Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS STROKE HEMORAGIK DI RS SOEBANDI

KABUPATEN JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Keperawatan

Oleh:

Pandu Setyo Darmawan

2001031049

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

A. PENGERTIAN STROKE HEMORAGIK
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara
lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).

B. ETIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan
3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan
menimbulkan perdarahan otak.
5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke adalah


1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

C. PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Ada dua bentuk CVA bleeding
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel
otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri
dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda
rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya
perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah
minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-
bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis
dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.
Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak
walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang
dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak
25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat
otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
Gambar 2. Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015)
PATHWEY.
D. MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIK
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1. Daerah a. serebri media
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3. Daerah a. Serebri anterior
a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
b. Incontinentia urinae
c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4. Daerah a. Posterior
a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
b. Daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media
c. Nyeri talamik spontan
d. Hemibalisme
e. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5. Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
 
E. KOMPLIKASI STROKE HEMORAGIK
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
F. PENATALAKSANAAN MEDIS STROKE HEMORAGIK
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak,
sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan,
tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta
tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada
fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa
penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas.
Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE HEMORAGIK


1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan

dalam praktik keperawatan. Hal ini dapat disebut sebagai suatu

pendekatan untuk memecahkan masalah (problem solving) yang

memerlukan ilmu, tehnik, dan keterampilan interpersonal yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat. Proses

keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling

berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi

dan evaluasi (Nursalam, 2008).

Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan

saling berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan,

implementasi dan evaluasi(Nursalam, 2008).

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakansuatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumberuntuk mengevaluasi danmengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2008). Pada konsep Asuhan Keperawatan ini menggunakan

pendekatan konsep 13 Domain NANDA, karena pada pengkajian 13

domain tersebut ada beberapa domain yang dapat menunjang data fokus

pada masalah keperawatan yang saya ambil, yaitu hambatan komunikasi

verbal.

Fokus pengkajian pada pasien dengan hambatan komunikasi verbal


adalah pada domain 1 (health promotion) domain 4 (activity), domain 7

(relationship), dan domain 6 (self perception). Kurangnya health

promotion tentang aktivitas pada pasien stroke dengan hambatan

komunikasi verbal dapat menyebabkan pola hubungan dan peran

terganggu dan menyababkan pasien menjadi putus asa.

Pengkajian 13 domain Nanda

a. Biodata

Pengkajian biodata difokuskan pada umur : karena usia diatas

55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke. Jenis

kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% dibanding wanita. Ras: kulit

hitam lebih tinggi angka kejadiannya (Padila, 2012):

1) Usia

Menurut Indarwati , Sari, & Dewi (2008) dan Farida & Amalia,

(2009) Resiko mengalami stroke meningkat seiring

bertambahnya usia. Risiko semakin meningkat setelah usia 55

tahun. Usia terbanyak terkena serangan stroke adalah usia 65

tahun ke atas, Sedangkan , untuk usia dibawah 65 tahun juga

beresiko terkena stroke, meskipun resikonya lebih rendah

dibandingkan dengan mereka yang berusia diatas 65 tahun.

Setelah unur 50 tahun tampaknya ada kecenderungan bahwa

arteri-arteri serebral yang kecil juga terkena proses

aterosklerosis. Penyempitan yang disebabkan oleh “plaque

atherosclerotique” bisa mencakup 80-90% lumen arteri tanpa

menimbulkan gangguan pada daerah yang dipendarahi arteri

yang bersangkutan. Tetapi arteri-arteri yang sudah mempunyai

“plaque atherosclerotique” cenderung mendapati komplikasi,

yang berupa trombosis (Mardjono & Sidharta, 2014).


2) Jenis Kelamin

Laki – laki lebih beresiko terkena stroke daripada perempuan.

(Farida & Amalia , 2009). Stroke menyerang laki laki 19 %

lebih banyak dibandingkan perempuan (Indarwati , Sari, &

Dewi, 2008). Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormon

esterogen yang berperan dalam mempertahankan kekebalan

tubuh sampai menepouse dan sebagai proteksi atau pelindung

pada proses aterosklerosis (Farida & Amalia, 2009). Penelitian

yang dilakukan olehMaukar, Ismanto, & Kundre (2014) tentang

Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Stroke Non

Hemoragik di Irna F Neurologi RSUP. PROF. DR. R. D.

Kandau Manado tahun 2014, menyatakan bahwa lebih banyak

responden berjenis kelamin laki-laki dibandingkan jenis

kelamin perempuan. Risiko stroke pada laki-laki 1,25% lebih

tinggi dibandingkan pada perempuan. Hal ini mungkin terkait

bahwa laki – laki cenderung merokok.

3) Lingkungan tempat tinggal

Kulit hitam lebih tinggi angka kejadianya(Farida & Amalia,

2009). Pada kulit hitam diduga karena angka kejadian

hipertensi yang tinggi serta diet tinggi garam (Indarwati , Sari,

& Dewi, 2008).

4) Tingkat pendidikan

Hasil kesimpulan dari penelitian yang di lakukan oleh Maukar,

Ismanto, & Kundre (2014) tentang Hubungan Pola Makan

dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di Irna F Neurologi

RSUP.PROF. DR. R. D. Kandau Manado tahun 2014, bahwa

tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor sosial dan


ekonomi yang secara tidak langsung ikut berperan dalam

kejadian stroke. Pada penelitian yang dilakukan oleh Patricia,

Kambuan, & Tumboimbela (2015) Tingkat pendidikan

seseorang menentukan sikap orang tersebut terhadap

berperilaku hidup sehat. Oleh karena itu, seseorang dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mampu

memahami informasi kesehatan dan mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

a. Domain 1 : Health Promotion

1) Kesehatan Umum

a. Keluhan utama

Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi :

penurunan kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan

dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar (Padila,

2012)

b. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung

sangat mendadak pada saat klien melakukan aktivitas.

Biasanya terjadinya nyeri kepala, mual, muntah, bahkan

kejang sampai tidak sadar selain gejala kelumpuhan separuh

badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya

penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dalam hal

perubahan di dalam intrakranial.Keluhan perubahan

perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,

dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma(Mutaqin,

2011)

c. Riwayat penyakit dahulu


Perlu dikaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan

Jantung, pernah TIAs, Policitemia karena hal ini

berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah

otak menjadi menurun (Padila, 2012).

d. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita

hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat dari

generasi terdahulu(Mutaqin, 2011).Hasil penelitian tentang

Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Stroke Non

Hemoragik di Irna F Neurologi RSUP.PROF. DR. R. D.

Kandau Manado tahun 2014 oleh (Maukar, Ismanto, &

Kundre, 2014), menunjukkan riwayat keturunan juga

mempengaruhi terkena stroke, karena secara genetis

terdapat peningkatan resiko jantung dan stroke bila ada

penderita dari keluarga dengan hubungan darah langsung.

e. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup

Menanyakan situasi tempat klien bekerja dan

lingkungannya.Kebiasaan sosial dengan menanyakan pola

hidup misalnya minuman alkohol atau obat

tertentu.Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang

kebiasaan merokok.Sudah berapa lama, berapa batang

perhari, dan jenis rokok (Muttaqin, 2011).

b. Domain 2 : Nutrition

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kasim,

Pateda, Hadju, & Nurhaedar (2017)Suplementasi ekstrak

albumin ikan gabus terhadap status gizi dan imunitas pasien

stroke , pasien dengan penyakit stroke pada umumnya


mengalami malnutrisi, keadaan malnutrisi ini menyebabkan

immunodefisiensi dan menurunkan cell mediated immunity.

Pada malnutrisi kronik terdapat kelainan yang bermakna pada

immunitas seluler, yaitu penurunan jumlah limfosit, penurunan

aktifi tas sel natural killer (NK), dan produksi IL-2 dan TNFa.

1. A ( Antropometri)

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan

menurun, penurunan berat badan akibat gangguan menelan,

mual, dan muntah pada fase akut(Muttaqin, 2011).

2. B (Biochemical)

Hemoglobin dan albumin menurun (Nursalam, 2008).

3. C (Clinical)

a.Kepala

Bagaimana penyebaran rambut, alopesia, kebersihan kepala,

benjolan abnormal, dan hematoma yang bisa diindikasikan

adanyatrauma kepala, nyeri tekan juga dapat diindikasikan

pada tekanan intracranial (Nursalam, 2008).

b.Kulit : kasar, kering, bersisik, pucat, ptekie, kehilangan

lemak subkutan (Nursalam, 2008).

c. Mulut

Mulut mencong dan penurunan koordinasi gerakan

mengunyah akibat paralisis saraf trigeminus (saraf V),

gangguan pada saraf IX dan X yang menyebabkan

kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka

mulut, sianosis, akibat penurunan suplay oksigen,

kebersihan rongga mulut dan gigi terganggu akibat


kelemahan fisik yang mengakibatkan pasien kesulitan

dalam membersihkannya secara mandiri, disartria, afasia

(Nursalam, 2008).

e. Mata

Konjungtiva pucat akibat kurangnya suplai darah ke

jaringan karena kerja jantung yang menurun sekunder

terhadap penurunan kesadaran, pupil anisokor dapat di

jumpai pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran.

Papiledema akibat peningkatan tekanan intracranial yang

mendesak tekanan pada intraokuler, penglihatan dan

lapangan pandang kurang pada sisi yang sakit akibat

gangguan saraf ke III, IV, VI sehingga terjadi paralisis pada

sisi otot okularis yang sakit (Nursalam, 2008).

4. D (Diet)

Ketidak mampuan untuk makan karena gangguan

menelan,nafsu makan menurun (Muttaqin, 2011).

c. Domain 3 : Eliminasi and change.


Perubahan pola berkemih seperti : inkontenensia urin,

anuria. Distensi abdomen, bising usus (-) (Wijaya & Putri,

2013).

1. Inspeksi :adanya benjolan abnormal, acites

2. Auskultasi :penurunan peristaltik usus akibat bed rest

yang lama

3. Perkusi :tympani

4. Palpasi :kuadaran kiri bawah : dapat ditemukan

penumpukan skibala karena penurunan

peristaltik sekunder terhadap bad rest yang


lama (Nursalam, 2008).

d. Domain 4 : Activity/rest

1. Isitirahat/tidur

Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/kejang

otot) (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2012).

2. Aktivitas

Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena

kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplagia)

(Wijaya & Putri, 2013).

3. Cardio respon

Palpasi : Frekuensi nadi dapat bervariasi (karena

ketidakstabilan fungsi jantung, obat-obatan, efek stroke

pada pusat vasomotor).

Auskultasi : Desiran pada karotis, femoralis, dan arteri

iliaka/aorta yang abnormal (Wijaya & Putri, 2013)

4. Pulmonary respon

Perlu dikaji adanya :

a. Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan

kehilangan refleks batuk.

b. Adakah tanda-tanda lidah jatuh kebelakang

c. Auskultasi suara nafas mungkin ada stridor

d. Catat jumlah dan irama nafas (Padila, 2012)

5. Syaraf Kranial

a) Saraf I (olfaktorius) : Pada pasien srtoke perdarahan

tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.

b) Saraf II (optikus) : Disfungsi persepsi visual karena

gangguan jaras sensori primer diantara mata dan


korteks visual. Gangguan hubungan visual spasial

sering terlihat pada pasien dengan hemiplegi kiri.

Pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa

bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokan

pakaian ke bagian tubuh.

c) Saraf III (okulomotor), IV (troklearis), VI (abdusen) :

stroke mengakibatkan paralisis pada satu sisi otot

okularis, sehingga didapatkan penurunan kemampuan

gerak dan lapang pandang pada sisi yang sakit.

d) Saraf V (trigeminus) :
a. Optalmikus : reflek kornea menurun, sensasi kulit

wajahdahi dan paranasal menurun.

b. Maksilaris : sensasi kulit wajah bagian kanan

berkurang sesisi.

c. Mandibularis : gerakan rahang terganggu, pasien

kesulitan membuka mulut.

e) Saraf VII (fasialis) : wajah asimetris dan otot wajah

tertarik ke bagian sisi yang sehat.

f) Saraf VIII (vestibulokoklearis) : tidak ditemukan

adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

g) Saraf IX (glosofaringeal) dan X (vagus) : terganggunya

kemampuan menelan dan kesulitan membuka mulut.

h) Saraf XI (aksesorius) : atrofi otot ekstremitas sesisi

akibat kurangnya pergerakan ekstremitas sekunder

terhadap kelemahan atau kelumpuhan sesisi.

i) Saraf XII (hipoglossus) :Lidah mencong(Muttaqin,

2011).
e. Domain 5 : Perception/cognition

Penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek

maupun jangka panjang.Penurunan kemampuan berhitung dan

kalkulasi.Pola persepsi dan konsep diri yang didapatkan, klien

merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak

kooperatif (Muttaqin, 2011).

f. Domain 6 : Self perception


a. Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa

b. Emosi labil. Ketidaksiapan untuk makan sendiri dan

gembira

c. Kesulitan untuk mengekspresikan diri (Wijaya & Putri,

2013)

g. Domain 7 : Relationship

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien

mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat

gangguan(Muttaqin, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh

Fingiyah (2017) Pada Pasien Ny. R Dengan Gangguan

Hambatan Komunikasi Verbal Pada Sistem Persyarafan Stroke

Non Hemoragik didapatkan ada pelo, sulit berbicara, pasien

berbicara tidak jelas, tidak mampu orientasi 3 hal (tempat,

waktu, orang), pasien sulit mengungkapkan kata-kata, pasien

sulit mempertahankan komunikasi, pasien sulit

mengekspresikan fikiran secara verbal, pasien hanya mampu

menganggukan dan menggelengkan kepala. Penelitian lainnya

menyebutkan pada pasien stroke mengatakan lidahnya sulit

digerakkan dan data objektif mulut tampak merot kekiri dan

lidah tidak simetris. yang dilakukan oleh Handika (2016) dan


Etikasari (2015).

h. Domain 8 : Sexuality

Adanya penurunan gairah seksual (Muttaqin, 2011).

i. Domain 9 : Coping/stres tolerance


Biasanya dijumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian

diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering

bertanya tentang pengobatan dan kesembuhan (Padila, 2012)

j. Doamin 10 :Life principle

Klien biasanya jarang melakukakan ibadah karena tingkah laku

yang tidak stabil, kelemahan, atau kelumpuhan pada salah satu

sisi tubuh (Muttaqin, 2011).

k. Domain 11 : Safety/protection

Masalah dalam penglihatan, kesulitan menelan, mudah lelah

dan koordinasi yang kurang pada otot-otot (Muttaqin, 2011).

l. Domain 12 : Comfort

Pengkajian objektif pada pasien ditemukan wajah meringis,

menangis, merintih, meregang, dan mengeliat, perasaan tidak

nyaman seperti mual dan muntah (Muttaqin, 2011).

m. Domain 13 : Growth/development

Biasanya pada pasien stroke tidak ada masalah dalam

pertumbuhan (Muttaqin, 2011).

2.1.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Padila (2012) diagnosa keperawatan pada stroke adalah

sebagai berikut :

1) Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi

otak sekunder terhadap perdarahan otak

2) Intoleransi aktivitas (ADL) berhubungan dengan kehilangan


kesadaran, kelumpuhan

3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan

kelumpuhan

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan

kelumpuhan

5) Kecemasan (ancaman kematian) berhubungan dengan kurang

informasi prognosis dan terapi berhubungan dengan kurang

informasi, salah intrepretasi

6) Resiko injury berhungan dengan kelemahan dan kelumpuhan,

penurunan kesadaran

7) Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan

dengan kesulitan menelan (disfagia), hemiparese dan hemiplegi

8) Inkontenensia uri berhubungan dengan defisit neurologis

9) Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan

kerusakan neurologis

10) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

penurunan mobilitas, parise, dan paralise

11) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan

ketidakmampuan bicara verbal atau tidak mampu komunikasi

Menurut Wijaya & Putri (2013) diagnosa keperawatan pada

stroke adalah sebagai berikut :

1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

interupsi aliran darah, gangguan oklusi, hemoragi,

vasospasme serebral, edema serebral

2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi,

integrasi (trauma neurologis atau deficit), stres psikologis


(penyempitan lapang perseptual)

3) Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan

biofifik,psikososial , perseptual kognitif

4) Resiko terhadap kerusakan menelan berhubungan dengan

kerusakan neuromuskular/ perseptual

Sedangkan menurut Mutaqin (2011) diagnosa keperawatan pada

stroke adalah sebagai berikut :

1) Ketakutan berhubungan dengan parahnya kondisi

2) Risiko ketidakpatuhan penatalaksanaan regime pengobatan

yang berhubungan dengan kurangnya informasi, perubahan

status kognitif

3) Risiko infeksi berhubungan dengan sistem pertahan primer

(cedera pada jaringan paru, penururnan aktivitas silia),

malnutrisi, tindakan invasif

4) Risiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual yang

berhubungan dengan kelemahan neuro muskular pada

ekstermitas

5) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan

perubahan status sosial, ekonomin dan harapan hidup.


KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus
Hari/Tanggal : Senin, 2
Juli 2018 Jam : 09.00
WIB
Tempat : Ruang Bugenvil
Oleh : Nusatirin
Sumber data : Klien, Keluarga Klien, dan Status
pasien Metode : Wawancara, Observasi, dan Studi

dokumen

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Tn. H
2) Tempat tanggal lahir : Demak , 19 Maret 1976
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : STM
6) Pekerjaan : TNI
7) Status Perkawinan : Kawin
8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
9) Alamat : Asr Rindam IV/Diponegoro
10) Diagnosa Medis : Stroke non
hemoragik 11) No.RM 05 87 94
12) Tanggal Masuk RS : 30Juni2018
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
1) Nama : Ny. A
2) Umur : 40 Th
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Ibu RT

57
58

5) Alamat : Asr Rindam IV/Diponegoro


6) Hubungan dengan pasien: Istri
7) Status perkawinan : Kawin
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan
untuk bergerak dan bicara pelo.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
 Alasan masuk RS :pasien mengalami penurunan kesadaran dan
mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan
 Riwayat kesehatan pasien :pasien mengatakan memiliki penyakit
Hipertensi tahun 2017.Pasien lalu ke IGD dr Soedjono dan
kemudian pasien dirawat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
 Pasien mengatakan pernah menjalani rawat inap di ruang bugenvil
rs dr soedjono kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan diagnosa
hipertensi,pasien belum pernah menjalani tindakan operasi
 Pasien mengatakan tidak mempunyai elergi makanan minuman
maupun obat.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gambar 3. Genogram
1) Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal serumah

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari pihak keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah
mengalami penyakit yang sama dengan pasien yaitu hipertensi dari
orang tua pasien.
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum sakit
Pasienmakan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang
dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien
minum 6-5 gelas perhari(1500)berupa air putih.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit nafsu makan pasien
berkurang. Pasien hanya makan 3-5 sendok setiap kali makan.
Isteri pasien mengatakan selama sakit pasien minum 4 gelas air
putih.
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna
feses lunak berwarna kuning kecoklatan. BAK lancar kurang lebih
sebanyak 5-6 kali.
b) Selama sakit
Selama dirumah sakit pasien sudah 2 hari tidak BAB.
Untuk BAK pasien terpasang kateter.Urine berwarna kuning
jernih, ± 500cc.
3) Pola Aktivitas
a) Sebelum sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Tidak perlu dibantu pasien setiap hari bekerja sebagai
TNI.Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi,
makan, BAB/ BAK dan berpakaian pasien melakukannya
secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu
(2) Keadaan pernafasan
Klien bernafas menggunakan hidung, pernafasan teratur.
(3) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung.
b) Selama sakit Tabel 8. Kemampuan perawatan diri
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Ket: 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3:
dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
4) Kebutuhan Istirahat-tidur
a) Sebelum sakit
Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur klien tercukupi,
klien biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam.
b) Selama sakit
Selama sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam
pola tidurnya di rumah sakit. Selama di Rumah Sakit pasien lebih
banyak waktunya untuk istirahat.
b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Semenjak mengalami Hipertensi pasien dan istri mulai
mengurangi makanan yang mengandung garam serta pasien belum
mengerti tentang perawatan penderita stroke.
2) Pola hubungan
Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama istri
3) Koping atau toleransi stres
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan
oleh pihak keluarga, terutama pasien dan istri pasien.
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya(Tabel 9)
Keadaan mental Pasien dalam keadaan compos
mentis (sadar penuh)
Berbicara Pasien tidak dapat berbicara
dengan lancar/ pelo
Bahasa yang dipakai Bahasa Jawa dan Indonesia
Kemampuan bicara Terdapat gangguan
Pengetahuan pasien terhadap Pasien mengatakan paham
penyakit mengenai penyakit yang
dideritanya.Pasien mengetahui
bahwa sakit yang selama ini
dideritanya adalah penyakit
hipertensi.
Persepsi tentang penyakit Pasien menurut pada apa yang
disarankan olehk keluarganya.

5) Konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien menggambarkan dirinya sebagai orang yang sabar.
b) Harga diri
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan
terhadap hidupnya
c) Peran diri
Pasienmengakui perannya sebagai seorang kepala keluarga,
pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan berkumpul
dengan keluarga.
d) Ideal diri
Pasien lebih menurut pada keluarganya
e) Identitas diri
Pasien mengenali siapa dirinya
6) Seksual
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya
7) Nilai
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pasien
memahami hal-hal yang baik dan yang benar
c. Aspek Lingkungan Fisik
Rumah pasien berada di perkotaan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi :
TB = 168cm
BB = 70 kg
IMT = 24,80 kg/m2
3) Tanda Vital
TD = 200/100 mmHg Nadi = 60 x/menit
Suhu = 36,8oC RR = 24 x/menit
(4) Skala Nyeri
Pasien mengatakan skala nyeri 1
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)
1) Kulit
Kulit lembab berwarna putih, tidak terdapat lesi, pertumbuhan
rambut merata.Turgor kulit baik.
2) Kepala (Tabel 10)
Rambut Rambut pendek , rambut hitam terdapat
uban, dan berambut tebal.Rambut tertata
rapi.
Mata Konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil
normal, reflek pupil baik, sklera baik
Hidung Normal dan simetris tidak terdapat lesi.
Telinga Kedua lubang telinga bersih tidak
mengeluarkan cairan
Mulut Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat
berwarna putih kekuningan, mukosa bibir
lembab, tidak berbau mulut
3) Leher
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
4) Tengkuk
Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.
5) Thorax
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna
kulit merata, ekspansi dada simetris
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
c) Perkusi : suara sonor
d) Auskultasi : vesikuler
6) Kardivaskuler
a) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran
rambut merata
b) Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm
dari midklavikularis kiri.
c) Perkusi : Suara redup
d) Auskultasi : Suara S1 dan S2
7) Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, terdapat
jerawat di punggung sebelah atas, kulit berwarna sawomatang.
8) Abdomen (Tabel 11)
Inspeksi Warna kulit sawo matang, warna kulit
merata, tidakterdapat bekas luka.
Auskultasi Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar
jelas
Perkusi Terdengar hasil ketukan “tympani” di semua
kuadran abdomen
Palpasi Tidakada nyeri tekan,, tidak terdapat edema,
tidak terdapat massa dan benjolan yang
abnormal
9) Panggul
Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata
kecoklatan, tidak terdapat lesi, pertumbuhan rambut tipis merata
10) Anus dan rectum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
pembengkakan. Warna merah tua.
11) Genetalia
a) Pada Laki-laki
Genetalia pasien normal, tidak ada luka.
12) Ekstremitas (Tabel 12)
Atas Tangankanan mengalami kelemahan dan
tangan kiri bisa digerakkan secara leluasa.
Kekuatan otot kanan 4 dan kiri 5. Tangan
kiri terpasang infus Asering 20 tpm. Kuku
pada jari tangan terlihat bersih
Bawah kaki kanan mengalami kelemahan
dankiritidak terjadi kelemahan, anggota
gerak lengkap, tidak terdapat
edema,kekuatan otot kanan 2 dan kiri 5.
Kuku pada jari kaki terlihat bersih
13) Pemeriksaan Fungsi saraf Kranialis (Tabel 13).

Jenis
Saraf Kranials Fungsi Fungsi
Pasien dapat membedakan bau minyak wangi dan
I Olfaktorius Sensorik bauk teh
II Optikus Sensorik Tidak ada gangguan penglihatan
Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi pengecilan
III Okulomotor Motorik pupil ketika ada pantulan cahaya.
IV Troklearis Motorik Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola mata.
Sensorik Wajah perot

Motorik Sedikit ada gangguan pada saat mengunyah


V Trigeminalis
VI Abdusens Motorik Tidak dapat menggerakkan bola mata ke samping.
Terdapat gangguan pada saat bicara, bicara pelo
VII Fasiali Motorik
VIII
Vestibulokoklear Sensorik Tidak ada gangguan pendengaran
Sensorik
IX Motorik terdapat kesulitan dalam menelan.
Glosofaringeus
Sensorik
Motorik
X Vagus Tidak ada gangguan
XI Asesorius Anggota badan sebelah kanan suah digerakkan dan
Spinal Sensorik dapat mengangkat bahu sebelah kiri
Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa
menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke yang
XII Hipoglosus Motorik lain, terdapat kesulitan dalam menelan.
5. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tn. W dari Ruang Cempaka RS dr. Soedjono, Senin, 2 juli 2018
( Tabel 14 ) Hasil Laboratorium
No
Jenis Hasil
Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan (Satuan)

1. Glukosa 89 Mg/dL 70-115


2. Glukosa 2jam PP 100 Mg/dL 70-140
3. Leukosit 7,5 K/uL 3,6-11,0

b. Hasil CT Scan
Dx Klinis : CVA
Kesan :
- ICH (intracerebral hemmorrhage) putamen sinistra (Slice 6-9, ukuran L.K 2,1
X 3,8 cm, Hu 64,88)
- Tak tampak laterasi
- Penyempitan ventrikel lateralis dan cornu enterior-posterior sinistra
- Tak tampak oedem cerebri
- Suspect hematosinus sphenoidalis sinistra, DD : sinusitis
- Lain-lain tak tampak kelainan
c. Terapi pengobatan (Tabel 15)
Hari/Tanggal Obat Dosis dan satuan Rute
Senin, 2Juni Cairan infus Asering 20 tpm IV
2018 Manitol 6 x 100 IV
Neorages 3X1 Oral
Amlodipin 1 x 10 mg Oral
Ranitidin 50 mg/12j IV
Ondansetron 4 mg/12 jam IV
Piracetam 3g/12 jam IV
B. Analisa Data
Tabel 16. Analisa data

NO DATA PENYEBAB
MASALAH
1. DS : Hipertensitroke non Ketidakefektifan
- Pasienmengatakan mengeluh tensi hemoragik perfusi jaringan
selalu tinggi dan mempunyai perifer
riwayat darah tinggi.
- Pasien mengatakan kepala terasa
pusing
- Pasien mengatakan bicara pelo
sebelum masuk RS
DO :
- Ku : Cukup, composmentis
- Pasien tampak lemah
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Bicara pelo
- Terdapat gangguan pada
pemeriksaan nervus IX
Glosofaringeus dan XII Hipoglosus
2. DS : Penurunan kekuatan Hambatan mobilitas
- Pasien mengatakan tangan dan kaki otot(kerusakan Fisik
kanan mengalami kelemah neuron)
- Pasien mengatakan kebutuhannya
dibantu oleh keluarga
DO :
- Ku : Cukup, composmentis
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan skala otot
4 5
4 5
- Segala aktifitas pasien dibantu
seperti makan minum mobilisasi
berpakaian dll
- Pasien terdapat gangguan pada
anggota badan sebelah kanan
tangan kanan hanya bisa melakukan
fleksi ekstensi sedangkan kaki
kanan hanya abduksi dan adduksi
pada pergelangan kaki
3. DS : - Pertahanan primer Risiko Infeksi
DO : tidak adekuat
- Ku : Cukup, composmentis
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Terpasang infus Asering di tangan
kiri 20 tpm sejak tanggal 30 Juni
2018, tidak ada oedem.
- Terpasang kateter
- Leukosit 7,5 k/uL
4. Ds : Kurang terpaparnya Kuranng
- Pasien mengatakan mengetahui informasi pengetahuan
bahwa dirinya menderita stroke
akan tetapi tidak mengetahui cara
perawatan
DO :
- Pasien belum memahami manfaat
menggerakkan anggota tubuh untuk
pasien stroke
70

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi,
stroke non hemoragic ditandai dengan Pasien mengatakan mengeluh tensi
selalu tinggi dan mempunyai riwayat darah tinggi, Pasien mengatakan
kepala terasa pusing, Pasien mengatakan bicara pelo sebelum masuk RS,
Ku : Cukup, composmentis, Pasien tampak lemah, TD 200/100 mmHg,
Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,8oC , RR = 20 x/menit, Bicara pelo.
2. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot (kerusakan
neuron)ditandai dengan Pasien mengatakan tangan dan kaki kanan mengalami kelemah,
Pasien mengatakan kebutuhannya dibantu oleh keluarga, Ku : Cukup, composmentis, TD
= 200/100 mmHg, Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,8oC, RR = 20 x/menit, Kekuatan
skala otot , Segala aktifitas pasien dibantu seperti makan
4 5 minum
mobilisasi berpakaian dll, Pasien terdapat gangguan 4 5 pada
anggota badan sebelah kanan tangan kanan hanya bisa melakukan fleksi ekstensi
sedangkan kaki kanan hanya abduksi dan adduksi pada pergelangan kaki
3. Resiko infeksi berhubungan denganp ertahanan primer tidak adekuat ditandai dengan
Ku : Cukup, composmentis, TD 200/100 mmHg, Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,8oC, RR
20 x/menit, Terpasang infus Asering di tangan kiri 20 tpm sejak tanggal 30 Juni 2018,
tidak ada oedem, Terpasang kateter, Leukosit 7,5 k/uL.
4. Kurang pengetahuan berhubungan kurang terpaparnya informasi ditandai
dengan Pasien mengatakan mengetahui bahwa dirinya menderita stroke
akan tetapi tidak mengetahui cara perawatan. Pasien belum memahami
manfaat menggerakkan anggota tubuh untuk pasien stroke.
71

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tabel 17. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Senin, 2Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan a. O :Kaji tanda-tanda vital a. Memudahkan perawat
jaringan perifer keperawatan selama 3 x b. N :Batasi gerakan kepala ,leher menentukan intervensi
berhubungan dengan 24 jam, mencapai dan punggung selanjutnya.
hipertensi, ICH Circulation status dengan c. E :Anjurkan pasien untuk b. Teknik non farmakologis
(intracerebral kriteria hasil: banyak istirahat . membantu mengurangi
hemmorrhage) a. Tekanan systole dan d. C : Kelola obat amlodipin 10 kenaikan tanda –tanda vital.
distole dalam rentang mg/24 jam dan injeksi piracetam
normal(130/90) 3gr c. Memberikan kenyamanan
b. Tidak ada tanda-tanda pada pasien.
tekanan intrakranial
lebih dari 15 mmHg
c. (TD: 110-120/60-80 d. Amlodipin sebagai
mmHg, N: 60-100 penurunkan tensi secara
x/mnt, RR: 16- farmakaologi
20x/mnt, S :36-
36,5°C).
2. Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Hambatan mobilitas Fisik Setelah diberikan tindakan a. O : Mengkaji kekuatan otot a. Mengetahui tanda skala
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 kekuatan otot
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Penurunan kekuatan otot jam diharapkan mencapai b. N :Lakukan dan ajarkan b. Tindakan non famakologis
mobiity level dengan tindakan ROM pada pasien untuk meningkatkan kekuatan
kreteria hasil otot
1. Skala kekuatan otot c. E :Anjurkan pasien untuk c. Dengan mengurangi makanan
bertambah 5 5 mengurangi makanan atau maupun minuman yang
5 5 minuman yang banyak banyak mengandung garam
2. Mampu melakukan mengandung garam dapat membantu menurunkan
aktivitas mandiri risiko darah tinggi
3. Tangan sebelah kanan d. C : Kolaborasi dengan ahli d. d. Tindakan non famakologis
dapat digerakkan secara fisioterapi jika dibutuhkan untuk meningkatkan kekuatan
bertahap otot
3. Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan a. O :Pantau tanda-tanda vital. a. Mengidentifikasi tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 peradangan terutama bila suhu
Pertahanan Sekunder jam infeksi tidak terjadi tubuh meningkat.
tidak adekuat dengan kriteria: b. N :Lakukan perawatan luka b. Mengendalikan penyebaran
a. Tidak ada tanda-tanda dengan teknik aseptic dan mikroorganisme patogen.
infeksi (dolor, kalor, Lakukan perawatan terhadap c. Untuk mengurangi risiko
rubor, tumor, fungtio prosedur invasif seperti infus, infeksi nosokomial.
laesa) kateter, drainase luka
b. Luka bersih, tidak c. E : Edukasi pasien untuk d. Penurunan Hb dan
lembab dan tidak kotor. menjaga kebersihan dan selalu peningkatan jumlah leukosit
c. Balutan infus bersih, cuci tangan dari normal bisa terjadi akibat
tidak, lembab, dan d. C :Kelola untuk pemberian terjadinya proses infeksi
tidak kotor antibiotik ceftriaxone 1 gr/24 e. Antibiotik mencegah
d. Tanda-tanda vital jam dan Jika ditemukan tanda perkembangan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
dalam batas normal. infeksi kolaborasi untuk mikroorganisme patogen.
(TD: 110-120/60-80 pemeriksaan darah, seperti Hb
mmHg, N: 60-100 dan leukosit
x/mnt, RR: 16-
20x/mnt, S :36-
36,5°C).

4 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan a. O :Kaji pengetahuan pasien a. mempermudah dalam
berhubungan kurang keperawatan selama 1 x 24 tentang penyakitnya memberikan penjelasan
terpaparnya informasi jam pasien memahami b. N :Jelaskan tentang proses tentang pengobatan pada
tentang penyakitnya penyakit (tanda dan gejala) pasien
dengan kriteria hasil : identifikasi kemungkinan b. meningkatkan pengetahuan
- Menjelaskan kembali penyebab, jelaskan kondisi dan mengurangi cemas
tentang penyakitnya tentang pasien. Jelaskan tentang
- Mengenal kebutuhan proses pengobatan dan
perawatan dan alternative pengobatan
pengobatan tanpa c. E :Diskusikan perubahan gaya c. mempermudah intervensi
cemas hidup yang mungkin digunakan
untuk mencegah komplikasi
d. C : Diskusikan tentang terapi d. mencegah keparahan penyakit
yang dipilih
e. Eksplorasi kemungkinan
sumber yang bisa e. memberikan gambar tentang
digunakan/mendukung pilihan tentang terapi yang
f. Intruksikan kapan harus bisa digunakan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
kembali ke pelayanan kesehatan
g. Tanyakan kembali tentang
pengetahuan penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
75

CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 18
Nama Pasien /No CM : Tn. H / 05 87 94 RUANG : Bugenvil
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan hipertensi, ICH (intracerebral hemmorrhage)
Hari/tgl/jam PELAKSANAAN EVALUASI
Senin, 2 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
Juli 2018 Pukul 11.00 WIB 14.00 WIB
11.00 WIB 1. mengkaji tanda-tanda vital dan keluhan S:
pasien - Pasien mengatakan pusing
2. Menganjurkan pasien untuk banyak badan terasa lemas
istirahat O:
- KU : Cukup, Composmentis
Ttd - Pasien terlihat lemas
Nusatirin - Bicara pelo
- Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan otot
A : Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- mengkaji tanda-tanda vital
- Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat tapi sering
Ttd
Nusatirin
Selasa, 3 Selasa, 3 Juli 2018 Selasa, 3 Juli 2018
Juli 2018 11.00 WIB 11.00 WIB
11.00 WIB 1. mengkaji tanda-tanda vital S:
2. Menganjurkan pasien untuk banyak - Pasien mengatakan pusing
istirahat badan terasa lemas
O:
Ttd - KU : Cukup, Composmentis
Nusatirin - Pasien terlihat lemas
- Bicara pelo
- Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat
- TD = 180/90 mmHg
- Nadi = 80 x/menit
- Suhu = 36,1oC
- RR = 20 x/menit
A : Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- mengkaji tanda-tanda vital
- Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat tapi sering
Ttd
Nusatirin

Rabu , 4 Rabu , 4 Juli 2018 Rabu , 4 Juli 2018


Juli 2018 11.00 WIB 11.00 WIB
11.00 WIB 3. mengkaji tanda-tanda vital S:
4. Menganjurkan pasien untuk banyak - Pasien mengatakan pusing
istirahat badan terasa lemas
O:
- KU : Cukup, Composmentis
- Pasien terlihat lemas
- Bicara pelo
- Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat
- TD = 150/80 mmHg
- Nadi = 84 x/menit
- Suhu = 36oC
- RR = 24 x/menit
A : Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi
P : dischange planning
- Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat tapi sering
Ttd
Nusatirin
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien /No CM : Tn. H / 05 87 94 RUANG : Bugenvil
Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan
Penurunan kekuatan otot
Hari/tgl/jam PELAKSANAAN EVALUASI
Senin, 2 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
Juli 2018 Pukul 11.00 WIB 14.00 WIB
11.00 WIB 1. Mengkaji kekuatan otot S:
2. Mengkaji keluhan pasien - Pasien mengatakantangan
dan kaki kanan mengalami
kelemah, Pasien
Ttd mengatakan kebutuhannya
Nusatirin dibantu oleh keluarga
O:
- Ku : Cukup Composmentis
- Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat
- TD = 200/100 mmHg,
- Nadi = 60 x/menit,
- Suhu = 36,8oC,
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan otot
2 5
2 5
A: Hambatan Mobilitas fisik
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Mengkaji kekuatan otot
- Mengkaji keluhan pasien
- Ajarkan pasien ROM
Ttd
Nusatirin

Selasa, 3 Selasa, 3 Juli 2018 Selasa, 3 Juli 2018


Juli 2018 11.00 WIB 14.00 WIB
11.00 WIB 1. Mengkaji kekuatan otot S:
2. Mengkaji keluhan pasien - Pasien mengatakantangan
3. Melakukakan ROM dan kaki kanan mengalami
kelemah, Pasien
Ttd mengatakan kebutuhannya
Nusatirin dibantu oleh keluarga
- Pasien mengatakan akan
melakukan rom
O:
- Ku : Cukup Composmentis
- Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat
- TD = 180/90 mmHg
- Nadi = 80 x/menit
- Suhu = 36,1oC
- RR = 20 x/menit
- Dilakukan ROM
- Kekuatan otot 2
5
2 5
A: Hambatan Mobilitas fisik
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Mengkaji kekuatan otot
- Mengkaji keluhan pasien
- Ajarkan pasien ROM
Ttd
Nusatirin

Rabu , 4 Rabu , 4 Juli 2018 Rabu , 4 Juli 2018


Juli 2018 11.1 WIB 11.00 WIB
1. Mengkaji kekuatan otot
11.00 WIB S:
2. Mengkaji keluhan pasien
- Pasien mengatakantangan
3. Menganjurkan pasien untuk belajar
dan kaki kanan mengalami
sering menggerakan tangan dan
kelemah, Pasien
kakinya sesuai yg telah diajarkan
mengatakan kebutuhannya
dibantu oleh keluarga
Ttd
Nusatirin O:
- Ku : Cukup Composmentis
- Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat
- TD = 150/80 mmHg,
- Nadi = 84 x/menit,
- Suhu = 36oC,
- RR = 24 x/menit
- Kekuatan otot 2
5
2 5
A: Hambatan Mobilitas fisik
belum teratasi
P: dischange planning

Ttd
Nusatirin
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien /No CM : Tn. H / 05 87 94 RUANG : Bugenvil
Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan kurang terpaparnya
informasi
Hari/tgl/jam PELAKSANAAN EVALUASI
Selasa, 3 Selasa, 3 Juli 2018 Selasa, 3 Juli 2018
Juli 2018 11.1 WIB 11.00 WIB
11.00 WIB 1. Mengajarkan pasien ROM dan S:
manfaat ROM - Pasien mengatakan paham
Ttd mengenai ROM dan manfaat
Nusatirin ROM pasien akan
melakukan ROM secara
mandiri
O:
- KU : Cukup, Composmentis
- Pasien antusias saat
diajarkan ROM dan pasien
dapat mnyebutkan ulang
manfaat dari ROM
A : Kurang pengetahuan teratasi
P :Hentikan intervensi

Ttd
Nusatirin
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien /No CM : Tn. H / 05 87 94 RUANG : Bugenvil
Diagnosa Keperawatan : Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder
tidak adekuat
Hari/tgl/jam PELAKSANAAN EVALUASI
Senin, 2 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
Juli 2018 Pukul 11.00 WIB 14.00 WIB
11.00 WIB a. Mengobservasi tanda-tanda vital. S:
b. Mengobservasi tanda-tanda infeksi - Pasien mengatakan pada
luka tusukan tidak gatal atau
Ttd panas
Nusatirin DO :
- Ku : Cukup, Composmentis
- TD = 200/100 mmHg,
- Nadi = 60 x/menit,
- Suhu = 36,8oC,
- RR = 20 x/menit
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi (rubor, kalor, dolor,
fungsiolaesa)
A : resiko infeksi teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Mengobservasi tanda-tanda
vital.
- Mengobservasi tanda-tanda
infeksi
Ttd
Nusatirin
Selasa, 3 Selasa, 3 Juli 2018 Selasa, 3 Juli 2018
11.0 WIB
Juli 2018 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. 14.00 WIB
11.00 WIB 2. Mengobservasi tanda-tanda infeksi S:
3. Pasien mengatakan pada
luka tusukan tidak gatal
Ttd atau panas
Nusatirin DO :
Ku : Cukup, Composmentis
TD = 180/90 mmHg
Nadi = 80 x/menit
Suhu = 36,1oC
RR = 20 x/menit
Tidak ada tanda-tanda infeksi
(rubor, kalor, dolor,
fungsiolaesa)
A : resiko infeksi teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengobservasi tanda-
tanda vital.
2. Mengobservasi tanda-
tanda infeksi

Ttd
Nusatirin
Rabu , 4 Rabu , 4 Juli 2018 Rabu , 4 Juli 2018
Juli 2018 12.1 WIB 13.0 WIB
1. Mengobservasi tanda-tanda vital. S:
11.00 WIB
2. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
-Pasien mengatakan pada luka
tusukan tidak gatal atau panas
DO :
Ttd
Ku : Cukup, Composmentis
Nusatirin
TD = 150/80 mmHg
Nadi = 84 x/menit
Suhu = 36oC
RR = 24 x/menit
Tidak ada tanda-tanda infeksi
(rubor, kalor, dolor,
fungsiolaesa)
A : resiko infeksi teratasi
sebagian
P : hentikan intervensi

Ttd
Nusatirin
DAFTAR PUSTAKA

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporanpendahuluan-stroke-
hemoragik.html#.WBYF6k86ygg

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.  Jakarta :
Salemba Medika

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012 di


http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/

Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/

(Herdman & Kamitsuru, 2015), (Moorhead, Johnson, Maas, & Elizabeth , 2013),(Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, 2013)

Anda mungkin juga menyukai