Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BEKISTING BETON PADA KOMPETENSI


DASAR MENGHITUNG RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN
KONSTRUKSI MATA PELAJARAN ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI
(SMKN 3 BOYOLANGU)

DISUSUN OLEH :
DEVI OKTAVIANA (17050534017)
S1 PTB 2017

DOSEN PEMBIMBING MATA KULIAH :

Dr. Nurmi Frida Dorintan Bertua Pakpahan, M.Pd.

Dr. Nanik Estidarsani, M.Pd

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL

1
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam berkembangnya
suatu negara. Sebuah negara mampu dikatakan sebagai negara maju, apabila rakyatnya
mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini dikarenakan pendidikan mampu mendukung
pembangunan, melalui pengembangan potensi peserta didik dan pemecahan problematika
pendidikan di masa mendatang. Pendidikan formal didapatkan melalui lembaga sekolah.

Sekolah merupakan sebuah lembaga yang harus mampu melakukan proses edukasi
(proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses
interaksi (proses bermasyarakat terutama bagi siswa / anak didik), dan wadah transformasi
(proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik). Salah satu jenjang pendidikan
diantaranya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sebuah lembaga setara dengan Sekolah


Menengah Atas (SMA). Sekolah Menengah Kejuruan terdiri dari berbagai jenis penjurusan
ataupun konsentrasi yang mampu mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja dibidang
tertentu. Penelitian Sudjana (2008:202) mengatakan bahwa, hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Dalam
melakukan pembelajaran ilmu baru dibutuhkan pengalaman terhadap materi yang lampau,
sehingga penguasaan materi pelajaran saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal
inilah yang merupakan faktor penentu dalam memperoleh prestasi belajar yang
memuaskan.

Dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah, guru berusaha menyampaikan pesan


kepada siswanya. Dan pada saat itu siswa juga berusaha menerima pesan dari gurunya.
Pesan tersebut berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau pengajaran yang lain.
Guru harus mampu menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang efektif. Metode
pengajaran yang digunakan harus sesuai, sehingga menghasilkan hasil belajar yang baik
(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 170)

2
Berdasarkan hasil observsi dengan guru mata pelajaran RAB di SMK Negeri 3
Boyolangu, siswa kurang mampu memahami maksud dari materi yang disampaikan oleh
guru kelasnya. Hal ini mampu terjadi dikarenakan kurangnya perhatian siswa terhadap
materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Siswa cenderung sibuk sendiri di kelas
sehingga kurang memperhatikan materi dalam kelas. Selain itu siswa kurang tertarik
terhadap materi pelajaran dikarenakan siswa belum menyadari manfaat dibidang teknik
sipil. Dalam hal ini, guru harus mampu membuat variasi model dan metode untuk
mendukung proses pembelajaran di kelas agar siswa mampu memahami mata pelajaran
yang disampaikan dan penerapan di bidang teknik sipil.

Pembelajaran akan lebih menarik apabila menggunakan media pembelajaran


interaktif dan edukatif sehingga terjadi komunikai dua arah antara guru dengan siswa
(Lennon dalam Taharuddin, 2012: 13). Media pembelajaran sebagai penyalur informasi
mampu memberikan efektifitas dan interaktifitas dalam pembelajaran (Wibowo, 2013:75).
Model pembelajaran dibuat berupa paket materi dalam hal pembelajaran yang dapat
mendukung proses pemahaman oleh siswa terhadap Kompetensi Dasar Membuat Susunan
dan Perhitungan Gaya Dalam Struktur Bangunan dengan semenarik mungkin, Sehingga
dengan adanya media pembelajaran, proses belajar mengajar di kelas lebih menarik,
mudah, cepat dimengerti dan siswa mengetahui penerapan materi di bidang teknik sipil.

Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal


menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. Peserta didik berhasil
“mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan
persoalan dalam jangka panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan model pembelajaran
yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam mendekati
permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang (Kadir, Abdul,
2013:18). Model pembelajaran yang cocok untuk hal diatas adalah pembelajaran
kontekstual atau Cotextual Teaching Learning (CTL).

Model pembelajaran Contextual Teaching Learning dianggap mampu menarik


perhatian siswa terhadap mata pelajaran mekanika teknik. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran diatas merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan lebih bermakna ataupun siswa mengalami sendiri apa
yang dipelajarinya. Berdasarkan latar belakang tersebut , maka diperlukan penelitian

3
tentang “Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching Learning Menggunakan Alat
Peraga pada Kompetensi Dasar Bekisting Beton Sloof, Kolom dan Balok.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang belakang tersebut, maka dapat dikemukakan


permasalahan utama yang diangkat dalam penelitaian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan pembelajaran Contextual Teaching Learning menggunakan


alat peraga bekistingan beton pada kompetensi dasar menghitung rencana anggaran
biaya pekerjaan konstruksi bangunnan gedung.
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran
Contextual Teaching Learning menggunakan alat peraga bekisting beton pada
kompetensi dasar menghitung rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi
bangunan gedung.
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran sebelumnya dan setelah
menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching Learning menggunakan alat
peraga bekisting beton pada kompetensi dasar menghitung rencana anggaran biaya
pekerjaan konstruksi bangunnan gedung.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Contextual Teaching Learning
menggunakan alat peraga bekisting beton pada kompetensi dasar menghitung
rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi bangunnan gedung.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan
pembelajaran Contextual Teaching Learning menggunakan alat peraga bekisting
beton pada kompetensi dasar menghitung rencana anggaran biaya pekerjaan
konstruksi bangunnan gedung.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran sebelumnya dan setelah
menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching Learning menggunakan alat
peraga bekisting beton pada kompetensi dasar menghitung rencana anggaran biaya
pekerjaan konstruksi bangunnan gedung.

4
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pendidik, penerapan model pembelajaran Contextual Teaching Learning
diharapkan mampu memberikan sumbangan bantuan dalam proses pembelajaran
2. Bagi peserta didik, implementasi model pembelajaran Contextual Teaching
Learning diharapkan mampu memberikan pemahaman yang kuat dalam proses
pembelajaran.
3. Bagi peneliti lain, diharapkan adanya pengembangan model pembelajaran
Contextual Teaching Learning dengan variasi lain.

E. Batasan Penelitian
1. Agar penelitian ini bisa lebih fokus, mendalam, dan tidak melenceng dari hal- hal
yang tidak diperlukan, maka diperlukan batasan variabel. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya pembatasan penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran
Contextual Teaching Learning dengan media alat peraga bekisting beton pada
kompetensi dasar menghitung rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi
bangunnan gedung mata pelajaran estimasi biaya konstruksi

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pembelajaran
Dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan. Pembelajaran merupakan
suatu perangkat yang dibuat untuk memudahkan siswa dalam hal memahami materi
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

B. Pembelajaran Contextual Teaching Learning


Pembelajaran konstekstual merupakan jenis pendekatan yang mengaitkan antara
materi pelajaran dengan konteks kehidupan (kehidupan nyata) dan kebutuhan siswa.
Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan anatara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagi anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001).

Pendekatan kontekstual merupakan sebuah pembelajaran dimana siswa mengetahui


penerapan ilmu yang dipelajari dengan kondisi nyata dilingkungan, dengan hal ini akan
mendorong dan meningkatkan motovasi belajar siswa untuk lebih perhatian terhadap mata
pelajaran yang dipelajarinya. Selain itu kegiatan belajar mengajar didalam kelas akan lebih
efisien dan efektif. Trianto (2010: 108) mengatakan bahwa “materi pelajaran akan tambah
berarti jika siswa mempelajari materi yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka,
dan menemukan arti didalam proses pembelajarananya, sehingga pembelajaran akan lebih
berarti dan menyenangkan”.

6
Guru dituntut memiliki kemampuan inovatif, kreatif, dinamis, efektif dan efesien
dalam mengimplementasikan pendekatan kontekstual dengan baik, hal ini mampu
menciptakan pembelajaran menjadi lebih kondusif. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya
narasumber dalam pembelajaran dan beralih kepada siswa sebagai pusat kegiatan
pembelajaran serta peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Dengan kondisi
tersebut, semangat siswa dapat meningkat dengan menggunkan metode, materi, dan media
yang bervariasi (Hasnawati, 2006 : 53).

Pendekatan kontekstual berakar dari pendekatan konstruktivistik, dimana sesorang


melakukan kegiatan belajar untuk membangun pengetahuan melalui interaksi dan
interpretasi dilingkungan. Pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan konteks
dibangun oleh siswa sendiri bukan oleh guru (Hasnawati, 2006; 55). Penelitian Priyatni
dalam Krisnawati dan Madya (2004: 56) mengatakan pembelajaran konstekstual memiliki
karakteristik sebagai berikut :

1. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya pembelajaran


diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah nyata
yang dihadapi.
2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas –
tugas yang bermakna.
3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memeberikan pengalaman bermakna kepada
siswa.
4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling
mengoreksi.
5. Kebersamaan, kerjasama, dan saling memahami satu dengan yang lain secara
mendalam merupakan aspek pembelajaran yang menyenangkan.
6. Pembelajaran dilakasanakan secara aktif, kreatif, produktif dan memetingkan
kerjasama.
7. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara menyenangkan.

Mardapi (2004: 14) mengemukakan bahwa kegiatan dan strategi yang ditampilkan
dalam pembelajaran kontekstual dapat berupa kombinasi dari kegitan berikut :

1. Pembelajaran autentik, yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar


dengan konteks yang bermakna, sehingga menguatkan berpikir dan keterampilan
memecahakan masalah-masalah penting dalam kehidupan di masyarakat.

7
2. Pembelajaran berbasis inquiri, yaitu memaknakan strategi pengajaran dengan
metode sains, sehingga diperoleh pembelajaran bermakna.
3. Pembelajaran berbasis masalah, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah didunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah, dan untuk memperoleh konsep utama suatu
mata pelajaran.
4. Pembelajaran layanan, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan layanan
masyarakat dengan struktur sekolah untuk merefleksikan layanan, menekankan
hubungan antara layanan yang dialami dan pembelajaran akademik di sekolah.
5. Pembelajaran berbasis kerja, pendekatan pembelajaran yang menggunakan konteks
tempat kerja, dan membahas penerapan konsep mata pelajaran di lapangan.

Menurut Yulaelawati (2004: 119) dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran


secara kontekstual, peserta didik akan melalui lebih dari satu bentuk pembelajaran, yaitu
sebagai berikut :

1. Relating (mengaitkan): belajar dalam konteks menghubungkan pengetahuan


baru dengan pengalaman hidup.
2. Experience (mengalami): Belajar dalam konteks penemuan dan penciptaan.
3. Applying (mengaplikasikan): belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan
atau informasi dapat digunakan dalam berbagai situasi
4. Cooperating (bekerjasama): belajar dalam konteks menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengalaman hidup, dengan cara bersama-sama.
5. Transferring: belajar dalam konteks pengetahuan yang ada atau membina dari
apa yang diketahui.

Menurut Nurhasi (2002: 10) sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan


kontekstual, jika menerapkan tujuh komponen utama contextual teaching and lerning
berikut, yaitu :

1. Konstruktivistik (constructivism) : mengembangkan pemikiran bahwa siswa


akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Menemukan (inquiry) : Siswa mampu mampu menghasilkan temuan sendiri

8
3. Bertanya (questioning): Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu,
mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui
perkembangan kemampuan berpikir siswa.
4. Masyarakat belajar (learning community): Melakukan sharing antar teman
(kelompok belajar)
5. Pemodelan (modelling): pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu
diikuti dengan model yang ditiru siswa.
6. Refleksi (reflection): Perenungan kembali atas pengetahuan yang baru
dipelajari
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) : Proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran (informasi) tentang
perkembangan pengalaman belajar siswa.

C. Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching Learning


Menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam suatu kelas merupakan
keberhasilan yang diinginkan oleh para pendidik. Namun untuk mencapai keberhasilan
tersebut tentunya ditemui berbagai permasaalahan, baik yang berasal dari peserta didik
maupun dari faktor lainnya. Hal ini merupakan hal yang wajar ditemui oleh setiap
pendidik.

Salah satu permasalahan yang ditemui oleh pendidik diantaranya peserta didik
kurang memperhatikan materi yang diajarkan oleh pendidik. Hal ini biasanya dikarenakan
siswa kurang tertarik terhadap materi yang sedang diajarkan, sehingga siswa tidak
memperhatikan materi selama belajar didalam kelas. Dengan adanya permasalahan
tersebut, pembelajaran Contextual Teaching Learning mampu menciptakan pembelajaran
menjadi lebih kondusif. Dengan beralihnya siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran dan
guru sebagai motivator dan fasilitator.

Mardapi (2004 : 14) prinsip pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa mampu
mengembangkan cara belajaranya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang ada
dimasyrakat, yaitu aplikasi dari konsep yang dipelajarinya. Terdapat beberapa prinsip
dasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut :

1. Menekankan pada pemecahan masalah (problem solving)

9
2. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah,
masyrakat, dan tempat kerja (multiple contex)
3. Membantu siswa belajar bagaimana memonitor belajaranya sehingga menjadi
individu mandiri (self-regulated learned)
4. Menekankan pengajaran dalam konteks kehidupan siswa (life skill education)
5. Mendorong siswa belajar dari satu dengan yang lainnya dan belajar bersama-
sama (cooperative learning)
6. Menggunakan penelitian autentik (athentic assesment)

Apabila siswa telah mengetahui maksud (makna) dari suatu mata pelajaran, maka
siswa akan mampu menerapkan konsep – konsep yang telah dipelajari terhadap masalah –
masalah yang barkaitan dengan mata pelajaran lain, atau permasalahan kehidupan yang
lain.

D. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching Learning


Dengan adanya pembelajaran Contextual Teaching Learning mampu mengaitkan
materi pelajaran dengan kehidupan nyata akan meningkatkan motivasi belajar serta akan
menjasikan proses belajar mengajar lebih efesien dan efektif (Hasnawati, 2006 : 56).

10
Tabel 1.1

Pembelajaran berbasis kontekstual akan membawa implikasi – implikasi tertentu,


ketika guru menerapkannya di dalam kelas. Menurut Zahorik (Nurhadi, 2002 : 7) terdapat
lima elemen penting yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam praktek pembelajaran
kontekstual, yaitu :

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowlodge)


2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowladge), yaitu dengan cara
mempelajarinya secara keseluruhan terlebih dahulu, kemudian memperhatikan
detailnya.

11
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowladge), yaitu dengan cara menyusun
konsep sementara atau hipotesis, melakukan sharing kepada orang lain agar
mendapat tanggapan atau validasi dan atas dasar tanggaapan itu konsep tersebut
atau dikembangkan.
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowladge).
5. Melakukan refleksi (reflecting knowladge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut.

E. Bekisting Beton Mata Pelajaran Estimasi Biaya Konstruksi


Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

Bekisting adalah konstruksi bersifat sementara yang  merupakan cetakan untuk


menentukan bentuk dari konstruksi beton pada saat beton masih segar.  Menurut
Stephens (1985), formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan
untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas
atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup.

F. Penerapan Materi Pelajaran Rencana Anggaran Biaya Pekerjaaan Konstruksi


Bangunan Mata Pelajaran Estimasi Biaya Konstruksi

1. Candra, Daviet Nicko. 2016. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara


Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Menggunakan e-book dan
Pembelajaran Konvensional Menggunakan Handout Pada Mata Pelajaran
Kontruksi Bangunan Di Kelas X TGB SMK Negeri 2 Bojonegoro. Surabaya:
JKPTB
2. Yensy, Nurul Astuty. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Examples Non Examples dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMPN1 Argamakmur. Bengkulu: Jurnal
Universitas Bengkulu
3. Arief, Fanni Ma’rufi. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada
Pembelajaran Mekanika Teknik dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa
Kelas X TGB SMKN 2 Surabaya. Surabaya: JKPTB

12
4. Sandy, Mahardika. 2015. Pengembangan Media Miniatur Bekisting Pasa
Kompetensi Dasar Melaksanakan Acuan /Bekisting. Surabaya: Skripsi Unesa

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitan eksperimen dengan menerapkan metode


kuantitatif. Penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(sugiyono, 2006: 80). Menurut Fraenkel, dkk (2012: 265) Dalam penelitian eksperimen,
kontrol yang cermat terhadap kemungkinan masuknya pengaruh faktor lain sangat
diperlukan agar mendapatkan faktor – faktor yang benar – benar murni dan faktor – faktor
yang dimanipulasi. Penelitian eksperimen bertujuan :

1. Menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian


2. Memprediksi kejadian atau peristiwa didalam latar eksperimen
3. Menarik generalisasi hubungan anatar variabel

Penelitian ini mengembangakan pre experiments the one group pretest – posttest
design, dimana dilakukan pengukuran variabel kepada subjek sebelum dilakukan
perlakuan untuk jangka waktu tertentu (pretest) dan dilakukan pengukuran ke-2 (posttest)
terhadap variabel bebas, dan hasil pengukuran pretest dibandingkan dengan hasil
pengukuran posttest.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tatap Kelas X GB 2 X GB 3 Materi


Muka Perlakuan
(TM)
TM 1   1. Pengenalan materi bekisting
(pretest)
TM 2 Eksperimen  1. Perhitungan kebutuhan bekisting
Kontrol 
(perlakuan)
TM 3 Eksperimen  1. Perhitungan bekisting dengan
Kontrol 
(perlakuan) sambungan
TM 4  
(posttest)

B. Lokasi Penelitian

14
Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 3 Boyolangu, yang merupakan sekolah yang
dikenal menghasilkan lulusan peserta didik dengan standar kelulusan yang tinggi. Waktu
penelitian dilaksankan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa program keahlian Gambar
Bangunan SMK Negeri 3 Boyolangu. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas X GB 2
sebanyak 30 siswa dan kelas X GB 3 sebanyak 32 siswa

D. Variabel Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel, diantaranya :

1. Model pembelajaran, untuk mengetahui kegiatan siswa saat dilaksanakannya


penerapan model pembelajaran dengan alat peraga menggunakan angket.
2. Instrumen penelitian, alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran
menggunakan angket.
3. Menghitung kebutuhan bekisting balok, kolom, sloof dan pelat.
4. Materi perhitungan bekisting sloof dan kolom dipilih sebagai penilaian hasil siswa.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1. Analisi kelayakan Media Pembelajaran dengan Alat Peraga
Lembar validasi media dengan alat peraga diberikan kepada dosen dan guru
sebagai validator, untuk divalidasi apakah media dan alat peraga yang digunakan
sudah layak atau tidak

Tabel 3.2 Prosentase Kelayakan Media

Hasil Validasi (%) Keterangan


0 - 20 Sangat Tidak Layak
21 – 40 Tidak Layak
41 - 60 Cukup Layak
61 – 80 Layak
81 - 100 Sangat Layak

15
Sumber: Riduwan, 2007: 15
2. Analisis kelayakan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunkan terdiri dari : Silabus, RPP, materi, dan soal
tes (pretest dan posttest).
3. Analisis Hasil Belajar
Analisis hasil belajar siswa mengunakan uji-t satu pihak kanan.

Tabel 3.3 Interval Nilai harian

No Skor Respons Siswa Kategori


1 x ≥ x̄ + 1.SBx Sangat positif/ sangat tinggi
2 x̄ + 1.SBx > x > x̄ Tinggi/ positif

3 x̄ > x > x̄ - 1.SBx Negatif/ rendah

4 x < x̄ - 1.SBx Sangat negatif/ rendah


Sumber: Mardapi, 2007: 123
4. Analisis Respon Siswa

Tabel 3.4 Interval Nilai Respon Siswa

No Skor Respons Siswa Kategori


1 x ≥ x̄ + 1.SBx Sangat positif/ sangat tinggi

2 x̄ + 1.SBx > x > x̄ Tinggi/ positif


3 x̄ > x > x̄ - 1.SBx Negatif/ rendah
4 x < x̄ - 1.SBx Sangat negatif/ rendah
Sumber: Mardapi, 2007: 123

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Tes
Teknik pengumpulan data melalui tes, dilakukan sebelum pelaksanaan
pembelajaran (pretest) dan setelah pelaksanaan pembelajaran (posttest) kepada
kelas experiment dan kelas kontrol.
2. Observasi
Kegiatan pengamatan (observasi) dilakukan selama proses kegiatan belajar
mengajar (KBM) berlangsung, sebelum dilakukan penelitian sampai kegiatan
penelitian selesai.
3. Angket

16
Angket digunakan sebagai media studi kelayakan terhadap perangkat pembelajaran
dan alat peraga, yang sudah divalidasi oleh dosen dan guru pengampu mata pelajar
selaku validator

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Digunakan untuk menganalisis variabel berdasarkan distribusi normal.
Teknik pengujiannya menggunakan Chi Kuadrat (X2) dengan rumus sebagai
berikut :

Keterangan :
Fo = frekuensi/jumlah data hasil observasi
Fh = frekuensi/jumlah yg diharapkan
Fo-Fh = selisih data Fo dengan Fh

2. Uji Homogenitas
Untuk menguji varians sampel homogen atau tidak homogen, digunakan uji
F dengan rumus sebagai berikut :
VariansTerbesar
F=
Varians Terkecil

Hasil uji F hitung dibandingkan dengan F tabel, apabila Fh ≤ Ft maka Ho diterima


dan Ha ditolak. Apabila Ho diterima, maka varians homogen.

3. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan hipotesis deskriptif dengan pengujian hipotesis
uji satu pihak kanan (one tail test), karena untuk meyakinkan apakah nilai rata-rata
yang didapat dari hasil belajar sudah berhasil atau belum

Penelitian relevan
Wibowo, Rika Ayu. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Konstekstual Menggunakan
Media Maket Pada Mata Pelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan. Surabaya: Skripsi
Unesa

17
Sandy, Mahardika. 2015. Pengembangan Media Miniatur Bekisting Pasa Kompetensi
Dasar Melaksanakan Acuan /Bekisting. Surabaya: Skripsi Unesa

18

Anda mungkin juga menyukai