Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT ALAMI TANAH


ACARA I
PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

Disusun Oleh:

Nama : FATHUZAKY SETYAWAN


NIM : 19/446800/TP/12603
GOL/KEL : C/14
CO.ASS : UNGGUL FAJAR HIDAYAT

LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA LAHAN DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PPERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai peran yang sangat penting
karena merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.
Pengamatan profil dan pengambilan sampel tanah dapat menjadi salah satu
bentuk upaya untuk menentukan teknik irigasi dan drainase serta karakteristik
tanaman produksi yang akan ditanam dengan tepat. Kehidupan daur tanah
dimulai dari taraf bahan induk, tanah muda atau belum matang (immature),
tanah dewasa atau matang (mature) dan berlanjut ke tanah tua (senil). Bahan
induk dapat berubah menjadi tanah muda dalam suatu periode waktu yang
relatif pendek dalam kondisi lingkungan yang memungkinkan. Hasil proses
pembentukan tanah dicerminkan dalam morfologi profil tanah yang
bersangkutan.
Morfologi tanah adalah corak, sifat dan karakteristik profil tanah. Profil
tanah adalah penampang tegak tanah yang dibuat sedalam &1,5 m atau sampai
bahan induk. Semua corak, sifat dan karakteristik yang harus diamati dari profil
tanah adalah meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi dan sifat-sifat lain seperti
padas, air tanah, bahan organik, keadaan batuan, dan kerikil. Tiap tanah
dicirikan oleh susunan tertentu horizon. Tiap horizon dapat dibedakan
berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya. Oleh karena
itu dilakukan praktikum ini untuk mengamati profil tanah dan mendeskripsikan
karakteristik horizon tanah tersebut.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan
pengambilan contoh (sampel) tanah terusik (disturbed) dan tak terusik
(undisturbed).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Profil tanah merupakan penampang melintang (vertikal) tanah yang
tersusun atas lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum atau lapisan
tanah yakni merupakan bagian dari profil tanah yang terbentuk karena akibat proses
pembentukan pada tanah. Profil tanah adalah lapisan-lapisan tanah tertentu yang
menunjukkan tingkat kepadatan, ketebalan, warna, struktur yang berbeda-beda dan
lapisan tanah itulah yang disebut dengan horizon. Adapun lapisan lapisan tanah
tersebut akan menjadi beberapa horizon, diantaranya (Rajamuddin, 2009),
1) Horizon O, yakni horizon yang mudah ditemukan pada tanah-tanah yang
menduduki hutan hutan yang belum terjamah. Horizon O juga adalah horizon
organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.
2) Horizon A, yakni horizon yang tersusun dari campuran bahan organik dan
bahan mineral. Horizon A juga adalah horizon yang mengalami penyucian.
3) Horizon B, yakni horizon yang terbentuk akibat adanya proses penimbunan dari
bahan-bahan yang tercuci dari horizon A.
4) Horizon C, yakni horizon yang tersusun dari bahan induk yang telah mengalami
pelapukan dan bersifat tidak subur.
5) Horizon R, yakni horizon yang terdiri dari oatu-batu yang keras dan belum
pernah mengalami pelapukan. Horizon R juga disebut dengan batuan induk atau
batuan dasar.
Secara ertimologi, lapisan-lapisan pada tanah terbagi menjadi 3, yakni
lapisan tanah atas, Japisan tanah bawah, dan batuan induk tanah. Adapun penjelasan
mengenai ketiga lapisan ini sebagai berikut (Utomo, 2016),
A. Lapisan tanah atas memiliki warna yang relatif gelap dan kehitam-hitaman,
dan memiliki ketebalan sekitar 10 sampai 30 cm. Lapisan tanah atas ini
adalah lapisan tanah tersubur karena terdapat bunga tanah atau humus.
Lapisan tanah atas (top soil) juga adalah bagian yang optimum untuk
kehidupan tumbuh-tumbuhan.
B. Lapisan Tanah Bawah Memiliki warna yang lebih cerah dan lebih padat
dibanding tanah lapisan atas. Lapisan tanah bawah ini memiliki ketebalan
50 hingga 60 cm, cl yang mana lebih tebal dibanding lapisan tanah atas,
pada lapisan tanah bawah ini aktivitas jasad hidup mulai berkurang.
Biasanya pada lapisan ini ditumbuhi tanaman-tanaman yang berumur
panjang dan berakar tunggang.
C. Batuan Induk Tanah Lapisan tanah ini warnanya relatif kemerah-merahan.
Jika semakin ke dalam lapisan ini berupa batuan pejal yang belum pernah
mengalami proses pemecahan/ pelapukan. Sedangkan pada lapisan tanah ini
tumbuhtumbuhan jarang bahkan sukar bisa hidup.
Menurut Haryanto (2011) bahwa tingkat perkembangan tanah tidak setara
dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan
perkembangan pembentukan horison-horison tanah, sedang tingkat pelapukan
tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah. Tanah muda
yang baru mempunyai horison A dan C dapat berupa tanah yang baru sedikit
mengalami pelapukan bila berasal dari bahan induk baru seperti abu volkan, tetapi
dapat juga telah mengalami pelapukarlanjut bila berasal dari bahan induk tua atau
bahan induk yang telah mengalami pelapukan lanjut di tempat lain.
Kekeringan dan erosidapat menghambat perkembangan tanah. Dalam periode
waktu yang sama (umur yang sama) tanah di suatu tempat mungkin telah
berkembang lanjut sedang di tempat lain yang beriklim kering atau terus menerus
tererosi, mungkin tanahnya belum berkembang. Oleh karena itu, tua mudanya tanah
tidak dapat dinyatakan dari umur tanah tersebut (dalam tahun), tetapi harus
didasarkan pada tingkat perkembangan horisonhorison tanah yang ada.Proses
perkembangan tanah mula-mula berjalan agak cepat tetapi makin tua tanah, proses
tersebut berjalan sangat lambat (Iskandar, 2012).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini menggunakan alat dan bahan, yaitu:
1. Profil tanah lebar 1,5meter dengan kedalaman sampai mencapai beberapa
horizon (minimal 3) atau tebing/lereng yang terpapar horizon tanahnya
2. Permukaan tanah di sekitar tempat tinggal
3. Pisau/belati
4. Palu
5. Kayu (persegi dengan panjang, lebar, tebal 30 cm x 5 cm x 5 cm) f. Ring
soil sampler (logam/PVC yang tahan pecah) dengan diameter 5,5 – 7 cm
dan tinggi 7 – 10 cm
6. Kantong plastik dan karet gelang
7. Sekop

3.2 Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum ini pertama sampel tanah bagian atas diambil
dengan cara terusik dan tak terusik. video dan penjelasan yang diberikan asisten
dilihat dan dipahami. Selanjutnya sampel tanah terusik diambil menggunakan
sekop kecil, lalu sampel tanah tak terusik diambil menggunakan ring sampel
dan palu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Gambar 1. Sampel Tanah Terusik

Gambar 2. Sampel Tanah Tak Terusik

4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum acara 1 dapat disimpulkan bahwa
pengambilan sampel tanah dapat dilakukan secara terusik dan tidak terusik.
Masing – masing memiliki kegunaannya tersendiri untuk pengujian dan
memiliki kelebihan serta kekurangannya masing – masing.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik, materi dapat dipahami dengan
mudah dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto. 2011. Morfologi Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.


Iskandar. 2012. Dasar-dasar Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan
Umum. Bekasi: Jala Permata.
Rajamuddin, Ulfiyah. 2009.Study of Soil Morphology and Development
Level on Paddy Soil in Kaluku Tinggu Village, Donggala Regency, Central
Sulawesi. Journal Agroland, Volumel(1): Hal 45-52.
Utomo, H. Dwiyono. 2016. Morfologi Profil Tanah Vertisol di Kecamatan
Kraton, Kabupaten Pasuruan. Jurnal Pendidikan Geografi. Volume: Hal 47-57.
Yani, Ahmad., Ruhimat, Mamat. 2007. Geografi: Menyingkap Fenomena
Geosfer. Bandung: Grafindo Media Pratama.
LAMPIRAN
Mohon maaf mas,
dikarenakan hasil scan
biasa kualitas
gambarnya jelek, maka
saya menggunakan scan
warna hitam. Namun,
saya tetap mengerjakan
dengan tinta biru.

Anda mungkin juga menyukai