Anda di halaman 1dari 11

PAPER

EKONOMI ISLAM
TEORI PRODUKSI

Disusun Oleh :

1. Dwi Ahmad Ghofurur R (182010200243)


2. Yuris Firmansyah (182010200234)
3. Zakiyul Fikri (182010200439)
4. Ari Tri Wahyudi (182010200449)

PROGRAM STUDI MANEJEMEN


FAKULTAS EKONOMI, BISNIS, DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kerangka kehidupan ekonomi, aktivitas produksi merupakan elemen penting yang
sangat menentukan bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Bahkan barangkali tak salah
bila kemudian ia menjadi urat nadi dalam semua level kegiatan ekonomi. Sebab tanpa
diawali proses produksi, kegiatan konsumsi, distribusi ataupun perdagangan barang dan jasa
tidak akan pernah ada. Secara umum, produksi merupakan proses untuk menghasilkan suatu
barang dan jasa atau proses peningkatan utility (nilai) suatu benda. Dalam istilah ekonomi,
produksi merupakan suatu siklus kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau
jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi dalam jangka waktu tertentu.
Dalam literatur konvensional, teori produksi ditujukan untuk memberikan pemahaman
tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan
efisiensi produksinya, maka dalam ekonomi Islam tidak hanya demikian, akan tetapi adanya
penekanan untuk memperhatikan kemungkinan munculnya dampak sosial-spiritual menjadi
ciri khas yang cukup ekstrim untuk membedakan keduanya. Di samping hal tersebut,
ekonomi Islam juga menekankan adanya pemeliharaan nilai-nilai shari’ah dalam menentukan
struktur permodalan dan struktur keluaran sehingga aktivitas produksi yang dilakukan tidak
bergeser dari fungsi sosial yang sebenarnya. Tujuan dari produksi dalam Islam adalah untuk
menciptakan maṣlaḥah yang optimum bagi manusia secara keseluruhan. Dengan maṣlaḥah
yang optimum ini, maka akan dicapai falāh yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan
ekonomi sekaligus tujuan hidup manusia. Falāh itu sendiri adalah kemuliaan hidup di dunia
dan akhirat yang akan memberikan kebahagiaan hakiki bagi manusia. Dengan memahami
alur tujuan kegiatan produksi ini, maka dapat diambil suatu substansi bahwa karakter penting
bagi produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah perhatiannya terhadap kemuliaan
harkat kemanusiaan, yaitu mengangkat kualitas dan derajat hidup serta kualitas kemuliaan
dari manusia. Kemuliaan harkat kemanusiaan harus mendapat perhatian besar dan utama
dalam keseluruhan aktifitas produksi. Segala aktivitas yang bertentangan dengan pemuliaan
harkat kemanusiaan dapat dikatakan bertentangan dengan ajaran Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu produksi dalam perspektif islam ?
2. Apa itu konsep penawaran dalam perspektif islam ?
3. Apa saja faktor faktor produksi ?
4. Apa itu balas jasa ?
5. Apa itu keseimbangan pasar input ?
6. Bagaimana produksi dalam kerangka institusi ekonomi islam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui produksi dalam perspektif islam
2. Untuk mengetahui konsep penawaran dalam perspektif islam
3. Untuk mengetahui faktor faktor produksi
4. Untuk mengetahui tentang balas jasa
5. Untuk mengetahui tentang keseimbangan pasar input
6. Memahami produksi dalam kerangka institusi ekonomi islam
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Produksi dalam Perspektif Islam


Produksi adalah proses mengubah input menjadi output. Produksi meliputi semua
kegiatan untuk menciptakan /menambah nilai /guna suatu barang/jasa. Yang dimaksud
dengan produksi atau memproduksi adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menambah
kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula.

Dengan demikian, produksi berkaitan erat dengan bekerja, yaitu suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang secara sungguh-sungguh dengan mengeluarkan seluruh potensinya
untuk mencapai tujuan tertentu. Al-Quran menyebutkannya dengan istilah “beramal” yang
merupakan aktualisasi eksistensi diri untuk memelihara kelangsungan hidup, memakmurkan
bumi, dan memberi nilai tambah kehidupan karena produksi terkait dengan proses memberi
nilai tambah bagi manusia.

Dalam teori produksi, tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan bukan bagaimana
berproduksi dengan biaya minimum sehingga meningkatkan output, namun bagaimana
meningkatkan kondisi material dan moral sebagai sarana untuk mencapai tujuan di akhirat.
Jadi, bukan semata-mata memaksimalisasi laba duniawi tetapi juga memaksimalisasi laba
ukhrawi. Ada beberapa tujuan produksi, sehingga ia diwajibkan untuk melakukanya,
sebagaimana yang dikutif oleh Amirudin kadir dari pendapatnya Yusuf Qardhawi, yaitu:
1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
2. Untuk kemaslahatan keluarga
3. Untuk kemaslahatan masyarakat
4. Untuk membangun dan memakmurkan bumi ini.

Keempat tujuan yang telah disebutkan di atas cukup memberikan respon seseorang,
bahwa betapa pentingnya produksi yang harus dilakukan seseorang dalam meraih
penghidupan yang baik dan sempurna. Tujuan produksi dalam Islam bukan hanya memenuhi
kebutuhan materialnya saja namun juga untuk mencapai tujuan akhirat, hal ini mempunyai
implikasi penting diantaranya. Pertama, Produk-produk yang menjauhkan manusia dari nilai-
nilai moralnya sebagaimana ditetapkan Al Qur’an, yang dilarang. Kedua, aspek sosial
produksi ditekankan dan secara ketat dikaitkan dengan proses produksi. Ketiga, Masalah
ekonomi bukanlah masalah yang jarang terdapat dalam kaitanya dengan berbagai kebutuhan
hidup tetapi ia timbul karena kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk
mengambil manfa’at sebesar-besarnya dari anugerah-anugerah Allah SWT baik dalam
bentuk sumber-sumber manusiawi maupun sumber-sumber alami.
Dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi secara makro adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam mencapai kemakmuran nasional suatu negara. Secara mikro,
tujuan produksi meliputi
1. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan dengan jalan meningkatkan proses produksi
secara terus menerus.
2. Meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara meminimumkan biaya produksi
3. Meningkatkan jumlah dan mutu produksi
4. Memperoleh kepuasan dari kegiatan produksi
5. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan produsen serta konsumen.

Dengan demikian tujuan produksi dalam ekonomi konvensional berbeda dengan tujuan
produksi dalam Islam, dalam konvensional lebih ditekankan pada keuntugan yang sebesar-
besarnya, sedangkan produksi dalam Islam lebih kepada pemenuhan segala kebutuhan
manusia demi terciptanya kemaslahatan baik individu maupun kolektif tanpa mengabaikan
unsur sosialnya. Adapun prinsip-prinsip produksi dalam Islam adalah :
1. Motivasi berdasarkan keislaman : Kegiatan produksi yang dilaksanakan yaitu semata-
mata untuk mendapatkan ridha Allah, dan balasan di akhirat, sehingga dengan motivasi
keyakinan yang positif tersebut lebih mementingkan prinsip kejujuran, amanah dan
kebersamaan.
2. Berproduksi berdasarkan asas manfa’at dan maslahat : Dalam menjalankan proses
produksinya tidak semata-mata mencari keuntungan yang maksimum untuk menumpuk
aset kekayaan, tetapi seberapa penting manfaat keuntungan tersubut untuk kemaslahatan
masyarakat.
3. Mengoptimalkan kemampuan akalnya : Seorang muslim harus menggunakan
kemampuan akalnya (kecerdasanya) serta profesionalitas dalam mengelola sumber daya.
Karena faktor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan proses produksi yang
digunakan sifatnya tidak terbatas manusia perlu berusaha mengiptimalkan kemampuan
yang telah Allah berikan.
4. Adanya sikap keberimbangan : Sikap keberimbangan disini adalah kepentingan umum
dan kepentingan khusus harus sebagai satu kesatuan. Jika barang yang diproduksi akan
membahayakan masyarakat mengingat adanya pihak-pihak yang dirugikan dari kehadiran
produk tersebut. Produk-produk dalam kategori ini hanya memberikan dampak
ketidakseimbangan dan kegoncangan bagi aktivitas ekonomi secara umum.
5. Harus Optimis : Dalam berpoduksi harus yakin bahwa apa pun yang diusahakanya sesuai
dengan ajaran Islam tidak membuat hidupnya menjadi kesulitan. Allah SWT telah
menjamin rezekinya dan telah menyediakan keperluan hidup seluruh makhluknya
termasuk manusia, firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 15.

2.2 Konsep Penawaran dalam Perspektif Islam


Ibnu Khaldun menyatakan bahwa adanya pengaruh penawaran terhadap penentuan harga.
Jika penawaran mengalami kenaikan makan harga juga akan naik begitu pula sebaliknya.
Dalam hal ini Ibnu Khaldun percaya bahwa akibat dari rendanya harga akan merugikan
perjin dan pedagang, sehingga mereka keluar dari pasar, sedangkan akibat dari tingginya
harga akan menyusahkan konsumen, terutama kaum miskin yang menjadi mayoritas dalam
sebuah populasi. Karena itu Ibnu Khaldun berpendapat bahwa harga rendah untuk kebutuhan
pokok harus diusahakan tanpa merugikan produsen.
Imam Ghazali juga membicarakan tentang penawaran dan permintaan, bahwa harga
berlaku seperti yang ditentukan dalam praktik pasar, sebuah konsep yang kemudian dikenal
sebagai as-tsaman al-adil (harga yang adil). Kemudian diungkapkan secara konsepsional
pengertian penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu
pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Atau dengan kata lain
penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat
harga dan situasi. Sebagaimana juga halnya dengan permintaan, maka pada teori penawaran
juga dikenal apa yang dinamakan jumlah barang yang ditawarkan dan penawaran. Penawaran
adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu,
periode tertentu, dan pada berbagai macam tingkat harga tertentu.
Berbagai faktor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan produknya pada suatu
pasar diantaranya sebagai berikut:
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang-barang lain
c. Biaya produksi
d. Tujuan produksi dari perusahaan
e. Teknologi yang digunakan

Secara garis besar, penawaran dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional,
namun ada prinsip prinsip tertentu yang harus diperhatikan pengusaha muslim dalam
melakukan penawarannya.
1. Barang atau jasa yang ditawarkan harus transparan dan dirinci sesuai spesifikasinya
2. Berlandaskan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai nilai islam
3. Norma norma islam selalu mengikuti terhadap penawaran (barang halal dan haram)
4. Dalam memproduksi barang tidak boleh mengeksploitasi, atau merusak alam

2.3 Faktor Faktor Produksi


1. Tanah/alam
Faktor alam adalah faktor dasar dalam produksi. Alam yang dimaksud di sini adalah
bumi, dan segala isinya, baik yang ada di atas permukaan bumi, maupun yang terkandung
di dalam bumi itu sendiri. Dalam produksi, semua itu dikategorikan sebagai sumber alam
yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia (Said
Sa‟ad Marthon, 2004).
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor pendaya guna dari faktor produksi sebelumnya, yakni
faktor alam. Tenaga kerja juga merupakan asset bagi keberhasilan suatu perusahaan,
karena kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja sumber daya manusia yang ada di
dalamnya. Tenaga kerja yang memiliki skill dan integritas yang baik merupakan modal
utama bagi suatu perusahaan. Tenaga kerja merupakan pangkal produktivitas dari semua
faktor produksi yang tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa apapun tanpa
adanya tenaga kerja (Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi).
3. Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi, oleh karenanya tanpa
modal produsen tidak dapat menghasilkan barang/jasa. Modal adalah sejumlah daya beli
atau yang dapat menciptakan daya yang dipergunakan untuk suatu proses produksi, tanpa
modal maka tidak dapat berproduksi dan membangun (Mochtar Effendi).
4. Manejemen
Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia
dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (Malayu S.P. Hasibuan, 2004). Tanpa adanya manajemen yang baik, semua
faktor produksi tidak akan menghasilkan profit yang maksimal karena semua faktor
produksi tersebut memerlukan pengaturan melalui proses manajerial yang baik (Ika
Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi).
5. Teknologi
Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi memiliki peranan yang sangat
besar dalam sektor produksi, oleh kerenanya banyak produsen yang tidak bisa survive
karena kalah bersaing dengan competitor lain yang mampu menghasilkan barang/jasa
lebih baik dibandingkan dengan apa yang diproduksinya, hal tersebut karena didukung
peralatan tekhnologi yang baik.
6. Bahan Baku
Seorang produsen haruslah mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran penyedia bahan
baku agar aktivitas produksi berjalan dengan baik (Ernie Trisnawati Sule ) sehingga tidak
menghambat jalannya produksi. Bahan baku produksi adakalanya merupakan sesuatu
yang hanya didapat ataupun dihasilkan oleh alam tanpa ada penggantinya serta ada juga
yang bisa dicari bahan lain untuk mengganti bahan yang telah ada.

2.4 Balas Jasa


Kompensasi/balas jasa adalah upah, gaji, dan semua fasilitas lainnya yang merupakan
balas jasa atau pembayaran yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan kepada para
pekerja atau karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Menurut Tanjung (2004)
dalam buku Abu Fahmi et al. (2014) upah dalam islam dikaitkan dengan imbalan yang
diterima seseorang yang bekerja baik imbalan dunia (financial maupun nonfinasial), maupun
imbalan akhirat (pahala sebagai investasi akhirat). Allah menegaskan tentang imbalan ini
dalam surat At-Taubah: 105, An-Nahl: 97, dan AlKahfi: 30. Lebih Lanjut kita lihat hadits
Rasulullah saw. tentang upah yang diriwayatkan oleh Abu Dzar, bahwa Rasulullah Bersabda
yang artinya:
“mereka (para budak dan pelayanmu) adalah saudaramu, Allah menempatkan mereka di
bawah asuhanmu; sehingga barang siapa mempunyai saudara di bawah asuhannya maka
harus diberinya makan seperti apa yang dimakannya (sendiri) dan member pakaian seperti
apa yang dipakainya (sendiri); dan tidak membebankan pada mereka dengan tugas yang
sangat berat, dan jika kamu membebankannya dengan tugas seperti itu, maka hendaklah
membantu mereka (mengerjakannya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari ayat-ayat Al-Qur’an di atas dan dari hadits-hadits di atas, dapat didefinisikan bahwa:
upah adalah imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan
materi (di dunia) dan dalam bentuk imbalan pahala (di akhirat) secara adil dan layak.
Selanjutnya Tanjung menyatakan bahwa upah dalam islam sangat terkait dengan moral.
Beberapa arahan moral sangat melekat dengan sistem pengupahan karyawan seperti:
1. Memperhatikan ketentuan jam kerja dan disiplin waktu demi efektivitas dan kelancaran
kerja (An-Nisaa’: 28), (Al-Baqarah: 185).
2. Adanya hubungan harmonis dan iklim kerja yang kondusif serta komunikasi yang
terbuka dan transparan (Al-Hujurat: 5- 13), (Al-A’raaf:199), (Ali Imran: 134).
3. Pembayaran upah lembur dan kerja ekstra (HR. Muslim dan Ibnu Hibban).
4. Pemberian hak cui dan istirahat sebagaimana lazimnya (HR. Baihaqi).
5. Penilaian kerja secara objektif, komprehensif, dan adil yang mengutamakan 4 aspek:
kejujuran, kehati-hatian, sikap hormat pada atasan, dan kesetiaan (At-Taubah: 105), (Al-
Zalzalah: 7- 8), (An-Nisaa’: 58).
6. Pekerja berhak menolak pemotongan gaji yang dilakukan oleh majikannya karena
utangnya, jika dia sangat membutuhkan gaji tersebut (Abu Yusuf, Al-Kharaj: 6)
7. Pekerja berhak mendapatan jaminan hari tua (Al-Isra: 23-24).
8. Jaminan keselamatan kerja serta pemberian kompensasi bagi kecelakaan dan risiko kerja
(Al-Baqarah: 286), (An-Nisaa’: 28)

Islam menawarkan suatu penyelsaian yang sangat baik atas masalah upah dan
menyelamatkan kedua belah pihak. Upah atau ujrah dapat dikasifikasikan menjadi dua
yaitu :
1. Upah yang disebutkan (ajrun musamma), syaratnya adalah ketika disebutkan harus
disertai kerelaan kedua belah pihak yang bertransaksi.
2. Upah yang sepadan (ajrul mithli) merupakan upah yang sepadan dengan kerjanya sesuai
dengan kondisi pekerjaannya (profesi kerja) jika akad ijarahnya telah menyebutkan jasa
(manfaat) kerjanya.

2.5 Keseimbangan Pasar Input


Menurut Ehrenberg dan Smith (2003), kurva penawaran tenaga kerja adalah
menggambarkan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan pada setiap kemungkinan upah pada
waktu tertentu. Case and Fair (2012) keseimbangan pasar atau ekuilibrium adalah kondisi
yang ada saat kuantitas yang ditawarkan dan kuantitas yang diminta sama. Pada
keseimbangan pasar, tidak ada kecenderungan harga perubahan. Harga keseimbangan (price
equillibrium) atau harga pasar adalah harga yang terjadi apabila jumlah barang yang diminta
sama dengan jumlah barang yang ditawarkan.Keseimbangan pasar output menjelaskan
tentang keseimbangan yang terjadi pada permintaan dan penawaran barang pada harga
tertentu dalam waktu tertentu.Keseimbangan pasar input menjelaskan tentang keseimbangan
yang terjadi pada permintaan dan penawaran jumlah tenaga kerja pada tingkat upah tertentu
dalam waktu tertentu.

Pada gambar diatas memperlihatkan keseimbangan di pasar tenaga kerja tercapai pada saat
jumlah tenagakerja yang ditawarkan oleh individu (di pasar tenagakerja, SL) sama besarnya
dengan yang diminta (DL) oleh perusahaan, yaitu pada tingkat upah ekuilibrium (W 0). Pada
tingkat upah yang lebih tinggi (W 2) penawaran tenagakerja melebihi permintaan tenaga kerja,
sehingga persaingan di antara individu dalam rangka memperebutkan pekerjaan akan mendorong
turunnya tingkat upah mendekati atau tepat ke titik ekuilibrium (W 0). Sebaliknya, pada tingkat
upah yang lebih rendah (W1) jumlah total tenagakerja yang diminta oleh para produsen melebihi
kuantitas penawaran yang ada, sehingga terjadi persaingan di antara para perusahaan atau
produsen dalam memperebutkan tenagakerja. Hal ini akan mendorong kenaikan tingkat upah
mendekati atau tepat ke titik ekuilibrium.

Pada titik W0 jumlah kesempatan kerja yang diukur pada sumbu horisontal adalah sebesar L 0.
Secara definitif, pada titik L 0 inilah tercipta kesempatan kerja atau penyerapan tenaga kerja secara
penuh (full employment). Artinya pada tingkat upah ekuilibrium tersebut semua orang yang
menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, atau dengan kata lain sama sekali tidak
akan terdapat pengangguran, kecuali pengangguran secara sukarela.

2.6 Produksi dalam Kerangka Institusi Ekonomi Islam


- Pasar Komoditi : islam mengzinkan dan mengatur pasar komoditi yang sempurna dan bebas
distorsi
- Pasar Faktor untuk HFP :
 Ujrah, harga dari HFP, ditentukan di dalam pasar oleh kekuatan permintaan dan
penawaran
 Financial Resources tidak termasuk dalam kategori HFP, sehingga :
o Rental rate of capital bukan lag interest rate, tetapi real rental rate
o Supply of capital tidak bisa diperlakukan sebagai supply of saving
 Supply of HFP factor, terutama tenaga kerja, adalah hasil dari proses memilih antara
menjadi hired factor atau enterpreneurial factor
- Institusi partnership
 Enterpreneurial resources di dorong membentuk kerjasama
o Laba usaha dibagi menurut kesepakatan muka
o Kerugian hanya dapat dibagai berdasarkan rasio sumber daya finansial yang di
investasikan
 Islam mendorong partnership melalui larangan financial resources menerima fixed rent
dan mengenakan zakat terhadap financial reources yang menganggur
 Fungsi utama partnership adalah mendistribusikan enterpreneurial risk sehingga semakin
banyak potensi wirausaha terserap dan meningkatkan output perekonomian melalui
spesialisasi
 Dalam sistem konvensional, dimana semua faktor produksi disewakan, partnership tidak
berkembang
o Di dalam perekonomian dengan resiko bisnis tinggi, semua faktor lebih suka menjadi
HFP daripada EFP
o Buruh di labour abundant developing countries, akan selalu terperangkap dalam upah
rendah dan kemiskinan
- Institusi insurance
 Islam memiliki institusi zakat (sedekah wajib)
 Islam menganjurkan sedekah tidak wajib seperti wakaf, infaq dll
 Keberadaan institusi ini menjamin setiap penduduk memperoleh tingkat kehidupan
minimum
 Dengan demikian, partisipasi dalam enterpreneurial resources meningkat sehingga
supply for EFP naik
 Kenaikan supply for EFP akan mendorong partnership sehingga output meningkat,
kemiskinan menurun, dan distribusi pendapatan membaik

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Produksi adalah proses mengubah input menjadi output. Produksi meliputi semua
kegiatan untuk menciptakan /menambah nilai /guna suatu barang/jasa. Al-Quran
menyebutkannya dengan istilah “beramal” yang merupakan aktualisasi eksistensi diri
untuk memelihara kelangsungan hidup, memakmurkan bumi, dan memberi nilai tambah
kehidupan karena produksi terkait dengan proses memberi nilai tambah bagi manusia.
2. Secara garis besar, penawaran dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional,
namun ada prinsip prinsip tertentu yang harus diperhatikan pengusaha muslim dalam
melakukan penawarannya.
- Barang atau jasa yang ditawarkan harus transparan dan dirinci sesuai spesifikasinya
- Berlandaskan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai nilai islam
- Norma norma islam selalu mengikuti terhadap penawaran (barang halal dan haram)
- Dalam memproduksi barang tidak boleh mengeksploitasi, atau merusak alam
3. Faktor faktor produksi meluputi tanah/alam, tenaga kerja, modal, manejemen, teknologi
dan bahan baku
4. Kompensasi/balas jasa merupakan upah, gaji, dan semua fasilitas lainnya yang
merupakan balas jasa atau pembayaran yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan
kepada para pekerja atau karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
5. Keseimbangan pasar input menjelaskan tentang keseimbangan yang terjadi pada
permintaan dan penawaran jumlah tenaga kerja pada tingkat upah tertentu dalam waktu
tertentu.
6. Produksi dalam kerangka institusi ekonomi islam terdiri atas pasar komoditi, pasar faktor
untuk HFP, institusi partnership dan institusi insurance

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim. 2012. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Amirudin Kadir, Konsep Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Syari’ah, Jurnal Ilmu Ekonomi

Case, K.E., Fair, R.C. 2012. Principles of Economics 10th edition. Pretince Hall: Cloth.

Ehrenberg, R.G., Smith, R.S. 2003. Modern Labor EconomicsTheory and Public Policy.
Glenview, Illinois.

Fahmi, A., Siswanto, A., Farid, M., Arijulmanan, & Abdurrahman. 2014. HRD Syariah Teori
dan Implementasi. Jakarta: PT. Gramedia.

Hasibuan, S.P. Malayu, 2004. Manajemen Dasar,Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi
Aksara.

Iskandar Putong. 2013. Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Lukman Hakim. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam .PT : Gelora Aksara Pratama

Monzer Khaf. 1995. Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mustafa Edwin Nasution.2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Prenada Media
Grup.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta kerjasama dengan
Bank Indonesia. 2012. Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Said Sa’ad Marthon. 2004. Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global. Jakarta: Zikrul
Hakim.

Anda mungkin juga menyukai