Anda di halaman 1dari 14

Ejaan yang disempurnakan

Ejaan yang disempurnakan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan
ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Perbedaan dengan ejaan sebelumnya

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci

‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak

‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang

‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk

‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat

‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir

awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di
sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.

Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi
sebelum EYD, “oe” sudah tidak digunakan.

Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca sesuai
EYD

Tanda Titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau
jangka waktu.

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.

8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh
masyarakat.

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang.

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya.

Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya,
yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
tersebut mendahului induk kalimatnya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
tersebut mengiringi induk kalimat.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada
awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal
kalimat.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal,
dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam
kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.

5. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.

Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau
kata, dan (e) nama jabatan rangkap.

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Tanda Pisah (–, —)

1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di
luar bangun kalimat.

1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih tegas.

2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di
antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.

2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).

Tanda Elipsis (…)

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan,
misalnya dalam kutipan langsung.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk
menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….

Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau
ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

Tanda Kurung ((…))

1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung
dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.

Tanda Kurung Siku ([...])

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Tanda Petik (“…”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakangtanda petik yang mengapit
kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Tanda Petik Tunggal (‘…’)

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan
dan rumus matematika.

Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa.
Gunakan tanda bagi ÷ .

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.

3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa

Pemakaian Tanda baca


1. Tanda titik (.)

A.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

        Misalnya:

        Ayahku tinggal di Aceh.

        Anak kecil itu menangis.

        Mereka sedang minum kopi.

        Adik bungsunya bekerja di Samarinda.

B.       Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.

Misalnya:

III.  Departemen Dalam Negeri

A.       Direktorat Jendral PMD

B.       Direktorat Jendral Agraria

1.    Subdit ….

2.    Subdit ….

I.         Isi Karangan                                                1.      Isi Karangan

A.       Uraian Umum                                       1.1   Uraian Umum

B.       Ilustrasi                                                 1.2   Ilustrasi

1.       Gambar                                        1.2.1 Gambar

2.       Tabel                                            1.2.2 Tabel

3.       Grafik                                            1.2.3 Grafik

Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang
terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.

C.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan
jangka waktu.
Misalnya:

        pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)

        12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)

D.      Tanda titik tidak  dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.

Misalnya:

        Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

        Lihat halaman 2345 dan seterusnya.

        Nomor gironya 5645678.

E.       Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.

F.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Misalnya:

        Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.

        Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.

G.      Tanda titik tidak  dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau
tabel.

Misalnya:

        Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)

                Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)

H.      Tanda titik tidak  dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan
alamat penerima surat.

Misalnya:

        Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)

        Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)


        Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)

        Palembang 12241 (tanpa titik)

Sumatera Selatan (tanpa titik)

Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)

Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)

Semarang 17350 (tanpa titik)

1. Tanda koma (,)

A.       Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya:      

        Reny membeli permen, roti, dan air mineral.

        Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.

        Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.

B.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti tetapiatau melainkan.

                        Misalnya:

        Saya ingin datang, tetapi  hari hujan.

        Didik bukan anak saya, melainkan  anak Pak Daud.

C.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.

                        Misalnya:

Anak Kalimat Induk Kalimat

Kalau hujan tidak reda saya tidak akan pergi

Karena sakit, kakek tidak bisa hadir

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi
induk kalimatnya.

Misalnya:
 

Induk Kalimat Anak Kalimat

Saya tidak akan pergi kalau hujan tidak


reda.

Kakek tidak bisa hadir karena sakit.

D.      Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

                Misalnya:

        Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.

        Jadi, masalahnya tidak semudah itu.

E.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain
yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

        O, begitu?

        Wah, bagus, ya?

        Aduh, sakitnya bukan main.

F.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

                Misalnya:

        Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.

        ”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.

Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal,
dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

                Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya
Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640

Jakarta, 11 November 2004


Bangkok, Thailand

G.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Misalnya:

        Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia,  (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.

H.      Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

        A. Yasser Samad, S.S.

        Zukri Karyadi, M.A.

I.         Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Misalnya:

        Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.

        Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.

        Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.

                Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan
namanya   kepada panitia.

J.        Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat.

Misalnya:

Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.

        Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.

K.       Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya:

        ”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.

        ”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.


 

1. Tanda Titik Koma (;)

A.       Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:

Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.

B.       Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri
asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.

C.      Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup
dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.

Misalnya:

Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi,
atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan
pemuda di bawah umur 21 tahun.

Anda mungkin juga menyukai