Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338357349

Fenomena Coffe Shop Di Kalangan Konsumen Remaja

Article · October 2019


DOI: 10.20884/wk.v9i2.1962

CITATIONS READS

0 7,530

3 authors, including:

Dini Safitri
Jakarta State University
136 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

representations research View project

hibah dikti View project

All content following this page was uploaded by Dini Safitri on 03 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TOPIK UTAMA

FENOMENA COFFEE SHOP DI KALANGAN KONSUMEN REMAJA


Farhan Nurikhsan, Webby Salsabila Indrianie, Dini Safitri
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Indonesia
Email: webbys230@gmail.com, nurikhsanf14@gmail.com, dinisafitri@unj.ac.id

ABSTRAK
Berdasarkan data dari International Coffee Organization, di Indonesia jumlah konsumsi kopi
meningkat, khususnya di kalangan remaja. Banyak remaja, khususnya di Jakarta hampir setiap
hari melakukan kegiatan ngopi di coffee house favorit mereka. Sayangnya kebiasaan tersebut
menimbulkan pola hidup konsumtif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan trend coffee
shop di kalangan remaja di Jakarta. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
fenomenologi dari Alfred Schutz. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metodologi kualitatif dengan perspektif fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
keberadaan coffee shop banyak digemari konsumen remaja, karena faktor kenyamanan tempat,
konsep yang diberikan oleh pemilik coffee shop, dan harga yang dapat dijangkau.
Kata kunci: Coffee Shop, Gaya Hidup, Remaja

PENDAHULUAN jenis kopi yang lainnya. Indonesia sebagai


Menurut International Coffee negara kepulauan nusantara memiliki pesona
Organization Indonesia (2017), saat ini rasa kopi nusantara yang sangat beragam dan
perkembangan kopi di Indonesia terus rasanya pun merupakan rasa yang berstandar
mengalami kemajuan yang cukup signifikan. kualitas ekspor. Oleh karena itu, Indonesia
Beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di
penghasil kopi terbaik dunia. Lampung dikenal dunia dan berkaitan dengan komoditi-komoditi
sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia agrikultur, kopi adalah penghasil devisa
yang memiliki jenis kopi robusta. Di Pulau terbesar keempat untuk Indonesia setelah
Sumatera saja misalnya dapat dilihat banyak minyak sawit, karet, dan kakao.
jenis kopi berkualitas yang juga sudah dikenal Menurut data dari International Coffee
hingga ke mancanegara seperti misalnya kopi Organization Indonesia (2017), Indonesia
Sidikalang Sumatera Utara, kopi Mandailing menduduki peringkat keempat dalam
dan kopi Gayo Aceh, kopi Sumatera Selatan memproduksi kopi. Berikut ini adalah datanya:
dan sebagainya. Di Jawa misalnya juga dikenal
kopi Malang yang mirip dengan yang ada di
Lampung, kopi Bali dan masih banyak lagi

137
Farhan Nurikhsan, Webby Salsabila Indrianie,
Dini Safitri

berada diposisi pertama dan ketiga. Pada


urutan kedua ditempati oleh Excelso Cafe yang
merupakan merk coffee house lokal.
Selain tempat untuk menikmati kopi,
banyak pengunjung menggunakan coffee house
sebagai tempat untuk mengerjakan tugas
kuliah, rapat, atau berdiskusi karena dengan
meminum kopi dapat meningkatkan
konsentrasi dan fokus seseorang. Selain itu
aroma khas dari kopi akan membuat orang
Gambar 1. Produsen Kopi Terbesar tenang sehingga banyak pengunjung yang
Sumber: International Coffee Organization berlama-lama di coffee house untuk sekedar
mengobrol santai.
Produksi kopi yang tinggi tersebut mejadi
Coffee house tak hanya menawarkan
sebuah peluang bagi pelaku usaha untuk
kopi yang khas dan nikmat, tetapi juga
mengolahnya menjadi sebuah minuman olahan
menawarkan desain interior yang cantik.
berbahan dasar kopi karena minuman kopi
Coffee house yang menawarkan desain yang
sudah menjadi sebuah kebiasaan atau gaya
cantik sangat digandrungi oleh kaum milenial.
hidup bagi beberapa kalangan. Hal tersebut
Di tengah maraknya persaingan yang ketat
mengakibatkan konsumsi kopi di Indonesia
antara coffee house di Indonesia khususnya di
menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
kota besar seperti Jakarta, banyak merek –
Meningkatnya tingkat konsumsi kopi
merek coffee house internasional yang merek
juga tidak tidak terlepas dari gaya masyarakat
yang sudah dikenal masyarakat membuka
urban yang gemar berkumpul. Dengan
cabang tokonya di kota – kota besar seperti
konsumsi kopi yang besar tersebut
Jakarta. Sehingga pebisnis lokal yang
mengakibatkan maraknya coffee house.
membuka bisnis coffee house yang menjual
Bahkan pada tahun 2011 nilai pertumbuhan
kopi khas Indonesia dengan tema yang berbeda
coffee house mencapai yang terbesar di
– beda harus berusaha keras untuk dapat
Indonesia, yaitu melebihi 15% dengan
bersaing dengan merek internasional.
Starbucks dan The Coffee Bean and Tea Leaf
Dengan maraknya coffee house
sebagai merk coffee house internasional yang

138 Widya Komunika Vol 9 No. 2 Oktober138


2019
Fenomena Coffee Shop di Kalangan Konsumen Remaja

internasional maupun lokal di Indonesia saat sangat penting karena bisa menjadi salah satu
ini menyebabkan pilihan bagi konsumen untuk faktor pembeda.
memilih coffee house yang akan dikunjungi Strategi manajemen merek meliputi
menjadi sangat beragam. Dalam menghadapi desain dan implementasi dari program
persaingan bisnis ini maka perlu adanya pemasaran dan aktifitas untuk membangun,
diferensiasi yang dikembangkan oleh para menganalisis, dan mengelola brand equity.
pebisnis kopi lokal sehingga konsumen tetap Bagi perusahaan merek dagang berguna untuk
memiliki ketertarikan terhadap konsumsi kopi memberikan perlindungan secara legal
lokal di di coffee house lokal. terhadap keunikan sebuah nama (Keller 2013).
Salah satu strategi yang dapat Selain itu para pemilik kafe kopi juga
dikembangkan adalah dengan melakukan mengusung konsep thematic untuk coffee
strategi bisnis yang berorientasi pasar atau house nya.
konsumen. Untuk mempengaruhi keputusan Dengan mengusung konsep thematic,
konsumen sehingga memutuskan untuk mengakibatkan banyaknya kalangan remaja
membeli kopi di coffee house lokal, maka yang mengunjungi coffee house. Tren minum
perlu adanya pencegahan terhadap perilaku kopi atau biasa disebut dengan ngopi sekarang
konsumen dalam membuat keputusan sehingga tidak hanya melekat pada bapak-bapak yang
akan mempengaruhi nilai atas produk yang sudah berumur tetapi juga menjadi tren di
dirasakan oleh konsumen yang juga akan kalangan remaja.
meningkat sehingga konsumen akan merasa Menurut National Coffee Association
puas dengan produk yang dibeli. Kepuasan United States tahun 2011, terdapat peningkatan
pelanggan dapat mempengaruhi intensintas konsumsi kopi harian pada remaja usia 18-24
pembelian kembali. tahun. Sekarang cofee house memunculkan
Untuk meningkatkan daya saing suasana yang nyaman dan sederhana hal ini
tersebut dapat dilakukan dengan penerapan disukai oleh para remaja dikarenakan suasana
strategi merek karena banyaknya perusahaan dan lokasi yang nyaman. Maka dari itu
baru yang bermunculan dalam bidang usaha peminum warung kopi bukan hanya para orang
yang sejenis dan menghasilkan produk yang -orang tua saja, tetapi para remaja mulai ikut
sama sehingga persaingan menjadi ketat. Oleh serta dalam menjamahi kenikamatan warung
karena itu, pemberian nama merek dianggap kopi yang dulunya hanya dirasakan oleh para

139 Widya Komunika Vol 9 No. 2 Oktober 2019 139


Farhan Nurikhsan, Webby Salsabila Indrianie,
Dini Safitri

orang-orang tua. Motivasi yang terdapat pada diri


Konsumi kopi remaja di Jakarta juga seseorang bergantung pada seberapa kuat atau
meningkat berdasarkan International Coffee lemahnya motif orang itu ketika melakukan
Organization Indonesia (2017). Remaja suatu pekerjaan. Menurut Nasution (dalam
Indonesia khususnya Jakarta, hampir setiap Sobur, 2003: 267) Motif adalah segala daya

hari melakukan kegiatan ngopi di coffee house yang mendorong seseorang untuk melakukan

favorit mereka baik itu modern ataupun sesuatu. Salah satu motif atau yang mendorong

tradisional. Coffee house tradisional biasa seseorang minum kopi di coffee shop seperti

disebut dengan warung kopi atau disingkat siswa atau mahasiswa untuk mengerjakan

warkop. tugas kelompok atau sekedar mengobrol

Banyak hal yang memotivasi untuk Selain desain yang thematic, alasan

seseorang untuk ngopi di coffee shop Motivasi kenapa remaja suka mengunjungi coffee shop

adalah suatu proses dimana kebutuhan- adalah karena pengaruh media sosial. Saat ini

kebutuhan mendorong seseorang untuk media sosial sangat digandrungi oleh para
remaja dan dengan Banyaknya postingan dan
melakukan suatu kegiatan yang mengarah
cerita di media sosial tentang kopi dan
ketercapaiannya tujuan tertentu. Individu yang
nongkrong di kafe membuat banyak milenial
berhasil mencapai tujuannya tersebut maka
sebagai pengguna media sosial kelas berat
berarti kebutuhan-kebutuhannya dapat
tertarik untuk mengikuti atau setidaknya
terpenuhi atau terpuaskan (Munandar 2001).
mencoba tren tersebut. Belum lagi banyaknya
Menurut Suranto (dalam Djamarah, 2015: 2)
penggambaran media film dan novel yang
Motivasi merupakan gejala psikologis yang
menggunakan kedai kopi sebagai latarnya
yang timbul pada diri seseorang secara sadar
membuat lebih banyak milenial yang
atau tidak sadar untuk melakukan tindakan
penasaran akan kopi. Hasilnya, kopi pun
dengan tujuan tertentu. Untuk itu dapat
menjadi salah satu bagian dari lifestyle
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
generasi milenial. Baik itu murah atau mahal,
proses yang terjadi baik secara sadar maupun
generasi ini rela merogoh kocek untuk minum
tidak untuk melakukan suatu tindakan tertentu
kopi dan menjadikannya bagian dari
yang betujuan untuk memenehi kebutuhan
keseharian.
sehingga suatu individu merasa puas dengan
Dengan maraknya trend coffee shop ini
tujuan tersebut.
juga menimbulkan sifat konsumerisme

140 Widya Komunika Vol 9 No. 2 Oktober140


2019
Fenomena Coffee Shop di Kalangan Konsumen Remaja

terhadap remaja. Pengertian konsumerisme boros dan cenderung memiliki rasa


adalah paham terhadap gaya hidup yang kecemburuan sosial.
menganggap barang-barang (mewah) sebagai METODE PENELITIAN
ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan
Penelitian ini dilakukan pada kalangan
sebagainya. Dapat dikatakan pula
remaja yang gemar meminum kopi di kedai
konsumerisme adalah gaya hidup yang sifatnya
kopi atau coffee house yang ada di kota Jakarta
tidak hemat.
Timur. Kedai kopi yang akan menjadi tempat
Tujuan dari konsumerisme adalah
penelitian adalah Jung Coffee yang berada di
untuk mencapai kepuasan diri dengan
jalan Rawamangun Muka Barat No.12 Jakarta
mengonsumsi atau membeli barang-barang
dan Arti Kopi yang berada di jalan Pemuda
(mewah) tanpa melihat nilai guna dari barang
No. 16 Jakarta. Metode penelitian kualitatif
yang dikonsumsi tersebut. Selain daripada itu,
relatif mampu menganalisa realitas sosial
konsumerisme juga menjadi tolak ukur
secara mendalam. Menurut Jane Richie (dalam
keberadaan individu dalam kelas sosial
Moleong, 2001:6) Penelitian kualitatif adalah
masyarakat. Selanjutnya, Gervasi (Baudrillard,
upaya untuk menyajikan dunia sosial dan
1998: 63) menyatakan bahwa pertumbuhan
persfektifnya di dalam dunia dari segi konsep,
dalam masyarakat konsumsi diiringi dengan
perilaku, persepsi, dan persoalan tentang
kemunculan produk-produk baru yang
manusia yang diteliti. Metode kualitatif dapat
didorong oleh meluasnya lingkup konsumsi
digunakan untuk mempelajari, membuka, dan
karena:
mengerti apa yang terjadi dibelakang setiap
 Pola konsumsi masyarakat terhadap barang
fenomena yang baru (Slamet 2006). Oleh
dan jasa.
 Tingkat konsumsi masyarakat terhadap karena itu, metode penelitian yang dipakai
barang dan jasa. dalam penelitian ini adalah metode penelitian
 Pergerakan taktis pasar dalam menjaring kualitatif.
konsumen. Dalam penelitian ini perspektif
Seperti yang diketahui perilaku
fenomenologi merupakan salah satu perspektif
konsumtif memiliki sisi positif maupun
yang akan digunakan dalam penelitian ini.
negatif. Sisi positif dari konsumerisme dapat
Menurut Mulyana (dalam Aristrivani, 2014: 4)
meningkatkan dinamika dalam masyarakat.
pendekatan fenomenologi termasuk dalam
Namun, perilaku konsumtif juga memiliki
pendekatan subjektif atau interpretif. Ada tiga
beberapa sisi negatif yaitu pola hidup yang

141 Widya Komunika Vol 9 No. 2 Oktober 2019 141


Farhan Nurikhsan, Webby Salsabila Indrianie,
Dini Safitri

konsep utama dalam fenomenologi, yaitu: tersebut (Ritzer dan Goodman 2007).
pengalaman, makna, dan sadar yang menurut Penelitian ini menekankan pada
Alfred Schutz (dalam Aristrivani, 2014) bahwa beberapa hal subjektif dari perilaku trend
manusia sebagai makhluk sosial yang meminum kopi di coffee shop pada kalangan
menyadari kehidupan sehari-hari adalah remaja dan juga digunakan untuk mengetahui
sebuah kesadaran sosial. Bagi fenomenologi, motif dari para remaja yang mengikuti trend
manusia adalah agen yang kreatif (creative tersebut. Sementara informan yang menjadi
agent) dalam mengontruksi dunia sosial yang objek penelitian, yaitu peminum kopi berusia
berasal dari kesadaran. Remaja sebagai remaja yang datang ke kedai kopi atau coffee
individu merupakan creative agent dalam house, dengan kriteria jumlah konsumsi kopi
mengonstruksi social words, sehingga para dan jumlah kunjungan ke kedai kopi atau coffe
remaja memiliki kesadaran bahwa mereka house.
adalah aktor yang mengonstruksi realitas. Hal Yang menjadi fokus dalam penelitian
ini terlihat dalam kesadaran para remaja ketika ini adalah:
berhadapan dengan realita dan inilah yang 1. Apa yang memotivasi para remaja untuk
dikatakan sebagai noumena-nya. minum kopi di coffee shop.
Teori fenomenologi menurut Alfred 2. Gaya hidup yang konsumtif
Schutz (dalam Aristrivani, 2014) mengatakan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
bahwa fenomenologi tertarik dengan Motivasi untuk minum kopi di coffee shop
pengidentifikasian masalah dari dunia
Dari hasil penelitian didapat bahwa ada
pengalaman inderawi yang bermakna, suatu
banyak motivasi yang melatarbelakangi
hal yang semula yang terjadi di dalam
melatar belakangi mengapa para remaja
kesadaran individual manusia secara terpisah
memilih untuk meminum kopi di coffee shop,
dan kemudian secara kolektif, di dalam
(1) membantu untuk fokus dan merileksasikan
interaksi antara kesadaran-kesadaran. Bagian
diri. (2) berkumpul bersama teman, tidak
ini adalah suatu bagian dimana kesadaran
jarang juga orang berkumpul bersama teman
bertindak (act) atas data inderawi yang masih
dan memilih coffee shop untuk menjadi tempat
mentah, untuk menciptakan makna, dimana
berkumpul bersama teman. (3) WIFI, salah
cara-cara yang sama sehingga bisa dilihat
satu motivasi yang mendorong untuk minum
sesuatu yang bersifat mendua dari jarak
kopi di coffee shop adalah wifi karena

142 Widya Komunika Vol 9 No. 2 Oktober142


2019
Fenomena Coffee Shop di Kalangan Konsumen Remaja

kebutuhan akan internet yang semakin tinggi Para remaja yang juga menjadikan
intensitasnya. minum kopi di coffee shop sebagai gaya hidup
Dalam penelitian ini keberadaan coffee juga merasa ada yang kurang ketika motivasi
shop banyak digemari juga karena yang mendorong untuk kepuasan dirinya itu
kenyamanan tempat dan konsep yang tidak tercapai yaitu ketika tidak minum kopi di
diberikan oleh pemilik coffee shop itu sendiri. coffee shop. Dengan mengikuti trend yang ada
Sehingga menjadi saya tarik bagi para remaja ini juga merupakan salah satu perilaku yang
sekarang ini yang ingin terlihat trendi serta mendorong timbulnya perilaku konsumtif
harga yang dapat dijangkau oleh kantong para dikalangan remaja. Para remaja merasa ada
remaja. yang kurang ketika dia tidak bisa memenuhi
Gaya hidup konsumtif yang disadari kepuasan tersebut.
Coffee shop sudah menjadi gaya hidup Perilaku konsumtif tersebut dapat
atau lifestyle yang melekat pada kalangan terlihat dari jawaban informan 1 berikut ini:
remaja seperti yang di ketahui kenapa lebih “.. ya dalam seminggu saya bisa
memilih untuk ngopi di coffee shop dari pada datang sampai 3 kali dan juga
di warung kopi tradisional seperti yang memesan 2 sampai 3 minuman dalam
dikatakan oleh informan 1 berikut ini: sekali berkunjung”
“Mungkin juga karena trend kali ya Pada pembahasan di atas, dapat
tapi selain itu saya suka diketahui bahwa mereka awalnya hanya
mengunjungi coffee shop karena mengikuti trend. Namun, lama-kelamaan trend
fasilitasnya sih ya, tempatnya tersebut menjadi sebuah lifestyle yang melekat
nyaman, harganya juga lumayan pada kalangan remaja hingga berlaku
terjangkau”. konsumtif.

Dan berikut ini penuturan dari KESIMPULAN


Informan 2:
Dari hasil penelitian di atas dapat
“Pertama kali iya sih cuma ikut
disimpukan bahwa, ada berbagai motivasi
-ikutan trend aja, tapi makin kesini
yang melatar belakangi kenapa para remaja
kaya udah jadi gaya hidup aja rasanya
lebih memilih untuk menikmati secangkir kopi
ada yang kurang aja gitu”.
di coffee shop. Selain untuk bercengkrama
bersama teman-teman, dengan adanya wifi

143 Widya Komunika Vol 9 No. 2 Oktober 2019 143


View publication stats

Farhan Nurikhsan, Webby Salsabila Indrianie,


Dini Safitri

juga menjadikan coffee shop digemari bagi gengsi mereka. Banyak juga dikalangan remaja
para remaja yang ingin mendapatkan internet hanya sekedar ikut-ikutan. Tentu saja hal
gratis dan duduk berjam jam baik untuk tersebut akan mendorong perilaku konsumtif
mengerjakan tugas ataupun hal lainnya. Serta dikalangan remaja.
suasana serta konsep dari coffee shop yang Dimana seperti yang diketahui bahwa
menarik juga menjadi faktor mengapa coffee perilaku konsumtif dapat menimbulkan pola
shop banyak dikunjungi oleh para remaja. hidup yang boros dan juga kecemburuan sosial
Dengan begitu banyaknya kenyamanan dan ini juga dapat menimbulkan suatu tindakan
yang ditawarkan oleh coffee shop semakin dimana para remaja lebih banyak
membuat orang termotivasi untuk berkunjung mengkonsumsi suatu barang atau jasa tanpa
dan menghabiskan waktu di coffee shop. Hal memikirkan kebutuhan yang diperlukan
tersebut dapat membuat kegiatan minum kopi dimasa yang akan datang.
menjadi sebuah gaya hidup yang baru. Remaja
tidak lagi mengunjungi coffee shop hanya
untuk secangkir kopi tetapi untuk menaikan

DAFTAR PUSTAKA
Baudrillard, Jean. 1998. The Consumer Society Myths and Structures. London: Sage Publication
Ltd
Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka CIpta.
Keller, K. L. (2013). Strategic Brand Management 4th Edition. England: Pearson.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UIPresss.
Ritzer, G., & Goodman. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

144 Widya Komunika Vol 9 No. 2 Oktober144


2019

Anda mungkin juga menyukai