Anda di halaman 1dari 1

A.

REVIEW FILM

Film ini diawali dengan latar tahun 1868 di daerah Kauman, Yogyakarta. Terlahir dengan
nama Muhammad Darwis, Ahmad Dahlan kecil sudah menunjukkan kepedulian dan keresahannya
terhadap pelaksanaan agama Islam di Kauman yang menurutnya agak melenceng dari apa yang
diajarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Disebutkan dalam cerita bahwa Syeikh Siti Jenar lah yang
telah membuat agama Islam di pulau Jawa menjadi tidak lurus dan penuh praktik mistik seperti
pemberian sesajen.

Ketika beranjak remaja, Darwis yang merupakan anak dari Khatib Masjid Besar Kesultanan
Yogyakarta, Abu Bakar dan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868, semakin menunjukkan sikap kritisnya
terhadap agamanya. Hal itu dibuktikan saat Darwis mencuri sesajen warga yang diletakkan di depan
pohon yang dianggap kramat. Kemudian, sesajen tersebut dibagikan kepada orang-rang yang
membutuhkan.

Karena merasa Kauman penuh dengan kesesatan, di usianya yang ke 15 tahun, Darwis
berencana berhaji ke Mekah untuk semakin mendalami ilmu agama. Namun, niatnya tersebut
ditentang oleh pamannya yang merupakan kakak ipar ayahnya, yakni Kyai M. Fadlil. Beliau akhirnya
memperbolehkan Darwis untuk berhaji dengan persyaratan ketika Darwis pulang ia dapat membawa
perubahan bagi Kauman. Tidak seperti kyai-kyai lainnya yang telah berhaji sebanyak dua sampai tiga
kali tetapi tidak membawa perubahan dan masih mengikuti tradisi sesat yang dilakukan di Kauman.
Keinginan berhajinya juga disetujui oleh Muhammad Saleh yang merupakan kakak ipar sekaligus
guru bahasa Arab Darwis. Beliau terus memotivasi, menyemangati, dan menguatkan Darwis untuk
pergi beribadah haji dan mendalami agama Islam.

Dengan berbagai pertentangan dan rintangan, pada tahun 1883, akhirnya Darwis remaja
berangkat dari Stasiun Lempuyangan untuk pergi haji dan mendalami agama Islam di Mekkah. Di
Mekkah, ia menghabiskan waktunya utnuk fokus berhaji dan menimba ilmu agama. Ia curahkan
semua kegelisahan serta kerisauannya akan kebiasaan masyarakat di Kauman yang masih kental
dengan adat Jawa. Setelah menuntut ilmu di Mekkah selama lima tahun, Darwis merubah namanya
menjadi Ahmad Dahlan. Beliau pun pulang ke desanya dengan membawa mushaf yang ia pelajari di
Mekkah dan sebuah biola. Kemudian, ia menikah dengan wanita yang telah beliau kenal lama di
desanya, yakni Siti Walidah.

Setelah belajar selama lima tahun di Mekkah, Ahmad Dahlan dengan pemikirannya yang
lebih luas dan bijaksana serta sederhana berniat untuk meluruskan arti ajaran Islam yang
sesungguhnya. Dia pun dipercaya untuk menggantikan ayahnya menjadi Khatib Masjid Besar
Kauman.

Anda mungkin juga menyukai