Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOKIMIA EKSPLORASI


ACARA II : METODE PANNING

LAPORAN

OLEH :
GYNA CHRISTIN EKKE
D061201021

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam industri pertambangan sangan bergantung pada kegiatan eksplorasi.

Kegiatan eksplorasi merupakan suatu proses yang berlangsung lama dan

diperlukan suatu riset data. Dalam metode eksplorasi sering kali digunakan

metode geokimia.

Geokimia Eksplorasi merupakan wujud penerapan praktis prinsip – prinsip

geokimia teoritis pada eksplorasi mineral dengan tujuan agar mendapatkan

endapan mineral baru dari logam – logam yang dicari dengan menggunakan

metode kimia. Metode tersebut meliputi pengukuran sistematik satu atau lebih

unsur kimia pada batuan, stream sediment, tanah, air, vegetasi dan udara. Metode

ini dilakukan agar mendaptkan beberapa disperse unsur normal yang disebut

anomali, dengan harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis.

Salah satu metode dalam geokimia ekplorasi ialah metode Panning.

Panning adalah proses pemisahan mineral berharga dengan pengotornya

berdasarkan perbedaan berat jenis pada aliran fluida horizontal lebih condong

secara manual karena menggunakan alat dulang. Kegiatan panning termasuk

dalam tahapan konsentrasi. Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum geokimia

eksplorasi mengenai metode Panning agar mahasiswa mampu mengetahui terkait

proses-proses eksplorasi dengan metode Panning.


1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum geokimia eksplorasi pada metode panning

adalah agar praktikan dapat memahami prinsip kerja metode panning dalam

bidang eksplorasi.

Adapun tujuan praktikum ini adalah :

1. Dapat mengetahui berat mineral non-logam dan logam berdasarkan hasil

pengukuran laboratorium

2. Dapat mendeskripsi mineral logam yang terdapat pada sampel yang telah

diolah dengan metode panning

3. Dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pendulangan

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah

sebagai berikut.

Tabel 1.1 Tabel Alat dan Bahan


NO NAMA ALAT DAN BAHAN GAMBAR

1 Dulang
2 Timbangan

3 Mikroskop Polarisasi

4 Sampel Pasir

5 Pita Mater

6 Tabel Data
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Adapun metode praktikum acara II panning ini dilakukan secara bertahap,

mulai dari pengambilan sampel pasir pada daerah masing-masing kelompok,

kemudian sampel di olah dengan alat dulang dan ditimbang berat basah dan

keringnya, dan pada akhirnya sampel akan dipisahkan antara material logam dan

non-logam yang kemudian diamati dibawah mikroskop.

Gambar 3.1 Tempat Pengambilan Sampel

Gambar 3.2 Proses Mendulang


Gambar 3.3 Timbang Berat Basah Sampel

Gambar 3.4 Pengeringan Sampel

Gambar 3.5 Timbang Berat Kering


Gambar 3.6 Proses Pemisahan Material Logam dan Non-logam

Gambar 3.7 Pengamatan Sampel dengan Mikroskop

3.2 Metode Praktikum

Adapun metode praktikum dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap

sampling, tahap praktikum yang terbagi lagi menjadi pendulangan, penimbangan

berat basah, pengeringan sampel, pemisahan material logam dan non, logam serta

pengamatan sampel dibawah mikroskop. Selanjutnya tahap analisis data dan tahap

pembuatan laporan.

3.2.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini praktikan diberikan tugas pendahuluan dan diberikan daftar

alat yang akan digunakan pada saat praktikum serta dilakukan studi literatur. Hal

ini bertujuan agar praktikum dapat berjalan dengan lancer.


3.2.2 Tahap Praktikum

Pada tahap praktikum dibagi menjadi pengambilan sampel dilapangan,

pendulangan, penimbangan berat basah, pengeringan sampel, pemisahan material

logam dan non, logam serta pengamatan sampel dibawah mikroskop.

a. Pendulangan

Pada tahap ini sampel di pisahkan dari material-material yang berukuran

besar dengan menggunakan alat dulang dan dibantu dengan air yang

dimasukkan secara sedikit demi sedikit.

b. Penimbangan berat sampel basah

Sampel yang telah di dulang ditimbang menggunakan timbangan ilmiah

untuk diketahui berat basahnya.

c. Pengeringan sampel

Pada tahapan ini sampel dikeringkan dengan menggunakan oven yang ada

pada laboratorium.

d. Pemisahan material logam dan non logam

Pada tahapan ini sampel yang memiliki sifat logam dan non logam

dipisahkan dengan bantuan magnet, sehingga material-material yang

memiliki sifat kemagnetan ferromagnetik.

e. Pengamatan sampel dengan mikroskop

Pada tahapan ini diambil sampel material logam dan non-logam dan

kemudian diamati sebanyak 3 DMP untuk diamati dan dideskrispi dibawah

mikroskop
3.2.4 Analisis Data

Pada tahapan ini praktikan menganalisis dan mengumpulkan semua data

yang telah diperoleh selama praktikum untuk dilanjutkan pada tahapan

selanjutnya.

3.2.5 Laporan

Pada tahapan ini dibuatlah laporan yang sesuai dengan format yang telah

diberikan asisten dan kemudian laporan ini diasistensikan hingga mendapat

approve dari asisten kelompok.

Tabel 3.1 Diagram Alir Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Berat Material

Berat material terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :

a. Berat basah (sebelum pendulangan)

b. Berat kering (sebelum pendulangan)

c. Berat basah (sesudah pendulangan)

d. Berat kering (sesudah pendulangan)

Sampel setelah diambil pada lokasi ditimbang sebagai berat basah

(sebelum pendulangan), kemudian sampel dikeringkan dengan cara dijemur dan

kemudian di timbang lagi sebagai berat kering (sebelum pendulangan), kemudian

sampel yang kering tersebut di dulang dan ditimbang lagi beratnya sebagai berat

basah (sesudah pendulangan) dan yang terakhir sampel yang sudah didulang di

keringkan dalam oven dan kemudian di timbang lagi beratnya sebagai berat

kering (sesudah pendulangan).

Berikut ini adalah tabel berat material sebagai hasil praktikum.

Tabel 4.1 Berat Material


Berat Basah Berat Kering Berat Basah Berat Kering
(Sebelum (Sebelum (Setelah (Setelah
Pendulangan) Pendulangan) Pendulangan) Pendulangan)
503,56 gram 467,43 gram 105,14 gram 81, 87 gram

4.2 Berat Mineral Logam dan Non Logam

Sampel yang telah dipisahkan antara material logam dan non logam

dengan bantuan magnet kemudian di timbang untuk di ketahui beratnya. Berikut

ini adalah tabel berat mineral logam dan non logam.


Tabel 4.2 Berat Mineral Logam dan Non Logam
Berat Mineral Logam Berat Mineral Non Logam

10, 045 gram 71, 83 gram

4.3 Recovery Sampel

Recovery sampel dapat dirumuskan sebagai berat konsentrat dibagi dengan

berat total. Berat konsentrat yang dimaksud adalah berat mineral logam

sedangkan berat total adalah berat kering (sesudah dulang). Rumus recovery

sampel yaitu :

Recovery = x 100%

Berdasarkan rumus tersebut, dapat diketahui bahwa :

Recovery = x 100%

Recovery = 12,26 %

4.4 Mineral yang didapatkan

Setelah dilakukan pengamatan sampel dibawah mikroskop maka dapat di

identifikasi bahwa mineral yang terdapat pada lokasi penelitian adalah mineral

silika dan mineral ferromagnesium yang merupakan hasil pelapukannya. Berikut

ini adalah kenampakan bentuk mineralnya


Tabel 4.3 Mineral yang Didapatkan
Diameter Medan Mineral Logam Mineral Non-Logam
Pandang

4.5 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pendulangan

Panning hanya bisa dilakukan apabila mineral berharganya lebih berat dari

pada gangue-nya, bila tidak produksi akan sangat terbatas. Faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil dari pendulangan adalah sebagai berikut:

a. Human error Pada saat menggerakkan pendulang harus benar agar mineral

pengotornya keluar.
b. Air Pada saat air ditambahkan ke dalam alat panning harus sedikit demi

sedikit agar mineral berharga tidak ikut terbuang bersama pengotornya.

4.6 Litologi pada Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil interpretasi pada deskripsi mikroskopis yang dilakukan

dengan menggunakan mikroskop. Pada 3 DMP ditemukan bahwa sampel tersebut

mengandum silika dan mineral ferromagnesium. Berdasarkan hal tersebut, dapat

di identifikasi bahwa litologi penyusun daerah tersebut adalah batuan beku.

Interpretasi kedua menyatakan bahwa pasir sampel yang telah diambil

merupakan hasil transportasi dari hulu sungai yang berlitologi batuan beku.

Kemudian batuan beku terlapukkan sehinggan material yang lapuk tertransportasi

pada lokasi pengambilan sampel kelompok.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil penelitian, berat mineral logam adalah10, 045 gram sedangkan

berat mineral non logam adalah 71, 834 gram dengan nilai recovery 12%

2. Berdasarkan hasil deskripsi mikrosopis yang dilakukan dengan menggunakan

mikroskop bahwa dijumpai adanya mineral silika dan mineral ferromagnesium.

Berdasarkan hal tersebut dapat di identifikasi sampel bersumber dari batuan beku

yang telah lapuk

3. Faktor yang mempengaruhi hasil pendulangan terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Human error Pada saat menggerakkan pendulang harus benar agar

mineral pengotornya keluar.

b. Air Pada saat air ditambahkan ke dalam alat panning harus sedikit

demi sedikit agar mineral berharga tidak ikut terbuang bersama

pengotornya

5.2 Saran

Adapun saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

5.2.1 Saran Untuk Asisten

Adapun saran untuk asisten adalah sebagai berikut.

1. Tetap mempertahankan rasa tolerannya

2. Lebih memperhatikan lagi praktikan ketika praktikum sedang berlangsung

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium adalah sebagai berikut.

1. Agar melengkapi alat-alat laboratorium yang masih kurang


DAFTAR PUSTAKA

Sasmita, Mahdi. 2016. Pengolahan Bahan Galian. 2016. Jakarta. Diakses


pada Rabu, 19 Oktober 2022 pukul 15.17 WITA

Suryani, Dewi. 2020. Pengolahan Bahan Galian Metode Panning.


Universitas Negeri Padang. Diakses pada Rabu, 19 Oktober 2022 pukul 09.34
WITA

Tisnajaya. 2011. Gravity Concentration. Jawa Tengah. Diakses pada Kamis


20 Oktober 2022 pukul 07.53 WITA
L
A
M
P
I
R
A
N
TABEL DATA
Berat Berat Berat Berat Berat Mineral Berat Minera Berat Recovery
Basah Kering Basah Kering Basah Logam Mineral l Non Mineral
(Sebelum (Sebelum (Sesudah (Sesudah (Sebelum Logam Logam Non
Pendulang Pendulang Pendulang Pendulang Pendulang Logam
an) an) an) an) an)
503,56 467,43 105,14 81, 87 503,56 Ferroma 10, 045 Silika 71, 834 12%
gram gram gram gram gram gnesium Gram gram

DOKUMENTASI KELOMPOK
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Eksplorasi

Eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh

pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang

terdapat di tempat itu. Sedangkan tambang artinya adalah lubang tempat

mengambil hasil dari dalam bumi. Bentuknya bisa berupa batu bara, emas, timah,

dan sebagainya, tergantung dari potensi di masing-masing wilayah atau daerah

yang dieksplorasi.

Explorasi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi, sebaran, bentuk

bahan galian serta estimasi jumlah sumber daya bahan galian tersebut untuk

menentukan ke tahap penambangan. karena begitu pentingnya tahap ini untuk

dapat maka diperlukan investasi yang besar agar yang hasil yang dicapai

akurat. Namun karena investasi yang diperlukan dalam tahap ini besar maka

tahap ini cukup beresiko bagi para investor.

Pemboran eksplorasi dilakukan untuk mengetahui keadaan dan keberadaan

bahan tambang yang terdapat di bawah permukaan bumi. Selain untuk

mengetahui keadaan geologi dan pemineralan (bahan galian), pemboran ini juga

ditujukan untuk pemercontohan. Percontoh dalam bentuk inti (core) dapat

diperoleh dengan cara pemboran inti (core drilling). Pemboran eksplorasi

dilakukan secara tegak, miring, melengkung atau berarah (directional drilling),

atau mendatar, tergantung pada perkiraan letak atau bentuk endapan bahan

tambang.
Pemboran adalah bagian dari kegiatan eksplorasi langsung untuk

mendapatkan data-data geologi di bawah permukaan bumi. Tujuan pemboran

eksplorasi adalah membuktikan kemenerusan data-data geologi permukaan ke

bawah permukaan bumi, meliputi:

1. Geoteknik: untuk mendapatkan sampel guna mengetahui sifat fisik batuan.

2. Konstruksi: untuk mengetahui letak atau batas batuan dasar (basement).

3. Geofisika: untuk menempatkan bahan peledak sebagai sumber energi

4. Air Tanah: untuk mengetahui letak aquifer, membuat lubang untuk

penempatan pompa (sumur produksi), sumur injeksi, maupun sumur pantau.

5. Peledakan: untuk menempatkan bahan peledak (blast-hole) dalam pemberaian

batuan.

6. Industri Migas & Panas Bumi: untuk mengetahui stratigrafi, sebagai sumur

produksi, sebagai sumur injeksi, ataupun sumur pantau.

7. Eksplorasi bahan galian: untuk mengetahui stratigrafi, letak (posisi) badan

bijih, ketebalan endapan, serta mendapatkan sampel batuan/badan bijih.

2.2 Panning

Panning merupakan salah satu cara dalam pengambilan sampel dalam

eksplorasi. Panning memiliki keterbatasan dalam jumlah konsentrat

yangdapat terambil, sehingga metode ini tidak digunakan dalam skala besar /

skala perusahaan.Panningdigunakan untuk mengetahui jumlah mineral


berharga yang tertransport oleh aliran air dari batuan induknya. Ada dua

macam dulang / panning yang diketahui yaitu dulang emas dan dulang batu.

Panning adalah proses pemisahan mineral berharga dengan pengotornya

berdasarkan perbedaan berat jenis pada aliran fluida horizontal lebih condong

secara manual karena menggunakan alat dulang. Panningmerupakan salah

satu cara pengambilan sampel dalam eksplorasi, yaitu digunakan

untuk mengetahui jumlah penyebaran mineral berharga yang tertransportasi

oleh aliran sungai dari batuan induknya.

Secara prinsip, kegiatan dulang merupakan pemisahan konsentrat dari

tailing-nya, dimana material konsentrat yang mempunyai berat jenis lebih

besar akan tertahan di bagian dasar alat dulang, sedangkan yang lebih

ringan berat jenisnya dan dianggap sebagai tailingikut larut bersama aliran

air.Pendulangan merupakan cara tradisional yang masih dilakukan untuk

memisahkan antara mineral berharga dengan mineral pengotornya. Cara ini

biasanya digunakan untuk memisahkan mineral logam dengan pengotornya.

Pendulangan bekerja berdasarkan :

1. Perbedaan berat jenis,

2. Perbedaan pergerakan yang disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja

bersamaan terhadap partikel seperti gaya berat (gravity) dan gaya tahanan

medium.

Dalam proses pendulangan mineral berharga yang biasanya didulang

adalah emas dan intan. Pendulangan adalah salah satu metode gravity
concentration yang paling sederhana, paling murah, serta sering

dipakai oleh masyarakat. Panninghanya bisa dilakukan apabila mineral

berharganya lebih berat dari pada ganguenya, bila tidak produksi akan

sangat terbatas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari pendulangan adalah sebagai

berikut:

1. Human error

Pada saat menggerakkan pendulang harus benar agar mineral

pengotornya keluar.

2. Air

Pada saat air ditambahkan ke dalam alat panning harus sedikit demi

sedikit agar mineral berharga tidak ikut terbuang bersama pengotornya.

Dalam melakukan kegiatan pendulangan tentunya akan memiliki

beberapa dampak, baik dampak negatif maupun dampak positif, diantaranya

adalah :

1. Dampak Negatif

a) Terhadap tanah karena dapat menimbulkan kerusakan tanah berupa

penurunan nilai potensial biologis dari tanah, hilangnya lapisan

tanah subur dan limbah (tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi

tanah dan komposisi tanah.

b) Pada aktivitas pendulangan semi-mekanis di sepanjang sungai selain

memacu percepatan pendangkalan, mengakibatkan pencemaran air


sungai di daerah hulu. Seperti yang dikeluhkan oleh beberapa

warga dari daerah warga Bangkal. Sungai Dadap yang selama ini

menjadi satu-satunya sumber air bersih, tak bisa lagi dimanfaatkan.

c) Memerlukan waktu yang lama serta tenaga yang besar untuk

mendapatkan hasil yang baik.

2. DampakPositif

a) Biaya operasionalnya murah, karena hanya memerlukan peralatan yang

sederhana.

b) Membuka lapangan kerja bagi warga sekitar wilayah pendulangan,

karena akan menambah penghasilan sehari-hari.

Pengolahan bahan galian adalah kegiatan yang bertujuan untuk menaikkan

kadar atau mempertinggi mutu bahan galian yang dihasilkan dari

tambang sampai memenuhi persyaratan untuk diperdagangkan atau dipakai

sebagai bahan baku untuk bahan industri lain. Bahan galian yang

dihasilkan dari tambang biasanya selain mengandung mineral berharga yang

diingikan juga mengandung mineral pengotor (gangue mineral)

sehingga hasil tambang tidak bisa langsung dimanfaatkan atau

diperdagangkan. Untuk menghilangkan mineral pengotor tersebut sehingga

hasil tambang dapat dimanfaatkan atau diperdagangkan, maka dilakukan

dengan pengolahan bahan galian. Proses pemisahan antara mineral berharga

dengan mineral-mineral pengotor didasarkan kepada perbedaan, baik fisik

maupun sifat kimia antara mineral berharga dengan mineral pengotornya.

Parameter pengolahan bahan galian secara mendasar adalah:


1. Recovery adalah perbandingan jumlah metal yang terambil dalam

pengolahan dengan berat atau metal secara keseluruhan.

2. Ratio Of Concentration adalah perbandingan besar feed dengan besar

konsentrat.

3. Kadar.

Metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengolah bahan galian

adalah dengan gravity concentrationatau pengolahan berkaitan dengan

konsentrasi berat jenis, salah satu alat yang dapat digunakan adalah dulang.

Dalam proses pendulangan pada prinsipnya memisahkan antara konsentrat

dengan material pengotornya (tailing) melalui aliran air horizontal, dimana

material konsentrat memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada material

pengotornya, sehingga konsentratnya akan tertahan di dasar alat dulang, dan

material yang lebih ringan akan terbawa atau terlarutkan bersama aliran air.

2.3 Mineral dan bijih

Mineral dan Bijih Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan

terbentuknya batuan dan jebakan mineral. Yang dimaksud dengan jebakan

mineral adalah endapan bahanbahan atau material baik berupa mineral maupun

kumpulan mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis (berguna dan

mengguntungkan bagi kepentingan umat manusia). Faktor-faktor yang

mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis adalah :

a. Bentuk Jebakan

b. Besar dan volume cadangan

c. Kadar
d. Lokasi geografis

e. Biaya Pengolahannya

Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam

kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsur logam dan mineral saja

yang mempunyai prosentasi relatif besar, karena pengaruh proses dan aktivitas

geologi yang berlangsung cukup lama, presentasi unsur – unsur dan mineral-

mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karena proses

pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk endapan mineral yang

mempunyai nilai ekonomis. Proses pengayaan tersebut dapat disebabkan oleh

proses pelapukan dan transportasi serta proses ubahan karena pengaruh larutan

sisa magma. Proses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan

persyaratan tertentu. Kadar minimum mineral yang mempunyai arti ekonomis

nilainya jauh lebih besar daripada kadar rata-rata dalam kulit bumi. Faktor

perkalian yang bisa memperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa

menghasilkan kadar minimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan

(Enrichment Factor atau Concentration Factor). Beberapa jenis genesa dan

endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai ekonomis antara lain :

1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite

2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite

3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite

4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite

5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetite dan Limonite

6. Oksidasi: Limonite dan Hematite


7. Letusan Gunung Api

2.4 Mineral Logam dan Non-Logam

Mineral didefinisikan sebagai zat homogen yang terjadi secara alami dalam

berbagai kondisi, dalam berbagai jenis lingkungan geologi. Secara luas

diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu mineral logam dan mineral non-

logam. Mineral Logam terdiri dari logam dalam bentuk aslinya, sedangkan logam

tidak ditemukan dalam mineral non-logam .

Mineral memiliki struktur kimia yang pasti, dan identifikasi mereka

didasarkan pada sifat fisiknya. Tempat di mana mineral ditemukan disebut bijih.

Bijih adalah konsentrasi mineral apa pun dengan unsur lain, ditemukan di daerah

tertentu, dalam bentuk batuan. Ekstraksi mineral dapat dilakukan dengan

penambangan, pengeboran, dan penggalian.

1. Mineral Logam

Seperti terbukti dari namanya sendiri, mineral logam adalah jenis mineral

yang tersusun dari logam. Ini adalah zat keras, yang merupakan penghantar panas

dan listrik yang baik. Mereka memiliki kilau sendiri. Beberapa contoh mineral

logam adalah Besi, tembaga, emas, bauksit, mangan, dll.

Mineral logam keras dapat digunakan sebagai permata dalam perhiasan.

Ini juga digunakan di berbagai industri untuk memenuhi berbagai keperluan,

seperti silikon (diperoleh dari kuarsa), sangat digunakan dalam industri komputer,

aluminium (diperoleh dari bauksit) digunakan dalam industri mobil dan

pembotolan,

Mineral Logam dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori:


a. Mineral Ferro : Mineral yang mengandung kandungan besi disebut

mineral ferro. Tiga perempat dari total produksi mineral logam dibentuk

oleh mineral logam besi. Ini termasuk bijih besi, mangan, nikel dan

kromit.

b. Mineral Non-ferro : Mineral yang terdiri dari beberapa logam lain dan

bukan besi dikenal sebagai mineral logam non-ferro. Mereka biasanya

digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Itu termasuk emas, tembaga,

perak, timah, timah, dll.

2. Mineral Non-Logam

Mineral non-logam dapat digambarkan sebagai mineral yang tidak

mengandung logam. Beberapa contoh mineral non-logam adalah batu kapur,

mangan, mika, gipsum, batubara, dolomit, fosfat, garam, granit, dll.

Mineral non-logam digunakan di berbagai industri untuk memproduksi

produk yang berbeda; mika digunakan dalam industri listrik dan elektronik, batu

kapur sangat digunakan dalam industri semen. Ini juga digunakan dalam produksi

pupuk dan pembuatan refraktori.

Anda mungkin juga menyukai