PENGELOLAAN
SAMPAH
DI TPS 3R
Penulis
Dr. Zakianis, S.K.M., M.K.M
Sifa Fauzia, S.K.M., M.K.M
Nurina V. Ayuningtyas, S.K.M., M.K.M
Erin Firliana, S.K.L
Pratiwi Koesoemawardani, S.K.L
Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto S.KM., Dr.PH
ISBN
978-979-9394-76-7
Penerbit
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Redaksi
Departemen Kesehatan Lingkungan
Gd. C, Lantai 2
Telp: 021-7863479
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
i
pemerintah daerah untuk membimbing dan mengawasi kinerja TPS 3R. Sementara itu,
buku ini juga dapat digunakan sebagai panduan bagi pengelola TPS 3R untuk
meningkatkan kinerja TPS 3R, melindungi pekerja TPS 3R dan mendorong rumah
tangga untuk memilah sampah terutama di wilayah kerja TPS 3R. Buku ini dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu meningkatkan kinerja TPS 3R melalui pendekatan sistem
yaitu masukan, proses dan luaran.
Kami berharap, buku ini merupakan langkah awal dari terciptanya masyarakat
yang sehat dan peduli tentang sampah, pengelola TPS 3R bekerja dengan baik dan
pemerintah daerah dapat membimbing dan mengawasi kinerja TPS 3R dengan baik
sehingga tercipta lingkungan yang sehat yang berdampak pada meningkatkatnya status
kesehatan masyarakat. Pengelola TPS 3R dan Pemerintah dapat menilai kinerja TPS 3R
nya dengan menggunakan Buku “Pedoman Penilaian Kinerja TPS 3R dan bank
Sampah”.
Tim Penyusun
ii
Daftar Isi
Pengantar…………………………………………………………………………………………i
Daftar Tabel...................................................................................................................................iv
Daftar Gambar...............................................................................................................................vi
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
PENUTUP ................................................................................................................................... 63
iii
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Karakteristik TPS 3R di Kota Depok, Bogor, Tangerang Selatan ................................ 16
Tabel 3.3 Contoh Rencana Kerja Masyarakat dalam Pengelolaan TPS 3R………………………19
Tabel 3.4. Contoh Jadwal Kegiatan di TPS 3R Mutiara Bogor Raya ........................................... 23
Tabel 3.5. Contoh Tata Tertib di TPS 3R Mutiara Bogor Raya .................................................... 23
Tabel 3.6. Contoh Ceklis Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Piket............................................ 24
Tabel 3.10. Formulir Pemantauan Pemilahan Sampah Rumah Tangga oleh Petugas
Pengangkut Sampah ................................................................................................ 31
Tabel 3.13. Contoh Laporan Penjualan Sampah Ekonomis di TPS 3R Mutiara Bogor
Raya.............................................................................................................................. 35
Tabel 3.14. Contoh Transaksi Pembelian Barang Ekonomi (Bank Sampah) di TPS
3R Mutiara Bogor Raya ............................................................................................... 36
Tabel 3.15. Contoh Transaksi Penjualan Barang Ekonomi di TPS 3R Mutiara Bogor
Raya.............................................................................................................................. 36
Tabel 3.16. Contoh Total Transaksi Penjualan Barang Ekonomi di TPS 3R Mutiara
Bogor Raya................................................................................................................... 36
iv
Tabel 3.17. Laporan Monitoring Kondisi Bangunan dan Prasarana TPS 3R ................................ 38
Tabel 3.23. Contoh Kartu Kompos di TPS 3R Mutiara Bogor Raya ............................................. 60
Tabel 3.25. Contoh Laporan Bulanan TPS 3R Mutiara Bogor Raya ............................................. 62
v
Daftar Gambar
Gambar 2. Contoh Sejenis Sampah Rumah Tangga yang Berasal dari Perkantoran ...................... 4
Gambar 15. Penyumbatan Aliran Air Akibat Sampah yang Di buang Sembarangan .................... 13
Gambar 16. Lalat dan Telurnya yang Tinggal Di Sisa Makanan ................................................... 14
Gambar 18. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk pada Air yang Menetap ................................... 15
Gambar 20. Contoh Bentuk dan Struktur TPS 3R Mutiara Bogor Raya........................................ 21
vi
Gambar 21. Alur Pengelolaan Sampah TPS 3R ............................................................................. 26
Gambar 27. Alur Pelaporan Pemantauan Pemilahan Sampah Rumah Tangga oleh
Petugas Pengangkut Sampah ........................................................................................ 31
Gambar 28. Contoh Invoice Iuran Sampah TPS 3R Mutiara Bogor Raya ..................................... 37
Gambar 30. Menggunakan Tas Belanja untuk Mengurangi Tas Plastik ........................................ 40
Gambar 32. Membawa Botol Minum (Tumblr) dari Rumah Sehingga Air Dapat Diisi
Ulang ............................................................................................................................ 41
Gambar 34. Surat Edaran Pembayaran TPS 3R Warga Mutiara Bogor Raya................................ 44
Gambar 37. Wadah untuk Menampung Sampah Rumah Tangga (Trash Bag, Tong
Sampah Tertutup, Tong Sampah Terbuka) .................................................................. 47
vii
Gambar 40. Sampah Disimpah di Wadah Tertutup Rapat ............................................................. 50
Gambar 42. Contoh Petugas yang Memilah Sampah Anorganik Tercampur ................................ 52
viii
1. PENDAHULUAN
Permasalahan sampah merupakan masalah yang mendesak karena berkaitan
dengan kesehatan masyarakat dan lingkungan (Whiteman et al., n.d.). Di dunia,
Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara yang banyak membuang sampah
plastik ke laut setelah Tiongkok (Jambeck et al., 2015). Timbulan sampah di Indonesia
mencapai 85.000 ton setiap harinya pada 2016 (World Bank Group, 2018). Jumlah
sampah akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,
pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan meningkatnya standar hidup masyarakat
(Guerrero et al., 2013). Kondisi ini menimbulkan berkurangnya kapasitas dan
kemampuan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dalam mengelola sampah.
Namun sayangnya, jumlah TPS 3R baru mencapai 981 lokasi yang tersebar di
beberapa kota di Indonesia (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016). Hasil penelitian yang
dilakukan di Kota Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan pada tahun 2018 menunjukkan
bahwa jumlah sampah yang berkurang melalui TPS 3R sebesar 2,15% (Zakianis, 2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya bahwa rata-rata pengurangan sampah kota-
kota di Indonesia kurang dari 5% (World Bank Group et al., 2018).
1
daerah tidak memiliki integrasi dalam persepsi pentingnya strategis nasional untuk
perencanaan tata ruang (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia, 2015).
Tidak semua TPS 3R aktif atau berfungsi. Berdasarkan penelitian di tiga kota
yaitu Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan, TPS 3R yang aktif mencapai 74% (Putri
dan Zakianis, 2018). TPS 3R yang tidak aktif mungkin disebabkan oleh kepemilikan
lahan yang tidak jelas, bangunan yang hancur, akses yang sulit ke TPS 3R serta
kurangnya pemeliharaan di TPS 3R (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan,
2017).
TPS 3R di Kota Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan, yang aktif mempunyai
kinerja pengelolaan sampah yang efisien hanya 29,2% (Zakianis, 2019). Sementara itu,
di tingkat nasional TPS 3R yang berfungsi dengan baik hanya sebesar 10%
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia: Direktorat
Jenderal Cipta Karya, 2016). Kinerja TPS 3R di tiga kota lebih baik bila dibandingkan
dengan angka nasional.
2
2. SUMBER SAMPAH
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari yang dihasilkan oleh manusia
dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat (Undang-Undang Republik Indonesia,
2008). Jumlah sampah dapat berubah akibat adanya perubahan pada teknologi, gaya
hidup, dan sosial ekonomi masyarakat (Niyati, 2015).
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga, yang berasal dari kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
3
Gambar 2. Contoh Sejenis Sampah Rumah Tangga yang Berasal dari Perkantoran
Sumber: Markgraf (2018)
c. Sampah spesifik, yaitu sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
serta memerlukan pengelolaan khusus. Contohnya adalah sampah hasil industri
dan puing bongkaran bangunan.
4
(Bhada-Tata & Hoornweg, 2012). Sampah domestik yang berasal dari perkotaan disebut
dengan sampah padat perkotaan (municipal solid waste). Sampah padat perkotaan yang
bersumber dari pemukiman, pasar, pertokoan, perkantoran, hotel dan restoran,
penyapuan jalan, dan taman-taman, disebut dengan sampah rumah tangga. Sedangkan
sampah padat perkotaan yang berasal dari industri dan rumah sakit disebut dengan
sampah sejenis sampah rumah tangga (Damanhuri & Padmi, 2010).
Sampah mudah busuk merupakan sampah yang mudah membusuk dan dapat
dihancurkan secara alami oleh alam, contohnya sampah sisa makanan, sayuran, dan
daun-daunan. Komposisi sampah rumah tangga masyarakat Asia Tenggara umumnya
adalah sampah mudah busuk sebanyak 62% dan sisanya adalah sampah yang tidak
mudah busuk (Bhada-Tata & Hoornweg, 2012). Masyarakat Indonesia diperkirakan
menghasilkan sekitar 58% sampah mudah busuk dibanding sampah tidak mudah busuk
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2008). Sampah mudah
busuk dapat dimanfaatkan kembali menjadi kompos dan pakan ternak.
5
2.2.2. Sampah Tidak Mudah Busuk
Sampah tidak mudah busuk merupakan sampah yang tidak dapat dihancurkan
secara alami serta membutuhkan waktu yang sangat lama agar dapat berkurang
jumlahnya di lingkungan. Contoh sampah tidak mudah busuk adalah sampah kertas,
plastik, pecahan kaca, dan logam. Pada perencanaan pengelolaan sampah suatu kota,
sampah tidak mudah busuk umumnya dibedakan lagi menjadi lima kategori yaitu kertas,
plastik, kaca, logam, dan lainnya (Bhada-Tata & Hoornweg, 2012). Sampah tidak
mudah busuk dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk daur ulang seperti kerajinan
tangan, bubur kertas, atau dijual ke perusahaan.
6
2.2.2.2 Sampah Plastik
Sampah plastik dapat berupa gelas plastik, ember, ban, botol plastik, kantong
plastik, ban, kulit kabel, dan plastik kemasan. Plastik merupakan produk dari petroleum
(minyak tanah) dan dapat menghasilkan energi hampir sebanding dengan bahan bakar
minyak.
Pada perkotaan, sampah plastik menyumbang 10% dari berat rata-rata timbulan
sampah dan sekitar 20% dari total volume sampah kota yang sulit terurai oleh alam
sehingga banyak mengambil lahan di TPA. Padahal hampir semua plastik merupakan
bahan yang mudah didaur ulang (Kohren & Bisesi, 2003).
Sampah kaca dapat berupa lampu, botol kaca, piring, dan kontainer lainnya.
Sampah kaca dapat dilakukan daur ulang, penggunaan kembali atau dibuang ke
pembuangan akhir.
7
Gambar 7. Contoh Sampah Kaca
Sumber: Ministry of Housing and Local Government (2018)
Sampah logam dapat berupa besi, wajan, kaleng, seng, alumunium, aki, dan
tembaga.
Sampah lainnya dapat berupa karung, tekstil, karet, sampah elektronik, dan abu.
Sampah karet seperti ban bekas dapat menyimpan air dan menjadi sarang perindukan
8
nyamuk sehingga dapat membantu penyebaran penyakit yang disebarkan melalui
gigitan nyamuk seperti DBD, chikungunya, dan encephalities.
Sampah residu adalah sampah yang tidak dapat digunakan kembali, tidak dapat
diolah kembali dan sulit terurai oleh alam. Contoh sampah residu adalah bekas
pembalut, popok, kemasan teh, tissue bekas, dan plastik kemasan seperti kemasan mie
instan, kopi sachet, sampo sachet, dan lain sebagainya. Sebelum dibuang, sebaiknya
sampah popok dan pembalut sebaiknya dicuci terlebih dahulu, karena hasil buangan
yang berasal dari tubuh dapat menjadi sumber penyakit.
9
2.2.4. Sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
10
menyingkirkan sampah dari pandangannya tanpa mengetahui dampak dari tindakan
tersebut.
11
2.4. Dampak Sampah Terhadap Lingkungan
Sampah yang dibuang sembarang ke aliran air akan menyumbat saluran air.
Saluran air yang tersumbat lama kelamaan akan menimbulkan banjir. Aliran air yang
sudah tercemari oleh sampah dan bakteri di dalamnya tentu akan meresap ke sumber air
dibawahnya. Tanah yang di atasnya terdapat sampah, akan ikut tercemar dan zat
berbahaya dari sampah akan masuk ke dalam tanah. Hal tersebut akan menyebabkan
sumber air tanah tercemar.
12
Gambar 15. Penyumbatan Aliran Air Akibat Sampah yang Dibuang Sembarangan
Sumber: Min (2015)
2.5.1. Diare
Sampah popok sekali pakai yang mengandung tinja manusia dapat menyebarkan
bakteri penyebab diare. Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dalam
tinja masuk ke dalam saluran pencernaan manusia. Kondisi demikian dapat terjadi
apabila kondisi sanitasi buruk dan perilaku manusia yang tidak higienis (WHO, 2006).
Ketika sampah yang mengandung tinja manusia dibuang, bakteri juga akan menempel
di tangan manusia. Apabila tidak dicuci dengan sabun dan air mengalir, bakteri tentu
akan masuk ke dalam tubuh ketika makan atau ketika memberi makan anak.
13
Gambar 16. Lalat Dan Telurnya yang Tinggal Disisa Makanan
Sumber: Sanchez-Arroyo (2017)
2.5.2. Kolera
2.5.3. Riketsia
Penyakit ini disebabkan dari kutu yang menggigit manusia dan menyebarkan
bakteri tifus (Rickettsia typhi) ke saluran darah. Kutu ini dibawa oleh tikus yang sering
berada di dekat manusia. Apabila sampah dibiarkan menumpuk maka akan mengundang
tikus untuk berkeliaran di sekitar lingkungan tempat tinggal. Kutu dapat loncat dan
hinggap di tempat yang tidak terlihat.
14
Gambar 17. Tikus Ditumpukan Sampah
Sumber: Express UK (2016)
15
3. PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS 3R
Ada beberapa persyaratan yang diwajibkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,
untuk mendirikan TPS 3R. yaitu luas minimal TPS 3R sebesar 200 m2 yang mampu
melayani 400 Kepala Keluarga (KK) dan hanya menampung sampah tercampur 20%
dan sampah yang sudah terpilah 80%; ada sarana pengelompokkan sampah minimal 5
(lima) jenis; TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan sampah
organik, dan/atau unit penghasil gas bio, gudang, zona penyangga, dan tidak
mengganggu estetika serta lalu lintas; jenis pembangunan penampung sisa pengolahan
sampah di TPS 3R bukan merupakan wadah permanen; lokasi TPS 3R sedekat mungkin
dengan daerah pelayanan dalam radius tidak lebih dari 1 km; luas lokasi dan kapasitas
sesuai kebutuhan; lokasi mudah diakses; tidak mencemari lingkungan; memiliki jadwal
pengumpulan dan pengangkutan; (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Republik Indonesia Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 2017) dan keberadaan TPS3R dapat
diintegrasikan dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti bank
sampah (Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2013). Berdasarkan hasil
penelitian di tiga kota yaitu Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan menunjukkan rata-
rata luas TPS 3R sekitar 400m2 dengan jumlah yang dilayani sebesar 903 rumah tangga
untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada tabel berikut ini (Zakianis, 2019).
Tabel 3.1. Karakteristik TPS 3R di Kota Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan
Tahun 2019
No Karakteristik TPS 3R Keterangan
1 Rata-rata timbulan sampah per hari 4, 28m3 per hari
2 Rerata jumlah ruta 903,32 ruta
2
3 Rata-rata luas TPS3R 421,3 m
4 Rata-rata jumlah tenaga operasional 7,2 orang
5 Biaya operasional/bulan Rp13.945.222,-
6 Rerata honor tenaga operasional /bulan Rp1.511.000,-
7 % rumah tangga yang membayar iuran sampah/bulan 87%
8 Rata-rata iuran pengumpulan sampah per bulan Rp19.000,- per bulan
9 % rumah tangga yang dilayani 1 tahun terakhir 87%
10 % pengurangan sampah per hari di wilayah TPS 3R 50%
Jumlah sampah per hari yang dikelola oleh TPS3R masih dibawah standar. Hal
ini mengacu pada pada standar yaitu luas TPS3R sebesar 200 m2 mampu mengolah
16
sampah 3–4 m3/hari (Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Cipta Karya 2014; (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman 2017).
Jumlah rumah tangga yang dilayani oleh TPS 3R masih di bawah standar yang
ada karena luas TPS 3R sebesar 200 m2 mampu melayani 400 Kepala Keluarga (KK)
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
2017). Berdasarkan wawancara dengan para pengelola TPS3R, rumah tangga yang
dilayani hanya sedikit karena khawatir TPS3R tidak mampu mengelola sampah apabila
ada penambahan jumlah rumah tangga. Apabila TPS3R tidak mampu mengelola
sampah dengan baik, dikhawatirkan akan ada keluhan dari masyarakat yang jika tidak
terselesaikan akan berdampak pada penutupan kegiatan operasional TPS3R (Zakianis,
2019).
Rata-rata pengurangan sampah di wilayah kerja TPS 3R hanya 50%. Hal ini
berarti residu yang dihasilkan oleh TPS 3R masih tinggi yaitu sebesar 50% (Zakianis,
2019). Pada umumnya besar residu sampah berkisar antara 28% sampai dengan 38%
(Damanhuri & Padmi, 2010). Berdasarkan wawancara kualitatif dengan pembina dan
koordinator TPS 3R menunjukkan bahwa apabila sampah yang dikirim ke TPS 3R
masih tercampur maka ada TPS 3R yang berfungsi sebagai TPS. Kegiatan memilah
sampah di TPS3R membutuhkan waktu yang lama dan kadang-kadang mengakibatkan
kejenuhan bagi tenaga operasional. Akibatnya, tenaga operasional melalaikan
pembuatan kompos dan hanya memilah sampah yang mempunyai nilai ekonomis.
Hasilnya, masih banyak terdapat sampah yang tidak mudah busuk seperti kemasan kecil
yang sulit dipilah (Zakianis, 2019).
17
sampah di sumber, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan daur ulang sampah
serta pembuangan akhir sampah (Guerrero et al., 2013).
18
Berbagai aspek legal sebaiknya secara rutin disosialisasaikan oleh pemerintah
daerah kepada pengelola TPS 3R, minimal satu tahun sekali. Dalam rangka tertib
administrasi dan dokumen pencatatan maka di dalam melakukan sosialisasi peraturan
sebaiknya dilengkapi dengan keterangan daftar hadir peserta, pembicara yang
melakukan sosialisasi, waktu sosialisasi, dan tempat untuk melakukan sosialisasi, jenis
peraturan yang disosialisasikan seperti konsep 3R, hadiah dan sanksi bagi masyarakat
yang melanggar peraturan, dan lain sebagainya.
No Program Kerja
A Jangka Pendek (1 tahun)
1. Penetapan iuran pengumpulan dan pengangkutan sampah
2. Penyuluhan pemilahan sampah ke masyarakat
3. Pengangkutan sampah terjadwal sesuai dengan kesepakatan
B Jangka Menengah (3 tahun)
1. Inovasi pengolahan sampah mudah busuk (maggot)
2. Mewajibkan warga memilah sampah dari sumber menjadi 2 atau 3 jenis yaitu sampah
mudah busuk, sampah bernilai ekonomi, residu
3. Iuran sampah dibayarkan tepat waktu oleh warga
4 Warga yang membayar 100%
C Jangka panjang (5 tahun)
1. Meningkatkan cakupan dan layanan dan jumlah layanan pengangkutan sampah
2. Pengurangan pengiriman sampah ke TPA
19
3.2.2.2. Legalitas TPS 3R
Legalitas TPS 3R dapat dilihat berupa Surat Keputusan (SK) baik dari
lurah/camat/dinas atau lainnya dan sebaiknya mempunyai masa berlaku. Legalitas dapat
diperpanjang atau diperbaharui.
Bentuk dan struktur organisasi TPS 3R dapat diketahui dari anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga (AD/ART). Struktur organisasi TPS 3R minimal meliputi:
ketua, sekretaris, bendahara, dan tenaga operasional TPS 3R yang terdiri atas
koordinator lapangan, tenaga pengangkut, tenaga pemilah, operator. Bentuk organisasi
TPS 3R berupa bagan yang dapat dilihat pada contoh di Gambar 19 dan 20.
Penanggung Jawab
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris Bendahara
Anggota
20
Gambar 20. Contoh Bentuk dan Struktur TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya (2017)
21
a. Apabila sampah sudah terpilah dari sumber maka tenaga operasional memilah
sampah yang tidak mudah busuk dikelompokkan menjadi sampah plastik,
kertas, kardus, logam dan lain sebagainya
b. Apabila sampah belum terpilah di sumber maka tenaga operasional memilah
sampah busuk dan tidak mudah busuk. Sampah tidak mudah busuk dipilah lagi
menjadi sampah kertas, plastik, logam, kayu, dan lain sebagainya.
5) Sampah yang mudah busuk diolah menjadi kompos yang kegiatannya dimulai
dari:
a. pencacahan
b. pengomposan
c. pengeraman
6) Setiap selesai kegiatan tenaga operasional wajib mencuci kendaraan pengangkut
sampah supaya tidak mudah berkarat akibat air lindi dari sampah
7) Membersihkan TPS 3R supaya tidak menjadi tempat perindukan vektor
8) Sampah residu ditampung dalam wadah yang tertutup serta kedap air, dan secara
berkala diangkut oleh petugas ke TPS 3R minimal 3 hari sekali atau dua kali
setiap minggu.
Agar tertib administrasi dan tidak saling menyalahkan antara pengelola dan
tenaga operasional TPS 3R maka sebaiknya dibuat aturan bersama yaitu tata tertib yang
telah disepakati oleh pengelola dan tenaga operasional TPS 3R. Contoh tata tertib di
TPS 3R dapat dibaca pada tabel di bawah ini.
22
Tabel 3.4 Contoh Jadwal Kegiatan di TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Catatan sanksi:
1) Jika ada kelebihan jam kerja karena ketidaktepatan waktu yang dibuat oleh petugas
maka tidak dihitung lembur
23
2) Kesalahan pribadi akibat tidak mematuhi tata tertib diberikan sanksi bertahap dari
SP 1 hingga SP 3 (pemutusan hubungan kerja)
Tabel 3.6. Contoh Checklist Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Piket
Bulan _______ 2019
Tanggal
No Kegiatan Spesifikasi
1 2 3 4 5 6 dst
1 Bersihkan halaman Tidak ada sampah
kantor dan area luar yang berceceran,
TPS 3R sampah terkumpul
sesuai dengan
kategorinya
2 Bersihkan semua Bersih, tidak berbau
kamar mandi
3 Bersihkan peralatan Bersih
yang sudah digunakan:
mesin giling, mesin
pencacah, timbangan
4 Bersihkan area setelahTidak ada sampah
pemilahan yang berceceran,
sampah terkumpul
sesuai kategorinya
5 Bersihkan ruang Tidak ada sampah
pengolahan yang berceceran,
sampah terkumpul
dengan kategorinya
Paraf Supervisor
Pengisian: (V) = Dilakukan; (X) = Tidak dilakukan
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya
24
Tabel 3.7. Contoh Checklist Tugas dan Tanggung Jawab Administrasi
Bulan _______ 2019
Tanggal
No Kegiatan Spesifikasi
1 2 3 4 5 6 dst
1 Catat absensi Jam masuk dan jam
pulang dicatat dengan
benar
2 Catat rit Jumlah rit dan jam
dicatat dengan benar
3 Catat hasil Nilai timbangan sesuai
penimbangan dengan angka pada
(pastikan selalu timbangan
ditimbang)
4 Catat sampah Catat hasil penjualan
ekonomis organik & sampah dengan benar
anorganik
5 Bersihkan kantor dan Kantor bersih, tidak
kamar mandi berdebu, disapu, dipel
secara rutin
6 Bersihkan area Kantor bersih, tidak
istirahat karyawan berdebu, disapu, dipel
secara rutin
7 Mengawasi proses Proses pemilahan
pemilahan dan dilakukan dengan benar
kebersihan
8 Mengawasi proses Proses penimbangan
penimbangan di dilakukan dengan benar
lokasi penimbangan
Paraf Supervisor
Pengisian: (V) = Dilakukan; (X) = Tidak dilakukan
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya
25
Timbulan sampah Rumah tangga memilah sampah/ Diangkut petugas secara terpilah/
rumah tangga Tidak memilah sampah Tidak terpilah ke TPS 3R
Tidak mudah busuk Residu Mudah busuk Tidak mudah busuk Residu
bernilai ekonomis bernilai ekonomis
26
Tabel 3.8. Pengelola dan Tenaga Operasional TPS 3R
No Struktur Pengelola TPS 3R Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
1 Ketua
2 Sekretaris
3 Bendahara
4 Sarana/prasarana
5 Pengelolaan
6 Sosialisasi
7 Pengembangan bisnis
8 Jumlah pengelola TPS 3R
Jenis Tenaga Operasional
1 Koordinator lapangan
2 Tenaga pengangkut
3 Tenaga pemilah
4 Operator (pencacah/pembuat kompos,
dan lain sebagainya
5 Administrasi
6 Penagih iuran sampah
Jumlah Total Tenaga Operasional
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya
27
3.2.2.7. Alat Pelindung Diri bagi Tenaga Operasional
1) Seragam kerja
Seragam digunakan untuk melindungi petugas dari paparan bahaya saat bertugas
di area tempat pemilahan sampah.
2) Topi pelindung/helm
Topi pelindung atau helm digunakan untuk melindungi kepala dari benda jatuh.
28
3) Masker
Masker digunakan untuk melindungi petugas dari debu yang mengancam di
tempat kerja serta mengurangi paparan bau dari limbah yang membusuk.
4) Sepatu tertutup
Sepatu tertutup melindungi petugas dari cidera kaki akibat benda tajam atau dari
benda yang terjatuh. Selain itu, sepatu tertutup juga dapat melindungi petugas
dari penyakit yang bersumber dari air lindi di tempat pengolahan sampah.
Sepatu boot merupakan jenis sepatu yang lebih cocok untuk petugas pengangkut
dan pemilah sampah.
29
5) Sarung tangan
Sarung tangan merupakan APD yang penting untuk tenaga operasional TPS 3R
untuk memastikan petugas terlindung dari cidera tangan. Jenis sarung tangan
yang cocok untuk petugas pengangkut dan pemilah sampah adalah sarung
tangan berbahan karet atau lateks.
30
Rumah Tangga Pelaporan kepada Pengelola TPS
Pemantauan Pemilahan Sampah 3R saat Rumah Tangga Tidak
oleh Petugas Pengangkut Sampah Memilah Sampah
Gambar 27. Alur Pelaporan Pemantauan Pemilahan Sampah Rumah Tangga oleh
Petugas Pengangkut Sampah
31
melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan TPS 3R ke pemerintah daerah dan ke
masyarakat. Dalam rangka menjaga akuntabilitas keuangan maka sebaiknya TPS 3R
mempunyai catatan pelaporan keuangan yaitu pemasukan dan pengeluaran setiap bulan.
Berikut formulir pencatatan keuangan yaitu pemasukan dan pengeluaran setiap bulan di
Tabel 3.11.
Oleh karena sebagian biaya operasional bersumber dari masyarakat maka perlu
pemantauan terhadap iuran pengangkutan dan pengumpulan sampah di masyarakat oleh
pengelola TPS 3R. Pemantauan iuran ini penting karena menjamin kelangsungan
kegiatan operasional TPS 3R. Contoh table pemantauan iuran pengumpulan dan
pengangkutan sampah rumah tangga per bulan pada Tabel 3.12.
32
Tabel 3.11. Pelaporan Keuangan di TPS 3R per Bulan
Tahun:
Bulan
No Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemasukan
1 Iuran pengumpulan dan pengangkutan sampah
2 Bantuan pemerintah daerah
3 Bantuan lainnya
4 Hasil penjualan sampah daur ulang
Total Pemasukan
Pengeluaran Rutin per Bulan
1 Gaji pengelola TPS 3R
2 Gaji koordinator pengelola TPS 3R
3 Gaji tenaga operasional/bulan
5 Pembelian sampah ekonomis (bank sampah)
4 Bahan bakar
5 Listrik
6 Air
7 Pulsa
8 Sabun MCK
9 BPJS
10 Sopir pengangkut sampah ke TPA
11 Susu
12 Retribusi dinas kebersihan
13 Lainnya
33
Bulan
No Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengeluaran Tidak Rutin
1 Ganti oli
2 Cas accu mesin
3 APD
4 THR
5 Ganti ban
6 Pengeluaran darurat
7 Lainnya
Total Pengeluaran
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya
34
Tabel 3.12. Pemantauan Iuran Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Rumah
Tangga per Bulan
Bulan
No Nama Alamat Rumah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
35
Transaksi pembelian dan penjualan barang di TPS 3R sebaiknya juga dicatat
dengan baik, contoh transaksi pembelian barang dapat dibaca pada Tabel 3.14 dan Tabel
3.15 serta Gambar 28.
Saldo Tabungan
Bulan Pembelian Penjualan Laba Keterangan
Lama Nasabah
36
Gambar 28. Contoh Invoice Iuran Sampah TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Kondisi bangunan dan prasarana yang lengkap terdiri atas hangar, ruang kantor,
ketersediaan air, ketersediaan saluran drainase, dan adanya arm roll. Kondisi bangunan
dan prasarana berfungsi apabila hanggar dapat digunakan untuk memilah sampah &
membuat kompos, ruang kantor dapat digunakan untuk bekerja, tersedia air bersih yang
mengalir, saluran drainase tidak tersumbat dan arm roll dapat digunakan untuk
menampung sampah residu. Berikut ini laporan monitoring kondisi bangunan dan
37
prasarana yang dapat digunakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan atau
pengelola TPS 3R disajikan pada Tabel 3.17.
Sumber: Formulir Laporan Monitoring dan Pengawasan Lapangan pada UPS Kota Depok dan Format
Laporan Bulanan TPS 3R Kota Bogor
38
3.2.5.1. Pengurangan Sampah
39
Gambar 29. Menghabiskan Makanan
Sumber: Thomsom (2016)
40
Gambar 32. Membawa Botol Minum (Tumbler) dari Rumah
Sehingga Air Dapat Diisi Ulang
Sumber: Cole (2018)
Masyarakat membayar iuran pengelolaan sampah dengan dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pembiayaan secara langsung berarti setiap rumah tangga
yang memperoleh layanan pengangkutan sampah, maka rumah tangga tersebut akan
langsung membayar besarnya iuran sampahnya. Pengumpulan iuran tersebut biasanya
dilakukan dalam skala RW ataupun RT (Manurung, 2013). Pembayaran secara tidak
langsung artinya rumah tangga yang memperoleh layanan pengangkutan sampah tidak
secara khusus membayar iuran sampahnya tetapi biaya sampah dijadikan satu dengan
biaya pelayanan publik lainnya seperti pembayaran air atau listrik (United Nations
Environment Program, 2005). Pertanggungjawaban keuangan dari iuran pengumpulan
dan pengangkutan sampah sangat penting maka dokumen pencatatan dan pelaporan
harus baik dan lengkap. Masyarakat perlu diajak berkomunikasi dalam hal pembiayaan
pengelolaan sampah di TPS 3R. Bentuk komunikasi berbagai macam, tetapi apabila
bentuk komunikasi ada surat maka akan lebih baik. Masyarakat juga perlu mempunyai
catatan iuran pengumpulan dan pengangkutan sampah, demikian pula dengan pengelola
TPS 3R sehingga saling terjaga kepercayaan dalam pengelolaan keuangan di TPS 3R.
Contoh mengenai rekapitulasi iuaran pengumpulan dan pengangkutan sampah baik oleh
masyarakat atau pengelola dapat dibaca pada Tabel 3.18 dan Gambar 33. Informasi
resmi mengenai tarif pengumpulan dan pengangkutan sampah dalam bentuk surat juga
dapat dibaca pada Gambar 34.
41
Tabel 3.18. Rekapitulasi Iuran Pengumpulan Sampah
Komponen Data
Besarnya iuran ruta/kk per bulan Rp
Jumlah ruta/kk yang membayar
iuran sampah per bulan ................................. orang
Gambar 33. Contoh Kartu Iuran Warga sebagai Partisipasi Masyarakat TPS 3R
Mutiara Bogor Raya
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya
42
43
Gambar 34. Surat Edaran Pembayaran TPS 3R ke Warga Mutiara Bogor Raya
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya
44
3.3. Proses Pengelolaan Sampah di TPS 3R
Sampah yang tidak mudah busuk apabila ditumpuk di TPA akan sangat lama terurai di
lingkungan sehingga mampu melepaskan zat lindi yang berbahaya bagi lingkungan. Zat
tersebut berupa air lindi yang sering mencemari aliran air di sekitarnya. Air yang
tercemar lindi tersebut akan meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air
penduduk.
45
Sampah yang menumpuk di TPA juga dapat menghasilkan gas metan yang dapat
menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global merupakan masalah yang dapat
menyebabkan perubahan iklim dunia. Salah satu dampak dari perubahan iklim tersebut
adalah kekeringan panjang, badai, dan tenggelamnya pulau-pulau. Menumpuknya gas
metan yang dihasilkan oleh sampah juga dapat menyebabkan kebakaran sampah.
46
orang di rumah tangga, agar saat hendak membuang sampah, sampah dapat langsung
dibuang sesuai jenisnya.
1) Menyiapkan wadah
Pewadahan sampah di rumah tangga dimulai dari menyiapkan wadah yang sesuai
dan apakah wadah terbuka/tertutup. Sampah mudah busuk (basah) sebaiknya
ditempatkan pada wadah tertutup agar tidak mudah didatangi binatang pengganggu
dan mencegah tersebarnya bau tidak sedap.
Wadah yang diperlukan dapat berupa tong sampah, trash bag, atau kontainer lain
yang sekiranya dapat dijadikan tempat penampungan sampah sementara. Wadah
sampah sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan kedap air,
ekonomis dan mudah diperoleh masyarakat, serta mudah dikosongkan (Badan
Standarisasi Nasional, 2002)
Gambar 37. Wadah untuk Menampung Sampah Rumah Tangga (Trash Bag,
Tong Sampah Tertutup, Tong Sampah Terbuka)
Sumber: American Waste (2018); University Cambridge (n.d.)
47
Penempatan wadah tersebut biasanya di dapur, kamar, atau di tempat lain yang
mudah dilihat dan dijangkau. Jumlah wadah disesuaikan dengan volume jenis
sampah yang ingin dipilah. Disarankan agar rumah tangga menyiapkan tiga wadah
untuk sampah mudah busuk, sampah tidak mudah busuk, dan sampah residu (tidak
dapat didaur ulang kembali). Jika Anda menyiapkan wadah berupa tong sampah
atau wadah lain, sebaiknya wadah tersebut dilapisi dengan plastik kembali agar
ketika sudah penuh dapat diikat rapi dan mudah untuk diangkut.
48
Tabel 3.19. Contoh Daftar Jenis Sampah di Rumah Tangga
Sampah Tidak Mudah
Sampah Mudah Busuk Residu
Busuk Bernilai Ekonomi
Sisa makanan Kertas, kardus, koran Bekas pembalut
Sayuran busuk Botol kecap, air mineral Popok bayi
Daun-daun kering Kaleng Lampu pijar
Makanan kadaluwarsa Pecahan kaca Oli bekas, baterai bekas
Botol sabun, shampoo Obat, botol obat
Ban bekas Tisu bekas
Ampas teh
Tinta, pulpen, spidol
49
Gambar 40. Sampah Disimpan di Wadah Tertutup Rapat
Sumber: (American Waste, 2018)
50
menggunakan kendaraan pengangkut yang berbeda atau kendaraan yang sama tetapi
dengan jadwal yang berbeda(Damanhuri & Padmi, 2010).
51
Gambar 42. Contoh Petugas yang Memilah Sampah Anorganik Tercampur
Sumber: Rosalina, 2018
52
Gambar 43. Contoh Gerobak Sampah Terpilah
Sumber: Dokumentasi penulis
53
teknis dua sampai tiga tahun.
Total
54
3.3.4. Jenis Pengolahan Sampah di TPS 3R
55
Sampah yang dikumpulkan dan diangkut secara terpilah akan dimanfaatkan dan
diolah. Sampah mudah busuk seperti sisa makanan dan daun-daun dari kebun
merupakan bahan baku untuk membuat kompos. Pengolahan sampah dengan daur ulang
umumnya hanya dilakukan pada sampah kertas, karton, plastik, kaca, aluminium, kain,
dan baja (Tchobanoglous & Kreith, 2002; Everett, n.d.). Kegiatan daur ulang antara lain
sampah dipilah, membersihkan label yang menempel di sampah, mencuci sampah daur
ulang, dan mengirim sampah daur ulang ke pusat daur ulang (Tchobanoglous & Kreith,
2002).
56
2) Jenis sampah yang dapat dijadikan kompos
Sebelum membuat kompos, sampah harus dipilah terlebih dahulu, bahan yang
tidak dapat dijadikan kompos dibuang (Nag and Vizayakumar, 2005).
4) Bahan kompos
Seluruh sampah mudah busuk cocok untuk pengomposan. Bahan yang
mengandung karbon atau nitrogen, misalnya sayuran hijau atau sampah mudah
busuk berwarna coklat. Material berwarna coklat termasuk daun kering, jerami,
dan serpihan kayu. Pupuk merupakan salah satu bahan terbaik yang dapat
ditambahkan ke setiap tumpukan kompos karena mengandung nitrogen dan
mikroba bermanfaat dalam jumlah besar (Nag and Vizayakumar, 2005). Bahan
baku yang mengandung karbon dan nitrogen dicampur dengan rasio per kilogram
35:50. Rasio tersebut berdasarkan biomassa dan kebutuhan energi mikroba.
Konsentrasi nitrogen yang tidak memadai (rasio tinggi C:N) menghasilkan
biomassa mikroba yang terbatas dan perlambatan penguraian. Kelebihan
konsentrasi nitrogen (rasio rendah C:N) kemungkinan akan menghasilkan
ammonia (berbau) dan nitrat (mencemari air) (Nag and Vizayakumar, 2005).
Namun, daging, hasil olahan daging, hasil olahan susu, dan makanan berlemak
tinggi seperti saus salad dan selai kacang, dapat menimbulkan masalah. Sisa
potongan daging akan terurai dengan sendirinya namun berbau busuk dan menarik
bagi hama. Kulit telur dapat menjadi bahan tambahan yang bagus namun terurai
lambat dan harus dihancurkan terlebih dahulu (Nag and Vizayakumar, 2005).
57
Faktor penting lain yang perlu dipertimbangkan saat membuat campuran kompos
adalah kandungan air. Kadar air optimal harus berada pada kisaran 40–60%.
Kadar air tersebut menjadi titik keseimbangan antara air dan udara yang mengisi
pori-pori tanah yang memungkinkan kelembaban yang mencukupi untuk
penguraian serta ketersediaan pasokan oksigen. Kandungan air yang ideal akan
bervariasi tergantung ukuran partikel dan kepadatan, dan substrat organik yang
harus kering demi aerasi yang memadai. Kelebihan kadar air berpotensi
menimbulkan bau busuk melalui penguraian anaerobik, juga meningkatkan
potensi limpasan dan tumpukan kompos saat musim hujan (Nag and Vizayakumar,
2005).
5) Tahap pengomposan
Pada proses pengomposan, mikroorganisme mengurai bahan organic sampah dan
menghasilkan karbondioksida, air, panas, dan humus, dengan hasil akhir produk
yang relatif stabil. Pada kondisi optimal, pengomposan melalui tiga fase yaitu
mesofilik, termofilik dan pematangan. Pada mesofilik atau fase bertemperatur
sedang berlangsung selama beberapa hari. Pada termofilik atau fase bertemperatur
tinggi yang berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa bulan, dan
akhirnya fase pematangan dan pendinginan berlangsung selama beberapa bulan
(Nag and Vizayakumar, 2005). Waktu pembuatan kompos bervariasi antara satu
bulan sampai dengan tiga bulan (Chandrappa & Das, 2012). Beberapa
mikroorganisme yang berbeda mendominasi fase pengomposan yang bervariasi.
Penguraian awal dilakukan oleh mikroorganisme mesofilik, yang dengan cepat
memecah larutan dan senyawa yang dapat terurai. Panas yang dihasilkan
menyebabkan suhu kompos meningkat cepat. Saat temperatur meningkat diatas
40oC, mikroorganisme mesofilik menjadi kurang kompetitif dan diganti
mikroorganisme termofilik, yang menyukai panas. Pada temperatur 55oC ke atas,
banyak mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi manusia dan tumbuhan
akan hancur. Suhu di atas 65oC akan membunuh banyak mikroba dan membatasi
laju penguraian, sehingga diperlukan aerasi dan pencampuran untuk menjaga suhu
di bawah titik ini. Selama fase termofilik, temperatur tinggi akan mempercepat
pemecahan protein, lemak, dan karbohidrat kompleks seperti selulosa dan hemi-
selulosa, yang menjadi struktural molekul utama pada tanaman. Seiring pasokan
58
senyawa berenergi tinggi semakin habis, temperatur kompos secara bertahap
menurun dan mikroorganisme mesofilik mengambil alih untuk fase akhir atau
pematangan bahan organik tersisa (Nag and Vizayakumar, 2005).
6) Penumpukan kompos
Tempat penumpukan kompos harus memperhatikan sirkulasi udara karena
sebagian besar organisme yang mengurai sampah mudah busuk termasuk kategori
aerobik yang membutuhkan udara untuk bertahan hidup. Udara yang mengandung
setidaknya 50% oksigen harus menjangkau seluruh bagian material pengomposan
demi mencapai hasil optimal (Nag and Vizayakumar, 2005).
Kompos yang dihasilkan dari proses degradasi yang diuraikan, baik pada
pengomposan tradisional maupun pada pengomposan modern (pengomposan
dipercepat) disebut sebagai kompos setengah matang yang belum stabil, dan tidak baik
bila digunakan langsung pada tanaman. Dibutuhkan proses pematangan agar tanaman
yang menggunakan tidak terganggu, misalnya akibat panas reaksi yang ditimbulkan.
Proses pematangan kompos sampai saat ini biasanya dilakukan dalam bentuk diangin-
angin di udara terbuka. Pengomposan setengah matang dapat dipercepat dengan
mengatur faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga berada dalam kondisi yang
optimum. Rekayasa pengomposan lebih banyak berkonsentrasi pada proses ini
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya
Republik Indonesia, 2017).
59
Pada pembuatan kompos perlu diperhatikan tenaga operasional yang bertugas dan apa
saja tugas yang harus dilakukan oleh tenaga operasional TPS 3R. Contoh pencatatan
dan pelaporan mengenai riwayat pengomposan dapat dilihat pada Tabel 3.23.
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
60
membutuhkan 1 m2 (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, 2017). Rumah tangga yang dilayani oleh TPS 3R sangat
tergantung dari kemampuan TPS 3R dalam memaksimalkan pelayanan yang ada.
Sebagai contoh, apabila rasio rumah tangga yang sampahnya diangkut oleh TPS3R
dibagi dengan luas TPS3R (jumlah ruta/m2) sebesar 1,74 maka cakupan rumah tangga
yang sampahnya diangkut ke TPS3R sebanyak 87% berdasarkan perhitungan acuan
yang ada maka perhitungannya: 1,74:2 x 100% = 87%. Dengan demikian, TPS 3R
masih mampu meningkatkan cakupan layanan rumah tangga sebesar 23%.
61
3.4.3. Segi Konsep 3R
62
4. PENUTUP
Buku ini diharapan dapat menjadi panduan bagi pemerintah daerah terutama
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan suatu kota untuk melakukan pembinaan dan
pemantauan TPS 3R. Buku ini juga dapat digunakan oleh pengelola TPS 3R dalam
menjalankan kegiatan TPS 3R sehingga terjamin akuntabilitas dan transparansi kegiatan
TPS 3R sehingga kepercayaan masyarakat meningkat terhadap pengelolaan sampah di
TPS 3R. Buku ini juga dilengkapi dengan buku lain yaitu Buku Penilaian Indikator
Kinerja TPS 3R dan Bank Sampah. Apabila buku panduan ini telah dipahami dan
digunakan maka Pemerintah Daerah yaitu di tingkat kota dan pengelola TPS 3R dapat
menilai kinerjanya sehingga dapat dilakukan perbaikan baik dari masukan seperti aspek
legal, kelembagaan, keuangan, teknis, partisipasi masyarakat, proses pengolahan
sampah di TPS 3R dan luaran pengelolaan sampah di TPS 3R yaitu aspek kesehatan
masyarakat, lingkungan dan konsep 3R. Buku ini diharapkan dapat membantu
pemerintah baik pusat dan daerah untuk menjalankan pengelolaan sampah yang sesuai
dengan tujuan pengelolaan sampah berdasar Undang-Undang No. 18 Tahun 2008.
63
Ucapan Terima Kasih
Tim penyusun buku mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung pelaksanaan pengabdian masyarakat kami serta pada penulisan buku ini.
Pengabdian masyarakat ini sepenuhnya didanai oleh Hibah Pengabdian Masyarakat
Universitas Indonesia dengan Nomor: NKB-1357/UN2.R3.1/HKP.05.00/2019.
64
Daftar Pustaka
American Chemical Society Home Page (2016) Reducing tire waste by using completely degradable,
synthetic rubber, American Chemical Society Home Page.
American Waste (2018) Residential Waste Service.
Anderson, M. (2015) This Summer Prevent Pests by Reducing Moisture Outside of Your Home.
Arifianto, B. (2016) Sungai Pesanggrahan Tercemar Air Lindi TPA Cipayung, Pikiran Rakyat.
Badan Penanggulangan Bencana Derah Kota Denpasar (2018) Kebakaran Di TPA Suwung, Badan
Penanggulangan Bencana Derah Pemerintah Kota Denpasar.
Badan Standardisasi Nasional (1994) SNI 19-3964-1994: Metode pengambilan dan pengukuran contoh
timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (2008) ‘SNI 3242-2008: Pengelolaan sampah di permukiman’. Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional (2002) SNI_19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan. Indonesia. Available at:
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/42954069/SNI_19-2454-
2002_tentang_Tata_Cara_Pengelolaan_Teknik_Sampah_Perkotaan.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAI
WOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1551539012&Signature=UcBCP8gI6IOkgg3R1HQiRADz0Hk%
3D&response-content-dispositio.
Bernama (2016) Bring Own Containers to Buy Food to Reduce Use of Plastic Bags, New Straits Times.
Bhada-Tata, P. and Hoornweg, D. A. (2012) ‘What a Waste? : A Global Review of Solid Waste
Management’.
Carlos Afonso, Teixeira and Utad, A. D. (2000) ‘Municipal Solid Waste Performance Indicators’.
Central Bureau of Statistics (2015) Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2014.
Chandrappa, R. and Das, D. B. (2012) Solid Waste Managment - Priciples and Practice. Edited by R.
Allan, U. Forstner, and W. Salamons. Bangalore and Loughborough: Springer. doi: 10.1007/978-3-
642-28681-0.
Cole, C. (2018) Plastic Pollution Crisis: Four Things You Can Do To Help Protect The Environment,
Independent.
Coordinating Ministry for Economic Affairs of The Republic of Indonesia (2015) Laporan Akhir
Kebijakan dan Strategi Nasional Percepatan Pengelolaan Persampahan.
Damanhuri, E. and Padmi, T. (2010a) Bahan Ajar Pengelolaan Sampah. Bandung: Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Damanhuri, E. and Padmi, T. (2010b) Pengelolaan Sampah Terpadu. Bandung Jawa Barat Indonesia.
Damanhuri, E. and Padmi, T. (2011) Pengelolaan sampah. I. Bandung.
Everett, J. W. (no date) ‘Solid Waste Disposal and Recycling Environmental Impacts’, in.
Express UK (2016) As 200 Million Rats Swarms in UK: New Zealand Aims to be First Country to Wipe
Them Out.
De Feo, G. and De Gisi, S. (2010) ‘Domestic separation and collection of municipal solid waste: Opinion
and awareness of citizens and workers’, Sustainability, 2(5), pp. 1297–1326. doi:
65
10.3390/su2051297.
Gabbatiss, J. (2018) Plastic pollution in sea set to treble in a decade, warn government scientists,
Independent.
Guerrero, L. A., Mass, G. and Hogland, W. (2013) ‘Solid waste management challenges for cities in
developing countries’, Waste Management. Elsevier Ltd, 33(1), pp. 220–232. doi:
10.1016/j.wasman.2012.09.008.
Harlow Council (2018) Food Waste.
Jambeck, J. R. et al. (2015) ‘Plastic Waste Inputs from Land into The Ocean’, (January).
Jerrett, M. (2015) ‘Atmospheric science: The death toll from air-pollution sources’, Nature, 525, pp. 330–
331. doi: 10.1038/525330a.
Kardono (2007) ‘Integrated Solid Waste Management in Indonesia’, in Proceedings of International
Symposium on Eco Topia Science, pp. 629–633.
Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Republik Indonesia (2015) Kajian Kebijakan dan
Strategi Nasional Percepatan Pengelolaan Persampahan. Jakarta Indonesia.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2008) Statistik persampahan Indonesia.
Jakarta Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Republik
Indonesia (2017) Petunjuk Teknis TPS 3R. Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Cipta
Karya: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (2017) Petunjuk Teknis TPS
3R. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia: Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (2014) ‘Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat
Pengolahan Sampah (TPS) 3R’, in 4. Jakarta Indonesia.
Kohren, H. and Bisesi, M. (2003) Handbook of Environmental Health: Pollutant Interactions in Air,
Water, and Soil. 4th edn. Lewis Publishers.
Koren, H. and Bisesi, M. (2003) Handbook of Environmental Health. Fourth Edi. Boca Raton: Lewis
Publishers.
Manurung, R. A. (2013) ‘Peran Masyarakat dan Swasta dalam Pengelolaan Sampah di Kota Kecil Jawa
Tengah (Studi Kasus: Kawasan Kupang Kidul, Kota Ambarawa)’, Jurnal Wilayah dan Lingkungan,
1(3), p. 227. doi: 10.14710/jwl.1.3.227-244.
Markgraf, B. (2018) KPIs and Recycling.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (2016) Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No P.53/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adipura.
Meyers, R. A. (2012) Encyclopedia of Sustainability Science and Technology, Energy. doi: 10.1007/978-
1-4419-0851-3.
Min, A. (2015) In world’s poorest slums, landfills and polluted rivers become a child’s playground, PBS
News Hour.
66
Ministry of Environment (2012) State of Environmental Report Indonesia 2012.
Ministry of Housing and Local Government (2018) Type of Waste.
Nag, A. and Vizayakumar, K. (2005) Environmental Education and Solid Waste Management. New
Delhi: New International Publisher.
Niyati, M. (2015) ‘A Comparative Study of Municipal Solid Waste Management in India and Japan’, The
Gakken Research Papers, 25.
NYS Food System Sustainability (no date) Source Separation.
Premkumar, R. (2017) It’s a feast for exotic birds, wild animals at Ooty dump, The Hindu.
Ramesha Chandrappa and Das, D. B. (2012) Solid Waste Management: principles and practice.
Heidelberg New York Dordrecht.
Rosalina, T. (2018) Melihat Praktik Kota Ekologis Surabaya di Pusat Daur Ulang Jambangan,
Kompasiana.
Sanchez-Arroyo, H. (2017) House Fly, University of Florida.
Sheau-ting, L., Sin-yee, T. and Weng-wai, C. (2016) ‘Preferred Attributes of Waste Separation
Behaviour : An Empirical Study’, Procedia Engineering. Elsevier B.V., 145, pp. 738–745. doi:
10.1016/j.proeng.2016.04.094.
Taweesan, A., Koottatep, T. and Polprasert, C. (2016) ‘Effective Measures for Municipal Solid Waste
Management for Cities in Some Asian Countries’, Exposure and Health. Springer Netherlands, 9(2),
pp. 1–9. doi: 10.1007/s12403-016-0227-5.
Tchobanoglous, G. and Kre (2002) Handbook of Solid Waste Management.
Tchobanoglous, G. and Kreith, F. (2002) Handbook of Solid Waste Management. Second. Edited by G.
Tchobanoglous and F. Kreith. New York: McGraw-Hill. doi: 10.1036/007135623.
Thomsom, J. R. (2016) If You Don’t Finish Your Plate In These Countries, You Might Offend Someone.
Undang-Undang Republik Indonesia (2008) Undang-undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, Republik Indonesia.
United Nations Environment Program (2005) Solid waste management. Volume 1.
United Nations Human Settlements Programme (2010) Solid Waste Management: In the world’s cities.
London and Washington DC: Earthscan publishing for a sustainable future.
University Cambridge (no date) Waste and Recycling Guidance Document.
Viernes (2012) Medio Ambiente elabora una Estrategia prioritaria sobre Prevención y Reciclado.
Washington Country Oregon (2018) How to Recycle at Home, washington country oregon.
Whiteman, A., Smith, P. and Wilson, D. (2001) ‘Waste Management – An Indicator of Urban
Governance’, … Habitat Conference on Urban …, pp. 1–2.
Whiteman, A., Smith, P. and Wilson, D. C. (no date) ‘Waste Management : An indicator of urban
governance’, pp. 1–2.
WHO (2006) Preventing Disease Through Healthy Environments.
Wilson, D. C., Velis, C. and Cheeseman, C. (2006) ‘Role of informal sector recycling in waste
management in developing countries’, 30, pp. 797–808. doi: 10.1016/j.habitatint.2005.09.005.
Wollongong (2014) Residual Waste Collection, Harbour Cities.
67
World Bank Group (2018) Hot Spot Sampah Laut Indonesia.
Zakianis et al. (2019) Pedoman Penilaian Kinerja TPS 3R dan Bank Sampah.
Zakianis, Sabarinah and Djaja, I. M. (2017) ‘The Importance of Waste Management Knowledge to
Encourage Household Waste-Sorting Behaviour in Indonesia’, International Journal of Waste
Resources, 7(4). doi: 10.4172/2252-5211.1000309.
Zakianis, 2019. Pengembangan Indikator Kinerja Pengelolaan Sampah di TPS 3R & Bank Sampah Pada
Skala Pemukiman (Studi Kasus di Provinsi Jawa Barat dan Banten). Universitas Indonesia.
Zhang, H. and Wen, Z.-G. (2014) ‘Residents’ Household Solid Waste (HSW) Source Separation Activity:
A Case Study of Suzhou, China’, Sustainability, 6, pp. 6446–6466. doi: 10.3390/su6096446.
68
69