Anda di halaman 1dari 27

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH
NAMA PRAKTIKAN : Andre K Nainggolan (1306445222)
Briman Sitorus (1306412451)
Caya Maitri (1306404986)
KELOMPOK : R13
TANGGAL PRAKTIKUM : 5 Februari 2015
JUDUL PRAKTIKUM : Atterberg Limits
ASISTEN : Sepinia Indrawati
PARAF DAN NILAI :
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan & Refrensi
 Standar Acuan
 Liquid Limit (Batas Cair)
ASTM D 4318 “Standartd Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit,
and Plasticity Index of Soils”
AASHTO T 89 “Determining the Liquid Limit of Soils”
SNI 1967:2008 “Cara uji penentuan batas cair tanah”

 Plastic Limit (Batas Plastis)


ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit,
and Plasticity Index of Soils"
AASHTO T 90"Determining The Plastic Limit and Plasticity Index Of
Soils"
SNI 1966:2008 "Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah"

 Shrinkage Limit (Batas Susut)


ASTM D 427 "Standard Test Method for Shrinkage Factors of Soils by
the Mercury Method"
AASHTO T 92 "Standard Method of Test for Determining the
Shrinkage Factors of Soils"
SNI 3422:2008 "Cara uji penentuan batas susut tanah"

Atterberg Limits 1
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
 Refrensi
http://www.astm.org/Standards/D4318.htm, Senin 9 Maret 2015 |
19.22 WIB
Modul Praktikum Mekanika Tanah Dasar- Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


 Liquid Limit (Batas Cair)
Mencari kadar air pada liquid limit (batas cair) dari sampel tanah.

 Plastic Limit (Batas Plastis)


Mencari kadar air pada batas plastis (plastic limit) dari sebuah sampel
tanah atau untuk menentukan batas terendah kadar air ketika tanah
dalam keadaan plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah.

 Shrinkage Limit (Batas Susut)


Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah.

C. Alat-alat dan Bahan


 Liquid Limit (Batas Cair)
a. Alat
 Alat Cassagrande
 Standard Grooving Tool
 Can
 Spatula
 Mangkuk porselin
 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Botol penyemprot
b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM

Atterberg Limits 2
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
 Air suling
 Plastic Limit (Batas Plastis)
a. Alat
 Pelat kaca
 Container
 Spatula
 Mangkuk porselin
 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM
 Air suling

 Shrinkage Limit (Batas Susut)


a. Alat
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Coated dish
 Shrinkage dish
b. Bahan
 Air Raksa
 Sampel tanah lolos saringan no. 40 ASTM, kering oven
 Vaselin

Gambar 3.1 Peralatan praktikum shrinkage limit: a) Shrinkage dish; b) Coated dish; c) Air Raksa

Atterberg Limits 3
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


 Liquid Limit (Batas Cair)
Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai kadar air
dimana contoh tanah yang telah dimasukkan pada alat cassagrande,
dibuat celah di tengahnya dengan standard grooving tool lalu alat
cassagrande diputar dengan kecepatan 2 ketukan per-detik dan tinggi
jatuh 10 mm, sehingga pada ketukan ke-25 contoh tanah yang digores
dengan grooving tool merapat sepanjang 0,5 inch.
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan tertentu.
Selain itu untuk percobaan selanjutnya tanah diuji dalam tiga keadaan,
yaitu batas cair, batas plastis, dan batas susut dari tanah, atau secara
skematis diwakili pada sebuah diagram yaitu:

Gambar 1.1 Atterberg Limit

Batas cair antara cair dan plastis dapat ditentukan dengan percobaan
menggunakan alat liquid limit. Alat ini dikembangkan oleh cassagrande
dan besarnya batas cair ditentukan pada ketukan ke-25.

w1−w2
W= x 100 %
w2−w3
Dimana :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3= berat can

Atterberg Limits 4
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
 Plastic Limit (Batas Plastis)
Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan sebagai kadar air
pada batas dimana contoh tanah digulung pada pelat kaca hingga
mencapai diameter kurang lebih ⅛ inch (3.2 mm) dan tanah tersebut
tepat retak–retak halus.
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:
Ip = LL-PL
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas
plastis dan batas cair. Rumusan yang digunakan adalah:
w1−w2
W= x 100 %
w2−w3

Dengan:
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can

 Shrinkage Limit (Batas Susut)


Shrinkage limit adalah kadar air pada batas keadaan semi plastis dan
beku. Di dalam laboratorium, shrinkage limit didefinisikan sebagai batas
dimana tidak akan terjadi perubahan volume pada massa tanah, apabila
kadar airnya dikurangi. Pada tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti
perubahan volume. Batas susut ditunjukkan dengan kadar air tanah pada
tahap mengering dan tidak terdapat perubahan/pengurangan volume.
Rumus yang digunakan:

( W w −W d ) −(V w −V d ) ρw
SL= x 100 %
Wd

Wd
SR= x 100 %
Vd
Dengan :

Atterberg Limits 5
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
SL = shrinkage limit
SR = shrinkage ratio
Ww = berat tanah basah
Wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
= berat jenis air = 1 gr/cm3

II. PRAKTIKUM
 Liquid Limit (Batas Cair)
A. Persiapan Praktikum

1. Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM , dengan kondisi


kering udara
2. Memastikan kebersihan alat
3. Mengkalibrasi timbangan yang akan digunakan
4. Mempersiapkan botol penyemprot dan air suling
5. Mempersiapkan dan mengeringkan can yang diperlukan

B. Jalannya Praktikum

1. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk porselin dan


kemudian mencampurnya dengan air suling dan mengaduk dengan
spatula sampai homogen.
2. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk cassagrande selapis
demi selapis dan mengusahakan agar tidak ada udara diantara setiap
lapisan dengan spatula. Tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih
hingga setebal 0.5 inch pada bagian tengahnya.
3. Membuat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk cassagrande
dengan menggunakan grooving tool dalam arah tegak lurus
mangkuk, melakukannya dengan hati-hati agar tidak terjadi retak
pada bagian bawahnya.

Atterberg Limits 6
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
4. Menjalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran
perdetik dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat
0.5 inch. Pada saat itu alat cassagrande dihentikan dan jumlah
ketukan dicatat.
5. Menimbang can terlebih dahulu, lalu mengambil sebagian tanah
dalam mangkuk cassagrande dan memasukkanya kedalam can dan
menimbang berat can dan tanah, terakhir memasukan can + tanah
ke dalam oven.
6. Mengulangi seluruh langkah diatas untuk lima sampel dengan nilai
ketukan antara 10 hingga 50 ketukan, hal ini dibantu dengan cara
menambahkan air suling atau menambahkan tanah.
7. Mengeluarkan contoh tanah dari dalam oven setelah kurang lebih 18
jam, dan menimbangnya kembali.
8. Menghitung kadar airnya.

 Plastic Limit (Batas Plastis)


A. Persiapan Praktikum
1. Membersihkan alat-alat yang akan digunakan
2. Mempersiapkan botol penyemprot dan air suling
3. Mempersiapkan tanah lolos saringan No.40 ASTM
4. Menimbang berat container
B. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk porselin dan
kemudian menimbangnya dan mencampurnya dengan air suling dan
diaduk dengan spatula hingga homogen.
2. Mengambil contoh tanah tersebut sedikit lalu menggulungnya diatas
kaca sampai berdiameter 1/8 inch. Bila kadar air berlebih pada waktu
sampel tanah mencapai diameter 1/8 inch tidak terjadi retak-retak
makapraktikan harus mengulang percobaan ini kembali dangan
menambahkan contoh tanah. Sedangkan bila kadar air kurang,
sampel tanah akan retak-retak sebelum mencapai diameter 1/8 inch.
Percobaan ini harus diulang kembali dengan menambah air sehingga

Atterberg Limits 7
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
sampel tanah tepat retak-retak pada waktu mencapai diameter 1/8
inch.
3. Memasukan sampel tanah yang mulai retak-retak halus pada
diameter 1/8 inch kedalam container yang sudah ditimbang beratnya.
Berat tanah minimum adalah 15 gr.
4. Container harus secepatnya ditutup agar kadar airnya tidak
berkurang karena penguapan. Menimbang Container yang telah
berisi tanah tersebut.
5. Memasukkan container dalam keadaan terbuka kedalam oven berisi
tanah yang telah ditimbang selama kurang lebih 18 jam.
6. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, praktikan mengeluarkan
sampel tanah berserta container dan menimbangnya guna mencari
kadar airnya. Pada saat menghitung kadar air jangan lupa untuk
menambahkan berat penutup container agar berat total container
seperti pada saat menimbang berat tanah basah sebelumnya.

 Shrinkage Limit (Batas Susut)


A. Persiapan Praktikum

1. Mempersiapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM, dengan kondisi


kering udara
2. Mempersiapkan air suling dan botol penyemprot
3. Menimbang coated dish atau container yang diperlukan

B. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk porselin dan
kemudian memberi air suling secukupnya kemudian mengaduk
dengan spatula hingga homogen
2. Memperlakukan sampel tanah yang sudah homogen tersebut seperti
pada langkah-langkah percobaan Liquid limit, diusahakan tanah telah
merapat sepanjang 0.5 inch pada kisaran 20-25 ketukan
3. Mengambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut kedalam
coated dish yang sudah diolesi vaseline. mengetuk-ngetuk coated

Atterberg Limits 8
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dish agar sampel tanah mengisi penuh seluruh bagian coated dish
dan permukaannya rata.
4. Menimbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
5. Mendiamkan coated dish dan sampel tanah diudara terbuka kurang
lebih selama 18 jam agar tidak mengalami retak-retak akibat
pemanasan secara tiba-tiba.
6. Setelah 18 jam, memasukan sampel tanah kedalam oven.
7. Sekitar 18-24 jam di oven, praktikan mengeluarkan coated dish dan
tanah kering dari oven. menimbangnya lagi, kemudian menghitung
volume tanah basah dan tanah kering.

Atterberg Limits 9
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

III. PENGOLAHAN DATA


 Liquid Limit (Batas Cair)
A. Data Hasil Praktikum

Tabel 1.1 Data Percobaan Liquid Limit

No 5 6 7 10
Wet soil + can 23,05 23,13 21,16 21,93
Dry soil + can 16,77 17,66 16,07 16,95
Can 9,07 10,12 9,25 9,86
Dry soil 7,7 7,54 6,82 7,09
Moisture 6,28 5,47 5,09 4,98
Water content 81,56% 72,55% 74,63% 70,24%
Blows 11 30 18 50

Perhitungan kadar air pada can nomor 5:


w1−w2
W= x 100 %
w2−w3

23,05−16,77
W= x 100 %
16,77−9,07

W =81,56 %

Kadar air rata-rata yang didapatkan adalah:

81,56+72,55+74,63+70,24
W= =¿ 74,745%
4

Atterberg Limits 10
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

B. Perhitungan
Cara I
Dengan menggunakan kurva Liquid Limit:

Liquid Limit
84
82
80
Water Content (%)

78 f(x) = − 7.11 ln(x) + 97.15


76
Liquid Limit
74
Logarithmic (Liquid Limit)
72
70
68
66
64
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Number of Blows

Grafik 1.1 Liquid Limit

Berdasarkan grafik di atas diperoleh:


Y = -7,111ln(x) + 97,148

Sehingga untuk ketukan ke-25, x = 25 akan diperoleh Liquid Limit


sebesar:
Y = -7,111ln(25) + 97,148
Y = 74,26

Sehingga besar Liquid Limit dalam persentase yaitu 74,26%.

Atterberg Limits 11
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Cara II
Dengan menggunakan rumus:
0.121
N
¿=W n [ ]
25
Dimana :
LL = Liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan

Dengan contoh perhitungan pada can 5:


0.121
N
¿=W n [ ]
25
0.121
11
¿=81,56
25 [ ] = 77,199 %

Tabel hasil perhitungan:

Tabel 1.2 Data Hasil Perhitungan Liquid Limit

N 11 18 30 50 Average
Wn (%) 81,56 74,63 72,55 70,24 74,745
LL (%) 73,85 75,64 74,17 76,39 75,0125

Kesalahan relatif:

|¿ caraI −¿caraII| 74,26−75,0125


¿caraI x 100% = 74,26
x 100 % = 1,01 %

Harga Flow Index (FI)


Flow Index adalah kemiringan garis yang paling mendekati dari
pendekatan antara grafik kadar air dan logaritma dari jumlah
ketukan. Flow Index merupakan indikator dari laju kehilangan
kekuatan geser seiring dengan bertambahnya kadar air pada tanah.

Atterberg Limits 12
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Semakin rendah kekuatan geser maka semakin tinggi nilai flow
index.

Dari persamaan berikut, dapat diperoleh Flow Index


Y = -7,111ln(x) + 97,148

Kadar air untuk N = 10 (Wn10) yaitu,


y = -7,111ln(10) + 97,148
y = 80,77 %

Kadar air untuk N = 100 (Wn100) yaitu,


y = -7,111ln(100) + 97,148
y = 64,4 %

Maka diperoleh harga Flow Index (FI) sebesar


Flow Index (FI) = (Wn100) - (Wn10)
= 64,4% – 80,77%
= - 16,37%

 Plastic Limit (Batas Plastis)


Tabel 2.1 Data Percobaan Plastic Limit

No. 1
Wb + Container 35,96
Wk + Container 31,03
Container 20,95
Wk 10,08
Wb 4,93
W 48,91%
Perhitungan kadar air, contohnya untuk kadar air container 1 adalah:
w1−w2
W¿ x 100 %
w2−w3
35,96−31,03
¿ x 100 %
31,03−20,95
= 49,91 %

Atterberg Limits 13
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Plastic Index (Ip), rentang kadar air antara batas cair dan batas plastis,
bisa juga disebut sebagai rentang selisih kadar air yang dimiliki zona
plastis.

Ip = LL – PL
= 62,92% - 49,91%
= 13,01%

 Shrinkage Limit (Batas Susut)


Tabel 3.1 Data Percobaan Shrinkage Limit (Batas Susut)

No No. Coated Dish 2 8


1 Coated dish + wet soil Ww+c (gram) 64,76 62,06
2 Coated dish Wc (gram) 39,3 37,14
3 Wet Soil Ww = Ww+c - Wc (gram) 25,46 24,92
4 Coated dish + dry soil Wd+c (gram) 54,14 51,67
5 Dry soil Wd = Wd+c - Wc (gram) 14,84 14,53
6 Coated dish + mercury WHg+c (gram) 255,06 256,85
7 Mercury WHg (gram) 215,76 219,71
8 Volume of Wet Soil WHg / 13.53 15,95 16,24
9 Mercury + Shrinkage Dish WHg+s (gram) 761,12 761,44
10 Shrinkage dish + Hg W'Hg+s (gram) 615,68 638,09
(Setelah sub-merging soil
cake)
11 Mercury Remove (WHg+s) - (W'Hg+s) 145,44 123,35
12 Volume of Dry Soil (W'Hg) / 13,53 10,75 9,12
13 Shrinkage limit SL 36,52 22,51%
%
14 Shrinkage ratio SR 1,38 1,5932

Contoh perhitungan pada coated dish 1:


( W w −W d ) −ρw ( V w −V d )
Shrinkage Limit (SL) pan 2 = x 100 %
wd
=

( 25,46−14,84 )−1 ( 15,95−10,75 )


x 100 %
14,84

Atterberg Limits 14
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
= 36,523%
( W w −W d ) −ρw ( V w −V d )
Shrinkage Limit (SL) pan 8 = x 100 %
wd
=

( 24,92−14,53 )−1 ( 16,24−9,12 )


x 100 %
14,53
= 22,51%

SL2 + SL8 36,523 % +22,51 %


SLrata−rata= = =29,5165 %
2 2

Wd
Shrinkage Ratio (SR) pan 2 = x 100 %
Vd
14,84
= x 100 % 10,70
10,75
=1,38x 100%
= 138% 138,69
Wd
Shrinkage Ratio (SR) pan 8 = x 100 %
Vd
14,53
= x 100 % 9,070
9,12
=1,5932x 100%
= 159,32% 160,19
132,74

SR2 + SR8 138 % +159,32 %


SRrata−rata = = =148,66 %
2 2

143,873

Atterberg Limits 15
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Praktikun kali ini, praktikan melakukan percobaan tentang Atterberg
Limit. Percobaan ini dibagi menjadi tiga bagian.
 Liquid Limit
Liquid Limit atau yang disebut juga dengan batas cair dimana
praktikum Liquid Limit ini sendiri bertujuan untuk mencari kadar air
pada Liquid Limit (batas cair) dari suatu sampel tanah.
Pertama praktikan menyiapkan sampel tanah yang lolos
saringan No. 40 ASTM. Tanah yang disiapkan merupakan tanah
kering oven, hal ini tidak sesuai dengan yang seharusanya (kering
udara), hal ini disebabkan keterbatasan waktu dalam praktikum ini.
Sampel tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk
porselin untuk dicampur dengan air suling dengan kadar tertentu
kemudian diaduk menggunakan spatula secara merata hingga sampel
tanah tersebut menjadi homogen.
Setelah diaduk praktikan mengisi cawan pada alat
cassagrande secara merata seperti mengolesi, hal ini bertujuan untuk
meratakan permukaan dan menghilangkan gelembung udara pada
sampel tanah yang sudah dimasukkan pada alat cassagrande.
Praktikan mengisi cawan dengan sampel tanah sampai tebal pada
bagian tengahnya berkisar 0,5 inch. Kemudian praktikan membuat
celah pada lapisan sampel tanah tersebut menggunakan grooving tool.

Atterberg Limits 16
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Pembuatan celah dilakukan dengan hati-hati supaya tidak terjadi retak
peda celah tersebut.
Kemudian praktikan menyalakan alat cassagrande dan
ketukan-pun dimulai, praktikan memperhatikan celah pada sampel
tanah saat ketukan berlangsung, alat cassagrande akan dimatikan
sesaat ketika sampel tanah merapat kurang-lebih sepanjang 0,5 inch
dan mencatat jumlah ketukan saat alat cassagrande tersebut
dimatikan. Praktikan mengulai percobaan tersebut hingga didapatkan
lima variasi ketukan pada rentan antara 10-15, 15-25, 25-35, 35-50
ketukan. Pada praktikum ini bila ketukan kurang dari jumlah yang
diinginkan maka sampel tanah ditambahkan air agar sampel tanah
menjadi lebih lembut namun apabila jumlah ketukan melebihi yang
diinginkan maka pada campuran ditambahkan sampel tanah lagi agar
sampel tanah menjadi lebih kasar.
Setelah mendapatkan jumlah ketukan yang diinginkan sampel
tanah dari tiap percobaan diambil dan ditaruh di can lalu ditimbang
dan beratnya dicatat. Setelah ditimbang, sampel tanah tersebut
dimasukan kedalam oven selama kurang lebih 18 jam. Kemudian
sampel tanah kembali ditimbang. Dari hasil penimbangan tersebut
didapatkan kadar air.

 Plastic Limit
Percobaan kedua yaitu Plastic Limit atau disebut jug dengan
batas plastis.Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mencari kadar air
pada batas plastis (plastic limit) dari sebuah sampel tanah atau untuk
menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan
plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah. Praktikm ini dimulai
dengan menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40 ASTM
dan memasukan kedalam mangkuk porselin secukupnya. Kemudian
sampel tanah tersebut dicampurkan dengan air suling dengan kadar
tertentu dan mengaduknya tanah secara merata hingga campuran
dalam kondisi homogen.

Atterberg Limits 17
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Setelah campuran homogen, sampel tersebut diambil sedikit
untuk di gulung di permukaan kaca sampai gulungan tersebut setebal
1/8 inch dan tanah harus dalam keadaan retak halus. Apabila gulungan
belum dalam keadaan retak halus, campuran harus ditambahkan
dengan sampel tanah supaya kadar airnya berkurang. Apabila tanah
hancur sebelum mencapai ketebalan yang diinginkan maka sampel
tanah tersebut pelu ditambahkan air suling. Setelah didapat keadaan
yang diinginkan, sampel tanah yang telah digulung dimasukan
kedalam container dan langsung ditutup agar kadar air tidak
berkurang. Praktikan melakukan hal tersebut hingga isi container
berisi sampel tanah minimal sebanyak 15 gram.
Setelah isi container dirasa telah cukup praktikan menimbang
container beserta sampel tanah didalamnya dan disertai tutup dari
container tersebut. Container dimasukan kedalam oven dalam kondisi
terbuka dan didiamkan selama kurang lebih 18 jam. Setelah 18 jam
praktikan mengeluarkan container dan sampel tanah untuk ditimbang
kembali agar diketahui kadar airnya.

 Shrinkage Limit
Percobaan ketiga merupakan shrinkage Limit atau disebut
juga dengan batas susut. Praktikum ini bertujuan untuk mencari kadar
air pada batas susut dari suatu sampel tanah. Pada percobaan ini
praktikan menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40
ASTM yang kemudian dimasukan ke mangkuk porselin untuk
dicampur merata dengan air suling kadar tertentu hingga sampel tanah
tersebut mejadi homogen. Perlakuan sampel tanah yang sudah
homogen tersebut sama seperti langkah-langkah pada percobaan
Liquid Limit dengan jumlah ketukan yang diinginkan antara 20-25
ketukan.
Setelah didapatkan ketukan yang diinginkan sampel tanah
dimasukan kedalam coated dish yang telah ditimbang beratnya dan
diolesi dengan Vaseline supaya sampel tanah tidak lengket ketika

Atterberg Limits 18
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
diangkat dari coated dish. Sampel tanah dimasukkan menggunakan
spatula sampai permukaannya rata, kemudian coated dish diketuk-
ketuk dengan tujuan menghilangkan gelembung udara supaya sampel
tanah yang dimasukkan dalam keadaan padat. Setelah memadat
sampel tanah dalam coated dish ditimbang dan didiamkan di ruang
terbuka sebelum dimasukan kedalam oven selama 24 jam, tujuanya
supaya sampel tanah tidak mengalami retak-retak akibat perubahan
suhu drastis dari suhu kamar ke suhu oven.
Setelah kurang lebih 24 jam dalam oven sampel tanah
dikeluarkan dan ditimbang. Lalu keluarkan sampel tanah dari coated
dish dan letakan diatas shrinkage dish yang telah terisi penuh oleh
raksa dan telah ditimbang sebelumnya, ratakan sampel tanah dengan
permukaan shrinkage dish, kemudian keluarkan sampel tanah dan
timbang kembali shrinkage dish yang telah berkurang bebannya.

B. Analisis Hasil
 Liquid Limit (Batas Cair)
Setelah praktikan melakukan pengolahan data didapatkan hasil
Liquid Limit 81,56% dengan 11 ketukan, 74,63% dengan 18 ketukan,
72,55% dengan 30 ketukan dan 70,24% dengan 50 ketukan. Dari hasil
pengamatan hal tersebut disimpulkan jika semakin banyak kadar air
sampel tanah maka akan semakin lunak dan mudah bergerak sehingga
saat ketukan dilakukan, celah pada sampel tanah akan cepat menyatu
kembali dalam jumlah ketukan yang sedikit. Data tersebut
dimasukkan kedalam grafik, dimana sumbu x grafik adalah jumlah
ketukan sedangkan sumbu y grafik adalah water content(%). Dari
grafik tersebut diperoleh suatu persamaan:
Y = -7,111ln(x)+97,148
Dari persamaan diatas nilai x adalah jumlah dari ketukan maka
akan diperoleh nilai LL pada ketukan 25 dengan menggantikan nilai x
dengan 25 yaitu LL=74,26%.

Atterberg Limits 19
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dari persamaan di atas juga diperoleh nilai Flow Indeks yaitu
selisih nilai LL pada ketukan 100 dengan nilai LL pada ketukan 10
sebesar FI = -16,37%.
Kemudian praktikan juga mendapatkan hasil nilai Liquid Limit
dengan menggunakan rumus:
0.121
N
¿=W n
25[ ]
Dengan memasukkan nilai N sebagai jumlah ketukan maka
diperoleh nilai LL sebesar 81,56% dengan 11 ketukan, 75,64% dengan
18 ketukan, 74,17% dengan 30 ketukan dan 76,39% dengan 50
ketukan. Kemudian dirata-ratakan menjadi 75,0125% dengan
kesalahan relative sebesar 1,01%.
 Plastic Limit (Batas Plastis)
Dari hasil pengolahan data yang praktikan lakukan di
dapatkan nilai batas plastis sebesar 49,91% dari nilai tersebut
didapatkan kadar Index Plastisitas sebesar 13,01%. Dari data tersebut
dapat dilihat pada grafik di bawah:

Gambar 2.1 Tabel Plastisitas Cassagrande


(Unified Soil Classification System)

Atterberg Limits 20
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 2.2 Klasifikasi dan Penjelasan Jenis Tanah


(Unified Soil Classification System)

Dari tabel plastisitas cassagrande diatas didapatkan bahwa


sampel tanah yang digunakan termasuk MH atau OH yang termasuk
kedalam tanah lempung organik dengan plastisitas menengah hingga
tinggi.
Gambar 2.3 Nilai dari Liquid Limit, Plastic Limit dan aktifitas mineral

Atterberg Limits 21
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 2.4 Deskripsi


indeks plastisitas

Dari tabel 2.3 diatas didapatkan bahwa nilai Liquid Limit dan
Plastic Limit yang praktikan dapatkan mengacu pada mineral Illite
dan dari tabel 2.4 tanah ini termasuk kedalam tanah dengan plastisitas
tinggi berdasarkan indeks plastisitas yang praktikan dapatkan.

 Shrinkage Limit (Batas Susut)


Setelah dilakukan pengolahan data di dapat bahwa nilai
shrinkage limit sampel pada pan 2 sebesar 36,52% dan pada pan 8
sebesar 22,51%. Dan didapat rata-ratanya sebesar 29,5165%. Serta
didapatkan juga nilai Shrinkage Ratio sampel sebesar 1,38 dan
1,59.
Dari data yang didapat nilai rata-rata Shrinkage Limit tanah
menunjukkan bahwa sampel tanah tersebut tidak mengalami
perubahan volume jika dipanaskan sampai kadar airnya sebesar
29,5165%. Dengan kata lain jika kadar air pada sampel tanah
tersebut melebihi 29,5165% maka tanah tidak akan mengalami
penyusutan volume ketika dipanaskan secara kontinu.

C. Analisis Kesalahan

Atterberg Limits 22
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Pada saat melakukan praktikum, setiap kegiatan yang dilakukan
praktikan tidak pernah luput dari kesalahan. Baik itu kesalahan yang
disengaja maupun tidak disengaja. Beberapa penjelasan atau factor-
faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada saat praktikum
berlangsung.

 Liquid Limit (Batas Cair)


Pada percobaan Liquid Limit bisa dikatakan mendekati nilai
sebenarnya karena memiliki kesalahan relative yang tergolong
sangat kecil yaitu sebesar 1,01%. Adapun kesalahan-kesalahan
yang mungkin terjadi pada percobaan ini adlah sebagai berikut:
- Kesalahan praktikan dalam pengadukan sampel tanah dengan
air suling sehingga sampel yang digunakan dalam percobaan
ini belum homogen.
- Kesalahan praktikan dalam melapisi cawan pada alat
casagrande dengan tidak betul-betul memastikan bahwa tebal
sampel tanah belum 0,5 inchi. Kedua masih terdapat rongga
udara pada lapisan sampel tanah. Hal ini akan berpengaruh
ketika alat casagrande memulai ketukan.

 Plastic Limit (Batas Plastis)


- Kesalahan praktikan dalam pengadukan sampel tanah dengan
air suling sehingga sampel yang digunakan dalam percobaan
ini belum homogen.
- Kesalahan praktikan dalam menggulung sampel tanah, dimana
diameter gulungan belum sampai 1/8 inchi sehingga akan
mempengaruhi data yang diperoleh.
- Terkadang praktikan lupa menutup can tempat penyimpanan
sampel tanah. Ketika terbuka lama maka akan terjadi
penguapan sehingga kadar air pada sampel tanah akan
berkurang

Atterberg Limits 23
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
- Praktikan tidak benar-benar memperhatikan retakan pada
gulungan. Praktikan hanya langsung memasukkan gulungan
apabila retakan sudah ada tanpa memperhatikan dengan
seksama retakannya kecil atau besar.

 Shrinkage Limit (Batas Susut)


- Kesalahan praktikan dalam pengadukan sampel tanah dengan
air suling sehingga sampel yang digunakan dalam percobaan
ini belum homogen.
- Pada saat sampel tanah sudah kering dari oven, tidak semua
sampel tanah menyatu sehingga volume tanah berkurang dari
volume yang seharusnya.
- Praktikan tidak benar-benar teliti dalam menghilangkan
gelembung dalam coated dish yang menyebabkan tanah kurang
padat sehingga akan mempengaruhi hasil data yang akan
diperoleh.

V. KESIMPULAN
Setelah praktikan melakukan pengolahan data dan dilanjutkan dengan
analisis, maka praktikan menarik beberapa kesimpulan berdasarkan data
yang diperoleh:
 Jika kadar semakin sedikit maka jumlah ketukan pada alat
casagrande akan semakin banyak.
 Persamaan grafik logaritma liquid limit adalah
y = -7,111ln(x)+97,148 dengan nilai Limit Liquid sebesar 74,26%
dan nilai Limit Liquid sebesar 77,199% dengan menggunakan
rumus:

0.121
N
¿=W n [ ]
25

Atterberg Limits 24
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
 Kesalahan relatif sebesar pada percobaan Liquit Limit ini cukup
kecil yakni sebesar 1,01% .
 Flow Index dari praktikum ini didapatkan sebesar -16,37%.
 Kadar air pada percobaan Plastic Limit sebesar 52,09% dan nilai
Indeks Plastisitas yang didapat sebesar 22,234%. Selain itu
praktikan juga mendapatkan jenis sampel tanah yang digunakan
merupakan jenis tanah OH (Lempung Organik).
 Nilai rata-rata dari Shrinkage Limit yang praktikan dapatkan
sebesar 29,5165 %.
 Nilai rata-rata dari Shrinkage Ratio hasil dari percobaan Shrinkage
Limit adalah 148,66 %.
 Dari nilai Plastic Limit diketahui bahwa mineral yang terkandung
dalam sampel adalah Illite
 Dari nilai Shrinkage Limit diketahui bahwa sampel tanah
mengandung Kaolinite sehingga sampel bisa dikatakan tidak
mudah mengembang atau bisa dikatankan baik untuk struktur
diatasnya.

Atterberg Limits 25
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

VI. LAMPIRAN

Gambar 6.1 Pengadukan sampel tanah sampai Gambar 6.2 Alat Cassagrande berjalan melakukan
homogen ketukan

Gambar 6.3 Melapisi alat cassagrande dengan Gambar 6.4 Menggulung sampel tanah pada plat
sampel tanah yang sudah homogen menggunakan kaca
spatula

Atterberg Limits 26
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 6.5 Menimbang sampel tanah dari oven Gambar 6.6 Meratakan permukaan raksa
menggunakan plat kaca

Atterberg Limits 27

Anda mungkin juga menyukai