Anda di halaman 1dari 6

Toleransi Antar Agama

Aulia Putri (8B)

Mila, ia adalah seorang gadis fisabilitas. Kakinya yang tidak sempurna


seperti orang lain, membuatnya tidak pernah putus asa dan bermalas-malasan.
Mila duduk dibangku kelas 3 SMP. Dilingkungan rumah Mila ada Masjid yang
mengadakan TPA ( Tempat Pendidikan Agama) yang berisikan pengajaran iqro,
pengajaran Al-Qur’an, setoran ayat, dan ibadah lainnya yang diadakan 5 hari
dalam sepekan.

Mila sering hadir ke TPA, bahkan ia tidak pernah bolos sekalipun. Ia


harus berjalan kaki dengan tongkat menuju Masjid setiap harinya. Karena
ibunya yang sedang terbaring lemas ditempat tidur dan ayahnya yang bekerja
keras mencari nafkah tidak bisa mengantarnya ke Masjid.

Mila adalah murid hafalan yang baik. Ia juga sangat sopan guru ngajinya.
Awalnya Mila ingin berhenti mengaji karena ibunya sakit, ia ingin mengurus
ibunya saja. Walaupun begitu, Mila harus mendengarkan perkataan ibunya
untuk tetap mengaji. Setiap waktu Mila terus khawatir dengan ibunya.

Suatu hari seperti biasa, setiap sore Mila pergi ke Masjid. Entah kenapa
hatinya menjadi cemas Ketika meninggalkan rumah. Ketika ia sedang mengaji,
tetangga Mila menghampiri ke Masjid dan mengatakan jika ibunya sedang
kritis di rumah. Mendengar hal itu, Mila pun panik dan Kembali ke rumah
dengan tergesa-gesa. Mila pun langsung menelepon ayahnya yang sedang
bekerja untuk cepat dating ke rumah.
Sesampai di rumah, Mila melihat ibunya yang sedang kesakitan. Mila
hanya bisa mendoakan ibunya yang sedang kesakitan. Tidak lama kemudian,
ibunya pun menghembuskan nafas terakhir. Mila pun menangis disamping
ibunya yang sudah tiada. Ayahnya sampai di rumah dan ikut menangis atas
kepergian istrinya. Ibunya pun di kubur. Yang tersisa hanyalah Mila dan
ayahnya.

Beberapa hari setelah ibunya meninggal. Mila pun berfikir untuk


berhenti mengaji dan berjualan saja. Alasanya karena ia tidak ingin
merepotkan ayahnyauntuk mencari makan.

Suatu hari teman SD Mila yang bernama Lina melihat Mila sedang
berjualan. Lina pun menghampiri Mila dan bertanya mengapa Mila ada di sini.
Lina adalah teman dekat Mila sewaktu SD, walaupun mereka berbeda
keyakinan mereka sangat dekat satu sama lain, bahkan Lina mengetahui ibu
dan ayah Mila. Mila memberitahu Lina jika ibunya sudah meninggal.
Mendengar hal itu Lina pun ikut beduka cita atas meningga ibunya Mila.

Tidak berfikir panjang, Lina pun langsung membantu Mila berjualan


mengelilingi kampung. Lina merasa kasihan dengan Mila karena umur segini
sudah harus bekerja keras.
Setelah bertemu dengan Lina, Lina pun menjadi sering membantu Mila
berjualan setiap sore. Lina juga sering mengujungi rumah Mila untuk
menemaninya. Suatu hari Ketika sedang berjualan, ada seorang laki-laki
dewasa yang menabrak Mila, barang jualan Mila berjatuhan, dan tangan Mila
yang lecet. Karena tabrakan itu, Mila Kembali kerumah di temani Lina dan
memutuskan untuk sementra tidak berjualan dulu.

Untung saja Lina yang sedang disamping Mila tidak terluka. Ketika di
rumah, Lina mengobati luka lecet Mila yang berdarah. Ketika mengingat
kejadian itu Mila dan Lina sangat sedih.

Keesokan harinya mereka Kembali berjualan. Lina juga ikut dengan Mila
untuk berjualan. Mereka pulang tepat waktu. Mereka pulang ke rumah
masing-masing dengan aman.

Sudah 2 bulan Mila berjualan. Barang jualannya selalu habis setiap


harinya. Sebentar lagi Mila akan menempuh pendidikan SMA. Tetapi seperti
Mila tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena Ayah Mila tidak mempuyai
cukup uang untuk Mila SMA.

Mila juga mengatakan kepada ayahnya, jika tidak apa-apa Mila tidak
lanjut bersekolah. Mila bercerita kepada Lina jika ia tidak akan lanjut sekolah.
Lina yang berasal dari keluarga mampu ingin menyekolahkan Mila Bersama
denga Lina. Orangtua Lina juga sudah menganggap Mila itu seperti anaknya
sendiri.
Mila merasa malu jika biaya sekolahnya nanti dibayar keluarga Lina. Lina
pun megatakan jika tidak apa-apa jika orang tuanya yang akan membiayakan
sekolahnya nanti, orang tuanya sanggup.

Setelah pembicaraan yang lama, ayah Mila dan Mila pun setuju.
Nantinya Mila dan Lina akan bersekolah di sekolah yangn sama. Kelas 3 SMP
pun berakhir, Mila dan Lina berangkat sekolah Bersama. Lina tidak pernah
malu memiliki sahabat fisabilitas seperti Mila. Ia selalu menyemangati Mila
Ketika ada seseorang yang membully Mila.

Mereka selalu Bersama kemanapun dan kapanpun. Mereka juga sselalu


menyemangati satu sama lain Ketika yang lainnya sedang dalam masalah atau
kesulitan .

Mereka beranjak dewasa Bersama. Walaupun memiliki kepercayaan


berbeda, mereka selalu menghormati satu sama laindan juga menghargai satu
sama lain. Mereka juga tidak pernah membahas konflik agamanya masing –
masing.
Suatu Ketika, Mila berjualan sendiri tanpa Lina. Seorang mengendara
mobil menabrak Mila yang sedang berjualan tanpa sengaja. Pengendara mobil
itu langsung membawa Mila ke rumah sakit dan mendapat perawatan.

Kondisi Mila pada saat tidak sadarkan diri. Orang yang melihat kejadian
itu menghubungi ayah Mila karena kenal. Ayah Mila khawatir dan langsung
pergi ke rumah sakit.

Karena Mila tidak ada kabar sama sekali, Lina khawatir dengan Mila, ia
mengunjungi rumah Mila tetapi tidak ada orang, yang seharusnya Mila pulang
berjualan jam segitu. Lina pun langsung menanyakan kepada tetangga Mila,
dan tetangga Mila pun berkata jika Mila kecelakaan dan di bawa ke rumah
sakit. Mendengar hal itu Lina Bersama keluarganya langsung mengunjungi
Rumah Sakit.

Saat itu Mila masih dalam kondisi kritis karena Mila mengalami bocor
dikepala. Setelah 4 jam Mila tidak sadarkan diri, dokter mengatakan jika Mila
sudah meninggal. Lina langsung menangis, ia tidak percaya sahabat sudah
meninggal. Walaupun begitu, Lina akan masih mengenang kenangan Bersama
Mila sewaktu Mila ada.

Anda mungkin juga menyukai