Anda di halaman 1dari 22

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE PICTURE AND

PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR MATERI


PENERAPAN PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAJA
KELAS X DPIB SMK NEGERI 1 MADIUN

Oleh :
Khisti Anisa Monica Putri
NIM. 17050534020

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan (bahasa Inggris : education) adalah pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,
pelatihan, atau penelitian. Sedankan secara umum, pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran untuk peserta didik agar secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa : “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa pendidikan sangat berperan
penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pembangunan
sebuah Negara. Maka dari itu Indonesia senantiasa membuat gagasan-
gagasan baru yang digunakan untuk selalu meng-update dan memperbaiki
system pendidikan yang ada, salah satunya adalah terobosan kemunculan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan sekolah menengah
dengan maksud pemberian pengajaran dengan lulusan yang siap kerja.
Sehingga diharapkan dengan adanya hal ini dapat menekan jumlah lulusan
sekolah menengah yang menganggur dan tanpa skill.
SMK atau Sekolh Menengah Kejuruan sendiri adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari
SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar
yang diakui sama/setara SMP/MTs. ( UU Nomor 20 Tahun 2013, Pasal 18
ayat [3]). Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu. (UU Nomor 20 Tahun 2013, Penjelasan Pasal 15).
Dalam proses belajar dan mengajarpun diberikan suatu
bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan
kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang
sebagai latihan keterampilan. Siswa akan disiapkan untuk memasuki
persaingan di dunia kerja. Kegiatan pembelajaranpun tidak hanya terjadi di
sekolah, namun kegiatan praktik industri di dunia kerja nyata sangat
ditekankan untuk mendapatkan dan meningkatkan pengalaman bekerja di
persaingan dunia kerja. Selogan “SMK BISA!” menjadikan salah satu
motivasi untuk mengembangkan system pendidikan yang ada di SMK agar
tidak dianggap remeh dan dikesampingkan dengan SMA. Embel-embel
lulusan siap kerja perlahan-lahan ingin diwujudkan dengan kebutuhan
industry masyarakat yang ada, sehingga dengan adanya hal ini diharapkan
banyak pekerja-pekerja yang fresh graduated SMK yang berkompeten
yang mengisi kloter-kloter kekosongan di berbagai industi yang ada,
dengan adanya hal tersebut membuat Indonesia sendiri akan mengurangi
import tenaga kerja dari luar negeri.
Banyaknya SMK yang ada di Indonesia dengan berbagai jurusan
yang diminati oleh anak-anak membuat banyaknya pula keeterampilan-
keterapilan baru yang akan tercipta dari anak bangsa. Salah satu jurusan
yang sedang diminati yaitu Jurusan Gambar Bangunan yang mencetak
lulusan akan siap bekerja di bidang Bangunan atau Kontraktor. Berbagai
praktikum-praktikum dan materi yang disediakan cukup menjadi sebuah
modal awal untuk teman-teman terjun langsung didunia kerja, mulai dari
Drafter, Quantity Surveyor, Surveyor, Pelaksanan Bangunan,
Pemborong/Kontraktor, Konsultan Perencana, bisa juga melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi (Kuliah).
Latar belakang penelitian ini saya ambil dari SMK Negeri 1
Madiun, yaitu dengan adanya kekurangan media pembelajaran yang
mendukung guru dalam menjelaskan materi pelajaran konstruksi
bangunan  di dalam kelas (tidak terdapat LCD Proyektor didalam kelas),
sehingga siswa merasa sulit untuk memahami materi yang diajarkan oleh
guru dan terkesan monoton. Jumlah jam materi yang diberikan dengan
media yang kurang mendukung membuat siswa-siswa menjadi kurang
dapat menyerap materi-materi dasar baja yang diberikan oleh guru.
Terlebih lagi dengan pembagian materi Konstruksi Bangunan seperti Baja,
Beton, dan Kayu yang diberikan secara bergantian membuat mereka
kekurangan waktu untuk mendalami, karena hanya sekilas diberikan
dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Sehingga dengan adanya
hal tersebut membuat siswa-siswi mengenyampingkan mata pelaran
tersebut dan lebih menekuni mata pelajaran yang sekiranya diajarkan lebih
lama dalam pendalaman materi, seperti Ilmu Ukur Tanah, Gambar
(manual maupun cad), dan lain-lain.
Hal yang lain juga dapat dilihat dari hasil belajar siswa-siswi DPIB
A kelas X di SMK Negeri 1 Madiun, khususnya untuk Kompetensi Dasar
3.7 Menerapkan prosedur pekerjaan Konstruksi Baja dan 4.7
Melaksanakan pekerjaan Konstruksi Baja. Dalam beberapa soal yang
diberikan, dengan berbagai taraf kesukaran dan jenis soal yang berbeda-
beda membuat saya mengetahui seberapa tingkat kefahaman dan
pengetahuan yang diperoleh siswa-siswi saat memperoleh mata pelajaran
tersebut. Dari soal-soal yang telah diberikan sesuai dengan kriteria dari
Dosen pembimbing dan guru pengampu mata pelajaran tersebut,
menghasilkan sebagian besar nilai siswa berada di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yakni nilai 75. Berdasarkan uraian tersebut,
hasil belajar pada mata pelajaran konstruksi bangunan siswa SMK Negeri
1 Madiun dirasa kurang baik.
Adanya hal tersebut menjadikan sebagai salah satu permasalahan
yang akan dibahas, dengan memberikan model pembelajaran Kooperatif
type Picture and Picture yang diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut sehingga siswa-
siswi di kelas X DPIB A SMK Negeri 1 Madiun dapat meningkatkan
prestasi belajar khususnya dalam mata terhadap mata pelajaran Konstruksi
Bangunan materi Baja
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang belakang yang telah dijabarkan diatas,
maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pembelajaran metode Kooperatif type Picture
and Picture sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajar Dasar-dasar Konstruksi Bangunan materi Prosedur dan
Palaksanaan Konstruksi Baja?
2. Bagaimana pengaruh yang dihasilkan terhadap hasil belajar peserta
didik dari penerapan metode Kooperatif type Picture and Picture?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian yang hendak dicapai yaitu sebagai
berikut :
1. Memberikan pemahaman materi yang dapat dipahami dan dimengerti
siswa siswi SMK Negeri 1 Madiun terhadap mata pelajaran Dasar-
dasar Konstruksi Bangunan materi Prosedur dan Pelaksanaan
Konstruksi Baja
2. Mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif type Picture
and Picture pada motivasi dan pemahan siswa di SMK Negeri 1
Madiun terhadap mata pelajaran Konstruksi Bangunan materi Prosedur
dan Pelaksanaan Konstruksi Baja
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif type Picture and
Picture dapat membantu siswa dalam meningkat kan motivasi dan
pemahaman terhadap mata terhadap mata pelajaran Konstruksi
Bangunan materi Baja
b. Bagi Guru dan Sekolah
Menjadikan sumber reverensi serta bahan pertimbangan bagi
pendidik agar dapat diterapkan dalam proses belajar dan mengajar.
c. Ahli Pendidikan
Menjadikan sebuah reverensi dan acuan baru yang dapat di
gunakan oleh peneliti lain untuk mengembangkan model
pembelajaran ini.
d. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh wawasan terbaru mengenai factor
hambatan maupun pendukung, kelebihan maupun kekuarangan
yang terjadi pada Model Pembelajaran Genius Learning.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkanakan menjadi sumber referensi yang
nantinya dapat memberikan motivasi dan menginspirasi pendidik,
peserta didik atau pihak lain yang bersangkutan untuk dapat terus
mengambangkan model pembelajaran ini.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pembelajaran Kooperatif


2.1.1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif ialah metode kelas praktis yang dapat
digunakan guru dalam setiap pertemuan untuk membantu siswa belajar
dalam kelompok-kelompok (Nur, 2005 : 1)
Menurut Riyanto (2010 : 267), hakikat pembelajaran kooperatif
adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk melatih kecakapan
akademis (academic skills), keterampilan sosial (social skill) dan
interpersonal skill.
Sedangkan Suprijono (2009 : 54) berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatip adalah jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam meyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli diatas, dapat diketahui
bahwa Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan guru hanya berposisi sebagai pendamping, sedangkan siswa
menjadi objek diskusi sesuai kelompok yang telah ditentukan dengan
memiliki peranan dan tanggung jawab yang sama pula antar anggota.
2.1.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprijono (2010: 65), langkah/sintaks model
pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu:
1. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Dalam hal ini peranan guru sangat penting sebagai
pembangunan mood siswa sebelum memulai pelajaran. Dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
beserta motivasi pembangun yang dapat membuat sisa menjadi
semangat dan siap memulai pembelajaran
2. Menyampaikan Informasi
Pemberian informasi melalui berbagai media dan bahan
ajar akan mempermudah siswa dalam memahami informasi
yang disampaikan
3. Mengorganisasikan Siswa menjadi Beberapa Kelompok
Mengelompokkan siswa menjadi beberapa tim untuk
membuat sebuah model pembalajaran dalam penyampaian
materi nantinya
4. Membimbing Kelompok Belajar
Dalam hal ini guru yang sangat berpera penting, tidak
sebagai teacher center namun hanya sebagai pembimbing dan
pengawas jika terjadi kesulitan oleh kelompok-kelompok yang
telah dibuat, untuk selebihnya akan diselesai oleh anggota
kelompok.
5. Mengevaluasi
Pada tahap ini, setiap tim diminta untuk dapat
mempresentasikan dan menjelaskan tentang hasil diskusi yang
telah dilakukan oleh anggota kelompok.
6. Memberikan Penghargaan
Setelah tahap presentasi dan pemaparan hasil diskusi, maka
sebaiknya guru memberikan sebuah apresiasi dan penghargaan
terhadap hasil yang telah disampaikan. Sehingga dengan
adanya hal tersebut dapat membuat siswa merasa hasilnya
sudah dihargai.
Adanya penjabaran tentang Pembelajaran Kooperaif diatas oleh
para ahli dapat diketahui bahwa model pembelajaran Kooperatif
merupakan dengan guru hanya berposisi sebagai pendamping,
sedangkan siswa menjadi objek diskusi sesuai kelompok yang telah
ditentukan dengan memiliki peranan dan tanggung jawab yang sama
pula antar anggota.
2.2. Picture and Picture
Suprijono (dalam huda 2014 : 236), mengemukakan: “Picture And
Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar
sebagai media pembelajaran. strategi ini mirip dengan Example Non-
Example, dimana gambar yang diberikan pada siswa harus
dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar ini menjadi
perangkat utama dalam proses pembelajaran”.
Sholeh (2011 : 217) mengemukakan bahwa metode Picture and
picture merupakan strategi dimana guru menggunakan alat bantu atau
media gambar untuk menerangkan sebuah materi dan menanamkan
pesan yang ada dalam materi tersebut. Untuk itu, diperlukan suatu
media pembelajaran yang mampu memuat semua materi yang ada
beserta gambar-gambarnya secara mendetail.
Selain itu, Ngalimun (2014 : 177), berpendapat bahwa Picture And
Picture adalah sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan
gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa mengurutkan gambar
sehingga sistematik, gru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru
menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi,
dan refleksi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disipulkan
bahwa Picture and Picture merupakan sebuah media yang digunakan
untuk menyampaikan sebuah materi pembelajaran berupa gambar-
gambar yang dibuat secara ringkas dan menarik seingga dapat
memudahkan peserta didik untuk memahami sebuh materi.
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Type Picture and Picture
Taniredja (2013: 55) pembelajaran kooperatif picture and
picturemerupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada
anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
yang berstruktur, berkelompok, sehingga terjadinya interaksi secara
terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara

anggota kelompok.
Menurut Tampubolon (2014: 93) bahwa model pembelajaran
kooperatif Picture and Picture merupakan model dengan menggunakan
gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan yang logis.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Murniasih (2009: 44) bahwa,
model pembelajaran kooperatif Picture and Picture termasuk bagian
dari belajar kooperatif yang mengutamakan adanya kelompok-
kelompok kecil terdiri dari empat sampai enam orang.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
Model Pembelajaran Kooperatif Type Picture and Picture merupakan
sebuah metode pembelajaran yang menggunakan media gambar
(Picture) untuk menyampaikan sebuah materi dimana siswa juga
dibagi menjadi beberapa kelompok yang terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dalam kegiatan pembelajaran.
2.4. Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2011 : 5), hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,
dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono, 2011: 5)
hasil belajar berupa: Informasi verbal, Keterampilan intektual, Strategi
kognitif, Keterampilan motorik, dan Sikap
Sedangkan menurut Bloom (Suprijono, 2011: 6), hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain
kognitif meliputi: knowledge (pengetahuan), comprehension
(pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis), synthesis
(mengorganisasikan), dan evaluation (menilai). Domain afektif
meliputi: receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respon), valuing (nilai), organization (organisasi), dan characterization
(karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi Initiatory, Pre-routine,
dan Rountinized.
Menurut Sudjana (2009: 22), hasil belajar adalah kemampuan –
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom secara garis
besar membagi menjadi 3 ranah yakni:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan (knowledge),
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi atau karakteristik nilai.
3. Ranah Psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik,
gerakan-gerakan skill, gerakan ekspresif dan interpretatif.
Sehingga dapat disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa
hasil belajar merupakan sebuah pencapaian, penghargaan,
ataupun hasil dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan.
Dengan adanya hasil belajar, maka kita dapat mengetahui
kemampuan seseorang dalam proses pembelajaran. Hal ini lebih
sering dikaitkan dengan nilai, ranking, dan kejuaraan.
2.5. Kegiatan Guru Mengajar di Kelas
Menurut Nasution (1982 : 8) Mengajar merupakan segenap
kegiatan kompleks yang dilakukan oleh guru dalam mengorganisasi
atau mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya yang kemudian
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar dan
mengajar.
Sedangkan menurut Muhammad Ali (1992 : 12), mengajar
merupakan bentuk yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi peserta didik untuk terjadinya proses belajar sesuai
dengan tujuan yang sudah dirumuskan. Sasaran yang terakhir dari
proses pembelajaran yakni ialah siswa belajar dengan upaya yang
disengaja & penuh dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai
tujuan. Tujuan akan bisa tercapai dengan melalui proses pembelajaran,
belajar terjadi dengan berbagai cara seperti guru langsung mengajar di
dalam kelas atau bisa juga dengan menggunakan alat pembelajaran
lain.
Pendapat lain juga menjelaskan, bahwa mengajar adalah suatu
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang berada di sekitar
anak didik sehingga bisa menumbuhkan & mendorong siswa
melakukan proses belajar dan mengajar, Nana Sudjana (1989 : 29).
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa mengajar merupaka salah
satu proses dari belajar mengajar yang dilakukan untuk memberikan
sebuah materi atau pengajaran sehingga dari hal tersebut dapat
memperoleh sebuah pengalaman dan ilmu
2.6. Kegiatan Belajar Siswa di Kelas
Menurut Hilgard & Bowner (1987 : 12) Belajar sebagai suatu
proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari
suatu situasi yang dihadapi dengan karakteristik-karakteristik dari
perubahan-perubahan aktifitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan
dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau
perubahan-perubahan sementara dari organisme.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sudjana (2010), belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap
dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek
lain yang ada pada individu-individu yang belajar.
Selain itu, Trianto (2011) juga mengatakan bahwa belajar sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan
karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karekteristik
seseorang sejak lahir.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah sebuah kegiatan melihat, meniru, mencoba, mengikuti,
dan melaksanakan sebuah kegiatan atau aktifitas sehingga dari hal
tersebut didapatkan sebuah perubahan tingkah laku, keterampilan
maupun pengetahuan seseorang menjadi lebih meningkat dari
sebelumnya.
2.7. Materi Mata Pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan di Kelas
DPIB A SMK Negeri 1 Madiun
SMK Negeri 1 Madiun merupakan salah satu sekolah kejuruan
yang menggunakan kurikulum 2013 revisi. Sejak adanya revisi
kurikulum 2013 maka mata pelajaran yang diajarkanpun mengalami
perubahan. Dasar-dasar konstruksi bangunan merupakan salah satu
mata pelajaran untuk kelas X semester gasal yang baruada sejak
adanya revisi kerikulum 2013 yang dalam pembelajarannya diharapkan
dapat menjadi materi dasar untuk mengenal materi pada pelajaran
konstruksi bangunan gedung yang akan diajarkan di kelas XI. Dasar-
dasar konstruksi bangunan merupakan mata pelajaran yang diajarkan
pada kelas X Kompetensi Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan (DPIB).
Untuk kali ini, penelitian hanya difokuskan pada “Penerapan Prosedur
dan Pelaksanaan pada Konstruksi Baja”, yaitu sesuai dengan KI-III
yaitu : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, dan KI-IV
yaitu : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di
bawah pengawasan langsung. Dengan KD 3.7 Menerapkan prosedur
pekerjaan konstruksi baja dan 4.7 Melaksanakan pekerjaan Konstruksi
baja.

Berikut adalah uraian materi mata Pelajaran Dasar-Dasar


Konstruksi pada KD 3.7 dan 4.7 :
Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian
optimum. Dalam suatu perencanaan struktur baja, harus ditetapkan
kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya penyelesaian optimum.
Kriteria yang umum untuk perencanaan struktur bisa berupa : biaya
minimum, berat minimum, waktu konstruksi yang minimum, tenaga kerja
minimum. Dalam pengerjaan konstruksi baja, terdapat beberapa tahap
yang harus dilakukan, meliputi :
a. Tahap Fabrikasi (Pemotongan)
adalah tahap pertama yang harus dilewati dengan sangat baik
karena tahap ini akan menentukan keberhasilan pada tahap-tahap
berikutnya. Fabrikasi yang idealnya dilakukan di pabrik atau bengkel
(workshop) secara keseluruhan meliputi pemilihan material,
pengukuran serta pemotongan; pembengkokan; dan penyambungan,
baik sementara maupun permanen.  Dalam tahap ini diperlukan pekerja
yang berpengalaman dan/atau bersertifikat serta terampil dalam
melakukan setiap detail pekerjaan fabrikasi dengan atau tanpa alat
bantu. Pemotongan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
 Pemotongan dengan Mesin Potong Hidrolik : Mesin gunting
hidrolik menggunakan tenaga power supply tenaga hidrolik.
 Pemotongan dengan menggunakan oxy flame cutting :
Pemotongan dengan menggunakan oxy flame cutting adalah
proses dimana pemotongan terjadi karena adanya reaksi antara
oksigen dan baja.
 Pemotongan dengan menggunakan CNC cutting : CNC cutting
merupakan mesin perkakas potong otomatis yang dilengkapi
dengan sistem mekanik dan kontrol berbasis komputer. 
b. Tahap Transportasi
adalah proses pengiriman struktur jadi atau setengah jadi ke
lapangan (project site) untuk dipasang pada posisinya. Lokasi pabrik
atau bengkel biasanya akan berjarak dengan site, entah dekat maupun
jauh. Artinya, harus dilakukan proses pengangkatan, pemindahan,
pengangkutan hingga akhirnya penempatan di lokasi tertentu pada
lingkungan site.
c. Tahap Ereksi (erection)
Hal ini merujuk pada proses penyusunan atau perakitan elemen-
elemen struktur yang telah dikerjakan di pabrik/bengkel menjadi
struktur lengkap di lapangan. Pada tahap ini banyak hal yang harus
direncanakan dengan baik dan diperhitungkan secara tepat. Misalnya,
kelayakan serta kapasitas crane pengangkat; kondisi lapangan,
termasuk daya dukung tanah tumpuan alat berat; keterampilan operator
mesin dan juga tukang yang melakukan pekerjaan finishing (tukang
las, tukang keling, dll.);  dan sebagainya.
2.8. Penelitian yang Relevan
Penelitiaan Ariska Ade Putra (2019), dari Universitas Negeri
Surabaya yang berjudul ” Penerapan Model Pembelajaran Type
Picture And Picture Pada Mata Pelajarandasar-Dasar Konstuksi
Bangunan Kelas X KGSP Smkn 5 Surabaya” menyimpulkan bahwa
keterlaksanaan pengajaran guru memperoleh skor rata-rata yaitu
97,61% dan keterlaksanaan belajar siswa memperoleh skor rata-rata
yaitu 97,02%. Berdasarkan kategori tersebut maka keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan model picture and picture terlaksana
dengan sangat baik. Hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata hasil
belajar adanya perlakuan dengan model pembelajaran picture and
picture adalah 66,93 dan hasil nilai tes setelah diterapkan model
pembelajaran picture and picture adalah 96,13 dengan thitung = 57,030
sedangkan ttabel = 1,699. Hal ini berarti harga nilai thitung>ttabel.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, rata-rata hasil belajar siswa
setelah menggunakan model pembelajaran picture and picture pada
mata pelajaran dasar-dasar konstruksi bangunan kelas X KGSP di
SMKN 5 Surabaya lebih besar atau sama dengan KKM 75 (H0 =: μ>
75).
Puji Santoso (2016), yang berjudul “Penerapan Metode
Pembelajaran Picture and Picture Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan
Gedung Sub Materi Pondasi Kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Batu
dan Beton di SMK N 7 Semarang” menyimpulkan bahwa hasil
penelitian menunjukkan bahwa besarnya pemahaman materi siswa
diperoleh nilai rata-rata dari 36 siswa sebesar 81.33, sehingga
pemahaman materi siswa dapat digolongkan dalam kategori “baik”.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendalaman materi dengan menggunakan metode Picture and picture
serta media berbasis komputer dapat meningkatkan pemahaman materi
siswa terkait materi yang disampaikan.
Riana Laily N. (2016) yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Finishing Bangunan Materi Pekerjaan Pemasangan
Batu Alam dan Batu Buatan (Artifisial) Sesuai Gambar Rancangan
Kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton SMK
Negeri 3 Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Picture and
picture efektif dalam meningkatkan aktivitas siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai kognitif siswa setelah
diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Picture and
picturedilihat dari rata-rata nilai pre-test yaitu 68,15 dan rata-rata nilai
post-test yaitu 81,11. Sedangkan rata-rata nilai pre-test untuk kelas
kontrol yaitu 58,52 dan rata-rata nilai post-test yaitu 70,00. Sedangkan
dari ketuntasan belajar siswa, persentase ketuntasan siswa pada kelas
eksperimen mencapai 75,00% sedangkan untuk kelas kontrol mencapai
25,00%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada
kelas eksperimen dengan menggunakn model pembelajaran Picture
and picture lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan
penelitian tersebut terbukti bahwa model pembelajaran Picture and
picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.9. Kerangka Berfikir
Dalam hal ini, rendahnya hasil belajar siswa yang pernah diujikan
pada mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan yang berfokus
pada Materi Baja disebabkan karena kurang efektifnya waktu dan
penyampaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Factor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yaitu minimnya media
pembelajaran dan kurang tepatnya metode pembelajaran yang diberian
sehingga siswa terlihat kurng menarik dalam mengikuti kegiatan
belajar dan mengajar yang diakukan didalam kelas.
Model pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan guru hanya berposisi sebagai pendamping, sedangkan siswa
menjadi objek diskusi sesuai kelompok yang telah ditentukan dengan
memiliki peranan dan tanggung jawab yang sama pula antar anggota.
Sehingga dengan penggunaan metode ini, siswa dapat saing membantu
satu sama lain untuk lebih memahami dan mengerti materi ynag
disampaikan secara rata dan bersama.
Type Picture and Picture merupakan sebuah metode pembelajaran
yang menggunakan media gambar (Picture) untuk menyampaikan
sebuah materi dimana siswa juga dibagi menjadi beberapa kelompok
yang terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan
pembelajaran. Pada intinya, tujuan berbagai model ini sama, yaitu
bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efektif, mudah
dipahami dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian ditas dapat diduga bahwa penerapan model
pembelajaan Kooperatif Type Picture and Picture dapat meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang
diberikan, dapat meningkatkan keefektivitasan guru dalam mengajar.
2.10. Hipotesis
Bedasarkan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan
sebelumny, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut :
1. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan
model pembelajaran Kooperatif Type Picture and Picture pada
mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan yang berfokus
pada materi Baja.
2. Terdapat peningkatan kegiatan mengajar guru setelah menerapkan
model pembelajaran Kooperatif Type Picture and Picture pada
mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan yang berfokus
pada materi Baja.
3. Terdapat peningkatan kegiatan belajar siswa setelah menerapkan
model pembelajaran Kooperatif Type Picture and Picture pada
mata pelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan yang berfokus
pada materi Baja.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperimental type One Shot
Case Study. Penelitian ini menggunakan subjek dari kelas X DPIB. Lokasi
penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Madiun pada semester gasal
tahun ajaran 2020/2021.

X O Keterangan : X = Treathment yang diberikan


O = Observasi (Sugiyono, 2014 : 74)

Hasil akhir dari penilitan yang diharapkan dari penelitian ini berupa
data yang benar mengenai hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
menggunakan metode khusus pada peserta didik yang menjadi subjek
penelitian, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penggunaan dan
proses KBM.
B. Waktu, Tempat, dan Subjek Penelitian
1. Waktu Penelitian.
Penelitian direncanakan berlangsung pada semester gasal 2020/2021.
2. Lokasi Penelitian.
Tempat penelitian akan dilangsungkan di SMK Negeri 1 Madiun
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas X DPIB SMK
Negeri 1 Madiun.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Penelitian ini mengambil populasi yang akan dilakukan penelitian adalah
pada seluruh siswa siswi kelas X program keahlian Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan SMK Negeri 1 Madiun.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas X program
keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan SMK Negeri 1
Madiun.
D. Variabel Penelitian
Varisbel adalah suatu atribut, sifat atau niali dari orang,obyek atau jegiatan
yang mempunyai variasitertentu yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari
dan kemudian dutarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61)
a. Variabel bebas
Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2013:61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type Picture and Picture.
b. Variabel terikat
Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:61).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar siswa kelas X
SMK Negeri 1 Madiun setelah mendapatkan model Pembelajaran
Kooperatif Type Picture and Picture.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini digunakanuntuk beberapa jenis instrumen penelitian. Berikut
ini diuraikan secara rinci beberapa instrumen yang digunakan diantaranya,
sebagai berikut:
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai acuan dalam melakukan proses penelitian.
2. Tes Tulis
Tes yang dilakukan dalam penelitian ini, digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa yaitu kemampuan kognitif siswa, tes diberikan pada
setiap akhir siklus untuk mengukur kemampuan siswa telah mengikuti
pembelajaran Dasar-dasar Konstruksi Bangunan dengan menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Type Picture and Picture.
3. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengamati aktivitas peserta didik selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Sasaran pengamatan pada observasi ini adalah aktivitas
pendidik dan peserta didik pada kegiatan pembelajaran denagn penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Type Picture and Picture.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menangani masalah tersebut, penelitian diperlukan data yang
relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut
perlu digunakan teknikpengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang
benar-benar valid dan dapat dipercaya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode pengamatan observasi siswa dan guru
Observasi dari adanya keterlaksanaan model pembelajaran
Kooperatif Type Picture and Picture yang dilaksanakan oleh guru dan
diamati
2. Metode tes tulis
Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah materi dalam sub
pokok bahasannya sapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik setelah
dilakukan pembelajaran kooperatif Type Picture and Picture. Tes terakhir
diberikan pada waktu pembelajaran berlangsung. Skor dari tes akhir
digunakan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap
materi yang telah diajarkan.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Adanya Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data
sampel berdistribusi normal atau tidak. Asumsi bahwa data berdistribusi
normal membantu menyelesaikan persoalan dengan mudah dan lancar,
yaitu untuk mengetahui apakah data hasil penelitian dianalisis dengan
memakai statistika parametrik atau nonparametrik. Jika populasinya
berditribusi normal ini berarti dapat diselesaikan dengan parametrik.
Sebelum uji lebih lanjut digunakan, kesimpulan diambil berdasarkan teori
dimana asumsi normalitas dipakai. Asumsi normalitas dipakai karena
melihat data siswa dengan nilai tertinggi dan terendah lebih sedikit
dibandingkan dengan nilai sedang, sehingga membentuk kurva normalitas.
Pasangan hipotesis yang akan diuji sesuai dengan rumusan hipotesis.
Ho = Data berdistribusi normal
Ha = Data tidak berdistribusi normal
Taraf signifikansi dalam penelitian ini adalah 5%. Pengujian
normalitas menggunakan software SPSS v.19.
2. Uji T
Uji t digunakan untuk melihat apakah hipotesis dapat diterima atau
ditolak. Uji t ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t
tabel atau dengan melihat signifikansi pada masing-masing t hitung. Uji t
dilakukan dengan menggunakan software SPSS v.19. Uji hipotesis ini
dilakukan dengan menggunakan uji t satu fihak kanan, Adapun siswa
dikatakan tuntas belajar apabila siswa mampu menjawab soal
dengan kriteria ketuntasan minimal 75.

Anda mungkin juga menyukai