Anda di halaman 1dari 9
-WAHYU DAN IMAN. A. HUBUNGAN ANTAR MANUSIA Jenis, bentuk dan ciri-ciri hubungan : Manusia dalam hidupnya”antara’ yang ‘situ den ang lainnya ‘selalu menjalin hubungan-hubungan’ Ada pelbagai macam hubungan. Menurut dalam-dangkalnya (mesranya, intimnya) hubungan itu dapat dibagi atas tiga jenis atau tingkat: © a 1, “Hubungan “dagang” ("bisnis", “komersial"), "’Hubungan ini mempunyai ciri-ciri atau sifat: seriiis-formal, mericari " untung, hanya kalau perlu atau seperlunya, hanya sementara atau ‘pada waktu-waktu tertentu saja, ee 2. Hubungan “kerja” (fungsional, iugas, profesi) atau _ “atasan- bawahan", . . Hubungan ‘ini mempunyai ‘ciri-ciri atau sifat:’ formal-resmi, sepérlunya; tertentu wakturlya atau pada waktu yang sudah diatur, main perintah dari satu pihak dan patuh dari pihak lain, yang lain dianggap rendah sedangkah yang lain lebih tinggi. 2 3. Hubuingan pribadi dalam cir sih atau hubungan cinta-kasih, “Hubungan ini mempunyai iri atau sifat: ‘tidak ‘cari untung, tidak kenal waktu, tidak main perintah, tidak menganggap yang lain lebihtendah tetapi sama dan sederajat, rela memberi dan menerima, "_ mau berkorban, mericari dan men persa-tuan, saling “ membahagiakan,danldin‘lain. Antara kawan satu dengan yang lain dapat saja terjalin hubungan “dagang", hubungan "kerja" atau pun hubingan “cintakasih”, jika hubungan itu memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas. \ 10 Hubungan pribadi dalam cintakasih adalah jenis hubungan yang paling dalam. Hubungan jenis ini menyatakan diri dalam pelbagai bentuk. Antara lain hubungan antara: suami dan isteri, orangtua dan anak, adik dan kakak, teman dan teman, dan Jain-lain, Tetapi yang paling dalam adalah hubufgan:antara suami dan ‘ister: Hiubungan antara suami dan isteri adalah -hubungan. yang paling -intim, paling. mesra, paling dalam, karena paling memenuhi kriteria ciri-ciri atau sifat-sifat suatu hubungan yang paling dalam (lihat dalam hubungan cintakasih). Proses terjadinya hubungan cintakasih ~. “ Komunikasi selalu mulai dengan inisiatif dari salah satu pihak. Hubungan cintakasih antara suami isteri prosesnya mulai dengan suatu pertemuan. Kemudian akan disusul dengan perkenalan atau rasa tertarik. Yang mana lebih dahulu dari kedua hal ini, tergantung dari situasi. Setelah itu akan disusun rencana untuk saling menjajaki agar lebih saling éngenal, yang disusul dengan pernyataan isi hati dan suatu masa pacaran- Dengan masa ini keduanya akan lebih saling mengenal. Setelah berlangsung beberapa lama, maka akan dilangsungkan pertunangan, suatu lamaran resmi yang biasanya kini dinyatakan dengan tukar cincin. Akhimya keduanya sepakat untuk hidup bersama dalam suatu perkawinan atau pernikahan. Jadilah mereka sepasang suami isteri. Rencana dan pérnyataan cinta: Tanda . . Mulai dari rasa tertarik atau perkenalan akan tersusun suatu rencana untuk melaksanakan niatnya. Kecambah cinta mulai bersemi sejak ada rasa tertarik. Macam-macam cara dan langkah akan ditempuh. Macam- macam pula caranya untuk menyatakan cinta. Ada yang, sangat konkrit, misalnya? senyui simpul, main mata, batuk-batuk, kirim surat, kirim bingkisan atau ‘“hadiah, ‘kirim salam atau kirim lagu, kirim foto, sering bertamu, tamasya atau nonton berduaan, peluk, cium, dan lain-lain. Mungkin pula dengan kata-kata yang jelas "I love you" atau "Aku cinta padamu". 1 ' Semuanya itu disebut TANDA cinta. oo Untuk menyatakan cinta atau untuk mengetahui apakah seseorang ada hati (cinta) pada kita, kita dapat memperhatikan tanda-tanda itu. Dalam tanda ini termasuk pula kode, simbol atau’ lambang. Misalnya kalau menulis surat kita juga memakai bahasa warna (merah jambu?), bahasa . lipatan (lipatan tertentu berarti tertentu pula), bahasa gambar’ (gambar jantung tertentu mempunyai arti tertentu pula), bahasa prangko (letak prangko punya arti tertentu), dan laii-lain. Surat pun biasa juga * berbentuk puisi (sanjak) atau bernada puitis (bahasa berirama). Semuanya kita sebut tanda cintakasih. Sifat tanda dan akibatnya - vO Yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah semua orang yang (misalnya) tersenyum pada kita, atau main.mata, kirim surat atau jainnya, nonton atau tamasya berduaan, peluk, cium, dan lain-lain itu, benar-benar menaruh hati pada kita? Kiranya belum tentu! Mengapa? Orang ‘yang tersenyum pada kita mungkin karena ada’ sebab lain, misalnya karena tampang kita fucu, atau senyum: diplomatis ala Monalisa. Atau orang yang nampaknya bermain mata pada kita, mungkin karena matanya sakit atau kemasukan sesuatu. Orang yang nonton atau tamasya berduaan mungkin hanya sekedar teman biasa. Maleh peluk dan cium mungkin karena nafsu atau matah khianat . , (seperti Yudas). Bahkan jika ia mengatakan “aku cinta padaniu” sekali pun, mungkin hanya gombal atau pura-pura karena ada maksud tertentu. Memang tanda itu mempunyai sifat Khas, yaitu’ AMBIVALENT (arti ganda) atau mungkin babikan’ POLIVALENT (banyak:arti). Pendek kata, tanda itu dapat ditafsirkan lebih dari satu pengertian, dua atau banyak pengertian. Tanda yang sama bisa ditafsirkan berbeda oleh setiap orang, bahkan oleh bangsa ini dan oleh bangsa itu. Orang ini akan menafsirkannya begini dan orang itu akan menafsirkannya begitu. Bangsa ini akan menafsirkannya begini, sedang bangsa lain akan menafsirkannya begitu. 12 Padahal maksud pemberi tanda hanya satu saja. Oleh sebab jitu,-karena tanda mempunyai sifat khusus yaitu ambivalent atau potvalent: maka dapat mempunyai beberapa akibat pada si penerima tanda: : + tafsirannya tepat atau benar : . -vtafsirannya salah atau keliru . . tidak tahu, tidak mengerti, bingung.“. Untuk-menghindari salah tafsir dan kebingungan, si pemi tanda harus menyatakannya sejelas mungkin. perlu tanda itu-diulang-ulang atau dirobah. . . . . Sipenerima tanda: peka dalam pergaulan | Di samping si pemberi tanda harus miengemukakan tandanya dengan jelas, si penerima tanda harus memiliki..sifat PEKA. Dia harus mempunyai kepekaan, artinya tajam perasaan dan mudah tanggap. Dia gampang menerima, gampang merasakan, mudah melihat situasi.. Dia harus peka sehingga jika ada tanda mara pun juga, langsung. dapat menafsirkannya dengan cepat, tepat dan baik. Untuk. itu perlu keterbukaan, Keterbukaan adalah syarat mutlak dalam berkomunikasi. Jika si pemberi tanda sudah menyatakan tanda-tanda dengan jelas, dan ‘si penerima tanda sudah peka dan terbuka, maka dapat diharapkan akan terjalin komunikasi timbal-balik yang baik. . Tetapi kepekaan setiap orang tidak sama. Malah dalam diri seseorang pan tidak sama pekanya setiap saat. Supaya semakin . peka, seseorang-harus banyak BERGAUL, khususnya dengan si pemberi tanda. Dengan banyak bergaul kita semakin biasa dan-mudah mengerti..dengan tepat - tanda- tanda- » yang . dipakai. - Kita bergaul dengan memakai seeala macem tanda. Seman erat began, ita semakin eka, « * ‘Kehendak bebas dan Martabat manusia ~ - 13 Jika seseorang sudah peka dan sudah mengerti (karena bergaul) bahia seseorang jatuh hati padanya, belum tentu juga cinta itu dibalas dengan - "ya". Hal itu disebabkan karena manusia ‘itu memiliki KEHENDAK ~-BEBAS atau‘KEBEBASAN. Kehendak ‘bebas atau kebebasan merupakan . salah satu unsur dari-- MARTABAT MANUSIA (MARMAN). “Arti kata sebenamya’ dari martabat adalah derajat. .Martabat manusia adalah derajat manusia yang memuat keluhuran manusia.. MARMAN adalah hakekat kemanusiaan manusia, yang menjadikan:manusia‘khas sebagai manusia, yang membedakan dia dengan: makhluk lain (tidak ada pada hewan dan tumbuhan)..Kekhasan itu adalah: ° - 1. MARMAN. mempunyai 4 (empat) unsur yaitu ‘akalbudi, kehendak ~ bebas,: hati nurani (suara‘ hati) dan tanggungjawab. Dua yang terakhir ini (hati nurani dan tanggungjawab), biasa pula disebut kesadaran moral. Jadi dasar- MARMAN..terletak ‘dalam kodrathya sebagai -makhluk- yang berakalbudi, derkehendak bebas dan. -- berkesadaran’ moral. 2. Manusia (hanya manusia) secara pribadi idikehendali dan diciptakan oleh Allah serta ‘dipanggil ke ‘keselamatan’ abadi. Manusia mengatasi dunia ‘sebab ia akan. memiliki kehidupan * sesudah ‘kematian di :dunia -ini. Karena itu’ setiap -manusia, * bagaimana pun keadaan dan. kedudukannya, - terpanggil secara pribadi oleh Allah. Panggilan itu bersifat abadi. Dan itulah: dasar os paling dalam dari martabat manusia sebagai manusia. : Maka _manusia,. memiliki “pribadi, yaitu kekhasan: yang. membedakannya dari manusia. lain (di-.samping . kodrat, yang merupakan kesamaan . yang _ ada. pada semua: manusia).. Dalam perwujudannya, keempat, unsur,martabat. manusia yang ada di atas (akalbudi, kehendak bebas, hati nurani dan tanggungjawab) .berbeda - pada setiap manusia. Misalnya, semua manusija punya akalbudi (kodrat), tetapi setiap orang memilikinya secara berbeda-beda (pribadi). “Sama- sama punya otak, tetapi lain otakku lain otakmu”. Dari martabat. manusia muncullah hak .asasi. manusia | (HAM). HAM adalah operasionalisasi dari martabat manusia. 14 Hakekat kebebasan manusia (bukan hewani) adalah dapat memilih "ya” atau "tidak" Manusia bebas memilih ya atau tidak, tetapi diatur (dibatasi) oleh seluruh kemanusiaan sendiri, oleh martabat manusia. Manusia bebas memilih, tetapi harus pakai otak (akal budi), pakai perasaan yang paling dalam (hati nurani atau suara hati, ferpenting?!) dan bertanggungjawab (yakin bahwa pilihan dan tindakannya adalah yang paling benar pada saat itu di situ). Cinta itu bebas, tak dapat:dipaksakan. Bisa menyatakan “ya” (menerima) cinta seseorang, tetapi bisa juga mengatakan “tidak” (menolak).: Kita tak dapat mengatakan kepada seseorang: "kau harus cinta pada saya". Kalau memaksa seseorang untuk mencintai diri kita berarti kita tidak mencintai orang itu. Itu namanya cinta diri, mencari keenakan diri sendiri, egois. Cinta sejati mutlak memerlukan kebebasan sepenuhnya (yang diatur oleh akalbudi, hati nurani dan tanggungjawab). Cinta: Penyerahan diri, persatuan, percaya* Apabila seseorang dengan penuh kebebasan menjawab "tidak" atau menolak cinta seseorang lain, maka gagallah hubungan itu. Komunikasi tak dapat dilanjutkan, bertepuk sebelah tangan. Paling tidak, untuk sementara waktu. (Dapat dicoba lagi?) Tetapi jika seseorang menjawab "ya", atau menerima cinta itu, membalasnya, maka sesungguhnya terjadilah suatu PENYERAHAN DIR. Penyerahan atau pemberian diri seutuh mungkin. Makin total atau makin utuh penyerahan diri itu, makin dalam pula cinta itu. Kita harus menyadari bahwa yang diserahkan itu adalah diri kita sendiri dan bukan sesuatu yang lain. Adakah yang lebih berharga dari diri kita? Diri kita adalah milik~ kita yang paling berharga dan paling “terakhir" dari kita. Maka janganlah “kiranya dipermainkan atau sembrono, tanpa pikir panjang. Karena bermain atau mempermainkan cinta, sama dengan bermain dengan api. Dan "bermain api hangus, bermain air basah", kata peribahasa. ‘Waktu pacaran, » penyerahan/pemberian diri itu mungkin © ditandakan dengan sebuah bingkisan, “atau dengan sekuntum bunga atau suatu yang lain. Kita kenal kata "tanda mata", yang sebenarnya’ berfungsi sebagai pengganti diri. -Terutama jika berjauhan. Bingkisan, surat, foto 15 dan lain-lain tanda, benar-benar menjadi pengganti diri yang dicintai. Apa yang terjadi jika kita menyerahkan diri? Jika saling menyerahkan diri maka terjadilah PERSATUAN. Kita menyerahkan diri supaya kita bersatu. Dengan menyerahkan diri kepada seseorang, kita bersatu dengan orang itu. Persatuan adalah hakekat cintakasih. Cinta tidak lain dari persatuan. Bukankah, yang paling tidak disukai oleh dua insan yang sedang saling memadu cinta adalah perpisahan? Apalagi jika perpisahan itu lama bahkan.untuk ‘selamanya! Cintakasih tidak lain ~ _ daripada persatuan yang bersumber dari penyerahan diri. Penyerahan diri meliputi seluruh kemanusiaan, jasmani maupun rohani, lahir dan batin, untuk kebahagiaan orang lain itu. Persatuan jasmani adalah tanda cinta dan tanda persatuan seluruh . kemanusiaan. -Tetapi kita menyerahkan diri untuk bersatu bukan kepada sembarang orang. Hanya kepada orang tertentu saja! Hanya kepada orang yang kita PERCAYA. Tidak mungkin saya menyerahkan diri (milik saya yang palin berharga!) kepada sembarang orang yang tidak saya percaya. Saya hanya: akan menyerahkan diri -kepada orang yang benar-benar saya percaya. Kepercayaan adalah dasar penyerahan diri, dasar persatuan, dasar cintakasih. Tanpa kepercayaan tidak ada penyerahan diri yang sungguh bebas dan penuh cintakasih. Oleh karena itu cintakasih yang sejati adalah suatu persatuan melalui penyerahan diri dengan sepenuh kebebasan karena percaya. Atau dengan kata lain: Cintakasih adalah penyerahan diri dengan sepenuh kebebasan untuk/sehingga bersatu karena percaya. Risiko dan mawas diri Persatuan yang bersumber dari penyerahan diri dengan penuh kebebasan berdasarkan kepercayaan itu tidak memastikan orang terus menjadi bahagia untuk seterusnya. Dengan kata lain, orang yang sudah kawin, belum tentu bahagia selamanya. Belum tentu! Bisa bahagia, tetapi bisa juga tidak. Ada RISJKO-nya. Suatu kepercayaan selalu ada tisikonya. Menyerahkan diri pada seseorang atau jatuh cinta pada seseorang selalu ada risikonya. Mungkin berbahagia dengan orang itu tetapi mungkin juga tidak. 16 Tidak boleh kita lupa bahwa dalam hidup bersama, terutama dalam hidup perkawinan, selalu ada’ risiko berupa “kerikil-kerikil”. Kerikil itu ada yang licin, ada yang tajam, ada yang kecil dan ada yang besar: Semuanya harus di atasi. Tetapi kezikil-keiikil itu justru merupakan dinamika hidup. — tae oe perkawinan tanpa kerikil justru tidak normal; isiko ibatnya tentu harus dipikul dengan penuh tan; i bared sith dipilih dengan pérmbs bet ceeaee uae Untuk memperkecil risiko itu,’ dan untuk mendekati kebahagiaan yang didambakan setiap manusia, maka kedua’ belah pihak harus selalu MEMPERBAHARUI DiIRI, senantiasa MAWAS DIRI, terus menerus dan berulang-ulang- MENYEGARKAN. DIRI, menyegarkan cinta mereka. Tidak mencari-cari siapa yang salah atau saling mempersalahkan. Hal ini saemerlukan keSabaran, ketekunan dan keikhlasan untuk berikhtiar dan berdaya upaya. thE Kepercayaan dan cinta senantiasa ada pasang surutnya. Kalau tidak selalu disegarkan dan diperbaharui, akhimya akan luntur juga, pudar © dan akhirnya mati. Pembaharuan diri, pembaharuan cinta, mawas diri terus menerus, merupakan unsur mutlak untuk memelihara cintakasih. "Tetap pacaran", kata orang. Jika ada yang bersalah (biasanya kedua-duanya), selalu bersedia mohon maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Dari pihak lain selalu bersedia memaafkan apa pun yang terjadi. Pendek kata, selalu terbuka, selalu berdialog. (secara: teratur?), saling memberi dan menerima, untuk saling membahagiakan. Memberi seutuhnya, tetapi juga menerima seutuhnya......" Dengan~ :demikian: . kebahagiaan-- yang didambakan setiap manusia semakin dekat. 17 B. HUBUNGAN ANTARA TUHAN DAN MANUSIA Hubungan cintakasih . . Antara Tuhan dan manusia ada juga hubungan atau komunikasi. Hubungan ini sebenarnya sudah dapat kita mengetahuinya dengan akalbudi, yaitu dari kenyataan bahwa kita diciptakan oleh-Nya. Namun paling jelas dari Wahyu Tuhan sendiri, dari Kitab Suci. Hubungan ini dimulai oleh Tuhan sendiri, inisiatif dari Tuhan (1 Yoh.4:19). Dalam hubungan dengan manusia ini Tuhan memilih hubungan pada tingkat yang paling dalam. Tuhan menjalin hubungan pribadi dalam cintakasih. Tuhan pasti tidak akan memilih hubungan yang lebih dangkal. Mengapa? Tuhan mencintai manusia karena Dia adalah Cintakasih (I Yoh.4:7-21). Karena Tuhan itu adalah cintakasih maka Tuhan mencintai kita dan menyatakan diri sebagai Bapa yang Mahacintakasih (Yoh.3:16; Ef.2:4; Rom.5:8; II Kor.13:11; Lk.15:11-32, dan lain-lain). Tuhan adalah Cintakasih. Dan kita diciptakan menurut gambar atau citra-Nya. Karena itu hakekat kita manusia pun adalah cintakasih. Sadarkah kita bahwa kita adalah buah cintakasih antara ibu dan bapa yang bersatu dalam Tuhan? Rencana keselamatan dan macam-macam tanda Dalam menjalin hubungan-Nya dengan manusia, Tuhan mempunyai rencana. Rencana-Nya tidak lain adalah untuk menyelamatkan dan membahagiakan manusia. Karena itu rencana itu disebut RENCANA KESELAMATAN / PENYELAMATAN ALLAH. Dan semuanya terjadi dalam sejarah hidup manusia. Dalam melaksanakan rencana-Nya, dalam berkarya, dalam menyatakan kehadiran dan cintakasih-Nya, Tuhan juga memakai cara manusia, yaitu memakai tanda. Tuhan memakai tanda (cara manusia) agar manusia lebih memahami-Nya. Tanda cintakasih Tuhan, yang merupakan pernyataan Pribadi-Nya atau Diri-Nya, ada bermacam-macam pula. 18 Kita dapat bandingkan dengan tanda-tanda yang dipakai manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya dan dalam menyatakan isi hatinya atau cintanya. Tanda-tanda besar yang dipakai Tuhan adalah: 1) Kitab Suci. Tuhan mengirim "surat" kepada manusia, yaitu Kitab Suci atau Alkitab. Kitab Suci adalah surat Cinta Tuhan’ képada’ manusia. {Yoh.5:39; Hf Tim.3: ‘15- -17). . 2) Alam semesta. Tuhan memberikan "bingkisan", yaitu semesta ‘alam dan seluruh ciptaan. Melalui dan dalam alam semesta Tuhan menghadirkan diri, menyatakan kehendak dan cinta-Nya kepada manusia. (Maz.19:1-7; 29; Rom.1:19-20). 3). YESUS KRISTUS. ~ Tuhan mengirim "foto"-Nya untuk kita, yaitu Yesus Kristus. Dialah gambaran yang paling jelas dan lengkap dari Allah. Yang melihat Dia, sama dengan melihat Bapa. (Yoh.14:4-11 (9); 12:45). 4) Peristiwa atau kejadian dalam hidup kita. Tuhan mengirim pula "salam" dan “lagu. Kita tahu, lagu pada garis besamya ada yang gembira (mayor) dan ada yang sedih (minor). Situasi hidup kita juga kadang gembira dan kadang sedih. Itulah Peristiwa atau kejadian dalam hidup kita. Melalui segala peristiwa atau kejadian dalam hidup kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, Tuhan berkomunikasi, Tuhan berbicara dan menyatakan kehendak-Nya dan cintakasih-Nya kepada manusia. Segala peristiwa dan kejadian - dalam hidup kita, baik pribadi maupun kolektif adalah tanda cinta- Nya kepada manusia (Yoh.11:4). Peristiwa G 30 S, gereja-gereja, bencana alam (tsunami — Yer.25:32-33), dan lain-lain. 5) Gereja. Tuhan juga "memeluk" dan bersatu dengan kita manusia yaiti dalam Gereja-Nya. Tuhan menyatakan Diri dan berkomunikasi dengan manusia dalam dan melalui Gereja-Nya, berbicara dan menyatakan kehendak-Nya di dalamnya (Ef.2:19-22; Kol.1:18-24). Dalam Gereja Tuhan dan manusia “berpelukan”, berjumpa dan bersatu. 19 (Secara praktis Gereja sama dengan agama. Gereja Katolik-= Agama Katolik). Dan kita mengenal ungkapan "“memeluk agama". 6) Sakramen-Sakramen. Dalam sakramen-sakramen Tuhan rmerangkal dan “menciumi” kita. Gereja dan sakrdmen adalah tanda pertemuan / perjumpaan (“pelukan") dan persatuan dengan Tuhan (dan dengan sesama). (Yoh.6:48-58; I Kor.11:23 -30) Wahyu *) Semua tanda yang dipakai Tuhan dalam berkomunikasi dengan ‘manusia atau tanda cintakasih Tuhan kepada manusia itu disebut WAHYU. Wahyu adalah pernyataan pribadi Tuhan (cintakasih, karya dan kehadiran-Nya) dengan tanda-tanda untuk keselamatan abadi manusia. Dengan kata lain: Wahyw adalat tanda cintakasih Tuhan kepada manusia. Wahyu adalah pemberian diri Allah, Allah memberikan (mewahyukan) diri-Nya. Wahyu adalah sapaan Allah kepada manusia. Kitab Suci adalah Wahyu, wahyu yang tertulis, Yesus Kristus adalah \Wahyu, bahkan puncak dan kepenuhan Wahyu. Gereja dan sakramen- en adalah wahyu, karena merupakan pemberian diri Allah. Alam mesta dan. segala peristiwa yang terjadi adalah wahyu, karena uanya merupakan pernyataan pribadi atau kehendak Allah. Secara umum, karena cinta-Nya Tuhan hendak menyelamatkan dan membahagiakan manusia. Untuk menyatakan-Nya Tuhan memakai tanda-tanda (lihat tanda-tanda besar di atas). Dan itulah Wahyu. Jadi, secara konkrit misalnya: pepaya, mangga, pisang, jambu adalah Wahyu, karena alam ciptaan. Artinya, pepaya dan lain-lainnya itu menjadi tanda pernyataan cintakasih Tuhan kepada kita manusia. *) 1. Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi, K WI, Kanisius dan Obor 1996, haj.124-127. 2. Kamus Teologi, Gerald O’Collins, SJ. dan Edward G.Farrugia, Sh; Kanisius 1996, hal. 350-351. . 3. Ensiklopedi Perjanjian Baru, Xavier Leon — Dufour, Kanisius 1995, hal.583. 20 Begitu pula segala kejadian dan peristiwa dalam hidup manusia adalah Wahyu, baik itu menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Misalnya, peristiwe G 30 S, pelemparan gereja-gereja, bencana alam adalah Wahyu {ada "hikmab"-nya, yaitu Tuhan hendak menyatakan sesuatu dengan semua peristiwa itu). Tsunami, umpamanya, sudah disebutkan dan dijelaskan dalam Kitab Suci (lihat Yer. 25:32-33), Secara umum Wahyu dipahami pula sebagai penyingkapan oleh Allah mengenai sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Wahyu umum adalah penciptaan, hubungan pribadi antara Allah dan mans: WaFyv Ehists aia pensclamstan Allah menyatakan diri sebagai Allah yang berpribadi: mahakuasa, pemilik alam semesta dan tuan atas bangsa-bangsa. Ia transenden (tinggi melampaui segala sesuatu) tetapi sckaligus juga immanen (immanuel”), dekat dengan kita, di tengah-tengah kita, tinggal di antara kita, Wahyu adalah pernyataan diri Allah dan karya penyelamatan-Nya kepada manusia, dimulai dengan sabda Allah yang disampaikan “dengan perantaraan para nabi”. Pewahyuan dimulai sejak karya penciptaan dan rencana keselamatan sebagai persiapan, yang terlaksana secara puncak dan sempuma dalam kedatangan Sang Mesias. Dialah pribadi Allah sendiri yang berkomunikasi secara pribadi dengan manusia. Dalam Perjanjian Lama Wahyu melalui dunia ciptaan (Mzm.19:2; Keb.13:1-9), melalui peristiwa-peristiwa sejarah (Kel.15:1-21) dan melalui kata-kata (Yer.23:18.22). Perjanjian Lama mengungkapkan kesadaran yang hidup akan Allah dan mencantumkan ajaran-ajaran yang Tuhur tentang Allah (DV.15). Dalam Perjanjian Baru semua genap dan sempuma, mengundang manusia untuk ikutserta dalam kehidupan ilahi Tritunggal. Perjanjian Baru menyatakan, melalui wahyu itu kebenaran yang sedalam-dalamnya tentang Allah dan keselamatan manusia nampak bagi kita dalam Kristus, yang sekaligus menjadi pengantara dan kepenuhan seluruh wahyu. Menurut Paulus, Wahyu adalah pemyataan rencana ilahi penyelamatan Allah dalam Kristus, AHah membuka diri {inisiatif) demi keselamatan manusia. 21 Menurut Yohanes, Yesus adalah Allah yang nampak."* ot . Menurat ajaran Gereja, Wahyu adalah Allah menyapa manusia, memperkenslkan di dan mengajak manusia ikutserta dalam kehidupan ilahi. Hal ini terjadi melalui karya penciptaan, Karya keselamatan dan berpuncak dalam Yesus Kristus.~ — . Menurut Konsili- Vatikan I (pengertian lama), | Wahyu adalah pemberitahuan kebenaran adikodrati yang terletak di luar jangkauan akalbudi yang kodrati: ; . - ; Menurut Konsili Vatikan II (pengetian baru), Wahyu adalah komun i pribadi Allah transenden den; ang ada di bumi ini. Allah memperkenalkan diri-Nya sendiri dan rencana penyelamatan- Nya. Wahyu adalah penganugerahan diri Allah kepada manusia. Wahyu pertama-tama adalah pernyataan diri Allah secara pribadi, yang mengundang jawaban iman pribadi (DV 2.6.) dan selanjutnya sebagai pernyataan mengenai kebenaran-kebenaran ilahi (DV 7.9.10.11.26). Pewahyuan diri Allah pada dasarnya adalah menyelamatkan dan berciri sakramental, disampaikan_melalui_peristiwa-peristiwa_dan“sabda (DV 24.1417) ~ . Wahyu Allah bukanlah informasi, melainkan komunikasi yang mengundang partisipasi. Wahyu Alla bukanlah pertama-tama suatu llah_dengan manusia dan sus Kristus. Yesus tidak dalam diri-Nya, dalam hidup, wafat dan kebangkitan-Nya. an Intisari wahyu adalah hubungan pribadi dengan Allah. Manusia diajak bertemu dengan Allah dan hidup dalam kesatuan dengan-Nya. NB, Wahyu tidak sama dengan Hham. ; J Mham adalah suatu bantuan yang mendorong manusia untuk mengerti dan menyatakan (menilis) Wahyu. 22 Sifat tanda: Ambivalent atau Polivalent _ “ . Tetapi tidak semua orang percaya akan tanda tertentu yang diberikan Tuhan, tidak semua orang mengakui dan mengikutinya. Tidak semua orang yang membaca Injil, misalnya, terus percaya akan Yesus Kristus sebagai Putera Allah. Tidak semua orang langsung percaya akan Tuhan dengan mengamati atau melalui alam semesta ciptaan dan keindahannya. Hal itu disebabkan oleh sifat tanda yang dipakai Tuhan (sama dengan sifat tanda pada manusia), yaitu ambivalent atau Polivalent, yaitu dapat ditafsirkan lebih dari satu pengertian. Karena itu mungkin ada yang salah tafsir, mungkin ada pula yang tidak mengerti dan bingung, walaupun maksud Tuhan hanya satu dan diusahakan sejelas mungkin, dengan menyesuaikannya dengan bahasa atau cara manusia, « yaitu memakai tanda, Namun manusia dapat saja salah menafsirkannya. Tanda yang paling jelas adalah Putera-Nya sendiri, Yesus Kristus. Kepekaan, pergaulan dan kebebasan : . . _Manusia yang mendapat tanda dari Tuhan akan. berusaha menafsirkannya dengan tepat. Supaya mudah menafsirkannya manusia harus memiliki kepekaan. Kepekaan adalah syarat mutlak untuk dapat menafsirkan tanda dari Tuhan dengan tepat. Supaya semakin peka terhadap tanda-tanda yang diberikan Tuhan, kita harus banyak bergaul dengan .Dia. Dengan demikian kita semakin dapat mengenal dan menafsirkan dengan tepat tanda-tanda pernyataan Diri-Nya, Wahyu-Nya, yang disampaikan kepada kita. Cara bergaul dengan Tuhan adalah dengan mendalami. dan menggunakan tanda-tanda (khususnya. tanda- tanda besar) yaiug dianugerahkan-Nya kepada. kita: membaca dan merenungkan Kitab Suci, meditasi, menerima sakramen-sakram n, berdoa, menggereja dengan berkarya terutama dalam bidang kerasulan, dan Jain-lain. Banyak bergaul dengan-Nya, semakin mendekatkan Kita pada-Nya, lebih mengenal-Nya, lebih mencintai-Nya. Tetapi walaupun kita sudah peka karena bergaul, namum belum tentu kita manusia terus membalas cintakasih Tuhan itu. Manusia memiliki kebebasan. Apalagi Wahyu itu banyak seginya. Karena kebebasan itu (yang sebenarnya juga dianugerahkan Tuhan sendiri) manusia dapat . 23 memilih: ya atau tidak. Manusia dapat membalas cintakasih Tuhan itu, tetapi bisa juga menolaknya. Manusia mampu menolak Tuhan, menolak cintakasih-Nya. Dan itulah yang disebut dosa. Dosa tidak lain daripada menolak cintakasih Tuhan, menolak Tuhan sendiri, Tika. menolak maka gagallah Kontak dengan Tuhan itu, paling Gdak iniuk sementare. Dan walaupun manusia sudah menolak Tuhan, Tuhan tetap akan amemberikan kesempatan kepada manusia untuk memperbaiki hubungan itu, Itu tidak lain karena cintakasih Tuhan jua. . Jika menjawab ‘ya’ atau membatas-Nya, jika menerima tawaran dan panggilan-Nya, berarti kita bersedia mengikuti-Nya. Tuhan tidak akan menarik kembali kebebasan yang telah dianugerahkan-Nya kepada manusia. Kalau seandainya Tuhan berbuat demixian (menarik kembali kebebasan manusia), hal itu sama dengan memaksa manusia untuk mencintai-Nya.. Memaksa sama dengan tidak mencintai, tidak mencintai manusia. Dan hal ini bertentangan dengan diri-Nya sendiri yang Mahacintakasih. Dan juga kalau toh dipaksa mencintai Tuhan, berarti cinta itu tidak ikhlas. Cinta yang tidak ikhlas, tidak ada nilainya. . Iman, jawaban atas cintakasih (Wahyu) Tuhan Jika manusia membalas cintakasih Tuhan, manusia juga mencintai Tuhan, manusia menjawab ‘ya’ terhadap cintakasih-Nya, sesungguhnya terjadi suatu PENYERAHAN DIRI kepada Tuhan. Makin dalam kita memasrahkan diri kepada Tuhan, makin dalam pula cinta kita kepada-Nya. Dengan menyerahkan diri kepada-Nya kita’ akan semakin BERSATU pula dengan Dia. Persatuan berdasarkan penyerahan diri merupakan unsur mutlak yang ' tak dapat ditawar-tawar. Bersatu dengan Tuhan, apakah yang akan kita takuti? Bersatu dengan Tuhan-dan- menyerahkan diri kepada-Nya Karena kita PERCAYA kepada-Nya. Percaya kepada Tuhan disebut IMAN. Kita beriman kepada Tuhan, kita pasrahkan diri kepada-Nya. Iman tidak lain daripada BALASAN atau JAWABAN manusia terhadap WAHYU Tuhan, jawaban terhadap cintakasih-Nya kepada kita... 24 kepada Tuhan dengan penuh kebebasan . Makin dalam Iman berarti penyerahan diri penyerahan diri itu, makin tebal pula iman kita. Konsili Vatikan-I (lama) menyatakan bahwa iman adalah penerimaan kebenaran yang .diwahyukan Tuhan.. Konsili Vatikan II (baru) menyatakan bahwa iman adalah penyerahan diri manusia kepada Allah. Penyerahan diri ini merupakan tindakan bebas manusia yang menjawab sapaan Allah dengan melibatkan seluruh pribadi, akalbudi dan kehendak bebasnya. Iman adalah jawaban “ya” manusia atas pewahyuan diri Allah. Jawaban “ya” ini dinyatakan dalam pergaulan mesra dan menjalin komunikasi pribadi yang seakrab-akrabnya dengan Allah dalam Yesus Kristus. Iman adalah penyerahan total kepada Allah dengan’ sukarela, * tidak terpaksa. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Alla Yan menjumpai mannsta Sara Pribadi juga. ~~ hal.128-129) . (Lihat fman Katolil Metanoia . Iman, sebagaimana setiap kepercayaan, mengandung risiko. Artinya, dengan kepercayaan pada awal saja, belum menjamin keselamatan kita. Dengan menerima sakramen baptis misalnya, bukanlah- atau belumlah merupakan jaminan final keselamatan kita. Surat baptis bukanlah tiket masuk surga. Kita masih harus terus_berjuang. Karena -iman itu ada pasang surutnyé-Kadang benGeae bee ede, pula terasa kering dan hampa. Di samping itu sebagai seorang beriman (beriman Kristiani - Katolik) terkandung pula kemungkinan menjadi korban karena iman itu. Tru memang sudah risikonya. Untuk itu mau tidak mau kita harus terus mem} t iman kita. Kita selalu harus rela dan siap .memperbaharui diri, menyegarkan iman, ‘mawas diri terus menerus dan berulang-ulang, lagi dan lagi menyerahkan diri kepada Tuhan. Lebih-lebih jika terjadi keretakan hubungan dengan Tuhan. Kita manusia harus menyesal dan BERTOBAT terus menerus berulang-ulang- Pembaharuan diri atau tobat yan menerus berulang-ulang dan _bertahap kita _sebut: METANOIA. Dengan metanoia, risiko semakin “kurang dan Kebahagiaan bersama Tuhan semakin dekat. :

Anda mungkin juga menyukai