Sarana Ilmiah
A. 3AH;\SA
1) Simbo-simbol
Simbol-sirnbol berarti things that stand for other things
atau scsuatu yang menyatakan sesuatu yang Jain. Hubungan
antara simbol dan "sesuatu" y_ang dilambangkannya itu
tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya
atau -sesuatu yang be.rsifat alarniah, seperti yang terdapat
antara. awan hitam clan turunnya hujan, ataupun antara
tinggjnya pan as badan dan kemungkinan terjadinya inf eksi.
Awan hitarn adalah tanda turunnya hujan; panas suhu badan
yang tinggi tanda suatu penyakit. Simbol atau lambang
memperoleh fungsi khususnya dari muf akat kelompok
atau konvcnsi sosial, dan tidak mempunyai ef k apa pun
bagi sctiap orang yang tidak mengenal kon nsus atau
konvcnsi tersebut.
.lika dikatakan bahwa bahasa d 1 h u tu i t m simbol•
simbol, hal tersebut mengandung m kn b hw ucapan si
pcml.icara dihubungk n s car sh nb li d ng n objek-objek
ataupun kejadian dalam dunia prakti .
) b I- it l v k, I
1r b I- i u
YcJ (~ 1111;ni-1r ;r;
1 . Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pend pat d lam hel fun s1 hasa.
Ali ran filsaf at bahasa dan p ikolinquistik melihat fun- i ah sa
sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran p n, d n
cmosi, sedangkan alira~ sosiolingui tik b rp n . ~1 t bah«
f ungsi bah a dalah saran a untuk p rub h n 111 . k-
Walaupun t mpak ·perb daan. I n adalah:
kapi. Secara urnurn dapat dinyatakan t ini salinc : .le 1-
h \A. f ll 1 _- . h ct S
1. Koordinator k giatan-k gi , tan m s# ar k t.
2. Pen t pan pcrnikiran d n p ngun k p n.
3. Penyampaian pikiran dan p r an.
4. Penycnanqan jiwa.
5. Pengur ng n k n n '- n jiv, - :1
7 M.A.K.
• •
H lliday d 1 I u 1 ye.\ H . an , U, i/11~, sc1 . 1·\l)n 1 L ;, .' I,111 Teks,
Diterjernahkan ke dalarn bana c Ind I h-~-A 0-:! 1 · L ll.A- J_ r
1'
f'\l--.~-L- , ( ·
-, ,
~, . ,
• l L rue in Garor1· Tou.
Berbicara masalah sarana ilmrah, ada dua hal yang harus
diperhatikan, yaitu perteme, sarana ilmiah itu merupakan ilmu
dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti meng•
gunakan pola berpikir induktif clan deduktif dalam mendapat•
kan pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah
adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik. 9
Dcngan demikian, jika hal tersebut dikaitkan dengan berpikir
ilmiah sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang
pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan ber•
dasar_kan rnetode ilmiah. Sarana berpikir ini juga mempunyai
metode tersendiri yang berbeda dcnqan metode ilmiah dalam
mendapatkan pengetahuan. lni disebabkan sarana ini adalah alat
bantu proses metode ilmiah clan bukan merupakan ilmu itu
sendiri. 10
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan
dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
berpikir dan _alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut. kepada orang lain, baik pikiran yang
berlandaskan logika induktil maupun dcduktif. Dengan kata
lain, kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan
bah sa. Meng• gunak0n bahasa yang baik dalam berpikir b
lum tentu men• dapatkan kcsimpulan yang benar apalaqi d
ngan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yan l h
ak n menghasilkan kesimpulan yang salah jug . Semu itu
tidak t rlepas dari funqsi bahasa itu sendiri seb gai sar na b
rpikir,
Ketika bahasa disifatkan dcnqan ilmiah, fungsinya untuk
komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni 1-<omunikasi
ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian
informasi berupa pengetahuan. Untuk mencapai komunikasi
ilmiah, maka bahasa yang digunakan harus terbebas dari unsur
emotif.
Di sarnpinq itu bahasa ilmiah jug a harus bersif at repro•
duktif, dengan arti jika si pengirim komunikasi menyampaikan
suatu informasi berupa "X" misalnya, si pendengar juga harus
menerima "X" juga. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terjadi
kesalahan inf or masi, di mana suatu inf ormasi berbeda maka
proses berpikirnya juga akan berbeda.
m
'
ilmiah dapat digunakan dalam bahasa agama, baik dalam definisi
pertama maupun kedua tetapi bahas~ agama tidak selalu dapat
digunakan dalam bahasa ilmiah.
B. MATEMATIKA
B B
c ........._ -----1.
c
(a) (b)
B B
+;
AL -:_--->. c
(c) (d)
1 r mer1perlihatkan grafik bertando an .
. · ungk1n
uat bagi tiga orang di mana tak seorang pun ber if at
1 netral
satu terhadap yang lain. Pada (a) di mana setiap orang menyukai
setiap orang lainnya, kelompok sosial adalah seimbang. Pada
(b) di mana individu B menyukai kedua individu lain~ya,
tetapi kedua individu ini saling tidak menyukai satu sama
lain, terda• patlah satu situasi yang tidak seimbang. Pada
(c) A dan B menyuka. satu sama lain . dan masing-
masing tidak menyukai individu ketiga. lni merupakan suatu
situasi yang tidak seimbang. Grafik (d) mcnunjukkan suatu
situasi di mana setiap orang tidak menyukai yang lainnya.
lni mungkin dapat dipertimbangkan sebagai tidak
seimbang karena mungkin terjadi tekanan• tekanan
yang kuat terhadap sepasang individu untuk mern• bcntuk
suatu koalisi terhadap individu ketiga . Dari grafik itu
terlihat bahwa grafik dengan jumlah tanda minus yang genap
adalah seimbang dan grafik dengan tanda minus yang ganjil
adalah tidak seimbang.
Teorcrna ini mempunyai suatu penerapan yang amat
menarik dalam ilmu politik. Umpamakan bahwa kita memiliki
suatu institusi politik di mana anggotanya satu sama lain saling
menyukai, tidak menyukai atau netral. Atau jika kita suka kita
dapat mengganti kata menyukai dengan "kemampuan untuk
seirama secara politis", Katakanlah mungkin untuk rnembentuk
suatu stuktur dengan dua partai pada institusi politik tersebut.
Jika terdapat suatu metode yang dapat membagi ang-gota
institusi politik tersebut menjadi dua partai sedemikian rupa,
sehingga setiap anggota hanya menyukai anggota-anggota dari
partainya sendiri dan tidak menyukai anggota-anggota dari
partai yang Jain. Atau dengan penafsiran yang lain, jika setiap
t l :J irarna secara politis dengan rekan-rekan separtainya
r tidak scirama dengan anggota-anggota
partai yang lain,
maka teorema struktur mengemukakan bahwa suatu institusi
politik adalah seimbang jika, clan hanya jika, membentuk suatu
struktur dua partai di dalamnya.
Ha~il ini yang mungkin mengejutkan para ahli pengetahuan
sosial, narnun merupakan suatu contoh · yang baik ten tang
sumbangan ahli matematika murni yang memberikan suatu
dalil yang berguna. zs
C. STAl~ISTIK
1. Pengertian Statistik
Pada rnulanya, kata statistik diartikan sebagai keterangan•
keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi
negara. 26
Secarz etimologi, kata "statistik" berasal dari kata status
(bahasa Latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata
state (bahasa Inqgrisl, yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkart dengan ncqara. Pada mulanya, kata "statistik"
diartikan sebagai "kumpulan bahan keterangan (data), baik yang
berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak
berwujud angka (data kuantitatii), yang mempunyai arti pen
ting clan kegunaan yang besar bagi suatu ncqara" . Namun pada
perkembangan selanjut-
nya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kurnpulan bahan
keteranganyanq berwujud angka (data kuantltatif) saja. 27
menentu.
lain.
Bahasa rnerupakan sarana komunikasi, maka scqala sesuatu
yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas da ri bahasa,
seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan penge•
tah uan. Dengan kata lain, tanpa mernpunyai kemampuan
berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
ilmiah secara sistematis clan teratur.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang mern•
buahkan pengetahuan. Aqar pengetahuan yang· dihasilkan dari
penalaran itu mernpunyai dasar kebenaran, · proses berpikir
itu harus dilakukan dengah cara tertentu. Suatu penarikan
kesimpulan baru dianggap valid kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut.
Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika
dapat didefinisikan sebagai. "pengkajian untuk berpikir secara
sahih". Terdapat bermacam-macam cara penarikan kcsirn I- ulan,
di antaranya, pcnarikan kesimpulan dengan cara logika induktif
dan logika deduktif. Logika induktif crat hubunqz nnv.i dcnqan
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nya·t} mcnjadi
kesimpulan umum. Sedangkan logika d duktif rn rnbantu kita
dalam menarik kesimpulan dari hal yang bc r s i Int
menjadi khusus yang bersifat individual. 36 umum
f I lc1rsecara induktif dimulai dengan mengemukakan
nyat an-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
ha dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita
mernpunyat fakta bahwa kerbau mempunyai mata, lembu
rne mpunvai mata, har imau mempunyai mata, dan gajah
rnernpunyai mata. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat
menarik k simpulan yang bersifat umum bahwa semua binatang
mempunyai mata. Ada dua keuntungan dari kesimpulan ini.
Keuntungan pertama, bersifat ekonomis dan keuntungan kedua,
ada.lah dmiunqkmkannva proses penalaran baik secara induktif
maupun cara deduktif. Statistika mempunyai peranan yang
penting dalam berpikir induktif terscbut.
Dcduk si adalah sebaliknya, cara berpikir di mana dari
pernyataan yang -betsif at umum ditarik kesimpu1an yang
bersifat khusus, mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut
premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
dan pr cmis minor. Contohnya, semua makhluk mempunyai
mata (prcmis mayor), si Polan adalah seorang makhluk (premis
minor), jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan). Kesimpuian
ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Maternatika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
Materna ti I' a juga mcrupakan bahasa yang .melambanqkan
serangkaidil makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.
bidang til
i ni · t · 1
k ii
n yan k n
ngan demikian kon
ng merupakan p rtirn n
kesimpulan) dapat dik
praktis dibandingkan d
k giatan perbeda
up k n suatu p rb y g
r B 'kir I li .r
( p. t
'-. --- _r-. •.::. - J .,:) - 1-:I3, t
- r 1 - '-
l ~ 'J .- ,:: : .) uaCli
- . ..,,_
•t ! .l
f J l JJJ
1nr1 r11, i r: J,~, 11 I I
l I. ( L., .1 1 ( l l • I
dLjuk-n. ! ·1-ct 1 ll u ) 1
l , !1 \ . . l ' I
. t •
l
· n J n aka pernyataan hipotesis tersebut diteri
1 1~ t u
i <a hkan kebenarannya. Sebaliknya jika hi potesis tersebut
ertentangan dengan kenyataan, hipotesis itu ditolak. Penqujian
mcnqharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya,
jika kita inqin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur
sepuluh tahun di sebuah tempat, nilai tinggi rata-rata yang
dimaksudkan itu merupakan sebuah kesimpulan umum yang
ditarik dalam kasus-kasus anak umur sepuluh tahun di tempat
itu. Jadi dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan
logika induktif. C i pihak lain, penyusunan hipotesis
1
7. Penerapan Statistika
Metode statistika secara meningkat makin sering dipe -
gunakan dalam kegiatan niaga. Salah satu unsur yang umum a
dihadapi oleh para manajer adalah keharusan untuk e
ambil keputusan dalam keadaan yang tidak tentu. S atis · pa
di erapkan secara luas dalam hampir semua p n
keputusan dalam bidang manajemen. Statistik
ctalam penelitian pasar, penelitian produksi, k
penanaman modal, kontrol kualitas, s I ksi
" p
war. · ·
percobaan industri, ramalan ekonomi, auditin , I- rniliho ri ~i l-'
1
dalarn pern crian kredit, n m il be y k l 1. ,Lr~ · n
scientific management d I· 1 r khusu- rn i ik-
beratkan kepad rl ..;- rn ~n( 11111 ul an f ,l·t..\ lL'r_" ,.,l ut
sec a r a be r hat j - ti , ~rt i y n ~J d i L l · u l 11 I , h - LJ h :· ~1 tu
·
cabangnya yang b r OJ n ati 11 re ~c 1r ·h. ·1••
P ·1 .r mt e h telah lama mengumpulkan dan menaf irk n
ta yang berhubungan dengan _kepentingan bernegara, umpa•
manya data mengenai penduduk, pajak, kekayaan, dan
perdagangan luar negeri. Penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial
makin lama makin mendasarkan diri kepada statistika. Survei
yang berdasarkan pengambilan contoh (sample) mampu
memberikan informasi tentang berbagai hal dengan ongkos yang
cukup murah, seperti besarnya penghasilan clan tabungan,
sikap masyarakat terhadap nuklir, pengaruh televisi terhadap
kchidupan keluarga, dan masih banyak lagi. Pengertian tentang
kepribadian manusia diperoleh dari analisis statistik tes psikologis,
data berbagai percobaan. · Ahli purbakala telah mcnqqunakan
statistika dalam menggabungkan gainbar dari pecahan periuk
yang digali dari.dalam tanah. Pemakaian model matematis yang
kian menin_gkat (yakni teori yang; diformulasikan dalam
maternatika) dalarn menerangkan perilaku sosia! menimbulkan
minat yang khusus terhadap teknik-teknik statistika yang dapat
mcnquji sah a tau tidaknya model-model terse but. 46
Permintaan terhadap penelitian di bidang biologi tertentu,
urnpamanya anthropometri, agronomi, dan genetika, membawa ..
kelahiran baru bagi statistika pada permulaan abad kcdua
puluh ini. Pcnerapan rnetode statistika dalam bidang opini terus•
.
menerus berkembang. Kemajuan di bidang genetika, sangat
.
berhubungan erat dengan perkembangan statistika. 47 Ilmu-ilmu
alam-terutama astronorni, geologi, clan fisika-adalah salah satu
dari bidang-bidang keilmuan di mana metode statistika untuk
pertama kali dikembangkan dan diterapkan.
Dalam bidang-bidang humaniora, umparnanya sciarah,
kesusastraan, musik, dan filosofi, pemakaian metode statistika
adalah tidak biasa. Walaupun begitu, mulai tampak dalam bidang•
bidang ini pun makin sering menemukan penerapan yang berarti.
Seorang ahli scjarah yang modern, umpamanya, dapat memper•
gunak3.n bukti yang berupa studi tentang sikap di sarnping data
yang bersifat impresionistik dalam mencirikan opini publik.?"
Contoh tentang berbaqai penerapan statistika di atas tidak
dapat mcncakup semua hal, namun semoga dapat memberikan
gambaran mengenai kemungkinan berbagai pcner apan dari
metode dan konsep dasar statistika. Singkatnya statistika
adalah alat yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah
yang timbul dalam penelaahan secara empiris hampir di semua
bidang. Meskipun perincian teknis dari teknik statistika yang
dipergunakan dalam tiap bidang dan masalah itu berbeda namun
pendekatan' dasarnya adalah sama. Walaupun pendekatan
dasarnya adalah sama, namun konsep dasar itu harus disesuaikan
dengan masalah konkret yang dihadapi.
D. LOGIKA
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan
dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, bcrpikir logis adalah
berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah
tidak boleh lebih besar daripada satu.
Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering
berpikir, secara de jure. Berpikir tidak dapat dijalankan scmau•
maunya. Realitas begitu banyak jenis dan macamnya, maka
1 i i r n embutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai.
ikiran diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga
kini belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada
hukum-hukurn tertentu. ·
dalam kesimpulan.
2. Klasifikasi
Sebuah konscp klasifikasi, seperti "panas" atau 'dingin",
hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas.
Suatu konsep perbandingan, seperti "lebih panas" a tau "lcbih
dingin", mengemukakan hubungan mengenai obick terse but
dalam norma yang mencakup pengertian lebih atau kurang,
dibandingkan dengan objek lain. Jauh sebelum ilmu mengem•
bangkan konsep temperatur, yang dapat diukur, waktu itu kita
sudah dapat rnengatakan, "Objek ini lebih panas dib.indinqkar
bi k 't " K
denga
°
n je 1 u . onsep seperti ini mempunyai kegunaan
~ang sangat banyak. Katakanlah, umPamanya, bahwa tcrdapat
tiga puluh lima oran d .
g yang se ang melamar suatu pckerjaan yang
membutuhkan kem
. an1puan tertentu, dan perusahaan yang akan
. ~enenma pegawai tersebut mempunyai seorang psikolog yang
. arus menetapkan cara-cara pelamar tersebut dalam rnemenuhi
rsyaratan yang telah ditentukan. Pertimbangan yang ber•
dasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik daripada tak ada
pertirnbangan sama sekali. Ahli psikoloqi tersebut, umpamanya
dapat memutuskan bahwa ilmu orang dari pelamar mempunyai
imajinasi yang baik, sepuluh orang mempunyai imajinasi agak
rendah, dan sisanya tak tergolong baik atau rendah. Dengan
jalan serupa, ahli psikologi itu juga akan mampu membuat
klasifikasi yang kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan
di 'bidang matematika, stabilitas emosional, dan sebagainya.
· Tentu saja, konsep-konsep ini dapat dipakai sebaqai konsep
perbandingan meskipun merupakan konsep yang lemah. Kita
dapat mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai
"imajinasi yang baik" adalah lebih baik dibandinqkan mereka
yang mernpunyai "irnajinasi yang buruk". Walaupun begitu,
andaikata ahli psikologi tersebut mengembangkan suatu metode
perbandingan yang marnpu menempatkan ketiga puluh Hrna
orang tersebut dalam suatu urutan bcrdasarkan kemampuannya
masinq-rnasinq, kita akan lebih mengetahui secara lebih banyak
lagi tentanq mereka dibandingkan dengan pengetahuan yang
berdasarkan klasifikasi kuat, lemah, clan sedang.51
Kita tak boleh mengecilkan kegunaan konsep klasifikasi
terutama pada bidang-bidang di mana metoc!e keilmuan clan
metode k .iantitatif belum berkembang. Sekarang psikologi telah
memper·gunakan metode kuantitatif secara lebih s ring, namun
masih terdapat daerah-daerah dalam psikoloqi di mana konsep
pcrband ngan yang bisa diterapkan. Bidang antropologi
harnpir t.ik rnempunyai konsep kuantitatif sama sekali. Bidang
inj 1 ebanyakan bertalian dengan klasifikasi dan mernbutuhkan
ekaJi adanya kriteria empiris yang dapat dipergunakan sebagai
dasar untuk perbandingan. Dalam bidanq seperti ini adalah pen•
ting sekali untuk mengembangkan konsep perbandingan tersebut,
yang lebih mantap dibandingkan dengan klasifikasi, meskipun
belum mungkin untuk melakukan pengukuran kuantitatif
Sering terjadi bahwa sebuah konsep perbandingan
kemudian dijadikan dasar sebuah konscp kuantitatif. Contoh
yang klasik adalah konsep tentang "lebih panas" yang kemudian
berkembang menjadi temperatur, Suatu konsep perbandingan,
terlepas dari pertanyaan, apakah konsep itu diterapkan atau
tidak, dia terikat oleh struktur hubungan logis. Namun tidak
demikian halnya dengan konsep klasifikasi, di mana dalam
mendefinisikan sebuah konsep tentang kelas kita bisa mcne•
tapkan persyaratan apa saja yang kita mau. Tentu dalam hal ini
kita harus memperhitungkan agar tak · terdapat kontradiksi
dalam persyaratan kita secara loqis. Dalam batas-batas ini
maka kita bebas untuk mendefinisikan sebuah kelas menurut
kemauan kita .asal dilakukan secara konsisten, tanpa memper•
dulikan apakah kelas itu mempunyai anggota atau tidak dalam
kehidupan kita ini. Contoh yang klasik adalah konsep tentang
unicorn. Kita mendefinisikan unicorn sebagai binatang
seperti kuda namun mempunyai tanduk di dahinya. Ini adalah
definisi yang amat baik dalam pengertian bahwa definisi
terse but memberikan arti kepada terminologi unicorn. Di sini
terminologi itu mendefinisikan sebuah kelas. Memang k~las ini
tidak ada gunanya bagi ahli zoologi karena ini adalah kosong
secara empiris-dia tidak mempunyai anggota-namun hal itu
bukanlah suatu masalah yang harus dihadapi seorang ahJi
loqika.
aan seperti di at as berbeda sekali dengan konsep
rbandincan. Tidak sepcrti halnya dalam konsep kelas, konsep
perbandingan melibatkan suatu struktur hubungan logis yang
rumit. Sekali kita menetapkan struktur ini, kita tidak bebas lagi
untuk mcnolak dan mengubahnya. Jadi kita melihat dua segi di
maria konscp perbandingan dalam llrnu tidak bersifat konven•
sional tetapi harus diterapkan kcpada fakta-fakta alami dan
mereka harus sesuai dengan struktur hubungan logis. 52
3. Aturan l)efinisi
Dcfinisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk mernberi
batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk
me mindahkannva kepada orang lain. Dengan kata lain,
mcnjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk
mcmbahas tentang hakikatnya.
Dciinisi mcmpunyai peranan penting dalam pembahasan
yang .berk2titan dengan penjelasan ieshewwuret dan pembatasan
makna lafadz mufradah, dan di segi lain terkait dengan
pcmbahasan tashdiqat dan lafadz murakkaba.
Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah
sesuatu yang menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan
karakteristik khusus pada diri individu. Penulis memberi penger•
tian definisl sebagai pengurai makna lafadz kull.i karena lafadz
juz'i. tidak mernpunyai pengertian terminologi dengan adanya
53
pcrubahar. karakteristik yang konsisten menyertainya.
Definisi yang baik adalah jemi' w~ mani (rnenveluruh dan
membatasi). Hal ini sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu
definite (membatasi). Salah satu contoh yang sering diungkapkan
adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang adalah
genus sedangkan berakal adalah differcnsia, pernbeda utama
manusia dengan makhluk-makhluk lain. Jadi, definisi yang valid
dalam lokiga perlu batasan yang jelas antara objck-objek yang
didef inisikan.