Anda di halaman 1dari 70

Bab 5

Sarana Ilmiah

A. 3AH;\SA

Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang


lazim dalarn hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut
membuat manusia ja.rang memperhatikan bahasa clan· meng•
anqgapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan
berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yan
luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari
ciptaan lainnya. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan ol h
Ernest Ca ssircr, scbaqaimana yang dikutip oleh Jujun, h« a
L

keunikan manusia bukanlah terletak pada k .m m] u n r-


pikirnya rnclainkan terletak pad kcmam u nn l rbe h sa. 1
Oleh kar cna itu, En f.... t m ny b it rn nu \ninJc l
Svmbolicurn, yaitu m khluk yan~ ru 1 I r un: kan imbol
Secara generik istil h ini m rnpur y kup n y 1 I - t ih
luas dari istilah homo sapiens, eb b I 111 k i, t n b rpikir
manusia rncmperqunakz n simbol.
Bahasa sebag i sar 11 komunikasi antar me nusia, tan pa
bahasa tiada kornunikasi. Tanpa komunikasi apaknh anusia
dapat bersosialisasi, clan apakah manusia layak di ebut dengan
makhluk sosial? Sebagai sarana kornunikasi maka ~;egala yang
berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti
berpikir sisternatls dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.
Dengan kata lain, tanpa mempunyai kcmarnpuan berbahasa.
sesaoranq tidak dapat melakukan kegiatan bcr pikir secara
sistematis dan teratur.
Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas
cakrawala berpikir sescoranq clan tiada .batas dun.a baginya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wittgenstein yang menyata•
kan: "batas bahasaku adalah batas duniaku". Melalui pernyataan
ini orang-orang yang berpikir (homo sapiens) akan bertanya
dalam diri apa itu bahasa? Apa fungsinya? Baqaimana peran
bahasa dalam berpikir ilmiah?.
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya
tentang pengertian bahasa. Sudah barang tentu s ti p Cthli
berbeda-beda cara menyampaikannya. Bloch and Tr a
mengatakan bahwa a language is a system of urbltr:ir_v v I
symbols by means of which a social g.roup c pc r1 f L"'S (l" hasa
adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yan arbilr r n~ l

dipergunakan oleh uatu k lomp k si l s bZt~, ri :tL t un uk


berkomunikasi). 2

Senada dengan d_ef mis: di (. t s, J )l h r (. m m )n~ :-ttctkan


bahwa a language is a structured system of ,1rliilr,1ry vocal
symbols by means of wich members of social grup interact
(Bahasa adalah suatu sistcm yang berstruktur dari simbol-simbol
bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu
kclompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain).3
Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak
terjadi salah paham. Oleh karcna itu, perlu diteliti setiap unsur
yang terdapat di dalamnya:

1) Simbo-simbol
Simbol-sirnbol berarti things that stand for other things
atau scsuatu yang menyatakan sesuatu yang Jain. Hubungan
antara simbol dan "sesuatu" y_ang dilambangkannya itu
tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya
atau -sesuatu yang be.rsifat alarniah, seperti yang terdapat
antara. awan hitam clan turunnya hujan, ataupun antara
tinggjnya pan as badan dan kemungkinan terjadinya inf eksi.
Awan hitarn adalah tanda turunnya hujan; panas suhu badan
yang tinggi tanda suatu penyakit. Simbol atau lambang
memperoleh fungsi khususnya dari muf akat kelompok
atau konvcnsi sosial, dan tidak mempunyai ef k apa pun
bagi sctiap orang yang tidak mengenal kon nsus atau
konvcnsi tersebut.
.lika dikatakan bahwa bahasa d 1 h u tu i t m simbol•
simbol, hal tersebut mengandung m kn b hw ucapan si
pcml.icara dihubungk n s car sh nb li d ng n objek-objek
ataupun kejadian dalam dunia prakti .
) b I- it l v k, I
1r b I- i u
YcJ (~ 1111;ni-1r ;r;

bunyiny ,r ·. ii ,.J .~l ltJt,,, ah


tub uh n t r I u · , "t~ r11 r~ r 11 •

m k U y , bunyi-bunyi ter e ut "f }· 1 di t~ I JrJr j~ 1

or nq l in dan harus diartikulasik n edemiki: n J ; , J~


memudahkan si pendengar untuk mer sak nnyz :;r;,, ,,ara jc""l2l dan
berbeda dari yang lainnya.
Dernikianlah, pada dasarnya ujaran merupakar cc, .r:
mena akustik. Dengan kata lain, tidak sernua bunyi ya 0
·dihasilkan oleh organ-organ vokal manusia r crupaxa
simbol-simbol bahasa, lambang-lambang ke a asaa .
Bersin, batuk, dengkur, dan lain sebagainya, biasan a ida
mengandung nilai simbolis, semua itu tidak ber makna a a• apa
di luar mereka sendiri. Hanya apabila bunyi erseb
mempunyai makna konvensional tertentu dal m sua '
kelompok sosial tertentu-misalnya apabila batuk-ba :
kucing diartikan lambang dari rasa hormat atai. keadaa. yang
memalukan-barulah diterima sebagai sejenis tambahan dalam
bahasa masyarakat tersebut.
3) Simbol-sirnbol vokal arbitrer
Istilah arbitrer di sini bermakna "rn na suk " d tide. k p rlu
ad a hub u n g an yang v a Ii d e c r c fi I fi n t r -\ u J pan
lisan dan arti yang dik noun . ny . I-I l ini ( l L 1 I bih j las
bagi orang yang menget hui I zbih l ri Sc tu bah11SL. Mi: -1-
nya, untuk menyatakan jeni bin t ng y ng lis .but Equus
Caballus, orang Inggris menyebutny horse, oranq Pcrancis
h val. orang Indonesia kuda, dan orang Arab hison. Semua
· kata ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya
adalah konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang
tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam
antara sesama anggota masyarakat yang memberi
setiap kata makna tertentu.
4) Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-sirnbol
yang arbitrer. Walaupun hubungan antara bunyi dan arti
ternyata bebas dari setiap suara hati nurani, logika atau
psikologi, namun kerja sama antara bunyi-bunyi itu
sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai oleh
sejumlah konsistensi, ketetapan intern. Misalnya saja,
setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar
yang· terbatas (dan ciri-ciri f onctik lainnya seperti tekanan
kata dan intonasi).
Dalam beberapa bahasa, bunyi-bunyi tertentu tidak
dapat dipakai di awal kata: yang lainnya tidak dapat
dipakai atau menduduki posisi di akhir kata. Gabungan bunyi
dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria
kecocokan dan pemolaan yang teratur rapi. Pemolaan ini
jelas bersifat intuitif yang merupakan sifat tidak sadar,
walaunun telah ditelaah para sarjana, diciptakan clan telah
dipcr qunakan oleh manusia yang biasanya tidak sadar
akan adanya suatu "sistcm berstruktur" yang mendasari
ujarar mcreka.

5) Yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok


sosial scbaqai alat bergaul satu sama lain.
Baqian ini mcnyatakan hubungan antara bahasa dan masya•
rukat Para ahli sosial rncnaruh perhatian pada tingkah laku
manusia, sejauh tingkah laku ter but memp ru 1i a au
dipengaruhi manusia lainnya. M r ka mem ndai g tingkah
laku sosial sebagai tindakan t u ksi ng· ditujukan
terhadap yang lainnya. Fung i baha a mt r 1 ng sanqat
penting dalam dunia manusia. Dengan baha a per nggota
masyarakat dapat mengadakan interaksi osi 1. Telaah
mengenai pola-pola interaksi ini merupakan b gian dari
ilmu Sosiologi.

1 . Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pend pat d lam hel fun s1 hasa.
Ali ran filsaf at bahasa dan p ikolinquistik melihat fun- i ah sa
sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran p n, d n
cmosi, sedangkan alira~ sosiolingui tik b rp n . ~1 t bah«
f ungsi bah a dalah saran a untuk p rub h n 111 . k-
Walaupun t mpak ·perb daan. I n adalah:
kapi. Secara urnurn dapat dinyatakan t ini salinc : .le 1-

h \A. f ll 1 _- . h ct S
1. Koordinator k giatan-k gi , tan m s# ar k t.
2. Pen t pan pcrnikiran d n p ngun k p n.
3. Penyampaian pikiran dan p r an.
4. Penycnanqan jiwa.
5. Pengur ng n k n n '- n jiv, - :1

Menurut H lliday . ba airnt n \. an ikutip l · h Tl aim: h


l hw Iu: i bah; 'Z\ rdal h s .. i l irikut:
1. Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai
suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan
sebagainya.
2. Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah
dan pcrbaik n tingkah laku.
3. Fungsi Interaksional:
penggunaan bahasa untuk saling
mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan
orang lain.
4. Fungsi Personal: seseorang menggunakan bahasa untuk
mencurahkan perasaan dan pikiran.
5. Fungsi Hcuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai
mengungkap tabir fenornena clan keinginan untuk mem•
pelajarinya.
6. Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkap•
kan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang
discovery seseorang dan clan tidak sesuai dengan rea i a
(dunia nyata).
7. Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk m n -
gambarkan pemikiran clan wawasan serta rncnyampaikann'
5
pad a orang lain.
Kneller rnengemukakan 3 fungsi bahasa seba aim na ang
dikutip olch .lujun dalam Filsafat llmu,. y itu simb lik. in tif.
dan af ektif. Fungsi simbolik dan fungsi I tif m en nj l dal
rn komunika~;i ilrniah, sed ngk n f ungsi f kti f m .n nj l d
lam komunikasi estetik. 6
. Sedangkan Buhler membedakan fungsi bahasa ke dalam
bahasa ekspresif, bahasa konatif, dan bahasa representasional.
Bahasa ekspresif, yaitu bahasa yang terarah pad a diri sendiri
yakni si pembicara; bahasa konatif, yaitu bahasa yang terarah
pada lawan bicara: dan bahasa representasional, yaitu bahasa
yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu apa saja selain si
pembicara a tau la wan bicara. 7
I

Lebih lanjut, Desmond Morris. menqernukakan 4 fungsi


bahasa yaitu, (1) information talking, pertukaran kctcranqan dan
informasi, (2) mood talking, hal ini sama dengan fungsi bahasa
ekspresif yang dikemukakan oleh Buhler, (3) exploratory
talking, sebagai ujaran untuk keper.tinqan ujaran, sebagaimana
fungsi estetis, dan (4) grooming talking, tuturan yang sopa
yang maksudnya kerukunan melalui percakapan, yakni meng•
gunakan bahasa untuk memperlancar proses sosial dan me g•
hindari pertentangan. 8

2. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Untuk dapat bcr pikir ilmiah, seseorang s l ~ ak


menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalar 1 k iat n
ilrniah. Dengan menguasai hal tersebut tujuan v n kan
digapai akan terwujud. Di s arrip in m n u.i: e1i I n._)k h-
langkah tentunya kegiat n ini ib ntu I h.. ,
s ~1 r :t n ~· ! r u I a
bahasa, logika m t m tik , dat . t iti .tik 1. l

7 M.A.K.
• •
H lliday d 1 I u 1 ye.\ H . an , U, i/11~, sc1 . 1·\l)n 1 L ;, .' I,111 Teks,
Diterjernahkan ke dalarn bana c Ind I h-~-A 0-:! 1 · L ll.A- J_ r
1'
f'\l--.~-L- , ( ·
-, ,
~, . ,
• l L rue in Garor1· Tou.
Berbicara masalah sarana ilmrah, ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu perteme, sarana ilmiah itu merupakan ilmu
dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti meng•
gunakan pola berpikir induktif clan deduktif dalam mendapat•
kan pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik. 9
Dcngan demikian, jika hal tersebut dikaitkan dengan berpikir
ilmiah sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang
pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan ber•
dasar_kan rnetode ilmiah. Sarana berpikir ini juga mempunyai
metode tersendiri yang berbeda dcnqan metode ilmiah dalam
mendapatkan pengetahuan. lni disebabkan sarana ini adalah alat
bantu proses metode ilmiah clan bukan merupakan ilmu itu
sendiri. 10
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan
dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
berpikir dan _alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut. kepada orang lain, baik pikiran yang
berlandaskan logika induktil maupun dcduktif. Dengan kata
lain, kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan
bah sa. Meng• gunak0n bahasa yang baik dalam berpikir b
lum tentu men• dapatkan kcsimpulan yang benar apalaqi d
ngan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yan l h
ak n menghasilkan kesimpulan yang salah jug . Semu itu
tidak t rlepas dari funqsi bahasa itu sendiri seb gai sar na b
rpikir,
Ketika bahasa disifatkan dcnqan ilmiah, fungsinya untuk
komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni 1-<omunikasi
ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian
informasi berupa pengetahuan. Untuk mencapai komunikasi
ilmiah, maka bahasa yang digunakan harus terbebas dari unsur
emotif.
Di sarnpinq itu bahasa ilmiah jug a harus bersif at repro•
duktif, dengan arti jika si pengirim komunikasi menyampaikan
suatu informasi berupa "X" misalnya, si pendengar juga harus
menerima "X" juga. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terjadi
kesalahan inf or masi, di mana suatu inf ormasi berbeda maka
proses berpikirnya juga akan berbeda.

3. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama


Telah diutarakan sebelumnya bahwa bahasa ilmiah adala
bahasa yang digunakan dalam kcqiatan ilmiah, berbeda 1 ga

bahasa agama. Ada dua pcnqertian mendasar tentang ba. asa


agama, pertama, bahasa agama adalah kalarn Jt=ihi an
terabadikan ke dalam kitab suci. Kedua, bahasa ag211r1 me ~u•
pakan ungkapan serta perilaku kcaqamaan dari s sc 1r t ~~ tau
sebuah kelompck sosial. Dengan kata lain, bah: c1 .. ~l1n1 L I lam
konteks kedu ini merup k wa n J rn; (. n \.. an di! ku•
kan oleh umat erag. m m u pun 1 j.in. ahl i 1 n :1, 111 ski I

un tidak selalu menunjuk crt n >ngc m.ikan unqk I- c nun


11
,k1pan kitab suci. Walaupun da p rb 1(. 1 c n tara k ., uo h
:'dicL a ini
11 r un kcduanya merupakan sarana untuk menyampaikan
suatu dengan gaya bahasa yang khas.
Bahasa ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah,
selalu dituntut secara deskriptif sehingga memungkinkan pembaca
(orang lain) untuk ikut menafsirkan dan mengembangkan
lebih jauh. Sedangkan bahasa agama selain menggunakan gaya
deskriptif jug a mengqunakan gaya preskriptif, yakni struktur
makna yang dikandung selalu bersif at· imperatif dan persuasif di.
mana pengarang menghendaki si pembaca mengikuti pesan
pengarang sebagaimana terformulasikan dalam teks. Dengan kata
lain gaya bahasa ini cenclerung memerintah.12 Gaya bahasa yang
demikian kurang cliperkenankan clalam bahasa ilmiah yang tentu
tidak mengembangkan pemikiran clan pengertian para pembaca.
Jika demikian aclanya, apakah bahasa agama yang bergaya
demikian tidak baik?
Bahasa agama clengan pengertian pertama yang berasal dari
Tuhan tidaklah selalu tidak baik, di mana Ola Maha Bijak clalam
memilah dan memilih ungkapan dengan tepat clan sesuai dengan
ruang, waktu, dan objek yang dituju. Dalam bahasa preskriptil
Tuhan, terdapat juga narasi deskriptif dan ungkapan-ungkapan
metaf or is yang mcnqundanq pemikir-pemikir melakukan
perluasan makna dan penaf siran yang lebih luas (hermeneutic)
untuk rnendckati makna dan tujuan yanq dimaksud.
Bahasa ilmiah yang nota bene kreasi manusia bagaimanapun
indahnya ~ia~;a bahasanya clan teraturnya urutan katanya namun
tetap aka n berhadapan dengan kritik dan saran dari para
embaca. Hal inilah yang sangat berbeda dengan bahasa
agama, di mana para jagoan sastra harus mengakui kekalahan
mereka jika dihadapkan dengan gaya bahasa agama yang
termaktub dalam Alquran. ·',

Melihat kemahaaii gaya bahasa 'dalarri Alquran ini,


rnaka gaya tersebut tidak termasuk prosa maupun puisi jika
ditinjau dari segi disiplin ilmu sastra atau kritik sastra. Hal ini
disebabkan bahasa yang terkandung dalam kitab ini lebih
menekankan makna yang sanggup menggugah kesadaran
batin clan akal budi
ketimbang sekedar ungkapan kata yang berbunga-bunga.13
, . I

Dengan demikian, tarnpaklah kelebihan dan kekurangan


antara bahasa ilmiah yang digunakan manusia dalam kegiatan
ilmiahnya dengan bahasa agamayangdipesankan Tuhan kepada
manusia untuk enyampaika nnya .. Di sisi lain juga bahasa
.

m
'
ilmiah dapat digunakan dalam bahasa agama, baik dalam definisi
pertama maupun kedua tetapi bahas~ agama tidak selalu dapat
digunakan dalam bahasa ilmiah.

B. MATEMATIKA

Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manu ~i s 1 ah


mempergunakan maternatika, baik matematika ini s.m t
sederhana hanya untuk menghitung satu, du , ti -1. rnaupun
yar.g sampai sangat rumit, misalny p rhitung n nl.irik sa.
Demikian pul ilrnu-ilmu J nc t hu: n s mu n~, sud h
mempergunakan matern tik , ik n t 111( tik l \. -1 i I ·ngen1-
bangan aljabar maupun stati tik. Phil rh tYH ! rn juga
tidak akan tepat bil: pcnqet hu n t nt: 1 g rn t rno tika tidak
n ncukupi. Banyak sekali ilmu-ilmu sosial sudah memper•
gunakan matcmatlka sebagai sosiometri, psychometri,
econometr., dan seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa
[unqs: mat ernatika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang
berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.14
Berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
tentu saja tidak lepas dari usaha para ilmuwan dalam mengem•
bangkannya, maka dalam hal ini akan dibahas tentang mate•
matika scbaqai salah satu sarana kegiatan ilmiah. Pernbahasan•
nya rneliputi sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa,
matcmatika scbaqai sarana berpikir deduktil, clan matematika
untuk ilmu alam dan ilmu sosial.
U ntuk mc lakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik
diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tcrsebut
memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur
dan cermet. Penguasaan sarana berpikir ini merupakan suatu
. hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa
menquasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat
dilakukan.
Sarana berpikir ini pada dasarnya merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana
yang tertentu pula. Oleh karena itu, maka sebelum .kita
rncmpclajar i sarana-sarana berpikir ilmiah seyogianya kita
menguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut.
Dengan jelan ini maka kita akan sampai pada hakikat sarana
ang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang membantu
kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, atau dengan perkataan
lain sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalarn
kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.15
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan
baik, maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika,
matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir clan
alat komunikasi untuk menyam• paikan jalan pikiran tersebut
kepacla orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu
merupakan gabungan antara berpikir deduktif clan berpikir
induktif. Dengan demikian, penalaran ilmiah menyadarkan kita
kepada proses loqika deduktif dan logika induktif. Matematika
mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, seclangkan
statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif .16
'

1 . Matematika Sebagai Bahasa.


Matematika adalah bahasa yang melambangkan s ran kaian
makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersif at "artifisi I' y ng
baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan k pad·
nya. Tanpa itu maka matematika hany merup kan kumpulan
rumus• rurnus yang rnati.!?
- l .::u verbal rnernpunyai beberapa kekurangan. Un uk
n 1 •1 ga asi kckuranqan yang terdapat pada bahasa verbal, kita
r palinq kepada matematika. Dalam hal ini kita katakan
bahwa maternatika adalah bahasa yang berusaha untuk rnenq•
hilangkan sif at maicmuk dan emosional dari bahasa verbal.
Lambang-lambang dari matematika yang dibuat secara
artifisial clan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku
khusus untuk masalah yang sedang kita kaji. Sebuah objek yang
kita telaah dapat kita lambangkan dengan apa saja sesuai dengan
\.
perjanjian kita. lJmpamanya kita sedang mempelajari "kecepatan
jalan kaki seorang anak", maka objek "kccepatan jalan kaki
seorang anak" tersebut dapat kita lambangkan dengan X. Dalam
hal ini hanya rnempunyai satu arti, yakni "kecepatan jalan kaki
seorang ar.ak". Lambang maternatika yang berlambang X ini
kiranya mempunyai arti yang jelas, yakni "kecepatan jalan kaki
seorang anak". Di samping itu lambang X tidak bersifat
majemuk sebab X hanya melambangkan "kecepatan jalan
kaki seorang anak" clan tidak rnernpunyai pengertian
yang lain. Jika kita hubungkan '' kecepatan jalan kaki
seor_a~g anak" dengan objck lain, umpamanya "jarak
yang ditempuh seorang anak" (yang kita lambangkan
dengan Y) maka kita dapat melambangkan hubungan
.erscbut sebagai Z = Y /X, di mana Z melambangkan
"waktu ber alan kaki seorang anak". Pernyataan Z = YIX kiranya
je las tidak mempunyai konotasi e'mosional dan hanya
mengemukakan inf ormasi mengenai hubungan antara X, Y,
dan Z. Dalam hal ini pernyataan. matematika mempunyai
sifat yang jelas, spesifik, dar: informatif denqan tidak
rnen+nbulkan
konotasi yang tidak be: .:.. :a~ emosiona .. 1c
.t atika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan
ahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa nurnerik
yang memungkinkan kita untuk mclakukan pengukuran secara
kuantitatif. Dalam bahasa verbal, bila kita membandingkan dua
objek yang berlainan, umpamanya qajah dan semut maka kita _
hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut. Kalau kita
ingin menelusuri lebih lanjut seberapa besar gajah dibandingkan
dengan semut maka kita mengalami kesukaran dalam menge•
mukakan hubungan itu. Kemudian jika sekiranya kita ingin
mengetahui secara eksak berapa besar gajah bila dibandingkan
dengan semut, dengan bahasa verbal kita tidak dapat mengata•
kan apa-apa.
Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang
bersif at kualitatif. Dcmikian jug a maka penjelasan dan ramalan
yang diberikan oleh ilmu bahasa verbal semuanya bersif at
kualitatif , Kita bisa mengetahui bahwa logam mulia kalau
dipanaskan akan memanjang. Namun pengertian kita hanya
sampai di situ. Kita tidak bisa mengatakan dengan tepat berapa
besar pertambahan panjangnya. Penjelasan dan ramalan yang
diberikan oleh bahasa verbal tidak bersifat eksak .sehlnqqa,
menyebabkan daya prediktif dan kontrol ilmu kurang cermat
dan tepat.
Untuk mengatasi rr.asalah ini, kita mengembangkan konsep
pengukuran. Lewat pengukuran kita dapat mengetahui ciengan
tepat berapa panjang sebatang logam, dan berapa pr rtarnbahan
panjangnya kalau logam itu dipanaskan. Dengan rnengetahui
hal ini, maka pernyataan ilmiah yang merupakan per nyataan
kualitatif "sebatanq logam kalau dipanaskan akan n crnanjanq ,.
dapat diganti dengan pernyataan matematika yang lcbih eksak,
urn: arnanya: Pt= Po (l+ n t), di mana Pt mcrupakan panjang
logam tersebut pada tcmperatur nol dan n merupakan koefisien
pemuaian loqarn tersebut.
Sif at kuantitatif dari matcmatika ini meningkatkan daya
prediktif den kontrol dari ilmu, Ilmu memberikan jawaban yang
lcbih bcr sif at cksak yang mcmunqkinkan pemecahan masalah
sccara lebih tepat dan cermat. Maternatika memungkinkan ilmu
mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif.
Perkcmbanqan ini merupakan suatu hal yang imperatif bila kita
menghendaki daya prediksi dan kontrol yang iebih tepat dan
c er rr. at d a r i i Im. u .. 1 9

2. Maternatika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif


Maternatika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif
diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
tidak dida.sari atas pengalaman seperti .halnya yang terdapat di
'

dalam ilmr-iimu ernpirik. melainkan didasarkan atas deduksi•


ded uksi (penjabaran-penjabaran). Bagaimana orang dapat
secara tepat mengetahui ciri-ciri deduksi, merupakan satu
masalah pokok yang dihadapi oleh filsaf at ilmu. Dewasa ini
pendirian yang paling banyak dianut orang bahwa deduksi ialah
penalaran yanq sesuai dengan hukurr,-hukum serta aturan•
aturan logika formal, dalam hal ini orang menganggap tidaklah
mungkin titik tolak yang benar menghasilkan kcsimpulan•
kcsirnpulan yang tidak benar. 20
Matematika merupakan pengetahuan clan sarana berpikir
deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasz art if lsial,
yakni bahasa buatan. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas
dari aspek ernotif dan afektif scrta jelas kelihatan bentuk
hubungannya. Matematika lebih mementingkan bentuk logis•
nya. Pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang jelas. Pola
berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah
maupun bidanq lain yang merupakan proses pengambilan
kesimpulan yang didasarkan kepada prcmis-pr cmis yang
kebenarannya telah ditentukan. Misalnya: jika diketahui A
termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan
dengan C, maka A· tidak ada hubungan dengan C.
· Kebenaran kesimpulan di atas ini ditentukan bagaimana
hubungan antara dua pernyataan sebelumnya. Pola penalaran
ini tampaknya akan lebih jelas laqi jika dinyatakan dengan
bahasa simbolik sebagai berikut: (A .c B) /\ (B cp C) ~ (A.~ B).
Dengan contoh ini matematika bukan saja menyampaikan
informasi secara jelas namun juga singkat. 21 -
Cara berpikir yang diiakukan di atas adalah deduk ·. lam
semua pemikiran dcduktif , maka kesimpulan yen dit rik
merupakan konsekuensi log is dari f aktz -f akt c1 1 1 n s
n•
.nya. Kesimpulan yang dit rik t k u h dir .uk n lc1 i. ~~

Dalam pena'aran dcduktil, b: ntuk l enyi 1111_ 1L n \JLt 11 b:1n~ ak


digunakan adal h i t il .~i 1 H\ dun bal k n sil JL~111 in:
I- ' r ,. u ju d 1 r n ik ir
' '
ktif yang

_-,. \ 'k1 llntul· lln11L \lirndinllmu sial


tik m rupak n salah satu puncak kegemilangan
Di amping pengetahuan mengenai matematika itu
se matika juga rnemberikan bahasa, proses, dan teori
·a - erikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Fungsi
a e a · .a menjadi sangat penting_ dalam perkembangan
· e agai rnacarn ilmu pengetahuan. Penghitungan matematis
isaln a menjadi dasar desain ilmu teknik, metode matematis
. emberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan
e onomi bahkan pernikiran matematis dapat memberikan warna
epada kcqiatan arsitektur dan seni lukis. 24
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan aiarn matematika
emberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika
a am perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan peng•
g aan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan clan
pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode d n
lainn a. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-g
jala alam ya g J- pat diamati clan dilakukan pen l h n
yang erulang-ula a. B r da dengan ilmu osi I yang
memiliki objek per.el: a an ya k mplek d n ulit d I m
melakukan
pcnqar ct t n, di am in bjek p nel h n Y , t k berulang
r a.k iY. .O t r i usi m ti1k a tide k mengut m k n pada
ma
o rn kl n 0 - l rn an g b il a r v;
r .
dapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh k~nyataan bahwa
kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak rnempunyai
pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian
tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.
Marilah kita lihat mengapa seorang ilmuwan menggunakan
model matematis. Pertama, karena bahasa maten1atika
merupakan suatu cara yang mud ah· dalam memf orroulas.ken
hipotesa keilmuan. Cara ini memaksa ahli teori dalam berbagai
ilmu untuk memf orrnulasikan hipotesanya dalarn bcntuk yang
persis clan jelas. Juga hal ini akan mernaksa dia untuk menang•
galkan perincian yang tidak pen ting. Sekali model itu difor•
mulasikan dalam suatu bentuk yang abstrak, maka dia merupa•
kan cabang dari matematika.
Kita akan mempelajari sebuah kelompok sosial dengan
inf ormasi tertentu mengenai perasaan suka dan tidak suka
di antara pasangan manusia. Sebuah grafik adalah suatu
bahasa matematis yang mudah di mana kita dapat
mengemukakan struktur semacam itu. Sebuah grafik
didefinisikan sebagai sekumpulan titik dengan garis-garis
yang menghubungkan beberapa pasang titik, meskipun tidak
usah semuanya titik ini
dihubungkan satu sama lain. Kita akan memakai tanda panah
'
pada beberapa garis terse but yang mencirikan arah, di mana
dalam hal ini kita sebut grafik yang berarah. Kita juga akan
menggunakan tanda plus dan minus pada beberapa garis ini yang
kita sebut grafik yang bertanda. Jika individu A dan B
digambarkan denqan dua titik, maka sebuah panah dari A ke B
dengan sebuah tanc!a plus berarti bahwa A menyukai B, dan
panah dengan tanda minus berarti A membenci B. .Iika tak
terdapat panah dari A ke B maka A. adalah tidak mernpunyai
perasaan apa-apa (netral) terhadap B. (lihat gambar)
1\ + B A B A-B
...
Gambar 1

I) larn yang sedang diselidiki kita tertarik pada


masalah
kondisi-kondisi di mana suatu kelornpok sosial berada di
dalam suatu 'keseimbangan". Jika A menyukai, B, tetapi B
tidak menyukai A, terdapat suatu keadaan yang tidak seimbang.
Kondisi yang pertama bagi keseimbangan adalah bahwa
hubungan B terhadap A harus sama dengan hubungan A
terhadap B. Oleh sebab itu, kita tidak perlu menggunakan
grafik yanq berarah di mana yang bertanda sudah memenuhi
syarat. Grafik ini yang tidak memiliki tanda panah di ujung_
garis adalah sesuai untuk hubungan yang bersif at simetris.

B B

c ........._ -----1.
c
(a) (b)

B B

+;
AL -:_--->. c
(c) (d)
1 r mer1perlihatkan grafik bertando an .
. · ungk1n
uat bagi tiga orang di mana tak seorang pun ber if at
1 netral
satu terhadap yang lain. Pada (a) di mana setiap orang menyukai
setiap orang lainnya, kelompok sosial adalah seimbang. Pada
(b) di mana individu B menyukai kedua individu lain~ya,
tetapi kedua individu ini saling tidak menyukai satu sama
lain, terda• patlah satu situasi yang tidak seimbang. Pada
(c) A dan B menyuka. satu sama lain . dan masing-
masing tidak menyukai individu ketiga. lni merupakan suatu
situasi yang tidak seimbang. Grafik (d) mcnunjukkan suatu
situasi di mana setiap orang tidak menyukai yang lainnya.
lni mungkin dapat dipertimbangkan sebagai tidak
seimbang karena mungkin terjadi tekanan• tekanan
yang kuat terhadap sepasang individu untuk mern• bcntuk
suatu koalisi terhadap individu ketiga . Dari grafik itu
terlihat bahwa grafik dengan jumlah tanda minus yang genap
adalah seimbang dan grafik dengan tanda minus yang ganjil
adalah tidak seimbang.
Teorcrna ini mempunyai suatu penerapan yang amat
menarik dalam ilmu politik. Umpamakan bahwa kita memiliki
suatu institusi politik di mana anggotanya satu sama lain saling
menyukai, tidak menyukai atau netral. Atau jika kita suka kita
dapat mengganti kata menyukai dengan "kemampuan untuk
seirama secara politis", Katakanlah mungkin untuk rnembentuk
suatu stuktur dengan dua partai pada institusi politik tersebut.
Jika terdapat suatu metode yang dapat membagi ang-gota
institusi politik tersebut menjadi dua partai sedemikian rupa,
sehingga setiap anggota hanya menyukai anggota-anggota dari
partainya sendiri dan tidak menyukai anggota-anggota dari
partai yang Jain. Atau dengan penafsiran yang lain, jika setiap
t l :J irarna secara politis dengan rekan-rekan separtainya
r tidak scirama dengan anggota-anggota
partai yang lain,
maka teorema struktur mengemukakan bahwa suatu institusi
politik adalah seimbang jika, clan hanya jika, membentuk suatu
struktur dua partai di dalamnya.
Ha~il ini yang mungkin mengejutkan para ahli pengetahuan
sosial, narnun merupakan suatu contoh · yang baik ten tang
sumbangan ahli matematika murni yang memberikan suatu
dalil yang berguna. zs

C. STAl~ISTIK

1. Pengertian Statistik
Pada rnulanya, kata statistik diartikan sebagai keterangan•
keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi
negara. 26
Secarz etimologi, kata "statistik" berasal dari kata status
(bahasa Latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata
state (bahasa Inqgrisl, yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkart dengan ncqara. Pada mulanya, kata "statistik"
diartikan sebagai "kumpulan bahan keterangan (data), baik yang
berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak
berwujud angka (data kuantitatii), yang mempunyai arti pen
ting clan kegunaan yang besar bagi suatu ncqara" . Namun pada
perkembangan selanjut-
nya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kurnpulan bahan
keteranganyanq berwujud angka (data kuantltatif) saja. 27

Namun kamus bah sa Inggris kita akan menjurnpai kata


statistics dan kata stati ti . K dua kata itu rncmpunyai arti
yang berbeda. K t teiistic artinya ilmu statistik, sedang kata
statistic diartik n bag i ukuran yang diperolch at u berasal
dari sampl , yang berarti ukuran yang diperoleh atau berasal
dari populasi.
Ditinjau dari segi terminologi,
dewasa 1n1 istilah statistik
terkandung berbagai macam pengertian. 28
Pertama, istilah statistik kadang · diberi pengertia n sebagai
data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka
atau bilangan.
Kedua, sebagai kegiatan statistik atau kegiatan persta isti 'a
atau kegiatan penstatistikan.
Ketiga, kadang juga aksudkan sebagai metode s atis ik .
dim
.
yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalarn rang .a
mengumpulkan, menyusun atau mengatur. m _n aji, n.
rnenganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap s ·L .n
bahan keterangan yang berupa angka itu dapat bcrl i rL L

dapat memberikan pengertian makna tert ntu.


Keempat, istilah statistikdewa 1111 JU..... d p t dibcri
pengertian sebagai "ilmu t ti tik", Ilmu ,_ t tistik ttd: k l.iin a L.
h ilmu pengetahuan yang m I j( ri I 1 111 r 11 rk mb . n k:
11
secara ilmiah tahap-tah p y n - I lc1l 111 l 1i t 111 s!
1thtik.
21 Anas Sudijono, Pengant r tati: ttk I enc/I tik.in. (hc,j.. ir~1fi11d rcrsada,
T-.1,-:..-t-::> 1QQh) hJm.1.
1 gan ungkapan ilmu pengetahuan
lain, ilmu statistik adalah
yang mernba has (mempelajari) dan memperkembangkan
prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu ditempuh atau
dipergunakan dalam rangka:. (1) pengumpulan data angka, (2)
...

penyusunan atau pcnqaturan data angka, (3) penyajian atau


penggambaran atau pelukisan data angka, (4) penganalisisan
terhadap data angka, (5) penarikan kesimpulan (conclusion), (6)
pembuatan perkiraan (estimetion), serta (7) penyusunan ramalan
{prediction) secara ilmiah (dalam hal ini secara matematik)
atas dasar pengumpulan data angka tersebut. 29
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel,
grafik, daf tar informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan
kata statistika berarti ilmu pcnqumpulan, analisis, dan klasifikasi
data, angka sebagai dasar untuk induksi.:"
Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk mem•
buat kcputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak
.r

menentu.

2. Sejarc;_h [Jerkembangan Statistik


Peluang yang mcrupakan dasar dari teori statistika,
merupakan ko.nsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran
Yunani Kuno, Romawi, clan bahkan Eropa dalam Abad
Per• tengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah
terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim,
namun bukan dalam linqkup teori peluang. Begitu dasar-dasar
peluang ini
_i r u kan, maka clengan cepat bidang telaahan ini ber e b
onsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel
yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraharn Demoitre
(166 7-1754) mengembangkan teori galat a tau kekeliruan (theory
of error). Pada tahun 1757 Thomas Simpson· menyimpulkan
bahwa terdapat sesuatu distribusi yang berlanjut
(continuous di;tribution) dari suatu variabel dalarn suatu
frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon de Laplace (1749-
1827) mengem• bangkan konsep Dernoivre dan Simpson ini
lcbih lanjut dan menemukan distribusi normal sebuah konsep
munqkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam
analisis statistika di samping teori pcluanq. Distribusi lain,
yang ticlak berupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis
Gaitan (1822-1911) dan Karl Pearson (1857-1936).31
Teknik kuadrat terkecil (least squares) simpangan baku
dan galat baku untuk rata-rata (the standard error of the
mean) dikembangkan Karl Friedrich Gauss (1777-1-855).
Pearson melanjutkan konsep-konsep Gaitan dan
mengembangl<an konsep rcqresi, korelasi, distribusi, chi-
kuadrat, dan analisis statistika untuk data kualitatif Pearson
menulis buku The Grammar of Science sebuah karya klasik
dalam filsaf at ilmu. Willam Searly Gosset, yang terkenal
dengan nama samaran "Student", mengembangkan
konsep tentang pengambilan contoh. Desigent
Experiment dikembangkan oleh Ronald Alylmer Fisher
(1890-1962) di samping analisis varians dan coveriens,
dlstribusi -z, distribusi -t, uji signifikan dan teori tentang
erkiraan (theory of estimation). 32
Demikianlah, statistika yang relatif sangat muda diban•
dingkan dengan matematika bcrkembanq dengan sangat cepat
terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini.
Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen,
dilakukan lcbih cermat d n teliti denqan mempergunakan teknik•
teknik statistika ·yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Di Indonesia sendiri kegiatan dalam bidang penelitian sangat
meningkat, baik kegiatan akademik maupun pengambilan
keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk pen•
didikan statistika. Dengan memasyarakatnya berpikir secara
ilmiah tidak terlalu berlebihan apa yang dikatakan oleh HLM. G.
Welles bahwa · setiap hari berpikir statistik akan merupakan
keharusan bagi manusia seperti juga membaca clan menulis. 33

3. Hubungan Antara Sarana llmiah Bahasa, Logika,


Mate1natil<a, dan Statiska
Scbacaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat mela u•
kan kegia tan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana
yang beruoa bahasa, logika, maternatika, clan statistika. Bahasa
merupakan alat .komunlkasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses b8:~pikir ilmiah di mana bahasa merupakan lat berpikir
clan alat korntJikasi untuk menyampaikan j 1 n pikir n tersebut
kepada or an~J lain. 34
Ditinjau dari pola berpikirny , m k ilmu 1n rupakan
gabunga.r-i antara bcr pikir deduktif d n b rpikir induktif. Untuk
itu, penalaran ilmiah mcny ndark n diri kepada proses logika
uktif dan logika induktif. Matcmatika mempunyai peranan
yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika
rnempunyai peranan penting dalam berpikir induktif . 35 Jadi
keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan 1. erat satu sama
I .

lain.
Bahasa rnerupakan sarana komunikasi, maka scqala sesuatu
yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas da ri bahasa,
seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan penge•
tah uan. Dengan kata lain, tanpa mernpunyai kemampuan
berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
ilmiah secara sistematis clan teratur.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang mern•
buahkan pengetahuan. Aqar pengetahuan yang· dihasilkan dari
penalaran itu mernpunyai dasar kebenaran, · proses berpikir
itu harus dilakukan dengah cara tertentu. Suatu penarikan
kesimpulan baru dianggap valid kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut.
Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika
dapat didefinisikan sebagai. "pengkajian untuk berpikir secara
sahih". Terdapat bermacam-macam cara penarikan kcsirn I- ulan,
di antaranya, pcnarikan kesimpulan dengan cara logika induktif
dan logika deduktif. Logika induktif crat hubunqz nnv.i dcnqan
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nya·t} mcnjadi
kesimpulan umum. Sedangkan logika d duktif rn rnbantu kita
dalam menarik kesimpulan dari hal yang bc r s i Int
menjadi khusus yang bersifat individual. 36 umum
f I lc1rsecara induktif dimulai dengan mengemukakan
nyat an-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
ha dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita
mernpunyat fakta bahwa kerbau mempunyai mata, lembu
rne mpunvai mata, har imau mempunyai mata, dan gajah
rnernpunyai mata. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat
menarik k simpulan yang bersifat umum bahwa semua binatang
mempunyai mata. Ada dua keuntungan dari kesimpulan ini.
Keuntungan pertama, bersifat ekonomis dan keuntungan kedua,
ada.lah dmiunqkmkannva proses penalaran baik secara induktif
maupun cara deduktif. Statistika mempunyai peranan yang
penting dalam berpikir induktif terscbut.
Dcduk si adalah sebaliknya, cara berpikir di mana dari
pernyataan yang -betsif at umum ditarik kesimpu1an yang
bersifat khusus, mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut
premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
dan pr cmis minor. Contohnya, semua makhluk mempunyai
mata (prcmis mayor), si Polan adalah seorang makhluk (premis
minor), jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan). Kesimpuian
ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Maternatika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
Materna ti I' a juga mcrupakan bahasa yang .melambanqkan
serangkaidil makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.

-t. 'Tu_juai1 [Jengumpuian Data StatistU:


Tuiuar: dari penqumoulan data statistix uap.. _ ji:. ·sgi :,\--=· c_! -. .um '
dun golongan besar, yar; sccara kasar dap.'. c!ir ~ .nuskar. ::,E:· .. :_ ~a;,
tujuan kegiatan pr kti n k n k Um 1 n. tujuan
sebenarnya tid k m n ar na
kegiatan k ilmu n 1

bidang til
i ni · t · 1

k ii
n yan k n
ngan demikian kon
ng merupakan p rtirn n
kesimpulan) dapat dik
praktis dibandingkan d
k giatan perbeda
up k n suatu p rb y g

r B 'kir I li .r
( p. t
'-. --- _r-. •.::. - J .,:) - 1-:I3, t

- r 1 - '-
l ~ 'J .- ,:: : .) uaCli
- . ..,,_

•t ! .l

..1 I ...:1 - :... :l :,


I I JI
~
I II [
.

f J l JJJ
1nr1 r11, i r: J,~, 11 I I

l I. ( L., .1 1 ( l l • I

_ r o ~ {~ J ~ r icl l · 11 , 1I 1 1 \.'. l' lJ I \I'.U j

dLjuk-n. ! ·1-ct 1 ll u ) 1
l , !1 \ . . l ' I
. t •
l
· n J n aka pernyataan hipotesis tersebut diteri
1 1~ t u
i <a hkan kebenarannya. Sebaliknya jika hi potesis tersebut
ertentangan dengan kenyataan, hipotesis itu ditolak. Penqujian
mcnqharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya,
jika kita inqin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur
sepuluh tahun di sebuah tempat, nilai tinggi rata-rata yang
dimaksudkan itu merupakan sebuah kesimpulan umum yang
ditarik dalam kasus-kasus anak umur sepuluh tahun di tempat
itu. Jadi dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan
logika induktif. C i pihak lain, penyusunan hipotesis
1

merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari


pernyataan yang bersif at urn um dengan mempergunakan
deduksi. Kedua pena• rikan kesirnpulan ini tidak sama clan
tidak boleh dicampuraduk• kan. Logika deduktif berpaling
kepada matematika sebagai sarana penalaran pcnarikan
kesimpulan, sedangkan logika iriduktif berpaling kepada
statistika. Statistika merupakan pengetahua n untuk
melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih
seksama. 37
Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah
benar jika prcmis-prernis yang dipergunakannya adalah benar
clan prosedur penarikan .kesimpulannya adalah sah. Sedangkan
dalarn penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah
benar clan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, maka
kesimpulan itu belum tentu benar. Tani kesimpulan itu
mempunyai peluang untuk benar. Pengambilan kesimpulan
secara induktif menghada1Jkan kita kepada sebuah
perrnasalahan mengenai
banyaknya kasus yang kita hadapi. Dalam hal ini statistika
memberikan jalan keluar untuk dapat menarik kcsirnpulan yang
bersif at um um dengan .jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan
· secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik tersebut, yakni makin besar contoh yang diambil,
rnaka rnakin tinggi pula tingkat ketelitian · kesimpulan terse but.
Sebaliknya makin sedikit contoh yang diambil, maka makin
rendah pula tingkat ketelitiannya. 38
Statistika juga memberikan contoh kepada kita untuk
mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor
atau lebih bersifat kebetulan atau memang terkait dalam suatu
hubungan yang bersifat empiris. Dalam hal ini statistika berfungsi
meningkatkan ketelitian pengamatan kita dalam menarik
kesimpulan dengan jalan menghindarkan semua yang bersifat
kebetulan. Terlepas dari [tu semua dalarn hal penarikan kesirn•
pulan secara induktif kekcliruan memang tidak bisa dihindarkan.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian d ri
perangkat metode ilrniah.istatistika membantu kit: untuk
melakukan generalisasi dan. menyimpulkan karakt .r istik suatu
kejadian secara lebih pasti clan bukan terjadi sec re. k b tulan.

6. Peranan Statistika dalam Tahaf).,tahap M toclc


f..:eil111ua11
Statistika bukan mcrupakan kun pulan I 2ngct huan
mengenai objek terten tu melainkai m rup - kc1 n ~~c kuIT1 pulan
n: .I le de lam mem·peroleh pengetahuan. Metode keilrnuan,
s jauh apa yang menyangkut metode, sebcnar nya tak lebih dari
apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikiran•
nya, tanpa ada scsuatu pun yang membatasinya. Walaupun
begitu sanqat menolong untuk mengenal langkah-langkah yang
lazim dip rgunakan dalarn kegiatan keilmuan yang dapat
dirinci sebagai berikut."?
1. Observesi. Ilmuwan melakukan observasi mengenai apa
yang terjadi, menqumpulkan dan mempelajari fakta yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diselidikinya.
I '

Pcranan statistika dalam hal ·ini, statistika dapat menge-


m ukakan secara terperinci tcntanq analisis mana yang
akan dipakai dalam · observasi clan tafsiran apa yang akan
dihasilkan dari observasi tersebut. Tafsiran ini akan
menitikberatkan pada tingkat kepercayaan kesimpulan
yang ditarik · dari berbagai kcmunqkinan dalam membuat
kcsalahan. 41
2. Hipot zsis. Untuk mcneranqkan fakta yang diobservasi,
dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis,
atau tcori, yang menqqambarkansebuah pola, yang menurut
anggapan ditemukan dalarn data tersebut. Dalam tahap
kedua ini, statistika mcmbantu kita dalam mengklasifikasi•
kan, ,nengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi
dalam bentuk yang dapat dipahami · dan memudahkan kita
dalam mengembangkan hipotesis. Cabang statistika
yang berhubungan dalam hal ini dinamakan statistika
deskriptif
(yang berlainan dengan statistika analitis), yakni
cabang statistika yang mencakup berbagai metode dalarn
meren• canakan observasi, analisis, dan penarikan
kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah.42
3. Rama/an. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah
deduksi. Jika teori yang dikemukakan itu merr.enuhi syarat
deduksi akan merupakan sesuatu pengetahuan baru,
yang belum diketahui sebelumnya secara empiris, tetapi
dideduksikan dari teori. Nilai dari suatu teori tergantung dari
kemampuan ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru
tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, bukan dalam
pengertian menuju hari depan, ~amun menduga apa yang
akan terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu.
4. Pengujian Kebenaran. Ilmuwan lalu mengµmpulkan fakta
untuk menguji kebenaran ramalan yang dikembangkan dari
teori. Mulai dari tahap ini, keseluruhan tahap-tahap sebelum•
nya berulang seperti sebuah siklus. Jika tcorinya didukung
sebuah data, teori tersebut mengalami pcnqujian dengan
lebih berat, dengan jalan membuat ramalan yang lebih
spesifik clan mempunyai jangkauan lebih jauh, di m n
ramalan ini kebenarannya diuji kembali sampai ak ir n,
a
ilmuwan tersebut rnenernukan be be rap I n 1 m an n
yang memerlukan beb r p p rub h n I n t 1 inv
Sebaliknya, jika dikemukak n b rt - 1 t nqa d - n ~t1n f- kt .
ilmuwan tersebut rncnyu un hi] )t i . b ru YLIJ. S uai
den g an fa kt a-fa kt a y n g t J l l di c k u rn u l k: n . I · rn u di
an
, l, J 1 • ~ , r 1 t r t l m li i uj i k n y , I
t J r ji t ru ny
ke en r n
-r if t khir d I m ilmu. K g g I n d lam menol k
- k n m p rt bal key kinan kita pada hipotesis
t .rs bu ab tak ada dengan proses pengujian berapapun
j n rl l 11y justru membuktikan bahwa hipotesis itu akan
sel I e ar.

Dal m tahap ini sebuah hipotesis dianggap teruji kebenar•


nnya jika ramalan yang dihasilkan berupa fakta. Kadang-kadang
alam ilmu-ilrnu alarn, proses pengujian dapat dipercepat dengan
jalan melakukan percobaan. Walaupun begitu, sering terjadi
bahwa suatu ramalan baru teruji setelah lama menunggu, apakah
ramalan itu memang terjadi. Misalnya, ramalan tentang kejadian
dalam ilmu astronomi atau kejadian medis yang akan menimpa
manusia andai kata terjadi malapetaka. Statistika adalah
relevan dalarn kedua keadaan tersebut karena masalah yang
pokok adalah menentukan apakah data yang diobservasi itu
sesuai dengan ramalan atau tidak.43
Penalaran konsep statistika modern telah memberikan arti
yang pasti kepada· pengujian kebenaran sebuah hipotesis.
Sebuah hipotesis telah sah teruji bila pengaruh unsur kebetulan
dalarn pcrnbuktian telah ditaf sirkan dcnqan benar. Prosedur
statistika marnperhitunqkan secara objektif penafsiran yang
tidak benar dalam nilai-nilai peluang, atau dengan perkataan
lain, memperhitungkan risiko dari suatu kesimpulan yang
salah. 44
Dalam kegiatan kei lmuan yang sebena r nya , keem pat
langkah ini jalin-menjalin scdernikian eratnya, sehingg sukar
uruuk menggambarkan perkemb ng n suatu pcnyelidikan
keilmuan dengan sk m kit y ng kaku tersebut. ntuk menge•
tahui fakta ap n h rus dikurnpulk n, s or e n.J harus
mempunyai hi pot is ten tang f akta apa yang ada hu ungan•
nya dengan masalah yang sedanq ditelaah. Hipotesis semacam
ini didasarkan pada pengetahuan yang bersif a empiris,
demikian seterusnya. Walaupun begitu, keempat tahap ini
sang at membantu dalam memf okuskan diskusi ten tang met ode
keilmuan.

7. Penerapan Statistika
Metode statistika secara meningkat makin sering dipe -
gunakan dalam kegiatan niaga. Salah satu unsur yang umum a
dihadapi oleh para manajer adalah keharusan untuk e
ambil keputusan dalam keadaan yang tidak tentu. S atis · pa
di erapkan secara luas dalam hampir semua p n
keputusan dalam bidang manajemen. Statistik
ctalam penelitian pasar, penelitian produksi, k
penanaman modal, kontrol kualitas, s I ksi
" p
war. · ·
percobaan industri, ramalan ekonomi, auditin , I- rniliho ri ~i l-'
1
dalarn pern crian kredit, n m il be y k l 1. ,Lr~ · n
scientific management d I· 1 r khusu- rn i ik-
beratkan kepad rl ..;- rn ~n( 11111 ul an f ,l·t..\ lL'r_" ,.,l ut
sec a r a be r hat j - ti , ~rt i y n ~J d i L l · u l 11 I , h - LJ h :· ~1 tu
·
cabangnya yang b r OJ n ati 11 re ~c 1r ·h. ·1••
P ·1 .r mt e h telah lama mengumpulkan dan menaf irk n
ta yang berhubungan dengan _kepentingan bernegara, umpa•
manya data mengenai penduduk, pajak, kekayaan, dan
perdagangan luar negeri. Penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial
makin lama makin mendasarkan diri kepada statistika. Survei
yang berdasarkan pengambilan contoh (sample) mampu
memberikan informasi tentang berbagai hal dengan ongkos yang
cukup murah, seperti besarnya penghasilan clan tabungan,
sikap masyarakat terhadap nuklir, pengaruh televisi terhadap
kchidupan keluarga, dan masih banyak lagi. Pengertian tentang
kepribadian manusia diperoleh dari analisis statistik tes psikologis,
data berbagai percobaan. · Ahli purbakala telah mcnqqunakan
statistika dalam menggabungkan gainbar dari pecahan periuk
yang digali dari.dalam tanah. Pemakaian model matematis yang
kian menin_gkat (yakni teori yang; diformulasikan dalam
maternatika) dalarn menerangkan perilaku sosia! menimbulkan
minat yang khusus terhadap teknik-teknik statistika yang dapat
mcnquji sah a tau tidaknya model-model terse but. 46
Permintaan terhadap penelitian di bidang biologi tertentu,
urnpamanya anthropometri, agronomi, dan genetika, membawa ..
kelahiran baru bagi statistika pada permulaan abad kcdua
puluh ini. Pcnerapan rnetode statistika dalam bidang opini terus•
.
menerus berkembang. Kemajuan di bidang genetika, sangat
.
berhubungan erat dengan perkembangan statistika. 47 Ilmu-ilmu
alam-terutama astronorni, geologi, clan fisika-adalah salah satu
dari bidang-bidang keilmuan di mana metode statistika untuk
pertama kali dikembangkan dan diterapkan.
Dalam bidang-bidang humaniora, umparnanya sciarah,
kesusastraan, musik, dan filosofi, pemakaian metode statistika
adalah tidak biasa. Walaupun begitu, mulai tampak dalam bidang•
bidang ini pun makin sering menemukan penerapan yang berarti.
Seorang ahli scjarah yang modern, umpamanya, dapat memper•
gunak3.n bukti yang berupa studi tentang sikap di sarnping data
yang bersifat impresionistik dalam mencirikan opini publik.?"
Contoh tentang berbaqai penerapan statistika di atas tidak
dapat mcncakup semua hal, namun semoga dapat memberikan
gambaran mengenai kemungkinan berbagai pcner apan dari
metode dan konsep dasar statistika. Singkatnya statistika
adalah alat yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah
yang timbul dalam penelaahan secara empiris hampir di semua
bidang. Meskipun perincian teknis dari teknik statistika yang
dipergunakan dalam tiap bidang dan masalah itu berbeda namun
pendekatan' dasarnya adalah sama. Walaupun pendekatan
dasarnya adalah sama, namun konsep dasar itu harus disesuaikan
dengan masalah konkret yang dihadapi.

D. LOGIKA
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan
dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, bcrpikir logis adalah
berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah
tidak boleh lebih besar daripada satu.
Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering
berpikir, secara de jure. Berpikir tidak dapat dijalankan scmau•
maunya. Realitas begitu banyak jenis dan macamnya, maka
1 i i r n embutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai.
ikiran diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga
kini belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada
hukum-hukurn tertentu. ·

Memang sebagai perleng_kapan ontologisme, pikiran kita


dapat bckerja secara spontan, alarni, dan dapat menyelesaikan
funqsinya dengan baik, lebih-lebih dalam hal yang biasa,
sederhana, dan jelas. Namun, tidak demikianlah halnya apabila
menghadapi bahan yang sulit, berliku-liku clan apabila harus
mengadakan pemikiran yang panjang dan sulit sebelum
rncncapai kesimpulan. Dalam situasi seperti ini dibutuhkan
adanya yang formal, pengertian yang sadar akan hukum-hukum
pikiran bcse rta mekanismenya sccara eksplisit. Maksudnya
hukurn-hukum pikiran beserta mekanisme dapat digunakan
secara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit
dan panjang itu.

1. Aturan Cara Berpikir yang Benar


Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat
terwujud, dapat. terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir
benar, logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:49
a. Mencintai kebenaran
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab
sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari,
mengusut, meningkatkan mutu penalarannya: menggerak•
kan si pcmikir untuk scnantiasa mewaspadai "ruh-ruh" yang
nvelewenqkannya dari yang benar. Misalnva menye-
rh anakan kenyataan, menyempitkan cnkrLlwala/
perspektif, berpikir terkotak-kotak, memutlakan titik berdiri
atau suatu profil, dan sebagainya. Cinta .terhadap kebenaran
diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan, jauh dari
takut sulit, dan jauh dari kecerobohan) serta diwujt.idkan
dalam kejujuran, yakni disposisi atau sikap kejiwaan (dan
pikiran) yang selalu siap sedia menerima kebenaran
meskipun berlawanan ?engan prasangka dan keinginan/
kecendrungan pribadi atau golong~nnya. Waspadailah
kecenderungan manusia untuk selalu siap sedia menerima
sesuatu sebagai benar hal yang dikehendakinya sebagai
benar. Kewajiban mencari kebenaran ·adalah tuntutan
intrinsik manusia untuk merealisasikan manusia menurut
tuntunan keluhuran keinsaniannya. Oleh karena itulah,
kepicikan apalagi kesenjangan penyempitan perspektif,
hakikatnya tidak scsuai dengan keluhuran insani. Hak
mencari kebcnaran mencakup juga kewajiban patuh pada
kebenaran-kebenaran yang ditemukan oleh orang lain.
Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir.
Seluruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha t,erus-
menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan
diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi
parsial sifatnya. Andaikata intelek kita intuitii, pad a setiap
langkah, kita dapat melihat kebenaran secara langsung tanpa
terlebih dahulu memburunya melalui proses yang berbelit•
belit dan banyak seluk-beluknya. Pada taraf hidup klta di
dunia ini, sifat intelek kit a diskursii, dan hanya da/arn
bebera.pa hal aqak scdikit intuitif. mencapai
Karena untuk
kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam
lanqkah dan kegiatan. Penting bagi kita untuk mengetahui
betul sernuanya itu supaya dapat melaksanakannya dengan
tepat dan seksama.

c. Ketah.uilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda katakan

Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Kecermatan pikiran


terungkap ke dalam kecermatan kata-kata. Karenanya
kecermatan ungkapan pikiran ke dalam kata merupakan
sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Anda senantiasa
perlu menguasai ungkapan pikiran ke dalam kata tersebut,
baik yang eksplisit maupun yang implisit. Harus menge•
tahui dengan betul dan seksama mengenai is: (kornprehensif),
lingkungan (ekstensi), arti fungsional (suposisi) dan istilah
(term) yang digunakan, karena istilah merupakan unsur
konstitutif penalaran. Ketidaktertiban dalam istilah yang
d iqun ak an akan berakibat dalam ketertiban dalam
penalaran .. Waspadalah terhadap term-term ekuivokal
(bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis (bentuk sama,
tetapi arti sebagian sama sebagian berbeda). Ketahuilah
pula perbedaan kecil arti (nuansa) dari hal-hal yang Anda
katakan. Identifikasi clan lokalisasi arti tambahan (konotasi)
suatu term. Perlu selalu diperhatikan ampliasi (pembe•
saran suposisi), restriksi (pengecilan suposisi), alicnasi
(perlua.san .suposisi}, clan apelasi (pembatasan suposisi).
Senantiasa kejarlah univokalitas (ke sarnaan bentuk,
keserna.m arti) dc.:·i term-term yans '-::_pa·-~~·.i.
u tlah distitiqsi (pembedaan) dan pembagian :klasifikasi)
yetiq.semestinye
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bcntuk yang sama,
hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian di mana dua
hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namun tidak identik.
Di sinilah perlunya dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan.
Eksplisitkan hal-hal yang membuat yang satu bukan yang
lain. Hindari setiap usaha main pukul rata. Karena realitas
begitu luas, perlu diadakan pernbaqian (klasifi kasi). Jika
membuat pembagian, peganglah suatu prinsip pembagian
yang sama, jangan sampai Anda menjumlahkan bagian
atau aspek dari suatu realitas begitu saja tar.pa berpegang
pada suatu prinsip pembagian {prinsip klasifikasi) yang
sama. Bahaya tumpang-tindih akan selalu mengancam jika
tidak dipakai prinsip pcmbaqian yang sama risiko prinsip
berikutnya adalah pikiran yang kacau-balau. Jangan men•
campurad uk kan sesuatu dan jangan menggelapkan
sesuatu.

e. Cintailah delinisi yang tepat


Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu ken1ungkinan
tidak ditangkap sebaqaimana yang akan diungkapkan
atau sebagaimana yang dimaksudkan. Karenanya jangan
seqan membuat definisi. Dcfinisi harus diburu hingga
tertangkap. Definisi artinya pembatasan, yakni rnembuat
jelas batas- batas sesuatu. Harus dihindari kalimat-kolimat
dan uraian-urain yang "qelap", tida k terang strukturnya, dan
1

tidak jelas artinya. Cintailah cara berpikir yang terang,


jelas, dan tajam membeda-bedakan, hingga ·terang yang
dimaksud. Asosiasi hal-hal lain dikesampingkan.
f. Ketahui/ah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan
beqini atau begitu
Kctahuilah mengapa Anda berkata begini atau begitu. Anda
harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi•
im pl i kasi, dan konsekuensl-konsekuensl dar i suatu
penuturan (assertion), pernyataan, atau kesimpulan yang
Anda buat. Sering terjadi banyak orang tidak tahu apa
yang mereka katakan (nyatakan) dan mengapa mereka
berkata (menyatakan) begitu. Jika bahan yang ada tidak
a tau kurang cukup untuk .menarik kesimpulan, hendaknya
-orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan
atau mcmbuat pembatasan-pembatasan (membuat
reserve) (

dalam kesimpulan.

g. · Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan


tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama
kesalahan, demikian juga mengenali sebeb-sebeb kesalahan
petnikiren {penalaran)
Dalarn belajar logika ilmiah (scientific) Anda tidak hanya
· mau tahu hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk
pikiran sckadar untuk tahu saja. Anda perlu juga:
1. f)alam praktik, menjadi cakap dan cekatan (yakni
sccar a spontan, tan pa kesulitan) bcrpikir sesuai dengan
hukum, prinsip, bentuk berpikir yang betul, tanpa
. rnengabaikan dialektika, yakni proses perubahan
kcadaan. Dengan hanya berjalan secara logis, orang
dapat kehilangan pandangan yang semestinya dan luas,
dapat kehilangan pandangan · :/anq mclip i~i scluruh
sasar annya. '. .. o:-;lka jangan c · r1.i:: · .1 me~-~1..1;1~i{, dan
kembangkan kesanggupan mengadakan evaluasi
(penilaian) terhadap pemikiran orang lain serta
sanggup mcnunjukkan kesalahannya. Logika ilmiah
melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi cakap
dan sanggup berpikir kritis, yakni berpikir secara m~nen•
tukan karena menguasai ketentuan-ketentuan berpikir
yang baik.
2. Selanjutnya sanggup inenqcnali jenis-jenis, macam•
macam, nama-nama, sebab-sebab kesalahan pemikiran,
dan sanggup menqhindari, juga menjelaskan segala
bentuk dan sebab kesalahan d engan semes t i. nva. 50

2. Klasifikasi
Sebuah konscp klasifikasi, seperti "panas" atau 'dingin",
hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas.
Suatu konsep perbandingan, seperti "lebih panas" a tau "lcbih
dingin", mengemukakan hubungan mengenai obick terse but
dalam norma yang mencakup pengertian lebih atau kurang,
dibandingkan dengan objek lain. Jauh sebelum ilmu mengem•
bangkan konsep temperatur, yang dapat diukur, waktu itu kita
sudah dapat rnengatakan, "Objek ini lebih panas dib.indinqkar
bi k 't " K
denga
°
n je 1 u . onsep seperti ini mempunyai kegunaan
~ang sangat banyak. Katakanlah, umPamanya, bahwa tcrdapat
tiga puluh lima oran d .
g yang se ang melamar suatu pckerjaan yang
membutuhkan kem
. an1puan tertentu, dan perusahaan yang akan
. ~enenma pegawai tersebut mempunyai seorang psikolog yang
. arus menetapkan cara-cara pelamar tersebut dalam rnemenuhi
rsyaratan yang telah ditentukan. Pertimbangan yang ber•
dasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik daripada tak ada
pertirnbangan sama sekali. Ahli psikoloqi tersebut, umpamanya
dapat memutuskan bahwa ilmu orang dari pelamar mempunyai
imajinasi yang baik, sepuluh orang mempunyai imajinasi agak
rendah, dan sisanya tak tergolong baik atau rendah. Dengan
jalan serupa, ahli psikologi itu juga akan mampu membuat
klasifikasi yang kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan
di 'bidang matematika, stabilitas emosional, dan sebagainya.
· Tentu saja, konsep-konsep ini dapat dipakai sebaqai konsep
perbandingan meskipun merupakan konsep yang lemah. Kita
dapat mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai
"imajinasi yang baik" adalah lebih baik dibandinqkan mereka
yang mernpunyai "irnajinasi yang buruk". Walaupun begitu,
andaikata ahli psikologi tersebut mengembangkan suatu metode
perbandingan yang marnpu menempatkan ketiga puluh Hrna
orang tersebut dalam suatu urutan bcrdasarkan kemampuannya
masinq-rnasinq, kita akan lebih mengetahui secara lebih banyak
lagi tentanq mereka dibandingkan dengan pengetahuan yang
berdasarkan klasifikasi kuat, lemah, clan sedang.51
Kita tak boleh mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi
terutama pada bidang-bidang di mana metoc!e keilmuan clan
metode k .iantitatif belum berkembang. Sekarang psikologi telah
memper·gunakan metode kuantitatif secara lebih s ring, namun
masih terdapat daerah-daerah dalam psikoloqi di mana konsep
pcrband ngan yang bisa diterapkan. Bidang antropologi
harnpir t.ik rnempunyai konsep kuantitatif sama sekali. Bidang
inj 1 ebanyakan bertalian dengan klasifikasi dan mernbutuhkan
ekaJi adanya kriteria empiris yang dapat dipergunakan sebagai
dasar untuk perbandingan. Dalam bidanq seperti ini adalah pen•
ting sekali untuk mengembangkan konsep perbandingan tersebut,
yang lebih mantap dibandingkan dengan klasifikasi, meskipun
belum mungkin untuk melakukan pengukuran kuantitatif
Sering terjadi bahwa sebuah konsep perbandingan
kemudian dijadikan dasar sebuah konscp kuantitatif. Contoh
yang klasik adalah konsep tentang "lebih panas" yang kemudian
berkembang menjadi temperatur, Suatu konsep perbandingan,
terlepas dari pertanyaan, apakah konsep itu diterapkan atau
tidak, dia terikat oleh struktur hubungan logis. Namun tidak
demikian halnya dengan konsep klasifikasi, di mana dalam
mendefinisikan sebuah konsep tentang kelas kita bisa mcne•
tapkan persyaratan apa saja yang kita mau. Tentu dalam hal ini
kita harus memperhitungkan agar tak · terdapat kontradiksi
dalam persyaratan kita secara loqis. Dalam batas-batas ini
maka kita bebas untuk mendefinisikan sebuah kelas menurut
kemauan kita .asal dilakukan secara konsisten, tanpa memper•
dulikan apakah kelas itu mempunyai anggota atau tidak dalam
kehidupan kita ini. Contoh yang klasik adalah konsep tentang
unicorn. Kita mendefinisikan unicorn sebagai binatang
seperti kuda namun mempunyai tanduk di dahinya. Ini adalah
definisi yang amat baik dalam pengertian bahwa definisi
terse but memberikan arti kepada terminologi unicorn. Di sini
terminologi itu mendefinisikan sebuah kelas. Memang k~las ini
tidak ada gunanya bagi ahli zoologi karena ini adalah kosong
secara empiris-dia tidak mempunyai anggota-namun hal itu
bukanlah suatu masalah yang harus dihadapi seorang ahJi
loqika.
aan seperti di at as berbeda sekali dengan konsep
rbandincan. Tidak sepcrti halnya dalam konsep kelas, konsep
perbandingan melibatkan suatu struktur hubungan logis yang
rumit. Sekali kita menetapkan struktur ini, kita tidak bebas lagi
untuk mcnolak dan mengubahnya. Jadi kita melihat dua segi di
maria konscp perbandingan dalam llrnu tidak bersifat konven•
sional tetapi harus diterapkan kcpada fakta-fakta alami dan
mereka harus sesuai dengan struktur hubungan logis. 52

3. Aturan l)efinisi
Dcfinisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk mernberi
batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk
me mindahkannva kepada orang lain. Dengan kata lain,
mcnjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk
mcmbahas tentang hakikatnya.
Dciinisi mcmpunyai peranan penting dalam pembahasan
yang .berk2titan dengan penjelasan ieshewwuret dan pembatasan
makna lafadz mufradah, dan di segi lain terkait dengan
pcmbahasan tashdiqat dan lafadz murakkaba.
Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah
sesuatu yang menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan
karakteristik khusus pada diri individu. Penulis memberi penger•
tian definisl sebagai pengurai makna lafadz kull.i karena lafadz
juz'i. tidak mernpunyai pengertian terminologi dengan adanya
53
pcrubahar. karakteristik yang konsisten menyertainya.
Definisi yang baik adalah jemi' w~ mani (rnenveluruh dan
membatasi). Hal ini sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu
definite (membatasi). Salah satu contoh yang sering diungkapkan
adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang adalah
genus sedangkan berakal adalah differcnsia, pernbeda utama
manusia dengan makhluk-makhluk lain. Jadi, definisi yang valid
dalam lokiga perlu batasan yang jelas antara objck-objek yang
didef inisikan.

Anda mungkin juga menyukai