Anda di halaman 1dari 4

Nama: Yovanta A.

Mirandy
NIM: 191103112
Prodi/Semester: 3

1. Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang bidan
yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama-sama memiliki BPS dan ada persaingan di
antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan
melahirkan di BPS bidan “B” yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan “A”.
Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum lengkap dan bidan
“B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan menolong persalinan
tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut melanggar wewenang sebagai
seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk bersaing dengan bidan “A”.
Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan “B” tetap akan menolong
persalinan tersebut, bidan “A” akan melaporkan bidan “B” untuk menjatuhkan bidan
“B” karena di anggap melanggar wewenang profesi bidan.
a. Issu moral
Seorang bidan melakukan pertolongan persalinan normal.
b. Konflik moral
Menolong persalinan sungsang untuk mendapatkan pasien demi persaingan
atau dilaporkan oleh bidan “A”.
c. Dilema moral
 Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut
namun bidan kehilangan satu pasien.
 Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh
bidan “A” dengan di laporkan ke lembaga yang berwajib.
Analisis
Padaa kasus ini bidan tidak di perbolehkan untuk menolong persalianan pada
persalinan sungsang di karenakan dapat membahayakan ibu dan bayi yang di
kandungnya.
2. a. Klien
Seorang bidan menangani seorang Ibu Ny. G primipara berusia 35 tahun. Bidan
tersebut menggali informasi mulai dari riwayat kesehatan masa lalu, sekarang dan
riwayat kesehatan keluarganya. Kehamilan Ny. G berusia 14 minggu dan ini
merupakan kehamilan yang diinginkan. Pada akhir pertemuan Ny. G tersebut
mengeluarkan pendapat tentang rencana persalinannya. Ny. G menyatakan tentang
persalinan SC sebagai pilihannya. Bidan menjelaskan bahwa persalianan SC untuk
kasus komplikasi. Bidan tersebut tidak melanjutkan diskusinya karena takut
memberikan informasi yang salah dan terjadi konflik.
Analisis
Dalam kasus ini bidan tugasnya berpedoman pada peran, tugas dan tangguang
jawab yang sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Tugasnya
Seorang bidan menangani seorang ibu Ny. B primipara berusia 35 tahun. Bidan
tersebut menggali informasi mulai dari riwayat kesehatan masa lalu, sekarang dan
riwayat kesehatan keluarganya. Kehamilan Ny. G berusia 14 minggu dan ini
merupakan kehamilan yang diinginkan. Pada akhir pertemuan Ny. G tersebut
mengeluarkan pendapat tentang rencana persalinannya. Ny. G menyatakan tentang
persalinan SC sebagai pilihannya. Bidan menjelaskan bahwa persalianan SC untuk
kasus komplikasi. Bidan tersebut tidak melanjutkan diskusinya karena takut
memberikan informasi yang salah dan terjadi konflik.
Analisis
Dalam kasus ini bidan tidak memberikan pertolongan pada klien seharusnya bidan
harus memberikan pertolongan pada klien tersebut jika klien tersebut membutuhkan
rujukan maka dihan hatus merujuk.
c. Teman sejawat
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang bidan
yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama-sama memiliki BPS dan ada persaingan di
antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan
melahirkan di BPS bidan “B” yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan “A”.
Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum lengkap dan bidan
“B” menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan menolong persalinan
tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut melanggar wewenang sebagai
seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk bersaing dengan bidan “A”.
Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan “B” tetap akan menolong
persalinan tersebut, bidan “A” akan melaporkan bidan “B” untuk menjatuhkan bidan
“B” karena di anggap melanggar wewenang profesi bidan.
 ISSU MORAL: seorang bidan melakukan pertolongan persalinan normal.
 KONFLIK MORAL: menolong persalinan sungsang untuk mendapatkan
pasien demi persaingan atau dilaporkan oleh bidan “A”.
 DILEMA MORAL: 1. Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan
sungsang tersebut namun bidan kehilangan satu pasien. 2. Bidan “B”
menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan “A” dengan di
laporkan ke lembaga yang berwewenang.
Analisis
Padaa kasus ini bidan tidak di perbolehkan untuk menolong persalianan pada
persalinan sungsang di karenakan dapat membahayakan ibu dan bayi yang di
kandungnya dan bidan juga harus berhubungan baik dengaan teman sejawat agar
menciptakan suasana kerja yang baik.
d. Profesinya
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal kehamilan ibu
tersebut memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil
pemeriksaan bidan Ibu tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan
lahir pervaginanya sangat beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi
tinggi. Jika tidak dirujuk maka beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri.
Resiko pada janin bisa terjadi gawat janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah
mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi ia lebih mementingkan egonya sendiri karena
takut kehilangan komisinya dari pada dirujuk kermah sakit. Setelah janin lahir Ibu
mengalami perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saaat berita itu
terdengar organisasi profesi (IBI), maka IBI memberikan sanksi yang setimpal bahwa
dari kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya, ijin praktek
(BPS) bidan A dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.
 Issue etik : 1. Terjadi malpraktek, 2. Pelangaran wewenang Bidan
 Dilema etik Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada
organisasi profesi dan diberikan penangan
Analisis
Dalam kasus ini bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggih citra
profesinya dan memperbaiki mutu pelayanan kepada masyarakat.
e. Diri sendiri
Seorang bidan sedang menangani ibu Ny. M saata melakukkan pemeriksaan iban
tersebut mengalami batuk-batuk yang tidak berhenti. Kemudaian Ny. M merasa
terganggu dengan bidan tersebut, karena mersa tidak nyaman Ny. M akhirnya pulang
ke rumah.
Analisis
Dalam kasus ini bidan tidak menjaga kesehatannya dengan baik seharusnya sebagai
bidan harus selalu sehat agar saat melaksanakan tugas tidak mengganggu klien.
f. Pemerintah, bangsa dan negara
Seorang bidan “B” pergi ke sebuah perkumpulan IBI di sana bidan tersebut
menyuarakan pendapatnya tentang pelayanan yang ada di daerahnya dan bidan lain
memberikan kritik tentang pelayanan yang berada di daerah bidan “B”.
Analisi
Dalam kasus ini bidan sedang menyuarakan pendapatnya pada perkumpulan IBI agar
dapat menjadi panutan di setiap bidan yang berada di perkumpulan tersebut.
3. Hak bidan: Memperoleh perlindungan hukum yang melaksankan tugas sesuai dengan
profesinya.
Kewajiban bidan: Kewajiban bidan mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan
hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana
pelayanan dimana ia bekerja.
4. PALEMBANG - Tangis Irwansyah (35) dan Istrinya Rusmiati (34) langsung pecah
usai melihat kondisi bayi mereka sesaat sesudah dilahirkan. Pasalnya, warga Jalan KH
Azhari Lorong Beringin Jaya, RT 18/RW 05, No C50, Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan
Seberang Ulu (SU) II, Palembang ini harus menerima kenyataan pahit jika bayi
ternyata tewas usai dilahirkan dengan kondisi leher patah dan kulit terkelupas. Proses
kelahiran bayi tersebut dilakukan di tempat persalinan praktek Bidan Indayanti Jalan
KH Azhari Kelurahan 13 Ulu Kecamatan SU II, Kamis (17/3) siang. Saat ditemui
dikediamannya, Irwansyah menduga hal itu terjadi karena kesalahan bidan dalam
menangani proses persalinan istrinya itu. "Kata bidan itu, posisi anak saya sungsang.
Tadi siang (kemarin), saya bawa istri ke bidan itu untuk melahirkan karena istri saya
sudah kesakitan sekali. Waktu keluar anak saya sudah dalam keadaan meninggal
dunia," ucap Irwan seraya menyeka air matanya. Menurut Irwan, saat lahir, kondisi
anaknya penuh luka dengan tali pusar yang sudah terputus. "Waktu keluar sudah tak
bernyawa, lehernya patah, di muka dan badan sudah luka-luka juga tidak ada lagi tali
pusarnya. Bidan itu bilang kalau anak saya sudah meninggal tiga hari dalam
kandungan, kalau memang sudah meninggal kenapa istri saya kesakitan beberapa hari
sebelum melahirkan," terangnya. Untuk itu, sambung Irwan, keluarganya berencana
akan melaporkan dugaan mal praktek tersebut ke pihak berwajib. "Saya akan lapor ke
polisi. Menurut saya ini ada kesalahan dari bidan itu, sebelum ini ada beberapa
tetangga saya yang melahirkan di sana dan anaknya juga meninggal. Tapi mereka tak
berani melapor, kalau saya tentu akan melapor," tegasnya. Terpisah, saat dikonfirmasi
bidan Indayanti warga Jalan KH Azhari, Lorong Waspada Kelurahan 13 Ulu,
Kecamatan SU II ini membantah tuduhan yang dilayangkan pihak keluarga korban.
Menurutnya, bayi tersebut memang sudah meninggal sebelum dibawa ke tempat
prakteknya. "Bayi itu memang sudah meninggal sebelumnya pak, boleh kita buktikan
melalui visum," ungkapnya. Dia mengatakan, saat datang ke tempat prakteknya,
kondisi ibu bayi sudah dalam keadaan pecah ketuban. "Dia ini bawa data-data
kehamilan yang menyatakan bahwa bayi itu posisinya normal. Tapi saat saya periksa
ternyata posisinya sungsang, saya tidak mungkin lagi untuk merujuk ke rumah sakit
karena pasti akan melahirkan di jalan dan mereka juga yang susah," jelasnya.
Analisis
Tindakan yang dilakukan oleh bidan tersebut merupakan malpraktik dan kasus diatas
menunjukkan minimnya keahlian si bidan sendiri. Mengapa? Kesaksian bapak irwan
yang mengatakan bahwa sebelum beliau dan istrinya melakukan persalinan di tempat
praktik bidan tersebut, ada beberapa orang yang bersalin disana dan kondisi anak
mereka lahir dalam keadaan meninggal. Dan ini sudah cukup untuk  menjadi bukti
bahwasannya keahlian bidan tersebut memang kurang. Tindakan bidan untuk
melakukan rujukan yang seharusnya dilakukan pun tidak dilakukan. Bidan tersebut
mengatakan bahwasannya waktu untuk merujuk tidak akan mencukupi untuk sampai
di tempat rujukan, namun sebagai bidan yang professional yang mengerti batas
kewenagannya tetap harus berusaha untuk melakukan tindakan terbaik seperti, bidan
tersebut ketika ia tidak melakukan rujukan ia dapat melakukan kolaborasi via telepon
dengan dokter obgyn yang akan membantu persalinan si pasien sendiri. Dan dari
tindakan tersebut bidan melanggar aturan Untuk kasus kelahiran sungsang jika bidan
melakukan pertolongan sendiri maka bertentangan dengan:
a. Undang-Undang Kesehatan Pasal 5 Ayat (2) yang  menyatakan bahwa ) “Setiap
orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman.
b. PERMENKES RI tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada Pasal 10
point (d) disebutkan bahwa “Pelayanan kebidanan kepada ibu
meliputi  pertolongan persalinan  normal.
5. Ada seorang bidan sedang membantu proses persalinan bayi tabung yang dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi pada ibu. Dalam proses ini bidan di bantu oleh
dokter yang menangani ibu Ny. J.
Analisis
Dalan kasus ini bidan nelakukan kolaborasi dengan dokter yang berpengalaman
dengan kasus ini

Anda mungkin juga menyukai