EKONOMI ISLAM
TEORI PRODUKSI
Disusun Oleh :
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui produksi dalam perspektif islam
2. Untuk mengetahui konsep penawaran dalam perspektif islam
3. Untuk mengetahui faktor faktor produksi
4. Untuk mengetahui tentang balas jasa
5. Untuk mengetahui tentang keseimbangan pasar input
6. Memahami produksi dalam kerangka institusi ekonomi islam
BAB 2
PEMBAHASAN
Dengan demikian, produksi berkaitan erat dengan bekerja, yaitu suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang secara sungguh-sungguh dengan mengeluarkan seluruh potensinya
untuk mencapai tujuan tertentu. Al-Quran menyebutkannya dengan istilah “beramal” yang
merupakan aktualisasi eksistensi diri untuk memelihara kelangsungan hidup, memakmurkan
bumi, dan memberi nilai tambah kehidupan karena produksi terkait dengan proses memberi
nilai tambah bagi manusia.
Dalam teori produksi, tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan bukan bagaimana
berproduksi dengan biaya minimum sehingga meningkatkan output, namun bagaimana
meningkatkan kondisi material dan moral sebagai sarana untuk mencapai tujuan di akhirat.
Jadi, bukan semata-mata memaksimalisasi laba duniawi tetapi juga memaksimalisasi laba
ukhrawi. Ada beberapa tujuan produksi, sehingga ia diwajibkan untuk melakukanya,
sebagaimana yang dikutif oleh Amirudin kadir dari pendapatnya Yusuf Qardhawi, yaitu:
1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
2. Untuk kemaslahatan keluarga
3. Untuk kemaslahatan masyarakat
4. Untuk membangun dan memakmurkan bumi ini.
Keempat tujuan yang telah disebutkan di atas cukup memberikan respon seseorang,
bahwa betapa pentingnya produksi yang harus dilakukan seseorang dalam meraih
penghidupan yang baik dan sempurna. Tujuan produksi dalam Islam bukan hanya memenuhi
kebutuhan materialnya saja namun juga untuk mencapai tujuan akhirat, hal ini mempunyai
implikasi penting diantaranya. Pertama, Produk-produk yang menjauhkan manusia dari nilai-
nilai moralnya sebagaimana ditetapkan Al Qur’an, yang dilarang. Kedua, aspek sosial
produksi ditekankan dan secara ketat dikaitkan dengan proses produksi. Ketiga, Masalah
ekonomi bukanlah masalah yang jarang terdapat dalam kaitanya dengan berbagai kebutuhan
hidup tetapi ia timbul karena kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk
mengambil manfa’at sebesar-besarnya dari anugerah-anugerah Allah SWT baik dalam
bentuk sumber-sumber manusiawi maupun sumber-sumber alami.
Dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi secara makro adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam mencapai kemakmuran nasional suatu negara. Secara mikro,
tujuan produksi meliputi
1. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan dengan jalan meningkatkan proses produksi
secara terus menerus.
2. Meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara meminimumkan biaya produksi
3. Meningkatkan jumlah dan mutu produksi
4. Memperoleh kepuasan dari kegiatan produksi
5. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan produsen serta konsumen.
Dengan demikian tujuan produksi dalam ekonomi konvensional berbeda dengan tujuan
produksi dalam Islam, dalam konvensional lebih ditekankan pada keuntugan yang sebesar-
besarnya, sedangkan produksi dalam Islam lebih kepada pemenuhan segala kebutuhan
manusia demi terciptanya kemaslahatan baik individu maupun kolektif tanpa mengabaikan
unsur sosialnya. Adapun prinsip-prinsip produksi dalam Islam adalah :
1. Motivasi berdasarkan keislaman : Kegiatan produksi yang dilaksanakan yaitu semata-
mata untuk mendapatkan ridha Allah, dan balasan di akhirat, sehingga dengan motivasi
keyakinan yang positif tersebut lebih mementingkan prinsip kejujuran, amanah dan
kebersamaan.
2. Berproduksi berdasarkan asas manfa’at dan maslahat : Dalam menjalankan proses
produksinya tidak semata-mata mencari keuntungan yang maksimum untuk menumpuk
aset kekayaan, tetapi seberapa penting manfaat keuntungan tersubut untuk kemaslahatan
masyarakat.
3. Mengoptimalkan kemampuan akalnya : Seorang muslim harus menggunakan
kemampuan akalnya (kecerdasanya) serta profesionalitas dalam mengelola sumber daya.
Karena faktor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan proses produksi yang
digunakan sifatnya tidak terbatas manusia perlu berusaha mengiptimalkan kemampuan
yang telah Allah berikan.
4. Adanya sikap keberimbangan : Sikap keberimbangan disini adalah kepentingan umum
dan kepentingan khusus harus sebagai satu kesatuan. Jika barang yang diproduksi akan
membahayakan masyarakat mengingat adanya pihak-pihak yang dirugikan dari kehadiran
produk tersebut. Produk-produk dalam kategori ini hanya memberikan dampak
ketidakseimbangan dan kegoncangan bagi aktivitas ekonomi secara umum.
5. Harus Optimis : Dalam berpoduksi harus yakin bahwa apa pun yang diusahakanya sesuai
dengan ajaran Islam tidak membuat hidupnya menjadi kesulitan. Allah SWT telah
menjamin rezekinya dan telah menyediakan keperluan hidup seluruh makhluknya
termasuk manusia, firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 15.
Secara garis besar, penawaran dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional,
namun ada prinsip prinsip tertentu yang harus diperhatikan pengusaha muslim dalam
melakukan penawarannya.
1. Barang atau jasa yang ditawarkan harus transparan dan dirinci sesuai spesifikasinya
2. Berlandaskan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai nilai islam
3. Norma norma islam selalu mengikuti terhadap penawaran (barang halal dan haram)
4. Dalam memproduksi barang tidak boleh mengeksploitasi, atau merusak alam
Islam menawarkan suatu penyelsaian yang sangat baik atas masalah upah dan
menyelamatkan kedua belah pihak. Upah atau ujrah dapat dikasifikasikan menjadi dua
yaitu :
1. Upah yang disebutkan (ajrun musamma), syaratnya adalah ketika disebutkan harus
disertai kerelaan kedua belah pihak yang bertransaksi.
2. Upah yang sepadan (ajrul mithli) merupakan upah yang sepadan dengan kerjanya sesuai
dengan kondisi pekerjaannya (profesi kerja) jika akad ijarahnya telah menyebutkan jasa
(manfaat) kerjanya.
Pada gambar diatas memperlihatkan keseimbangan di pasar tenaga kerja tercapai pada saat
jumlah tenagakerja yang ditawarkan oleh individu (di pasar tenagakerja, SL) sama besarnya
dengan yang diminta (DL) oleh perusahaan, yaitu pada tingkat upah ekuilibrium (W 0). Pada
tingkat upah yang lebih tinggi (W 2) penawaran tenagakerja melebihi permintaan tenaga kerja,
sehingga persaingan di antara individu dalam rangka memperebutkan pekerjaan akan mendorong
turunnya tingkat upah mendekati atau tepat ke titik ekuilibrium (W 0). Sebaliknya, pada tingkat
upah yang lebih rendah (W1) jumlah total tenagakerja yang diminta oleh para produsen melebihi
kuantitas penawaran yang ada, sehingga terjadi persaingan di antara para perusahaan atau
produsen dalam memperebutkan tenagakerja. Hal ini akan mendorong kenaikan tingkat upah
mendekati atau tepat ke titik ekuilibrium.
Pada titik W0 jumlah kesempatan kerja yang diukur pada sumbu horisontal adalah sebesar L 0.
Secara definitif, pada titik L 0 inilah tercipta kesempatan kerja atau penyerapan tenaga kerja secara
penuh (full employment). Artinya pada tingkat upah ekuilibrium tersebut semua orang yang
menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, atau dengan kata lain sama sekali tidak
akan terdapat pengangguran, kecuali pengangguran secara sukarela.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Produksi adalah proses mengubah input menjadi output. Produksi meliputi semua
kegiatan untuk menciptakan /menambah nilai /guna suatu barang/jasa. Al-Quran
menyebutkannya dengan istilah “beramal” yang merupakan aktualisasi eksistensi diri
untuk memelihara kelangsungan hidup, memakmurkan bumi, dan memberi nilai tambah
kehidupan karena produksi terkait dengan proses memberi nilai tambah bagi manusia.
2. Secara garis besar, penawaran dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional,
namun ada prinsip prinsip tertentu yang harus diperhatikan pengusaha muslim dalam
melakukan penawarannya.
- Barang atau jasa yang ditawarkan harus transparan dan dirinci sesuai spesifikasinya
- Berlandaskan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai nilai islam
- Norma norma islam selalu mengikuti terhadap penawaran (barang halal dan haram)
- Dalam memproduksi barang tidak boleh mengeksploitasi, atau merusak alam
3. Faktor faktor produksi meluputi tanah/alam, tenaga kerja, modal, manejemen, teknologi
dan bahan baku
4. Kompensasi/balas jasa merupakan upah, gaji, dan semua fasilitas lainnya yang
merupakan balas jasa atau pembayaran yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan
kepada para pekerja atau karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
5. Keseimbangan pasar input menjelaskan tentang keseimbangan yang terjadi pada
permintaan dan penawaran jumlah tenaga kerja pada tingkat upah tertentu dalam waktu
tertentu.
6. Produksi dalam kerangka institusi ekonomi islam terdiri atas pasar komoditi, pasar faktor
untuk HFP, institusi partnership dan institusi insurance
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim. 2012. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Amirudin Kadir, Konsep Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Syari’ah, Jurnal Ilmu Ekonomi
Case, K.E., Fair, R.C. 2012. Principles of Economics 10th edition. Pretince Hall: Cloth.
Ehrenberg, R.G., Smith, R.S. 2003. Modern Labor EconomicsTheory and Public Policy.
Glenview, Illinois.
Fahmi, A., Siswanto, A., Farid, M., Arijulmanan, & Abdurrahman. 2014. HRD Syariah Teori
dan Implementasi. Jakarta: PT. Gramedia.
Hasibuan, S.P. Malayu, 2004. Manajemen Dasar,Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi
Aksara.
Iskandar Putong. 2013. Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Lukman Hakim. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam .PT : Gelora Aksara Pratama
Mustafa Edwin Nasution.2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Prenada Media
Grup.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta kerjasama dengan
Bank Indonesia. 2012. Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Said Sa’ad Marthon. 2004. Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global. Jakarta: Zikrul
Hakim.