PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang
memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan
kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, selain itu juga
melalui pengurangan nyeri, dengan memperhatikan aspek psikologis dan spiritual
pasien maupun keluarga. Perawatan paliatif memberikan pendekatan kesehatan
terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, yaitu pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi antara dokter, perawat, fisioterapis, petugas sosial medis, psikolog, ahli
gizi, rohaniawan, relawan, serta profesi lain yang diperlukan. Adapun latar belakang
diperlukannya perawatan paliatif adalah karena meningkatnya jumlah pasien dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan (baik pada dewasa maupun anak), seperti
penyakit kanker, penyakit paru obstruktif kronis, stroke, parkinson, gagal jantung,
gagal ginjal terminal, dan lain-lain.
Perawatan paliatif bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien,
meningkatkan kualitas hidupnya, serta memberikan dukungan kepada keluarganya.
Jadi, tujuan utama perawatan paliatif adalah bukan untuk menyembuhkan penyakit,
tetapi lebih pada peningkatan kualitas hidup serta yang ditangani pada perawatan
paliatif tidak hanya pasien, melainkan juga keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal, pasien sudah siap secara psikologis
dan spiritual, dan tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Ketika
menghadapi fase akhir hayat, diharapkan pasien akan mendapatkan kondisi die in
dignity (husnul khotimah).
Keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien paliatif adalah nyeri. Nyeri
merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat (SDKI, 2016).
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri adalah terapi non
farmakologi seperti relaksasi, massage, hipnotis, kompres, distraksi, dan terapi music.
Teknik non farmakologi merupakan salah satu intervensi keperawatan secara mandiri
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Terapi non farmakologis tidak
memiliki efek samping.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi nyeri?
2. Apa tujuan penangan nyeri pada pasien paliatif?
3. Apa itu pain management?
4. Apa itu terapi non farmakologis?
5. bagaimana intervensi non farmakologi dalam penanganan nyeri pada pasien
paliatif?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi nyeri
2. Untuk mengetahui tujuan penanganan nyeri pada pasien paliatif
3. Untuk mengetahui pengertian pain management
4. Untuk mengetahui definisi terapi non farmakologi pada pasien paliatif
5. Untuk mengetahui bagaimana intervensi non farmakologi dalam penanganan nyeri
pada pasien paliatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri
merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai
oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai
suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius,
epikritik) misalnya: sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan.
Menurut Berger pada tahun 1992, nyeri diklasifikasikan menjadi dua bagian,
yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu
pengalaman sensoru, persepsi, dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung
dari beberapa detik hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan.
Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus dan
berlangsung selama enam bulan atau lebih. Derajat nyeri diukur dengan bermacam
cara, misalnya tingkah laku pasien, skala verbal asar/Verbal Rating Scales (VRS), dan
yang umum adalah skala analog visual/Visual Analogue Scales (VAS).
Permasalahannya adalah nyeri sering ditangani secara kurang adekuat. Nyeri
tetap dapat bertahan lama meskipun telah terjadi penyembuhan jaringan. Penanganan
nyeri yang kurang adekuat merupakan Tindakan yang kurang manusiawi sera dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas, menimbulkan kerugian secara fisik,
psikologis dan finansial. Penanganan nyeri yang adekuat dan efektif memberikan
keuntungan antara lain pasien merasa nyaman sehingga meningkatkan kepuasan
pasien, mobilisasi bisa lebih dini, menurunkan resiko deep vein thrombosis,
pemulihan lebih cepat, dan akan mengurangi biaya perawatan.
C. Pain Management
Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu dari disiplin ilmu
medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Managemen nyeri ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya
termaksud pendekatan farmakologikal, non farmakologikal, dan psikologikal.
Setiap orang memiliki persepsi berbeda terhadap nyeri yang dialami. Sehingga
perawat harus mampu dalam meningkatkan kemampuan dalam menyediakan
peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri. Untuk menentukan
jenis manajemen nyeri yang tepat guna meredakan dan menyembuhkan nyeri, pasien
terlebih dahulu akan menjalani proses diagnosis supaya penyebab nyeri dapat
diidentifikasi dengan tepat. Berdasarkan penyebabnya, nyeri dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik.
Nyeri nosiseptif timbul dikarenakan adanya suatu rangsangan yang berpotensi
berbahaya, yang dideteksi oleh indera perasa nyeri pada tubuh (nociceptors). Nyeri
nosiseptif timbul dikarenakan adanya kerusakan jaringan tubuh, baik kerusakan
mekanis (misalnya nyeri sendi atau nyeri punggung), kerusakan akibat suhu panas,
suhu dingin, atau akibat terkena bahan kimia. Munculnya nyeri nosiseptif dapat
ditandai dengan gejala-gejala pada bagian tubuh yang mengalami nyeri, antara lain:
Rasa sakit yang menusuk, seperti ditusuk oleh paku atau jarum.
Kaku.
Lemah.
Kesemutan.
Rasa terbakar atau seperti ditusuk oleh jarum pada bagian yang mengalami
nyeri.
Rasa kesemutan dan kaku.
Nyeri yang muncul secara tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas.
Sulit tidur dan beristirahat dikarenakan oleh nyeri tersebut.
Gangguan emosi akibat nyeri kronis, sulit tidur, dan sulit menggambarkan
nyeri yang sedang diderita.
D. Terapi Non-farmakologi
Terapi non farmakologi adalah strategi penyembuhan atau upaya untuk
mengatasi dan menghilangkan keluhan pasien dengan pendekatan non
farmakologi/tanpa obat-obatan. Beberapa macam intervensi non farmakologi yaitu
masase, relaksasi dan guide imagery, hypnosis, stimulasi saraf dengan listrik
transkutan, penggunaan kompres panas dan dingin, sentuhan terapeutik, meditasi,
hipnotis dan akupresur, TENS (Transcutaneus Electrical Nerve stimulation). Tehnik-
tehnik ini pada umumnya aman, tersedia dengan mudah dan dapat dilakukan di rumah
atau dalam lingkungan fasilitas perawatan akut (Mickey S dan Patricia GB, 2007).
Tehnik distraksi adalah tehnik yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian
klien dari nyeri seperti: melakukan hal yang sangat disukai, bernafas lembut
dan berirama secara teratur,
Hipnotis. Dalam dunia medis, hipnotis disebut dengan hipnoterapi. Ini adalah
suatu praktik memasukkan sugesti ke dalam pikiran seseorang, sehingga
membawanya pada keadaan tidak sadar. Hipnotis dalam bidang kedokteran
sering digunakan salah satunya untuk meredakan nyeri.
Terapy music adalah proses interpersonal untuk digunakan untuk
mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental, estetik dan spiritual, untuk
mendukung proses belajar dan membangun rasa percaya diri.,
Masage atau pijatan merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan
lunak yang bertujuan untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau
terkadang psikologi. Teknik massage yang dapat dilakukan antara lain:
remasan, selang seling tangan, gesekan, eflurasi, petriasi, tekanan menyikat,
Guide Imaginary yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa
nyeri dengan mendorong pasien untuk mengkhayal dengan bimbingan,
Relaksasi adalah keadaan dimana klien membayangkan dirinya dalam keadaan
damai dan tenang,
Akupuntur yaitu tehnik pengobatan cina untuk memblok chi dengan jarum dan
menusuknya ke titik-titik tubuh tertentu yang bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan yin dan yang,
Termal terapi yaitu terapi dengan memanasi bagian tubuh tertentu yang nyeri,
memanasi bagian tubuh yang nyeri, otot yang lelah akan membuka pembuluh
darah sehingga meningkatkan aliran oksigen dan menghilangkan iritasi kimia
yang terjadi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Non Farmakologi pada pasien paliatif merupakan bentuk dari perawatan
paliatif bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas hidup
pasien , serta memberikan dukungan kepada keluarganya.
Penanganan nyeri pada kasus paliatif merupakan salah satu yang paling penting
dalam penatalaksanaan pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien paliatif.
Pemahaman tentang mekanisme nyeri, jenis nyeri akan membantu menentukan terapi
yang efektif pada pasien paliatif
Masage, relaksasi dan guide imagery, hypnosis, stimulasi saraf dengan listrik
transkutan, penggunaan kompres panas dan dingin, sentuhan terapeutik, meditasi,
hipnotis dan akupresur, TENS (Transcutaneus Electrical Nerve stimulation)
merupakan bentuk dari terapi non farmakologi pada pasien paliatif yang mampu
untuk mengurangi gejala psikis dan somatik pada pasien, dapat mengurangi emosi
megative , depresi atau ansietas yang dapat memperberat nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Alodokter. 2018. Pain Management dan Hal-hal Penting yang Ada di Dalamnya.
https://www.alodokter.com/pain-management-dan-hal-hal-penting-yang-ada-di-
dalamnya#:~:text=Pain%20management%20atau%20manajemen
%20nyeri,menimbulkan%20dampak%20secara%20fisik%20dan. (diakses pada 24
Maret 2021)
Margarita Rehatta. 2019 . Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama