Anda di halaman 1dari 29

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan


Kelas 11 DPIB SMKN 2 Bojonegoro
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Ditulis Oleh :
Saldi Syahrul Gunawan (17050534016)

Dosen Pengampu :

Dr. Nanik Estidarsani, M.Pd.


Dr. Nurmi Frida D.B.P., M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3
C. Tujuan penelitian..........................................................................................................3
D. Batasan Penelitian.........................................................................................................3
E. Manfaat penelitian........................................................................................................3
BAB 2 KAJIAN TEORI....................................................................................................5
A. Hasil Belajar.................................................................................................................5
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning..................................................................5
a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning...........................................5
b. Fungsi Model Pembelajaran Cooperative Learning.................................................6
c. Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning............................................6
C. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talking Stick....................................7
a. Pengertian................................................................................................................7
b. Langkah-langkah ....................................................................................................8
c. Kelebihan.................................................................................................................9
d. Kekurangan..............................................................................................................9
e. Tujuan penggunaan................................................................................................10
D. Kerangka Pemikiran....................................................................................................10
E. Penelitian Yang Relevan.............................................................................................10
F. Hipotesis.....................................................................................................................11
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN...........................................................................12
A. Desian Penelitian........................................................................................................12
B. Lokasi Penelitian.........................................................................................................13
C. Populasi dan Sampel...................................................................................................13
a. Populasi Penelitian.................................................................................................13
b. Sampel Penelitian...................................................................................................13
D. Variabel Penelitian dan Definis Operasional...............................................................13
1. Variabel penelitian.................................................................................................13
2. Definisi Operasional..............................................................................................14
E. Instrumen Penelitian...................................................................................................15

ii
F. Teknik pengumpulan data...........................................................................................15
1. Tes.........................................................................................................................15
2. Dokumentasi..........................................................................................................19
I. Teknik Analisis Data...................................................................................................19
1. Uji Normalitas........................................................................................................19
2. Uji Homogenitas....................................................................................................21
3. Uji Hipotesis Statistik............................................................................................21

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan strategi untuk mencapai tujuan bangsa dan
masyarakat yang adil dan Makmur, berdasarkan Pancasila. Dengan
Pendidikan, manusia mampu berfikir rasional dan terampil dalam segala hal.
Peserta didik diupayakan mampu menguasai pengetahuan. Pengetahuan
mampu membentuk sikap dan tingkah laku yang sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang dengan pesatdi segala bidang. Perkembangan ini
harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan yang relevan.
Pendidikan memiliki tugas dalam mencerdaskan bangsa. Dimana Pendidikan
juga menjadi ujung tombak dari kemajuan suatu bangsa senantiasa
mengupayakan perbaikan dan pengembangan dalam segala kegiatan. Salah
satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah membenahi sistem
pembelajaran yang ada.
Pendidikan formal di Indonesia terbagi dalam tiga jenjang Pendidikan
yaitu Pendidikan dasar, Pendidikan menengah dan Pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar merupakan jenjang paling dasar dalam Pendidikan yang
melandasi jenjang Pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan
lanjutan dari Pendidikan dasar. Bentuk dari Pendidikan menengah adalah
Pendidikan umum dan Pendidikan kejuruan seperti SMU (Sekolah Menengah
Umum), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan MA (Madrasah Aliyah).
Dan jenjang pendidikan paling atas adalah Pendidikan tinggi. Pendidikan
tinggi merupakan lanjutan dari Pendidikan menengah.
Penggunaan model pembelajaran yang pas membuat materi dapat
tersampaikan dengan baik dan benar kepada peserta didik. Penggunaan model
pembelajaran harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Mata
pelajaran pengetahuan bisa menggunakan model pembelajaran yang berbasis
teacher center yang dalam kegiatan belajar mengajarnya hanya satu sisi,
seperti model pembelajaran langsung (MPL) yang masih sering digunakan

1
oleh pendidik. Tidak semua mata pelajaran bisa menggunakan model
pembelajaran tersebut. Mata pelajaran yang menuntut peserta didik aktif
dalam pembelajaran seperti perhitungan dan praktik menggunakan model
pembelajaran yang mampu membangkitkan kecerdasan peserta didik.
Tidak seperti yang terjadi pada mata pelajaran dasar-dasar konstruksi
bangunan dan pengukuran tanah di SMKN 2 Bojonegoro . Model
pembelajaran yang digunakan oleh guru pengajar pada mata pelajaran dasar-
dasar konstruksi bangunan dan pengukuran tanah mayoritas adalah ceramah.
Model ini dirasa tidak cocok dalam pembelajaran, karena dinilai kurang
dalam menumbuhkan rasa pengetahuan peserta didik dalam belajar. Model
yang mampu menciptakan suasana pembelajaran dua arah yang akan dicoba
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif berbasis Talking
Stick.
Menurut Febriana (2019) hasil belajar mata pelajaran dasar-dasar
konstruksi bangunan dan pengukuran tanah menggunakan media belajar
dapat memenuhi kriteria belajar tuntas. Perbedaan hasil belajar tersebut dapat
dilihat pada nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Hal inilah yang menjadi pemikiran bahwa dengan media interaktif
peserta didik lebih aktif dan mampu belajar mandiri, sehingga dapat
meningkatan prestasi belajar di sekolah. Hal ini juga mendukung kurikulum
yang ada bahwa peserta didik harus bisa memahami konsep dasar-dasar
konstruksi bangunan dan pengukuran tanah serta mengaplikasikannaya dalam
bentuk menghitung estimasi biaya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adam (2018), Adam melakukan
wawancara dengan Dari hasil wawancara serta observasi yang telah dilakukan
dengan guru Desain Permodelan dan Informasi Bangunan kelas XI SMK
Negeri 2 Bojonegoro menunjukan hasil belajar siswa pada tahun ajaran
2018/2019, ketuntasan belajar klasikal siswa mendapat nilai dibawah KKM.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa individual berhasil apabila mencapai
nilai ≥ 75.
Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan bahwa, metode
pembelajaran interaktif tentang menghitung volume pekerjaan konstruksi

2
pada mata pelajaran dasar-dasar konstruksi bangunan dan pengukuran tanah
perlu diterapkan bagi siswa pada program keahlian desain pemodelan dan
informasi bangunan di SMKN 2 Bojonegoro sebagai upaya peningkatan hasil
belajar siswa teknik bangunan di SMKN 2 Bojonegoro .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar pada mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi
Bangunan dan Teknik Pengukuran Tanah di kelas X SMKN 2 Bojonegoro
yang menerapkan model pembelajaran Talking stick ?.
2. Bagaimana hasil belajar pada mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi
Bangunan dan Teknik Pengukuran Tanah di kelas X SMKN 2 Bojonegoro
yang menerapkan model pembelajaran langsung ?.
3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi
Bangunan dan Teknik Pengukuran Tanah di kelas X DPIB SMKN 2
Bojonegoro?.

C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran
Talking stick pada mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dan
Teknik Pengukuran Tanah.

D. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran yang ada di SMKN 2
Bojonegoro dan model pembelajaran dari peneliti yaitu tipe Talking stick
mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik Pengukuran
Tanah dengan :
KD 3.11 Memahami jenis-jenis alat berat pada pekerjaan konstruksi.
KD 4.11 Mempresentasikan jenis-jenis alat berat pada pekerjaan konstruksi.

E. Manfaat penelitian
Manfaat yang didapatkan pada penelitian ini adalah :

3
1. Bagi siswa
a. Memperdalam pengetahuan siswa tentang bagaimana menghitung
volume pekerjaan konstruksi yang menyenangkan.
b. Meningkatkan motivasi belajar, sehingga dapat memahami rumus
perhitungan dan mengimplementasikannya dalam perhitungan.
c. Menumbuhkan rasa berani dan mandiri bagi siswa.
d. Menambah pengalaman siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi guru
a. Dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran lain.
b. Menumbuhkan kreatifitas pada guru dalam mengajar.
3. Bagi sekolah
a. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Meningkatkan nilai rata-rata hasil belajat siswa.
4. Bagi penulis
a. Mengeathui hasil validasi dari sebuah penelitian.
b. Menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai pembuatan dan
penggunaan model pembelajaran interaktif.
5. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya
tentang implementasi keefektifan mengajar yang diterapkan dengan
model-model pembelajaran yang ada.

4
BAB 2
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2006:30) juga menyebutkan bahwa hasil
belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Slameto (2010:3) Hasil belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya Dan Nurmawati, (2015) juga
menjelaskan bahwa Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki
peserta didik sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Perubahan
mencakup aspek tingkah laku secara menyeluruh baik aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar
merupakan perubahan yang terjadi pada siswa setelah menndapatkan tindakan
dalam pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning.


a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning.
Seorang pendidik harus bisa memilih model pembelajaran yang
tepat yang akan digunakan dalam pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu contoh penerapan model pembelajaran
di kelas. Menurut Riyanto (2010:267), pembelajaran kooperatif adalah
metode yang dirancang untuk melatih kecakapan akademis (academic
skills), keterampilan sosial (social skills), dan keterampilan interpersonal
(interpersonal skills).
Model pembelajaran kooperatif adalah jenis kerja kelompok,
termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh
guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

5
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran menurut
Suprijono (2009:54). Sedangkan Kauchak dan Eggen (1993:319)
mendefinisikan bahwa belajar kooperatif adalah sebagai kumpulan
strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan
lain dalam mempelajari sesuatu.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menekankan
kemampuan siswa dalam bekerja sama dalam sebuah kelompok. Konsep
pembelajaran kooperatif yaitu siswa bekerja sama dalam belajar
kelompok. Masing-masing kelompok bertanggung jawab dalam setiap
aktifitas agar setiap individu mampu menguasai materi yang pelajari.

b. Fungsi Model Pembelajaran Cooperative Learning.


Arrends (dalam Suprihatiningrum, 2013:197-198) menyatakan
bahwa the cooperative learning model was developed to achive at least
three important instructional goals; academic achievement, acceptance
of diversity, and social skill development, yang maksudnya adalah model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurang-
kurangnya tiga tujuan pembelajaran, 12 yaitu hasil pembelajaran
akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan
keterampilan sosial.

c. Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning.


Menurut Suprijono (2015:84) cooperative learning memiliki 6 fase
diantaranya:
1. Present Goalts And Set
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
untuk siap belajar.
2. Present Information
Guru Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal
3. Organize Students Into Learning Teams

6
Guru Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
4. Assist Teamwork And Study
Guru Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan
tugasnya
5. Test On The Materials
Guru Menguji kemampuan siswa mengenai berbagai materi
pembelajaran/ kelompok-kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
6. Provide Recognition
Guru Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talking Stick.


a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talking
Stick.
Kurniasih dan Sani (2015:82) menyatakan bahwa model
pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian banyak satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan
bantuan tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk
berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pelajaran.
Menurut Suprijono (2015:128) pembelajaran dengan menggunakan
metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat. Talking Stick yang dimasudkan dalam
penelitian ini adalah dimana dalam proses belajar mengajar di kelas
berorientasi pada terciptanya kondisi belajar yang efektif melalui
permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa lain.
Pada saat guru mengajukan pertanyaan, maka siswa yang memegang
tongkat itulah yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini

7
dilakukan hingga sebagian besar siswa berkesempatan mendapat giliran
menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Kurniasih dan Sani (2015:83) mengatakan model ini sangat
sederhana dan cukup mudah untuk dipraktekkan, khususnya pada siswa-
siswa SD, SMP dan SMA/SMK. Selain sebagai metode agar siswa mau
berpendapat, tapi juga untuk melatih siswa berani berbicara. Dengan
model pembelajaran ini suasana kelas bisa terlihat lebih hidup dan tidak
menoton.
Istilah talking stick (tongkat berbicara) sebenarnya istilah yang
sudah berumur panjang. Karena metode ini berawal dari kebiasaan
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum pertemuan antar suku). Dan
dengan perkembangan informasi dan teknologi, model ini diadobsi untuk
dipergunakan dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe


Talking Stick.
Kurniasih dan Sani (2015:83) menyatakan bahwa terdapat langkah-
langkah dalam pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talking Stick
yakni sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran


2. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
3. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
4. Setelah itu, materi yang akan dipelajari kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi
pelajaran tersebut dalam waktu yang telah ditentukan.
5. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
6. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi
bacaan.

8
7. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota
kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
8. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
9. Setelah semuanya mendapat giliran, guru membuat kesimpulan dan
melakukan evaluasi, baik individu ataupun secara berkelompok. Dan
setelah itu menutup pelajaran.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talking


Stick.
Kurniasih dan Sani (2015:83) mengemukakan beberapa kelebihan
model pembelajaran talking stick:
1. Menguji Kesiapan Siswa Dalam Penguasaan Materi Pelajaran.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat materi yang telah
disampaikan.
3. Agar lebih giat belajar karena siswa tidak pernah tau tongkat akan
sampai pada gilirannya.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran talking stick dapat digunakan untuk menguji kesiapan
siswa dengan melatih membaca dan memehami dengan cepat materi
yang telah disampaikan serta memberikan stimulus bagi siswa agar lebih
giat belajar.

d. Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talking


Stick.
Kurniasih dan Sani (2015:83) mengemukakan kekurangan model
pembelajaran talking stick yaitu jika ada siswa yang tidak memahami
pelajaran, siswa akan merasa gelisah dan khawatir ketika nanti giliran
tongkat berada pada tangannya. Selain itu, kekurangan model ini adalah

9
membuat siswa senam jantung dan takut dengan tongkat yang akan
dipegangnya.

e. Tujuan penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe


Talking Stick.
Tujuan penggunaan model pembelajaran cooperative learning
tipe talking stick adalah meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar
lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial serta
pembelajaran dengan model talking stick bertujuan untuk mendorong
peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.

D. Kerangka Pemikiran
Hakikat hasil belajar adalah adanya peningkatan dalam mengetahui
terhadap suatu pengetahuan. Salah satu penunjang dari peningkatan hasil
belajar adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan. Pembelajaran yang sering dilakukan hanya berpusat
pada guru saja. Sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.belajar adalah
dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang
dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. Model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dianggap mampu meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar, serta berpengaruh terhadap haisl belajar siswa.

E. Penelitian Yang Relevan


Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti :
1. Peneliti : Panji Saputra (2018)
Judul : Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Mata
Pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik Pengukuran
Tanah Dan Teknik Pengukuran Tanah Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas X DPIB Smk Negeri 5 Bandung

10
Hasil : peningkatan hasil belajar pada kelas dengan model
pembelajaran Talking stick nilai rata-rata meningkat dari 45,66 menjadi
83,22 saat diadakan posttest sedangkan untuk kelas dengan model
pembelajaran konvensional nilai rata-rata meningkat dari 42,72 menjadi
74,82, atau masih dibawah KKM, yaitu 75.
2. Peneliti : Febriana Roputri Nadeak (2019)
Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil
Hasil Belajar Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan Dan Teknik Pengukuran
Tanah pada Siswa Kelas X Program Keahlian Desain Pemodelan Dan
Informasi Bangunan Di SMK Negeri 5 Medan
Hasil : hasil perhitungan anava, hasil belajar diperoleh nilai
Fhitung sebesar 7,568 lebih besar dari Ftabel=3,984. Maka disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif memberi pengaruh yang berbeda
secara signifikan terhadap hasil belajar Dasar- Dasar Kontruksi bangunan
dan Teknik Pengukuran Tanah.

F. Hipotesis
a. Ho = tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Sticks terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Dasar-
dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik Pengukuran Tanah.
b. Ha = ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Sticks terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Dasar-
dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik Pengukuran Tanah.

11
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desian Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode ini disebut
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen (kelas yang diberi perlakuan). Kelas kontrol adalah kelas yang
menggunakan pembelajaran langsung dari guru SMK, sedangkan kelas
eksperimen adalah kelas yang menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Talking Stick. Tes diberikan sebanyak dua kali
yaitu sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Tes yang
diberikan diawal sebelum perlakuan disebut pre-tes sedangkan tes yang
diberikan diakhir sesudah perlakuan disebut post-tes.
E = O1 ______________ X _________ O2
K = O3______________ Y ___________________ O4
Gambar 3.1 Desain penelitian

Keterangan :
X = Perlakuan / model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talking
Stick.
Y = Perlakuan / model pembelajaran Langsung
E = Kelas Experimen / diberi perlakuan
K = Kelas Kontrol / tidak diberi perlakuan
O1 = Nilai pengukuran awal (pre-test) kelompok eksperimen
O2 = Nilai pengukuran akhir (post-test) kelompok eksperimen
O3 = Nilai pengukuran awal (pre-test) kelompok kontrol
O4 = Nilai pengukuran akhir (post-test) kelompok kontrol

12
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Bojonegoro yang terletak di Jl.
Patimura No.3, Sumbang, Kec. Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro, Jawa
Timur 62115.

C. Populasi dan Sampel


a. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti
dalam ruang lingkup tertentu dan waktu yang telah ditentukan (Zuriah,
2009:116). Penelitian ini, populasi yang digunakan adalah siswa kelas 11
DPIB A dan kelas 11 DPIB B.

b. Sampel Penelitian
Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan karakteristik yang
dimiliki oleh sebuah populasi (Sugiyono, 2008:118). Pengambilan
sampel merupakan cara bagaimana menentukan jumlah sampel agar
sesuai dengan ukuran sampel tersebut yang dapat digunakan sebagai data
aktual (Margono, 2007:125). Teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan bahwa populasi yang ada diketahui secara pasti jumlahnya
sehingga menggunakan Teknik sampling secara probabilitas, yaitu
pengambilan sampel yang dilakukan kepada seluruh populasi. Jumlah
responden adalah jumlah populasi yang ada didalam kelas 11 DPIB A
sebagai sampel eksperimen dan kelas 11 DPIB B sebagai sampel kontrol.

D. Variabel Penelitian dan Definis Operasional


1. Variabel penelitian
Yang menjadi variabel pada penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas (X) yaitu Hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking stick.
b. Variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran Langsung.

13
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah suatu pengertian atau cara atau
penjelasan yang didasari pada sifat-sifat yang didefinisikan dan diamati
lalu dideskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut
bersifat spesifik dan terstruktur (Sugiyono, 2012: 63). Agar lebih jelas
mengenai variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian, berikut definisi
operasional dari variable penelitian sebagai berikut :
a. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Talking Stick.
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang
mengharuskan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan
menjawab pertanyaan dengan berani. Siswa juga dapat bekerja sama
dalam tim dan bertanggung jawab atas semua teman-teman sesama
timnya agar sama-sama dapat mengetahui materi yang telah
disampaikan. Talking stick atau tongkat berbicara yang berarti siapa
yang memegang tongkat yang harus berbicara atau menjawab
pertanyaan. Dalam penggunaan model pembelajaran tipe ini diteliti
oleh peneliti langsung. Indikator model pembelajaran kooperatif tipe
Talking stick sebagai berikut :
1) Siswa dapat berdiskusi dengan teman sekelompoknya mengenai
materi yang diajarkan, yaitu menghitung volume pekerjaan
konstruksi gedung bangunan 1 lantai.
2) Siswa dapat memahami materi yang diajarkan dengan cepat
3) Siswa mampu menjawab mengenai materi yang diajarkan ketika
memegang Stick saat musik berhenti.
4) Siswa berani mengungkapkan pendapat ketika guru dan temannya
melakukan refleksi mengenai materi yang diajarkan.
b. Model Pembelajaran Konvensional.
Model pembelajaran yang dilakukan SMKN 2 Bojonegoro
sebelum diteliti ialah model pembelajaran langsung. Dalam
penggunaan model pembelajaran tipe ini diteliti oleh rekan dari
peneliti.

14
c. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diartikan dari hasil yang didapatkan
setelah pembelajaran. Indikator keberhasilan dalam belajar adalah
setelah mengikuti tes sebelum (pretest) dan tes setelah (posttest)
diberi treatment berupa model pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Talking Stick. Nilai kognitif yang didapat setelah siswa
mengikuti tes pada akhir pelajaran.

E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling starategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Instrument
juga diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan
dalam benda. Dalam penelitian ini, instrument dalam mengambil data adalah
dengan dokumentasi dan tes hasil belajar (pilihan ganda) yang sesuai dengan
materi pada akhir mata pelajaran estimasi biaya konstruksi.
F. Teknik pengumpulan data
Data merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian. Teknik
pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka data yang diperoleh tidak
sesuai standar dalam penelitian. Untuk mendapatkan data yang relevan dan
valid, maka Teknik pengumpulan yang dapat digunakan adalah :
1. Tes
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes.
Tes ini dilaksanakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang
dilakukan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran.tes yang
diberikan berupa tes objektif, yaitu dengan menggunakan jenis pilihan
ganda dalam pengambilan data. Untuk mendapatkan hasil tes yang
relevan, maka diperlukan beberapa tes terhadap soal yang diberikan,
seperti :

15
a. Validasi Tes
Validasi tes digunakan untuk mengetahui ketepatan tes.
Untuk mengetahui apakah tes tersebut tepat atau tidak, bisa
menggunakan rumus korelasi
n Σxy−n(Σx)( Σy)
rxy=
√ { n Σ x + n ( Σ x ) }− {n Σ y + n ( Σ y ) }
2 2 2 2

Dimana:
n = Jumlah Populasi
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Σx = Jumlah skor item
Σy = Jumlah skor total
Kriteria pengujian Validitas adalah setiap item valid apabila
rxy > rtabel (rtabel diperoleh dari table r dengan α = 0,05). Untuk
mempermudah dalam perhitungan data, maka jawaba yang benar
diberi skor 1 dan yang jawaban salah diberi skor 0.
b. Reliabilitas Tes
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat
ukur yang berupa tes, apakah tes yang digunakan dapat diandalkan
dan tetap konsisten jika tes tersebut digunakan Kembali. Untuk
mengetahui alat ukur tersebut konsisten atau tidak, bisa
menggunakan rumus :
n S 2−Σpq
( )
r 11 =
n−1
(
S2
)

Dimana :
r 11 = Reliabilitas keseluruhan
p = Jumlah siswa menjawab benar
q = jumlah siswa menjawab salah
Σ pq = Jumlah perkalian antara p dan q
n = banyak siswa yang diuji
S = standar deviasi tes
Untuk mencari rumus standar deviasi, menggunakan
rumus

16
2( Σy 2)
Σy −
2 n
S=
n
Keterangan :
S2 = Varian total, yaitu varian skor total
Σy = Jumlah skor total (seluruh item)
n = banyak siswa
setelah nilai relibilitas tes diperoleh, maka nilai tersebut perlu
dikategorikan ke klasifikasi yang sesuai dengan table berikut :

Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Tes

No
Indeks Reliabilitas Klasifikasi
.
1 0,00 ≤ r 11 <¿ 0,20 Sangat rendah
2 0,20 ≤ r 11 <¿ 0,40 Rendah
3 0,40 ≤ r 11 <¿ 0,60 Sedang
4 0,60 ≤ r 11 <¿ 0,80 Tinggi
5 0,80 ≤ r 11 <¿ 1,00 Sangat tinggi

c. Tingkat Kesukaran
Butir soal pada tes dapat disebut baik jika soal tersebut tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu susah. Untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal menggunakan rumus :
B
P=
Js
Dimana :
P = tingkat kesukaran
B = jumlah peserta menjawab benar
Js = jumlah siswa yang mengikuti tes
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil nilai yang
diperoleh, maka makin sulit soal tersebut, begitu juga sebaliknya.
Kriteria soal tersebut adalah

17
Tabel 3.1 Tingkat Reliabilitas Tes

Nilai P Klasifikasi
0,00 ≤ P< ¿ 0,30 Sukar
0,30 ≤ P< ¿ 0,70 Sedang
0,70 ≤ P< ¿ 1,00 Mudah

d. Daya Beda Soal


Untuk menentukan daya beda soal (D), skor yang didapat
diurutkan terlebih dahulu, dari yang tertinggi hingga terendah.
Kemudian diambil kelas atas (A) yang merupakan setengah teratas
nilai sampel dan kelas bawah (B) yang merupakan setengah
kebawah teratas nilai sampel. Untuk mengetahui daya beda soal,
dapat menggunakan rumus :
BA BB
D= − =P A −PB
JA JB
Dimana :
J = jumlah peserta yang mengikuti tes
J A = Banyak peserta kelas atas
J B = banyak peserta kelas bawah
B A = Banyak peserta kelas atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyak peserta kelas bawah yang menjawab soal dengan
benar
BA
PA= = banyak peserta kelompok atas yang menjawab
JA
benar
BB
PB = = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab
JB
benar

Setelah nilai daya beda soal diketahui, maka dapat


diklasifikasikan yang sesuai dengan table 3.3
Tabel 3.3 Klasifikasi Nilai Daya Beda Soal

18
No
Nilai Klasifikasi
.
1 Minus Tidak baik
2 0,00 - 0,19 Jelek
3 0,20 - 0,39 Cukup
4 0,40 - 0,69 Baik
5 0,70 – 1,00 Baik sekali

2. Dokumentasi

Selain menggunakan tes, Teknik pengumpulan data dapat


menggunakan dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mendukung
data yang telah didapat melalui tes di lapangan. Dokumentasi berupa foto
kegiatan, baik sebelum memulai pembelajaran (pre-test), saat
pembelajaran hingga sesudah pembelajaran (Post-test) dan foto Bersama
seluruh siswa sebagai sampel penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data yaitu proses mengatur urutan data,


mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan,
pengelompokkan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah
fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah.
Dalam analisis data penelitian ini, peneliti menggunakan uji t
dalam penggunaannya. Karena yang digunakan rumus uji t, rumus t
banyak ragamnya dan pemakaiannya di sesuaikan dengan karakteristik
data yang akan dibedakan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
sebelum uji t dilakukan. Persyaratannya adalah:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai prasyarat


untuk melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data
diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji
normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu

19
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan
layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah
data distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov. Rumus Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai
berikut :

Keterangan :
Xi : Angka pada data
Z : Transformasi dari angka pada distribusi normal
FS : Probabilitas Komulatif Empiris
FT : Probabilitas Komulatif Normal

Dengan syarat :
1) Data berskala interval atau ratio (kuantitatif)
2) Data tunggal / belum dikelompokkan pada tabel distribusi
frekuensi
3) Dapat untuk n besar maupun n kecil.

Dan akan signifikansi ujinya adalah jika :

 |FT – FS| Terbesar > nilai table Kolmogorov Smirnov Ho ditolak,


dan Ha diterima.
 |FT – FS| Terbesar < nilai table Kolmogorov Smirnov Ho
diterima, dan Ha ditolak.

20
2. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas memberikan dindikasi data hasil penelitian

berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas dari


sampel penelitian. Untuk pengujian homogenitas dalam hal ini dapat
di uji menggunakan rumus Fisher atau disebut juga perhitungan
dengan uji F dengan rumus:
Dimana S = Varian data
Nilai Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai Ftabel
yang diambil dari tabel distribusi F dengan dk pembilang = n – 1 dan
dk penyebut n – 1. Dimana n pada dk pembilang berasal dari jumlah
sampel varians terbesar, sedangkan n pada dk penyebut berasal dari
jumlah sampel sampel varians terkecil. Aturan pengambilan
keputusannya adalah dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai
Ftabel . kriterianya adalah jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak berarti varians homogen. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak
dan diterima atau varians tidak homogen.

3. Uji Hipotesis Statistik

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :
 Ho : μ1 = μ2 : tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Talking Sticks terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik
Pengukuran Tanah.
 Ha ; μ1 ≠ μ2 : ada pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Talking Sticks terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dan Teknik
Pengukuran Tanah

21
Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :

 Ho : μ1 = μ2
 Ha ; μ1 ≠ μ2

Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka Analisis


dilanjutkan dengan regresi linier sederhana. Analisis regresi linier
sederhana dilakukan dengan membuat persamaan regresi
sederhananya, dan menguji keberartian dan kelinieran regresi
1) Persamaan Regresi Sederhana
Persamaan regresi sederhana diperoleh dengan bentuk
Y= a + bX,
dimana:
Y= Variabel terikat ( variabel yang diduga)
X= Variabel bebas
a= Intersept
b= Koefisien regresi (slop)
Nilai a maupun nilai b dihitung melalui rumus yang sederhana, untuk
memperoleh nilai a dihitung dengan rumus :
(∑Y )(∑ X 2 )−( ∑ X )(∑ XY )
a=
n ∑ X 2 −(∑ X )2
Sedangkan nilai b dihitung dengan rumus :
n ∑ XY −( ∑ X )(∑ Y )
b=
n ∑ X 2 −(∑ X )2
2) Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi Linier Sederhana
Uji ini berkaitan dengan Sum of Squarres dan Mean Squarres. Sum of
Squarres yang berkaitan dengan regresi a dihitung dengan rumus:

(∑ Y )2
SSa=
n
Sum of Squarres yang berkaitan dengan regresi b/a dihitung dengan

rumus: SSb /a =b {∑ XY −
( ∑ X )( ∑ Y ) SS =∑ Y 2−SS a−SS b /a
sisa
n
Mean Squarres dihitung dengan rumus :

22
SSa
MS a=
dk SSa
SSb / a
MS b /a=
dk SSb / a
SS sisa
MS sisa =
dk SS sisa

Tahap akhir pengujian ini yaitu menghitung nilai F dengan rumus:


MS b /a
F=
MS sisa
Setelah nilai F hitung diperoleh, selanjutnya dibandingkan dengan
nilai F table untuk menentukan diterima atau ditolaknya Hipotesis nol
(H0)
3) Koefisien Korelasi pada Regresi Linier Sederhana
Koefisien korelasi pada regresi linier sederhana menggunakan rumus :

n ∑ XY −(∑ X)(∑Y )
a=
√ [n ∑ X 2−(∑ X)2 ][n ∑ Y 2−(∑ Y )2 ]
Keterangan :

r= Koefisien korelasi

X= Variabel bebas

Y= Variabel terikat

4) Uji Keberartian Koefisien

Uji keberartian koefisien diperoleh dengan rumus:

n−2
t=r √
1−r 2

Dengan hipotesis:

𝐻0 = Koefisisen korelasi tidak signifikan

𝐻1 = Koefisien korelasi signifikan

23
Dengan db = n-2

5) Koefisien Determinasi pada Regresi

Koefisien determinasi atau koefisien penentu dirumuskan dengan:

𝐾𝑃 = (𝐾𝐾)2 x 100%

Dengan KK adalah koefisien korelasi

6) Uji Statistik

Uji statistik regresi linier sederhana digunakan untuk menguji


signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien
regresinya. Uji dapat dilakukan dengan menggunakan Uji F, yang
dirumuskan dengan :

b2 x ∑( X− X̅ )2
a=
S 2e

Dimana Se dirumuskan dengan :

∑Y 2−a . ∑ Y −b . ∑ X Y
Se =
√ n−2

Dengan prosedur uji statistiknya adalah sebagai berikut:

1) Menentukan formulasi hipotesis

H0 = (tidak ada pengaruh antara X dan Y)

H1 = (ada pengaruh antara X dan Y)

2) Menentukan taraf nyata dan F tabel

Menggunakan taraf nyata 0,05 dan memiliki derajat bebas 𝑣1 = 1


dan 𝑣2= n-2

3) Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila 𝐹0 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

24
H0 ditolak apabila 𝐹0 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

4) Menentukan nilai uji statistik


5) Membuat kesimpulan 𝐻0 ditolak atau diterima

Semua tahap analisis data kuantitatif yang dilakukan oleh


peneliti akan dilakukan dengan menggunakan teknik statistik uji
dengan bantuan SPSS 16.0 untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
antara 2 variabel yang telah dijelaskan di atas. Hal ini untuk
memperkuat analisis yang dilakukan oleh peneliti.

25
26

Anda mungkin juga menyukai