Anda di halaman 1dari 6

“UNDANG UNDANG KEWARGANEGARAAN”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Alwan indrawan azis

NIM : D121201028

DOSEN MATA KULIAH : Suryanto, S.Sos., M.Si


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
dibutuhkan adanya suatu kaidah atau hukum yang harus dihormati dan
dipatuhi oleh segenap elemen masyarakat. Hukum itu dibuat karena
segenap lapisan masyarakat atau warga negara ingin agar hak-hak mereka
terjamin dan tidak dirampas oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab.
Kedudukan warga negara di dalam suatu negara sangat penting
statusnya terkait dengan hak dan kewajiban yang dimiliki. Perbedaan
status/ kedudukan sebagai warga negara sangat berpengaruh terhadap hak
dan kewajibannya baik yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial-
budaya maupun pertahanan keamanan.
Di sekitar kita, banyak sekali warga negara asing yang telah
berpindah kewarganegaraan Indonesia, seperti para pemain sepak bola.
Selain itu adapula perkawinan antarnegara yang semakin marak terjadi di
Indonesia. Tentu saja hal semacam ini telah diatur dalam undang-undang
kewarganegaraan.

2. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan kewarganegaraan?
b. Apakah undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hakikat Kewarganegaraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kewarganegaraan adalah
segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara. Warga negara
adalah mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari
suatu negara, dengan status kewarganegaraan warga negara asli atau warga
negara keturunan asing (Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.01-
HL.03.01 Tahun 2006). Bukan warga negara atau orang asing adalah
mereka yang berada pada suatu negara tetapi secara hukum tidak menjadi
anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada pemerintah
dimana kita berada (duta besar, kontraktor asing, dan sebagainya).
Penentuan status kewarganegraan yang lazim digunakan antara lain:
a. Stelsel aktif, yaitu dengan melakukan tindakan-tindakan hukum
tertentu secara aktif.
b. Stelsel pasif, yaitu tanpa melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.
Seorang warga negara memiliki hak opsi dan hak repudiasi. Hak opsi
adalah suatu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel
aktif), sedangkan hak repudiasi adalah hak untuk menolak suatu
kewarganegaraan (dalam stelsel pasif).
Seseorang dapat memperoleh kewarganegaraan dan dapat juga
kehilangan kewarganegaraannya. Cara memperoleh kewarganegaraan
Indonesia di antaranya adalah:
a. Karena kelahiran
Kewarganegaraan Republik Indonesia diperoleh karena
kelahiran berdasarkan keturunan dan kelahiran di dalam wilayah
Republik Indonesia. Dasar keturunan ini diambil karena undang-
undang menganggap selalu ada hubungan hukum kekeluargaan antara
anak dan ibu, di beberapa negara antara anak dan ayah hanya ada
apabila anak itu lahir dari perkawinan yang sah dengan ibunya. Karena
perkembangan penghargaan emansipasi gender, hubungan antara anak
dan ayah pun diakui setara dengan hubungan anak terhadap ibunya.
Dasar kelahiran di dalam wilayah Republik Indonesia menurut
undang-undang ditempuh sebagai dasar untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia dan dipakai untuk
menghindarkan adanya orang tanpa kewarganegaraan yang lahir di
wilayah Republik Indonesia.
b. Karena pengangkatan
Pengangkatan yang dimaksud adalah pengangkatan anak
(adopsi). Apabila ada anak orang asing yang diadopsi oleh orang tua
yang berkewarganegaraan Indonesia maka anak tersebut akan menjadi
warga negara Indonesia. Adopsi dilaksanakan sebaiknya bila anak
tersebut masih berusia di bawah 5 tahun.
c. Karena pewarganegaraan atau naturalisasi
Kepada warga negara asing yang ingin menjadi warga negara
Republik Indonesia hendaknya diberi kesempatan untuk
melaksanakan keinginan itu. Tentu saja kepentingan Indonesia tidak
boleh terganggu oleh pemberian pewarganegaraan tersebut (sesuai
dengan asas kepentingan nasional). Adapun syarat-syarat
pewarganegaraan dapat dilihat di undang-undang.
Dan lain lain.

2. Undang-undang Kewarganegaraan di Indonesia


Undang-undang kewarganegaraan adalah salah satu undang-
undang yang bentuknya bersifat umum (algemene verbindende
voorschriften) karena undang-undang tersebut berisi norma-norma hukum
yang bersifat abstrak dan mengikat untuk umum.
Ada tiga hal pokok yang menjadi objek pengaturan hukum
kewarganegaraan yaitu:
a. Status hukum kewarganegaraan seseorang
b. Fungsi negara (pemerintah) berkaitan dengan pengaturan
pewarganegaraan.
c. Pengaturan dan perlindungan hak-hak dan kewajiban warga negara.
Hukum kewarganegaraan memiliki sumber hukum yang dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Sumber hukum formil, yaitu sumber hukum yang dikenal dari
bentuknya. Karena bentuknya itu, menyebabkan hukum berlaku
umum, diketahui, dan ditaati. Sumber-sumber hukum formil itu
meliputi peraturan perundanng-undangan, kebiasaan (custom) dan
adat, traktat atau perjanjian antarnegara (teraty), yurispendensi, serta
doktrin atau pendapat ahli hukum.
b. Sumber hukum materiil, yaitu sumber hukum yang menentukan isi
atau materi kaidah hukum, misalnya dasar dan pandangan hidup
bernegara serta kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat
merumuskan kaidah-kaidah hukum kewarganegaraan.
Adanya undang-undang kewarganegaraan merupakan
implementasi dari Undang-undang Dasar 1945 pasal 26 ayat 3 yang
berbunyi “Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan
undang-undang”. Undang-undang kewarganegaraan yang pernah berlaku
di Indonesia adalah Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 yang terdiri
dari 20 pasal, 7 pasal peraturan peralihan, dan 8 pasal peraturan penutup.
Lalu pada tahun 2006, dibuat undang-undang baru yang menggantikan
undang-undang lama, yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 secara substansi jauh lebih
maju dan demokratis daripada Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958,
karena dalam pembentukan undang-undang tersebut telah mengakomodasi
berbagai pemikiran yang mengarah pada pemberian perlindungan warga
negaranya dengan memperhatikan kesetaraan gender, tetapi yang tidak
kalah penting adalah pemberian perlindungan terhadap anak-anak hasil
perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dengan warga negara
asing. Contoh perlindungan terhadap anak dalam Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2006 adalah pemberian status kewarganegaraan ganda terbatas
kepada anak hasil perkawinan campuran sampai dengan batas usia 18
tahun dan setelah sampai batas usia tersebut, ia diwajibkan memilih salah
satu kewarganegaraannya, apakah tetap mempertahankan
kewarganegaraan Indonesianya ataukah memilih kewarganegaraan
asingnya. Dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya (Undang-
Undang Nomor 62 Tahun 1958), ketentuan semacam itu tidak diatur,
karena status anak hasil perkawinan campuran ditentukan oleh garis
keturunan ayahnya. Hal ini sesuai dengan asas yang dianut oleh Undang-
Undang Nomor 62 Tahun 1958, yaitu asas ius sanguinis sebagai asas
utama. Ketika seorang anak hasil dari perkawinan campuran itu
menghendaki kewarganegaraan Indonesia, dilakukan melalui proses
naturalisasi setelah anak tersebut mencapai batas usia dewasa (21 tahun).

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kewarganegaraan adalah segala
hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
Undang-undang kewarganegaraan yang berlaku di Indonesia saat ini
adalah UU Nomor 12 Tahun 2006.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

Sapriya. 2010. Kajian Kewarganegaraan pada Jurnal Civics; Media Kajian


Kewarganegaraan. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan
Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta

Suprapto, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMA/MA 1. Jakarta: Bumi


Aksara

Tim Abdi Guru. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VII.
Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai