Mila adalah murid hafalan yang baik. Ia juga sangat sopan guru ngajinya.
Awalnya Mila ingin berhenti mengaji karena ibunya sakit, ia ingin mengurus
ibunya saja. Walaupun begitu, Mila harus mendengarkan perkataan ibunya
untuk tetap mengaji. Setiap waktu Mila terus khawatir dengan ibunya.
Suatu hari seperti biasa, setiap sore Mila pergi ke Masjid. Entah kenapa
hatinya menjadi cemas Ketika meninggalkan rumah. Ketika ia sedang mengaji,
tetangga Mila menghampiri ke Masjid dan mengatakan jika ibunya sedang
kritis di rumah. Mendengar hal itu, Mila pun panik dan Kembali ke rumah
dengan tergesa-gesa. Mila pun langsung menelepon ayahnya yang sedang
bekerja untuk cepat dating ke rumah.
Sesampai di rumah, Mila melihat ibunya yang sedang kesakitan. Mila
hanya bisa mendoakan ibunya yang sedang kesakitan. Tidak lama kemudian,
ibunya pun menghembuskan nafas terakhir. Mila pun menangis disamping
ibunya yang sudah tiada. Ayahnya sampai di rumah dan ikut menangis atas
kepergian istrinya. Ibunya pun di kubur. Yang tersisa hanyalah Mila dan
ayahnya.
Suatu hari teman SD Mila yang bernama Lina melihat Mila sedang
berjualan. Lina pun menghampiri Mila dan bertanya mengapa Mila ada di sini.
Lina adalah teman dekat Mila sewaktu SD, walaupun mereka berbeda
keyakinan mereka sangat dekat satu sama lain, bahkan Lina mengetahui ibu
dan ayah Mila. Mila memberitahu Lina jika ibunya sudah meninggal.
Mendengar hal itu Lina pun ikut beduka cita atas meningga ibunya Mila.
Untung saja Lina yang sedang disamping Mila tidak terluka. Ketika di
rumah, Lina mengobati luka lecet Mila yang berdarah. Ketika mengingat
kejadian itu Mila dan Lina sangat sedih.
Keesokan harinya mereka Kembali berjualan. Lina juga ikut dengan Mila
untuk berjualan. Mereka pulang tepat waktu. Mereka pulang ke rumah
masing-masing dengan aman.
Mila juga mengatakan kepada ayahnya, jika tidak apa-apa Mila tidak
lanjut bersekolah. Mila bercerita kepada Lina jika ia tidak akan lanjut sekolah.
Lina yang berasal dari keluarga mampu ingin menyekolahkan Mila Bersama
denga Lina. Orangtua Lina juga sudah menganggap Mila itu seperti anaknya
sendiri.
Mila merasa malu jika biaya sekolahnya nanti dibayar keluarga Lina. Lina
pun megatakan jika tidak apa-apa jika orang tuanya yang akan membiayakan
sekolahnya nanti, orang tuanya sanggup.
Setelah pembicaraan yang lama, ayah Mila dan Mila pun setuju.
Nantinya Mila dan Lina akan bersekolah di sekolah yangn sama. Kelas 3 SMP
pun berakhir, Mila dan Lina berangkat sekolah Bersama. Lina tidak pernah
malu memiliki sahabat fisabilitas seperti Mila. Ia selalu menyemangati Mila
Ketika ada seseorang yang membully Mila.
Kondisi Mila pada saat tidak sadarkan diri. Orang yang melihat kejadian
itu menghubungi ayah Mila karena kenal. Ayah Mila khawatir dan langsung
pergi ke rumah sakit.
Karena Mila tidak ada kabar sama sekali, Lina khawatir dengan Mila, ia
mengunjungi rumah Mila tetapi tidak ada orang, yang seharusnya Mila pulang
berjualan jam segitu. Lina pun langsung menanyakan kepada tetangga Mila,
dan tetangga Mila pun berkata jika Mila kecelakaan dan di bawa ke rumah
sakit. Mendengar hal itu Lina Bersama keluarganya langsung mengunjungi
Rumah Sakit.
Saat itu Mila masih dalam kondisi kritis karena Mila mengalami bocor
dikepala. Setelah 4 jam Mila tidak sadarkan diri, dokter mengatakan jika Mila
sudah meninggal. Lina langsung menangis, ia tidak percaya sahabat sudah
meninggal. Walaupun begitu, Lina akan masih mengenang kenangan Bersama
Mila sewaktu Mila ada.