada tahun 2004 yang
menemukan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan di sekolah berhubungan

dengan penundaan perilaku seksual dan menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan

(KTD) serta infeksi menular seksual (IMS) diberbagai negara. Korelasi pendidikan kesehatan

reproduksi yang telah diberikan di sekolah harus bersifat kontunuitas di lingkungan sekitar

remaja, seperti organisasi karang taruna di mana terdapat banyak remaja di dalamnya.

Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh guru juga dapat diberikan oleh teman sebayanya.

Menurut Sari (2014), upaya pencegahan HIV dan AIDS hanya dapat efektif bila dilaksanakan

dengan komitmen seluruh lapisan masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah

dan atau mengurangi perilaku berisiko tinggi terhadap penularan HIV, selain itu juga dapat

dilakukan dengan penyuluhan kesehatan. Seperti dalam jurnal Septa Indra Puspikawati, Hario

Megatsari dengan hasil penelitian yang menegaskan bahwa terdapat pengaruh pendidikan

kesehatan oleh teman sebaya yang dilakukan pada remaja. Penelitian ini di dukung dengan teori

yang mengatakan masa remaja merupakan masa kritis dalam perkembangan perilaku individu.

Remaja biasanya mempunyai keinginan untuk mencoba perilaku baru yang modern dan kekinian.

Perilaku tersebut tidak selalu mengarah pada kebaikan tetapi juga membawa risiko pada

kesehatan. Perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat pendidikan

tersebut dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam penerapan hidup

sehat (Wulandari, 2009). Salah satu bentuk lingkungan yang dapat memengaruhi pengetahuan

remaja adalah pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal dapat diperoleh dari keluarga,

organisasi, dan masyarakat (WHO, 2011). Salah satu contoh pendidikan non-formal adalah

pendidikan sebaya. Pendidikan sebaya adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan, sikap dan tindakan sekelompok orang yang dilaksanakan antar kelompok sebaya

dan dipandu oleh seorang fasilitator yang berasal dari kelompok itu sendiri (Kemenkes, 2014).

2. Media Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Ditinjau dari segi bahasa, menurut Arsyad

(2013: 3) media berasal dari bahasa latin

medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’. Sementara

ditinjau secara istilah menurut Heinich, dan kawan kawan (1982) dalam Arsyad

(2013: 3) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar

informasi antara sumber dan penerima. Definisi tersebut menekankan istilah

media sebagai sebuah perantara. Media berfungsi untuk menghubungan sebuah

informasi dari satu pihak ke pihak lainnya.

penggunaan media dalam

proses belajar disampaikan

oleh Dale (1969) dalam Arsyad (2013:  13)

yaitu Dale’s Cone of experience (Kerucut Pengalaman Dale) “Kerucut ini

merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang

dikeluarkan oleh Burner”. Dalam kerucut tersebut dijelaskan bahwa pengalaman

secara langsung (kongkrit) memberikan hasil belajar paling tinggi. Dilanjutkan

oleh benda tiruan, dramatisasi, karyawisata, televisi, gambar hidup pameran,

gambar diam, lambang visual dan lambang kata (abstrak) yang memberikan porsi

paling sedikit. Untuk lebih

jelasnya berikut ini merupakan Kerucut Pengalaman Dale.


Gambar 3.1

Salah satu permasalahan utama remaja adalah ketidaktahuan mereka terhadap tindakan yang

harus dilakukan sehubungan dengan masalah kesehatan reproduksi. Hal tersebut ditunjukkan

dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Kurang

tersedianya informasi kesehatan reproduksi secara komprehensif membuat remaja berusaha

mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Oleh karena itu, remaja memerlukan informasi

kesehatan reproduksi secara komprehensif sehingga diharapkan memiliki sikap dan tingkah laku

yang bertanggung jawab. Melihat kondisi ini, tindakan pencegahan sangatlah penting dan salah

satunya dengan pemberian pendidikan kesehatan reproduksi. Media pendidikan kesehatan

reproduksi seperti video dapat digunakan sebagai alat bantu dalam memberikan pendidikan

kesehatan. Penggunaan media video dalam memberikan pendidikan kesehatan dirasa sangat

tepat untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, terutama pada kalangan

remaja. (Listyarini, 2017)

Hasil penelitian oleh Arip et.al menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan terhadap

peningkatan pengetahuan pada remaja melalui ceramah diskusi dan roleplaying serta ceramah

video. Penelitian ini didukung oleh penelitian lainnya dari Mulyadi et.al (2018) mengenai

efektivitas pendidikan kesehatan dengan media video. Penelitian dengan menggunakan media

tambahan seperti audiovisual dan bermain peran terbukti memberikan dampak peningkatan

pengetahuan kepada remaja secara signifikan karena selain didukung oleh sejumlah teori

mengenai media dan pemahaman individu dalam proses belajar, penelitian ini juga telah

dibuktikan dengan analisa statistik sebagai hasil penelitian tersebut. Di dalam literature review ini

jurnal acuan yang menggunakan media tambahan terdapat pada jurnal yang disusun oleh Arip

et.al, Gusti Ayu et.al, dan Telly et.al.

Anda mungkin juga menyukai