Atterberg Limits 1
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Refrensi
http://www.astm.org/Standards/D4318.htm, Senin 9 Maret 2015 |
19.22 WIB
Modul Praktikum Mekanika Tanah Dasar- Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Atterberg Limits 2
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Air suling
Plastic Limit (Batas Plastis)
a. Alat
Pelat kaca
Container
Spatula
Mangkuk porselin
Oven
Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM
Air suling
Gambar 3.1 Peralatan praktikum shrinkage limit: a) Shrinkage dish; b) Coated dish; c) Air Raksa
Atterberg Limits 3
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Batas cair antara cair dan plastis dapat ditentukan dengan percobaan
menggunakan alat liquid limit. Alat ini dikembangkan oleh cassagrande
dan besarnya batas cair ditentukan pada ketukan ke-25.
w1−w2
W= x 100 %
w2−w3
Dimana :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3= berat can
Atterberg Limits 4
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Plastic Limit (Batas Plastis)
Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan sebagai kadar air
pada batas dimana contoh tanah digulung pada pelat kaca hingga
mencapai diameter kurang lebih ⅛ inch (3.2 mm) dan tanah tersebut
tepat retak–retak halus.
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:
Ip = LL-PL
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas
plastis dan batas cair. Rumusan yang digunakan adalah:
w1−w2
W= x 100 %
w2−w3
Dengan:
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can
( W w −W d ) −(V w −V d ) ρw
SL= x 100 %
Wd
Wd
SR= x 100 %
Vd
Dengan :
Atterberg Limits 5
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
SL = shrinkage limit
SR = shrinkage ratio
Ww = berat tanah basah
Wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
= berat jenis air = 1 gr/cm3
II. PRAKTIKUM
Liquid Limit (Batas Cair)
A. Persiapan Praktikum
B. Jalannya Praktikum
Atterberg Limits 6
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
4. Menjalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran
perdetik dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat
0.5 inch. Pada saat itu alat cassagrande dihentikan dan jumlah
ketukan dicatat.
5. Menimbang can terlebih dahulu, lalu mengambil sebagian tanah
dalam mangkuk cassagrande dan memasukkanya kedalam can dan
menimbang berat can dan tanah, terakhir memasukan can + tanah
ke dalam oven.
6. Mengulangi seluruh langkah diatas untuk lima sampel dengan nilai
ketukan antara 10 hingga 50 ketukan, hal ini dibantu dengan cara
menambahkan air suling atau menambahkan tanah.
7. Mengeluarkan contoh tanah dari dalam oven setelah kurang lebih 18
jam, dan menimbangnya kembali.
8. Menghitung kadar airnya.
Atterberg Limits 7
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
sampel tanah tepat retak-retak pada waktu mencapai diameter 1/8
inch.
3. Memasukan sampel tanah yang mulai retak-retak halus pada
diameter 1/8 inch kedalam container yang sudah ditimbang beratnya.
Berat tanah minimum adalah 15 gr.
4. Container harus secepatnya ditutup agar kadar airnya tidak
berkurang karena penguapan. Menimbang Container yang telah
berisi tanah tersebut.
5. Memasukkan container dalam keadaan terbuka kedalam oven berisi
tanah yang telah ditimbang selama kurang lebih 18 jam.
6. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, praktikan mengeluarkan
sampel tanah berserta container dan menimbangnya guna mencari
kadar airnya. Pada saat menghitung kadar air jangan lupa untuk
menambahkan berat penutup container agar berat total container
seperti pada saat menimbang berat tanah basah sebelumnya.
B. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk porselin dan
kemudian memberi air suling secukupnya kemudian mengaduk
dengan spatula hingga homogen
2. Memperlakukan sampel tanah yang sudah homogen tersebut seperti
pada langkah-langkah percobaan Liquid limit, diusahakan tanah telah
merapat sepanjang 0.5 inch pada kisaran 20-25 ketukan
3. Mengambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut kedalam
coated dish yang sudah diolesi vaseline. mengetuk-ngetuk coated
Atterberg Limits 8
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dish agar sampel tanah mengisi penuh seluruh bagian coated dish
dan permukaannya rata.
4. Menimbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
5. Mendiamkan coated dish dan sampel tanah diudara terbuka kurang
lebih selama 18 jam agar tidak mengalami retak-retak akibat
pemanasan secara tiba-tiba.
6. Setelah 18 jam, memasukan sampel tanah kedalam oven.
7. Sekitar 18-24 jam di oven, praktikan mengeluarkan coated dish dan
tanah kering dari oven. menimbangnya lagi, kemudian menghitung
volume tanah basah dan tanah kering.
Atterberg Limits 9
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
No 5 6 7 10
Wet soil + can 23,05 23,13 21,16 21,93
Dry soil + can 16,77 17,66 16,07 16,95
Can 9,07 10,12 9,25 9,86
Dry soil 7,7 7,54 6,82 7,09
Moisture 6,28 5,47 5,09 4,98
Water content 81,56% 72,55% 74,63% 70,24%
Blows 11 30 18 50
23,05−16,77
W= x 100 %
16,77−9,07
W =81,56 %
81,56+72,55+74,63+70,24
W= =¿ 74,745%
4
Atterberg Limits 10
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
B. Perhitungan
Cara I
Dengan menggunakan kurva Liquid Limit:
Liquid Limit
84
82
80
Water Content (%)
Atterberg Limits 11
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Cara II
Dengan menggunakan rumus:
0.121
N
¿=W n [ ]
25
Dimana :
LL = Liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan
N 11 18 30 50 Average
Wn (%) 81,56 74,63 72,55 70,24 74,745
LL (%) 73,85 75,64 74,17 76,39 75,0125
Kesalahan relatif:
Atterberg Limits 12
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Semakin rendah kekuatan geser maka semakin tinggi nilai flow
index.
No. 1
Wb + Container 35,96
Wk + Container 31,03
Container 20,95
Wk 10,08
Wb 4,93
W 48,91%
Perhitungan kadar air, contohnya untuk kadar air container 1 adalah:
w1−w2
W¿ x 100 %
w2−w3
35,96−31,03
¿ x 100 %
31,03−20,95
= 49,91 %
Atterberg Limits 13
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Plastic Index (Ip), rentang kadar air antara batas cair dan batas plastis,
bisa juga disebut sebagai rentang selisih kadar air yang dimiliki zona
plastis.
Ip = LL – PL
= 62,92% - 49,91%
= 13,01%
Atterberg Limits 14
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
= 36,523%
( W w −W d ) −ρw ( V w −V d )
Shrinkage Limit (SL) pan 8 = x 100 %
wd
=
Wd
Shrinkage Ratio (SR) pan 2 = x 100 %
Vd
14,84
= x 100 % 10,70
10,75
=1,38x 100%
= 138% 138,69
Wd
Shrinkage Ratio (SR) pan 8 = x 100 %
Vd
14,53
= x 100 % 9,070
9,12
=1,5932x 100%
= 159,32% 160,19
132,74
143,873
Atterberg Limits 15
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Praktikun kali ini, praktikan melakukan percobaan tentang Atterberg
Limit. Percobaan ini dibagi menjadi tiga bagian.
Liquid Limit
Liquid Limit atau yang disebut juga dengan batas cair dimana
praktikum Liquid Limit ini sendiri bertujuan untuk mencari kadar air
pada Liquid Limit (batas cair) dari suatu sampel tanah.
Pertama praktikan menyiapkan sampel tanah yang lolos
saringan No. 40 ASTM. Tanah yang disiapkan merupakan tanah
kering oven, hal ini tidak sesuai dengan yang seharusanya (kering
udara), hal ini disebabkan keterbatasan waktu dalam praktikum ini.
Sampel tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk
porselin untuk dicampur dengan air suling dengan kadar tertentu
kemudian diaduk menggunakan spatula secara merata hingga sampel
tanah tersebut menjadi homogen.
Setelah diaduk praktikan mengisi cawan pada alat
cassagrande secara merata seperti mengolesi, hal ini bertujuan untuk
meratakan permukaan dan menghilangkan gelembung udara pada
sampel tanah yang sudah dimasukkan pada alat cassagrande.
Praktikan mengisi cawan dengan sampel tanah sampai tebal pada
bagian tengahnya berkisar 0,5 inch. Kemudian praktikan membuat
celah pada lapisan sampel tanah tersebut menggunakan grooving tool.
Atterberg Limits 16
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Pembuatan celah dilakukan dengan hati-hati supaya tidak terjadi retak
peda celah tersebut.
Kemudian praktikan menyalakan alat cassagrande dan
ketukan-pun dimulai, praktikan memperhatikan celah pada sampel
tanah saat ketukan berlangsung, alat cassagrande akan dimatikan
sesaat ketika sampel tanah merapat kurang-lebih sepanjang 0,5 inch
dan mencatat jumlah ketukan saat alat cassagrande tersebut
dimatikan. Praktikan mengulai percobaan tersebut hingga didapatkan
lima variasi ketukan pada rentan antara 10-15, 15-25, 25-35, 35-50
ketukan. Pada praktikum ini bila ketukan kurang dari jumlah yang
diinginkan maka sampel tanah ditambahkan air agar sampel tanah
menjadi lebih lembut namun apabila jumlah ketukan melebihi yang
diinginkan maka pada campuran ditambahkan sampel tanah lagi agar
sampel tanah menjadi lebih kasar.
Setelah mendapatkan jumlah ketukan yang diinginkan sampel
tanah dari tiap percobaan diambil dan ditaruh di can lalu ditimbang
dan beratnya dicatat. Setelah ditimbang, sampel tanah tersebut
dimasukan kedalam oven selama kurang lebih 18 jam. Kemudian
sampel tanah kembali ditimbang. Dari hasil penimbangan tersebut
didapatkan kadar air.
Plastic Limit
Percobaan kedua yaitu Plastic Limit atau disebut jug dengan
batas plastis.Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mencari kadar air
pada batas plastis (plastic limit) dari sebuah sampel tanah atau untuk
menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan
plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah. Praktikm ini dimulai
dengan menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40 ASTM
dan memasukan kedalam mangkuk porselin secukupnya. Kemudian
sampel tanah tersebut dicampurkan dengan air suling dengan kadar
tertentu dan mengaduknya tanah secara merata hingga campuran
dalam kondisi homogen.
Atterberg Limits 17
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Setelah campuran homogen, sampel tersebut diambil sedikit
untuk di gulung di permukaan kaca sampai gulungan tersebut setebal
1/8 inch dan tanah harus dalam keadaan retak halus. Apabila gulungan
belum dalam keadaan retak halus, campuran harus ditambahkan
dengan sampel tanah supaya kadar airnya berkurang. Apabila tanah
hancur sebelum mencapai ketebalan yang diinginkan maka sampel
tanah tersebut pelu ditambahkan air suling. Setelah didapat keadaan
yang diinginkan, sampel tanah yang telah digulung dimasukan
kedalam container dan langsung ditutup agar kadar air tidak
berkurang. Praktikan melakukan hal tersebut hingga isi container
berisi sampel tanah minimal sebanyak 15 gram.
Setelah isi container dirasa telah cukup praktikan menimbang
container beserta sampel tanah didalamnya dan disertai tutup dari
container tersebut. Container dimasukan kedalam oven dalam kondisi
terbuka dan didiamkan selama kurang lebih 18 jam. Setelah 18 jam
praktikan mengeluarkan container dan sampel tanah untuk ditimbang
kembali agar diketahui kadar airnya.
Shrinkage Limit
Percobaan ketiga merupakan shrinkage Limit atau disebut
juga dengan batas susut. Praktikum ini bertujuan untuk mencari kadar
air pada batas susut dari suatu sampel tanah. Pada percobaan ini
praktikan menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No. 40
ASTM yang kemudian dimasukan ke mangkuk porselin untuk
dicampur merata dengan air suling kadar tertentu hingga sampel tanah
tersebut mejadi homogen. Perlakuan sampel tanah yang sudah
homogen tersebut sama seperti langkah-langkah pada percobaan
Liquid Limit dengan jumlah ketukan yang diinginkan antara 20-25
ketukan.
Setelah didapatkan ketukan yang diinginkan sampel tanah
dimasukan kedalam coated dish yang telah ditimbang beratnya dan
diolesi dengan Vaseline supaya sampel tanah tidak lengket ketika
Atterberg Limits 18
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
diangkat dari coated dish. Sampel tanah dimasukkan menggunakan
spatula sampai permukaannya rata, kemudian coated dish diketuk-
ketuk dengan tujuan menghilangkan gelembung udara supaya sampel
tanah yang dimasukkan dalam keadaan padat. Setelah memadat
sampel tanah dalam coated dish ditimbang dan didiamkan di ruang
terbuka sebelum dimasukan kedalam oven selama 24 jam, tujuanya
supaya sampel tanah tidak mengalami retak-retak akibat perubahan
suhu drastis dari suhu kamar ke suhu oven.
Setelah kurang lebih 24 jam dalam oven sampel tanah
dikeluarkan dan ditimbang. Lalu keluarkan sampel tanah dari coated
dish dan letakan diatas shrinkage dish yang telah terisi penuh oleh
raksa dan telah ditimbang sebelumnya, ratakan sampel tanah dengan
permukaan shrinkage dish, kemudian keluarkan sampel tanah dan
timbang kembali shrinkage dish yang telah berkurang bebannya.
B. Analisis Hasil
Liquid Limit (Batas Cair)
Setelah praktikan melakukan pengolahan data didapatkan hasil
Liquid Limit 81,56% dengan 11 ketukan, 74,63% dengan 18 ketukan,
72,55% dengan 30 ketukan dan 70,24% dengan 50 ketukan. Dari hasil
pengamatan hal tersebut disimpulkan jika semakin banyak kadar air
sampel tanah maka akan semakin lunak dan mudah bergerak sehingga
saat ketukan dilakukan, celah pada sampel tanah akan cepat menyatu
kembali dalam jumlah ketukan yang sedikit. Data tersebut
dimasukkan kedalam grafik, dimana sumbu x grafik adalah jumlah
ketukan sedangkan sumbu y grafik adalah water content(%). Dari
grafik tersebut diperoleh suatu persamaan:
Y = -7,111ln(x)+97,148
Dari persamaan diatas nilai x adalah jumlah dari ketukan maka
akan diperoleh nilai LL pada ketukan 25 dengan menggantikan nilai x
dengan 25 yaitu LL=74,26%.
Atterberg Limits 19
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dari persamaan di atas juga diperoleh nilai Flow Indeks yaitu
selisih nilai LL pada ketukan 100 dengan nilai LL pada ketukan 10
sebesar FI = -16,37%.
Kemudian praktikan juga mendapatkan hasil nilai Liquid Limit
dengan menggunakan rumus:
0.121
N
¿=W n
25[ ]
Dengan memasukkan nilai N sebagai jumlah ketukan maka
diperoleh nilai LL sebesar 81,56% dengan 11 ketukan, 75,64% dengan
18 ketukan, 74,17% dengan 30 ketukan dan 76,39% dengan 50
ketukan. Kemudian dirata-ratakan menjadi 75,0125% dengan
kesalahan relative sebesar 1,01%.
Plastic Limit (Batas Plastis)
Dari hasil pengolahan data yang praktikan lakukan di
dapatkan nilai batas plastis sebesar 49,91% dari nilai tersebut
didapatkan kadar Index Plastisitas sebesar 13,01%. Dari data tersebut
dapat dilihat pada grafik di bawah:
Atterberg Limits 20
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Atterberg Limits 21
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dari tabel 2.3 diatas didapatkan bahwa nilai Liquid Limit dan
Plastic Limit yang praktikan dapatkan mengacu pada mineral Illite
dan dari tabel 2.4 tanah ini termasuk kedalam tanah dengan plastisitas
tinggi berdasarkan indeks plastisitas yang praktikan dapatkan.
C. Analisis Kesalahan
Atterberg Limits 22
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Pada saat melakukan praktikum, setiap kegiatan yang dilakukan
praktikan tidak pernah luput dari kesalahan. Baik itu kesalahan yang
disengaja maupun tidak disengaja. Beberapa penjelasan atau factor-
faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada saat praktikum
berlangsung.
Atterberg Limits 23
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
- Praktikan tidak benar-benar memperhatikan retakan pada
gulungan. Praktikan hanya langsung memasukkan gulungan
apabila retakan sudah ada tanpa memperhatikan dengan
seksama retakannya kecil atau besar.
V. KESIMPULAN
Setelah praktikan melakukan pengolahan data dan dilanjutkan dengan
analisis, maka praktikan menarik beberapa kesimpulan berdasarkan data
yang diperoleh:
Jika kadar semakin sedikit maka jumlah ketukan pada alat
casagrande akan semakin banyak.
Persamaan grafik logaritma liquid limit adalah
y = -7,111ln(x)+97,148 dengan nilai Limit Liquid sebesar 74,26%
dan nilai Limit Liquid sebesar 77,199% dengan menggunakan
rumus:
0.121
N
¿=W n [ ]
25
Atterberg Limits 24
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Kesalahan relatif sebesar pada percobaan Liquit Limit ini cukup
kecil yakni sebesar 1,01% .
Flow Index dari praktikum ini didapatkan sebesar -16,37%.
Kadar air pada percobaan Plastic Limit sebesar 52,09% dan nilai
Indeks Plastisitas yang didapat sebesar 22,234%. Selain itu
praktikan juga mendapatkan jenis sampel tanah yang digunakan
merupakan jenis tanah OH (Lempung Organik).
Nilai rata-rata dari Shrinkage Limit yang praktikan dapatkan
sebesar 29,5165 %.
Nilai rata-rata dari Shrinkage Ratio hasil dari percobaan Shrinkage
Limit adalah 148,66 %.
Dari nilai Plastic Limit diketahui bahwa mineral yang terkandung
dalam sampel adalah Illite
Dari nilai Shrinkage Limit diketahui bahwa sampel tanah
mengandung Kaolinite sehingga sampel bisa dikatakan tidak
mudah mengembang atau bisa dikatankan baik untuk struktur
diatasnya.
Atterberg Limits 25
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
VI. LAMPIRAN
Gambar 6.1 Pengadukan sampel tanah sampai Gambar 6.2 Alat Cassagrande berjalan melakukan
homogen ketukan
Gambar 6.3 Melapisi alat cassagrande dengan Gambar 6.4 Menggulung sampel tanah pada plat
sampel tanah yang sudah homogen menggunakan kaca
spatula
Atterberg Limits 26
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Gambar 6.5 Menimbang sampel tanah dari oven Gambar 6.6 Meratakan permukaan raksa
menggunakan plat kaca
Atterberg Limits 27