Telaga Warna
Ratu melahirkan seorang bayi perempuan. Prabu dan Ratu sangat bahagia.
Seluruh rakyat juga bersuka cita menyambut kelahiran putri Prabu.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka juga sangat
memanjakannya. Segala keinginan putrinya pasti dituruti.
Tak terasa Putri Prabu telah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Hari itu dia
berulang tahun ke tujuh belas. Prabu mengadakan pesta besar-besaran di
istana.
Semua rakyat diundang ke pesta. Prabu dan Ratu telah menyiapkan hadiah
istimewa berupa kalung. Kalung terbuat dari untaian permata berwarna-
warni. Saat pesta berlangsung, Prabu menyerahkan kalung itu.
“Kalung ini hadiah dari kami. Lihat, indah sekali bukan? Kau pasti
menyukainya.” Kata Prabu. Prabu sia mengalungkan kalung itu ke leher
putrinya. Sungguh diluar dugaan, Putri menolak mengenakan kalung itu.
“Aku tak suka kalung ini, Ayah.” Tolak putri dengan kasar.
Prabu dan Ratu terkejut. Kemudian, Ratu berusaha membujuk putrinya
dengan lembut. Ratu mendekat dan hendak memakaikan kalung itu ke leher
putrinya.
“Aku tidak mau! Aku tidak suka kalung itu! Kalung itu jelek!” teriak putri
sambil menepis tangan Ratu .
Tanpa sengaja kalung itu terjatuh. Permata-permatanya tercerai-berai di
lantai. Ratu sangat sedih. Ratu terduduk dan menangis. Tangisan ratu
menyayat hati. Seluruh rakyat yang hadir turut menangis. Mereka sedih
melihat tingkah laku Putri yang mereka sayangi.
Tidak disangka, air mata yang tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air.
Aliran air itu menghanyutkan permata-permata yang berserakan. Air
tersebut keluar istana dan membentuk danau. Anehnya, air danau
berwarna-warni seperti warna-warna permata kalung putri. Kini danau itu
dikenal dengan nama Telaga Warna.
“selamat megerjakan”