Anda di halaman 1dari 80

KRITERIA

PENGELOLAAN
SAMPAH
DI TPS 3R

Dr. Zakianis, S.K.M., M.K.M


Sifa Fauzia, S.K.M., M.K.M
Nurina V. Ayuningtyas, S.K.M., M.K.M
Erin Firliana, S.K.L
Pratiwi Koesoemawardani, S.K.L
Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto S.KM., Dr.PH

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia
KRITERIA PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS 3R

Penulis
Dr. Zakianis, S.K.M., M.K.M
Sifa Fauzia, S.K.M., M.K.M
Nurina V. Ayuningtyas, S.K.M., M.K.M
Erin Firliana, S.K.L
Pratiwi Koesoemawardani, S.K.L
Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto S.KM., Dr.PH

ISBN
978-979-9394-76-7

Desain Sampul dan Tata Letak


Sifa Fauzia

Penerbit
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Redaksi
Departemen Kesehatan Lingkungan
Gd. C, Lantai 2
Telp: 021-7863479
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun dan
dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
Pengantar

Sampah menjadi sumber dari berbagai pencemaran yang menimbulkan dampak


besar bagi kesehatan masyarakat. Mengacu pada Undang-Undang No. 18 Tahun 2008,
tujuan pengelolaan sampah adalah meningkatkan kesehatan masyarakat, meningkatkan
kualitas lingkungan dan menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut maka ada perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah di
Indonesia yaitu berkonsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Konsep 3R dilakukan melalui
bank sampah dan Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse dan
Recycle (TPS 3R). Kegiatan di TPS 3R berlandaskan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013 yang mengatur tentang pengelolaan
sampah di TPS 3R. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 13
Tahun 2012 juga telah menjelaskan pengelolaan sampah berkonsep 3R dengan bank
sampah.

TPS 3R dan bank sampah merupakan ujung tombak pengelolaan sampah


terutama pada pengurangan sampah yang berskala kawasan. Pada umumnya pengelolan
TPS 3R dilakuan oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Biaya investasi TPS 3R
bersumber dari pemerintah tetapi untuk biaya operasional merupakan hasil gotong
royong dari masyarakat dengan cara membayar iuran yang telah disepakati. Namun
sayangnya, TPS 3R yang berfungsi dengan baik hanya 10% (Kementerian Koordinator
bidang Perekonomian Republik Indonesia, 2015). Kinerja TPS 3R masih rendah apabila
dinilai dengan menggunakan Pedoman Penilaian Kinerja TPS 3R dan bank sampah
yang dikembangkan oleh Zakianis et al. (2019) dengan pendekatan masukan, proses,
dan luaran, maka meliputi aspek masukan yaitu legal, kelembagaan, keuangan, teknis;
pada aspek proses yaitu pengolahan sampah seperti pemilahan sampah, pengangkutan
sampah, pengolahan sampah; serta aspek luaran dari TPS 3R yaitu jumlah kompos yang
dihasilkan dan tingkat pengurangan sampah di wilayah kerja TPS 3R.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia (FKM UI) dan Direktorat Riset Pengabdian Masyarakat Universitas
Indonesia berupaya mendorong peningkatan kinerja TPS 3R melalui penyusunan buku
Kriteria Pengelolaan Sampah di TPS 3R. Buku ini diharapkan dapat digunakan oleh

i
pemerintah daerah untuk membimbing dan mengawasi kinerja TPS 3R. Sementara itu,
buku ini juga dapat digunakan sebagai panduan bagi pengelola TPS 3R untuk
meningkatkan kinerja TPS 3R, melindungi pekerja TPS 3R dan mendorong rumah
tangga untuk memilah sampah terutama di wilayah kerja TPS 3R. Buku ini dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu meningkatkan kinerja TPS 3R melalui pendekatan sistem
yaitu masukan, proses dan luaran.

Kami berharap, buku ini merupakan langkah awal dari terciptanya masyarakat
yang sehat dan peduli tentang sampah, pengelola TPS 3R bekerja dengan baik dan
pemerintah daerah dapat membimbing dan mengawasi kinerja TPS 3R dengan baik
sehingga tercipta lingkungan yang sehat yang berdampak pada meningkatkatnya status
kesehatan masyarakat. Pengelola TPS 3R dan Pemerintah dapat menilai kinerja TPS 3R
nya dengan menggunakan Buku “Pedoman Penilaian Kinerja TPS 3R dan bank
Sampah”.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas


Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, yang telah memberikan kesempatan
untuk mendalami pengelolaan sampah di TPS3R. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan sebesar-besarnya kepada Lusi Nurbaiti Badri, ST, M.Si. atas masukan,
koreksian mengenai pengelolaan sampah di TPS 3R.

Depok, Oktober 2019

Tim Penyusun

ii
Daftar Isi

Pengantar…………………………………………………………………………………………i

Daftar Isi ....................................................................................................................................... iii

Daftar Tabel...................................................................................................................................iv

Daftar Gambar...............................................................................................................................vi

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

SUMBER SAMPAH ..................................................................................................................... 3

Timbulan Sampah ..................................................................................................................... 4

Jenis Sampah ............................................................................................................................. 5

Akibat Buang Sampah Tidak Pada Tempatnya ....................................................................... 10

Dampak Sampah Terhadap Lingkungan ................................................................................. 12

Dampak Sampah Terhadap Kesehatan .................................................................................... 13

PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS 3R ................................................................................... 16

Identifikasi TPS 3R ................................................................................................................. 18

Aspek Pengelolaan TPS 3R..................................................................................................... 18

Proses Pengelolaan Sampah di TPS 3R .................................................................................. 45

Luaran Kegiatan Pengelolaan Sampah .................................................................................... 60

PENUTUP ................................................................................................................................... 63

Ucapan Terima Kasih .................................................................................................................. 64

Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 65

iii
Daftar Tabel

Tabel 1.1. Karakteristik TPS 3R di Kota Depok, Bogor, Tangerang Selatan ................................ 16

Tabel 3.2. Formulir Identifikasi TPS 3R ........................................................................................ 18

Tabel 3.3 Contoh Rencana Kerja Masyarakat dalam Pengelolaan TPS 3R………………………19

Tabel 3.4. Contoh Jadwal Kegiatan di TPS 3R Mutiara Bogor Raya ........................................... 23

Tabel 3.5. Contoh Tata Tertib di TPS 3R Mutiara Bogor Raya .................................................... 23

Tabel 3.6. Contoh Ceklis Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Piket............................................ 24

Tabel 3.7. Contoh Ceklis Tugas dan Tanggung Jawab Administrasi............................................. 25

Tabel 3.8. Pengelola dan Tenaga Operasional TPS 3R .................................................................. 27

Tabel 3.9. Jenis, Nama, dan Jumlah Pekerja Terlatih .................................................................... 27

Tabel 3.10. Formulir Pemantauan Pemilahan Sampah Rumah Tangga oleh Petugas
Pengangkut Sampah ................................................................................................ 31

Tabel 3.11. Pelaporan Keuangan di TPS 3R per Bulan ................................................................. 33

Tabel 3.12. Pemantauan Iuran Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Rumah


Tangga per Bulan ......................................................................................................... 35

Tabel 3.13. Contoh Laporan Penjualan Sampah Ekonomis di TPS 3R Mutiara Bogor
Raya.............................................................................................................................. 35

Tabel 3.14. Contoh Transaksi Pembelian Barang Ekonomi (Bank Sampah) di TPS
3R Mutiara Bogor Raya ............................................................................................... 36

Tabel 3.15. Contoh Transaksi Penjualan Barang Ekonomi di TPS 3R Mutiara Bogor
Raya.............................................................................................................................. 36

Tabel 3.16. Contoh Total Transaksi Penjualan Barang Ekonomi di TPS 3R Mutiara
Bogor Raya................................................................................................................... 36

iv
Tabel 3.17. Laporan Monitoring Kondisi Bangunan dan Prasarana TPS 3R ................................ 38

Tabel 3.18. Rekapitulasi Iuran Pengumpulan Sampah.................................................................. 42

Tabel 3.19. Contoh Daftar Jenis Sampah di Rumah Tangga ......................................................... 49

Tabel 3.20. Inventarisasi Jumlah dan Kapasitas Pengangkut Sampah ........................................... 54

Tabel 3.21. Identifikasi Ritasi Pengangkutan Sampah Harian ....................................................... 54

Tabel 3.22. Contoh Daftar Harga Barang/Sampah Ekonomis di TPS 3R Mutiara


Bogor Raya................................................................................................................... 55

Tabel 3.23. Contoh Kartu Kompos di TPS 3R Mutiara Bogor Raya ............................................. 60

Tabel 3.24. Rekapitulasi Pengelohan Sampah di TPS 3R .............................................................. 61

Tabel 3.25. Contoh Laporan Bulanan TPS 3R Mutiara Bogor Raya ............................................. 62

v
Daftar Gambar

Gambar 1. Sampah Sisa Makanan ................................................................................................... 3

Gambar 2. Contoh Sejenis Sampah Rumah Tangga yang Berasal dari Perkantoran ...................... 4

Gambar 3. Contoh Sampah Sisa Industri ......................................................................................... 5

Gambar 4. Contoh Sampah Mudah Busuk ...................................................................................... 5

Gambar 5. Contoh Sampag Kertas ................................................................................................... 6

Gambar 6. Contoh Sampah Plastik .................................................................................................. 7

Gambar 7. Contoh Sampah Kaca ..................................................................................................... 8

Gambar 8. Contoh Sampah Logam Berupa Kaleng ......................................................................... 8

Gambar 9. Contoh Sampah Lainnya Berupa Karet .......................................................................... 9

Gambar 10. Contoh Sampah Residu .............................................................................................. 10

Gambar 11. Contoh Sampah B3 ..................................................................................................... 10

Gambar 12. Sampah Menjadi Tempat Mencari Makan Berbagai Hewan...................................... 11

Gambar 13. Kondisi Sampah di Pantai .......................................................................................... 11

Gambar 14. Asap Pembakaran Sampah Berbahaya bagi Pernapasan ............................................ 12

Gambar 15. Penyumbatan Aliran Air Akibat Sampah yang Di buang Sembarangan .................... 13

Gambar 16. Lalat dan Telurnya yang Tinggal Di Sisa Makanan ................................................... 14

Gambar 17. Tikus di Tumpukan Sampah....................................................................................... 15

Gambar 18. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk pada Air yang Menetap ................................... 15

Gambar 19. Contoh Bentuk dan Struktur TPS 3R ......................................................................... 20

Gambar 20. Contoh Bentuk dan Struktur TPS 3R Mutiara Bogor Raya........................................ 21

vi
Gambar 21. Alur Pengelolaan Sampah TPS 3R ............................................................................. 26

Gambar 22. Seragam Ideal Tenaga Operasional TPS 3R............................................................... 28

Gambar 23. Topi Pelindung atau Helm .......................................................................................... 28

Gambar 24. Masker ........................................................................................................................ 29

Gambar 25. Sepatu Booth .............................................................................................................. 29

Gambar 26. Sarung Tangan............................................................................................................ 30

Gambar 27. Alur Pelaporan Pemantauan Pemilahan Sampah Rumah Tangga oleh
Petugas Pengangkut Sampah ........................................................................................ 31

Gambar 28. Contoh Invoice Iuran Sampah TPS 3R Mutiara Bogor Raya ..................................... 37

Gambar 29. Menghabiskan Makanan............................................................................................. 40

Gambar 30. Menggunakan Tas Belanja untuk Mengurangi Tas Plastik ........................................ 40

Gambar 31. Kampanye Membawa Wadah Ketika Membeli Makanan .......................................... 40

Gambar 32. Membawa Botol Minum (Tumblr) dari Rumah Sehingga Air Dapat Diisi
Ulang ............................................................................................................................ 41

Gambar 33. Contoh Kartu Iuran Warga Sebagai Partisipasi Masyarakat


TPS 3R Mutiara Bogor Raya ....................................................................................... 42

Gambar 34. Surat Edaran Pembayaran TPS 3R Warga Mutiara Bogor Raya................................ 44

Gambar 35. Air Lindi yang Mencemari Sungai Pesanggrahan ...................................................... 45

Gambar 36. Kebakaran di TPA Suwung ........................................................................................ 46

Gambar 37. Wadah untuk Menampung Sampah Rumah Tangga (Trash Bag, Tong
Sampah Tertutup, Tong Sampah Terbuka) .................................................................. 47

Gambar 38. Wadah Sampah yang Baik ......................................................................................... 48

Gambar 39. Contoh Pemilahan Sampah ........................................................................................ 49

vii
Gambar 40. Sampah Disimpah di Wadah Tertutup Rapat ............................................................. 50

Gambar 41. Contoh Pengangkutan Sampah Terpilah .................................................................... 51

Gambar 42. Contoh Petugas yang Memilah Sampah Anorganik Tercampur ................................ 52

Gambar 43. Contoh Gerobak Sampah Terpilah ............................................................................. 53

viii
1. PENDAHULUAN
Permasalahan sampah merupakan masalah yang mendesak karena berkaitan
dengan kesehatan masyarakat dan lingkungan (Whiteman et al., n.d.). Di dunia,
Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara yang banyak membuang sampah
plastik ke laut setelah Tiongkok (Jambeck et al., 2015). Timbulan sampah di Indonesia
mencapai 85.000 ton setiap harinya pada 2016 (World Bank Group, 2018). Jumlah
sampah akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,
pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan meningkatnya standar hidup masyarakat
(Guerrero et al., 2013). Kondisi ini menimbulkan berkurangnya kapasitas dan
kemampuan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dalam mengelola sampah.

Target pemerintah untuk mengurangi timbulan sampah ke TPA sebesar 30%


(Kementerian Koordinator Perekonomian RI, 2015). Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengurangi timbulan sampah ke TPA yaitu dengan membangun unit
pengelolaan sampah yang berkonsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013, yang mengatur pengelolaan
sampah rumah tangga atau sejenis melalui Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip
Reduce, Reuse dan Recycle (TPS 3R).

Namun sayangnya, jumlah TPS 3R baru mencapai 981 lokasi yang tersebar di
beberapa kota di Indonesia (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2016). Hasil penelitian yang
dilakukan di Kota Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan pada tahun 2018 menunjukkan
bahwa jumlah sampah yang berkurang melalui TPS 3R sebesar 2,15% (Zakianis, 2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya bahwa rata-rata pengurangan sampah kota-
kota di Indonesia kurang dari 5% (World Bank Group et al., 2018).

Pengurangan sampah melalui TPS 3R belum efisien. Hal tersebut dikarenakan


jumlah TPS 3R belum memadai akibat lahan yang terbatas sehingga masih banyak
masyarakat yang belum mengakses unit organisasi pengurangan sampah berskala
kawasan. Salah satu isu pengembangan sampah di tingkat nasional adalah penyediaan
infrastruktur dan fasilitas pengelolaan sampah yang belum dimasukkan dalam Rencana
Detail Tata Ruang Pemerintah Daerah. Penentuan lokasi TPA sudah tercantum dalam
Rencana Tata Ruang, tetapi untuk TPS3R belum terdaftar karena pemerintah pusat dan

1
daerah tidak memiliki integrasi dalam persepsi pentingnya strategis nasional untuk
perencanaan tata ruang (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia, 2015).

Tidak semua TPS 3R aktif atau berfungsi. Berdasarkan penelitian di tiga kota
yaitu Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan, TPS 3R yang aktif mencapai 74% (Putri
dan Zakianis, 2018). TPS 3R yang tidak aktif mungkin disebabkan oleh kepemilikan
lahan yang tidak jelas, bangunan yang hancur, akses yang sulit ke TPS 3R serta
kurangnya pemeliharaan di TPS 3R (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan,
2017).

TPS 3R di Kota Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan, yang aktif mempunyai
kinerja pengelolaan sampah yang efisien hanya 29,2% (Zakianis, 2019). Sementara itu,
di tingkat nasional TPS 3R yang berfungsi dengan baik hanya sebesar 10%
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia: Direktorat
Jenderal Cipta Karya, 2016). Kinerja TPS 3R di tiga kota lebih baik bila dibandingkan
dengan angka nasional.

TPS 3R merupakan suatu unit organisasi terkecil dalam mengurangi sampah


berskala kawasan, maka untuk meningkatkan kinerja TPS 3R dapat menggunakan
pendekatan sistem yaitu masukan, proses dan keluaran. Pada masukan maka elemen
yang perlu ditinjau yaitu peraturan dan kebijakan, kelembagaan, keuangan, teknis dan
partisipasi masyarakat. Pada proses maka aspek yang perlu ditinjau yaitu produksi
sampah, pemilahan sampah, pengangkutan sampah dan pengolahan sampah. Pada
luaran maka yang perlu ditinjau antara lain cakupan layanan TPS 3R dan produksi
kompos serta sampah yang didaur ulang. Pada bab-bab berikutnya akan dijelaskan
mengenai metode untuk meningkatkan kinerja TPS 3R. Buku ini diharapkan dapat
membantu pengelolaan TPS 3R dan membantu pemerintah dalam meningkatkan
perngurangan sampah melalui TPS 3R. Pada buku ini juga dijelaskan mengenai sumber
sampah, jenis sampah, dan dampak terhadap kesehatan akibat pengelolaan sampah yang
buruk.

2
2. SUMBER SAMPAH
Sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari yang dihasilkan oleh manusia
dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat (Undang-Undang Republik Indonesia,
2008). Jumlah sampah dapat berubah akibat adanya perubahan pada teknologi, gaya
hidup, dan sosial ekonomi masyarakat (Niyati, 2015).

Sampah dihasilkan oleh penghasil sampah pada tempat yang bervariasi,


umumnya berasal dari kota (urban) dan desa (rural). Sampah di Indonesia dibedakan
menjadi 3 jenis, adalah sebagai berikut (Undang-Undang Republik Indonesia, 2008):
a. Sampah rumah tangga, berasal dari kegiatan sehari-hari kecuali tinja dan sampah
spesifik. Contohnya sampah sisa makanan, kaleng, bungkus kemasan, baju bekas,
botol plastik.

Gambar 1. Sampah Sisa Makanan


Sumber: Ministry of Housing and Local Government (2018)

b. Sampah sejenis sampah rumah tangga, yang berasal dari kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

3
Gambar 2. Contoh Sejenis Sampah Rumah Tangga yang Berasal dari Perkantoran
Sumber: Markgraf (2018)

c. Sampah spesifik, yaitu sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
serta memerlukan pengelolaan khusus. Contohnya adalah sampah hasil industri
dan puing bongkaran bangunan.

Gambar 3. Contoh Sampah Sisa Industri


Sumber: Viernes (2012)

2.1. Timbulan Sampah


Timbulan sampah adalah banyaknya sampah baik berbahaya, maupun tidak
berbahaya, yang timbul dari sumber penghasil sampah, dalam satuan volume maupun
berat per kapita per hari, atau per luas bangunan, atau per panjang jalan (Badan
Standardisasi Nasional, 1994). Sumber penghasil sampah umumnya dibedakan menjadi
dua, yaitu domestik (rumah tangga) dan non-domestik (misalnya limbah industri)

4
(Bhada-Tata & Hoornweg, 2012). Sampah domestik yang berasal dari perkotaan disebut
dengan sampah padat perkotaan (municipal solid waste). Sampah padat perkotaan yang
bersumber dari pemukiman, pasar, pertokoan, perkantoran, hotel dan restoran,
penyapuan jalan, dan taman-taman, disebut dengan sampah rumah tangga. Sedangkan
sampah padat perkotaan yang berasal dari industri dan rumah sakit disebut dengan
sampah sejenis sampah rumah tangga (Damanhuri & Padmi, 2010).

2.2. Jenis Sampah

Sampah berdasarkan komposisi atau bahannya, terbagi menjadi sampah mudah


busuk (mudah terurai secara biologi) dan sampah tidak mudah busuk (sampah sulit
terurai secara biologi).

2.2.1. Sampah Mudah Busuk

Sampah mudah busuk merupakan sampah yang mudah membusuk dan dapat
dihancurkan secara alami oleh alam, contohnya sampah sisa makanan, sayuran, dan
daun-daunan. Komposisi sampah rumah tangga masyarakat Asia Tenggara umumnya
adalah sampah mudah busuk sebanyak 62% dan sisanya adalah sampah yang tidak
mudah busuk (Bhada-Tata & Hoornweg, 2012). Masyarakat Indonesia diperkirakan
menghasilkan sekitar 58% sampah mudah busuk dibanding sampah tidak mudah busuk
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2008). Sampah mudah
busuk dapat dimanfaatkan kembali menjadi kompos dan pakan ternak.

Gambar 4. Contoh Sampah Mudah Busuk


Sumber: Ministry of Housing and Local Government (2018)

5
2.2.2. Sampah Tidak Mudah Busuk

Sampah tidak mudah busuk merupakan sampah yang tidak dapat dihancurkan
secara alami serta membutuhkan waktu yang sangat lama agar dapat berkurang
jumlahnya di lingkungan. Contoh sampah tidak mudah busuk adalah sampah kertas,
plastik, pecahan kaca, dan logam. Pada perencanaan pengelolaan sampah suatu kota,
sampah tidak mudah busuk umumnya dibedakan lagi menjadi lima kategori yaitu kertas,
plastik, kaca, logam, dan lainnya (Bhada-Tata & Hoornweg, 2012). Sampah tidak
mudah busuk dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk daur ulang seperti kerajinan
tangan, bubur kertas, atau dijual ke perusahaan.

2.2.2.1 Sampah Kertas

Sampah kertas umumnya dihasilkan dari percetakan dan penerbitan, transportasi


barang, dan aneka macam produk lainnya. Contoh sampah kertas seperti kardus, koran,
duplek, dan buku. Sampah kertas merupakan sampah yang mudah terbakar dan
menyumbang 50% kandungan panas dari rata-rata per ton sampah suatu kota. Kertas
menjadi berbahaya karena bahan kimia beracun yang ada padanya seperti tinta dan
bahan kimia dari pengolahannya.

Gambar 5. Contoh Sampah Kertas


Sumber: Ministry of Housing and Local Government (2018)

6
2.2.2.2 Sampah Plastik

Sampah plastik dapat berupa gelas plastik, ember, ban, botol plastik, kantong
plastik, ban, kulit kabel, dan plastik kemasan. Plastik merupakan produk dari petroleum
(minyak tanah) dan dapat menghasilkan energi hampir sebanding dengan bahan bakar
minyak.

Pada perkotaan, sampah plastik menyumbang 10% dari berat rata-rata timbulan
sampah dan sekitar 20% dari total volume sampah kota yang sulit terurai oleh alam
sehingga banyak mengambil lahan di TPA. Padahal hampir semua plastik merupakan
bahan yang mudah didaur ulang (Kohren & Bisesi, 2003).

Plastik menjadi penyebab krisis sampah global yang menggunakan cadangan


minyak bumi yang terbatas. Saat ini, telah banyak dikembangkan inovasi plastik ramah
lingkungan yang lebih mudah terurai di alam dengan membuat plastik dari bahan pati
dan selulosa (Kohren & Bisesi, 2003).

Gambar 6. Contoh Sampah Plastik


Sumber: Washington Country Oregon (2018)

2.2.2.3. Sampah Kaca

Sampah kaca dapat berupa lampu, botol kaca, piring, dan kontainer lainnya.
Sampah kaca dapat dilakukan daur ulang, penggunaan kembali atau dibuang ke
pembuangan akhir.

7
Gambar 7. Contoh Sampah Kaca
Sumber: Ministry of Housing and Local Government (2018)

2.2.2.4. Sampah Logam

Sampah logam dapat berupa besi, wajan, kaleng, seng, alumunium, aki, dan
tembaga.

Gambar 8. Contoh Sampah Logam Berupa Kaleng


Sumber: Ministry of Housing and Local Government (2018)

2.2.2.5. Sampah Lainnya

Sampah lainnya dapat berupa karung, tekstil, karet, sampah elektronik, dan abu.
Sampah karet seperti ban bekas dapat menyimpan air dan menjadi sarang perindukan

8
nyamuk sehingga dapat membantu penyebaran penyakit yang disebarkan melalui
gigitan nyamuk seperti DBD, chikungunya, dan encephalities.

Gambar 9. Contoh Sampah Lainnya Berupa Karet


Sumber: American Chemical Society Home Page (2016)

2.2.3. Sampah Residu

Sampah residu adalah sampah yang tidak dapat digunakan kembali, tidak dapat
diolah kembali dan sulit terurai oleh alam. Contoh sampah residu adalah bekas
pembalut, popok, kemasan teh, tissue bekas, dan plastik kemasan seperti kemasan mie
instan, kopi sachet, sampo sachet, dan lain sebagainya. Sebelum dibuang, sebaiknya
sampah popok dan pembalut sebaiknya dicuci terlebih dahulu, karena hasil buangan
yang berasal dari tubuh dapat menjadi sumber penyakit.

Gambar 10. Contoh Sampah Residu


Sumber: Ministry of Housing and Local Government (2018)

9
2.2.4. Sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

Sampah berbahaya disebut sebagai sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).


Sampah berbahaya adalah semua sampah yang mengandung bahan beracun bagi
manusia dan lingkungan, biasanya terdiri dari zat-zat kimia serta logam berat yang
sebagian besar berasal dari industri.

Pengelolaan sampah B3 tidak dapat disatukan dengan sampah rumah tangga.


Pengelolaannya terpisah dan dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku. Sampah berbahaya pun dapat dijumpai di rumah tangga, fasilitas umum,
industri, dan berbagai tempat lainnya. Contoh sampah berbahaya seperti baterai, oli
bekas, pelarut dan residu cat dalam kaleng bekas dan botol serta bola lampu bekas.

Gambar 11. Contoh Sampah B3


Sumber: Wollongong (2014)

2.3. Akibat Buang Sampah Tidak Pada Tempatnya


Sampah sebenarnya merupakan sisa kegiatan manusia yang penting dan dapat
dimanfaatkan kembali. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui nilai ekonomi
sampah serta dampak yang ditimbulkan dari penanganan sampah yang tidak baik.

Masyarakat Indonesia masih menangani sampah yang tidak ramah lingkungan


dengan cara beragam seperti dibakar, ditimbun, dibuang ke sungai, selokan, laut, atau
dikelola oleh pemerintah. Hanya sebagian kecil sampah yang dikelola dengan cara yang
ramah lingkungan seperti diolah menjadi kompos, dijual ke perusahaan melalui bank
sampah, diolah menjadi biogas atau dibuat menjadi kerajinan tangan. Masyarakat hanya

10
menyingkirkan sampah dari pandangannya tanpa mengetahui dampak dari tindakan
tersebut.

Padahal, dampak lingkungan dari sampah yang dibuang sembarang sangat


berbahaya dan berpotensi mengancam kesehatan masyarakat. Sampah yang dibuang
begitu saja atau ditumpuk terlalu lama akan mengundang hewan pembawa penyakit
seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk. Kehadiran hewan pembawa penyakit dapat
menyebarkan berbagai penyakit pada manusia.

Gambar 12. Sampah Menjadi Tempat Mencari Makan Berbagai Hewan


Sumber: Premkumar (2017)

Gambar 13. Kondisi Sampah di Pantai


Sumber: Gabbatiss (2018)

11
2.4. Dampak Sampah Terhadap Lingkungan

2.4.1. Pencemaran Udara

Sampah yang dibakar terutama di tempat yang dekat dengan pemukiman


penduduk akan menimbulkan asap dan debu. Sampah seperti plastik tersusun dari
beberapa bahan yang berbahaya terhadap lingkungan jika dibakar seperti hidrogen
klorida, dioksin, kadmium, dan partikulat halus yang jika dihirup dapat masuk ke sistem
pernapasan (Kohren & Bisesi, 2003). Pembakaran sampah di pekarangan rumah dapat
meneyebabkan asap masuk ke rumah dan menimbulkan dampak bagi penghuninya
terutama kelompok usia rentan seperti bayi dan para lanjut usia (United Nations Human
Settlements Programme, 2010).

Gambar 14. Asap Pembakaran Sampah Berbahaya bagi Pernapasan


Sumber: Jerrett (2015)

2.4.2. Pencemaran Air

Sampah yang dibuang sembarang ke aliran air akan menyumbat saluran air.
Saluran air yang tersumbat lama kelamaan akan menimbulkan banjir. Aliran air yang
sudah tercemari oleh sampah dan bakteri di dalamnya tentu akan meresap ke sumber air
dibawahnya. Tanah yang di atasnya terdapat sampah, akan ikut tercemar dan zat
berbahaya dari sampah akan masuk ke dalam tanah. Hal tersebut akan menyebabkan
sumber air tanah tercemar.

12
Gambar 15. Penyumbatan Aliran Air Akibat Sampah yang Dibuang Sembarangan
Sumber: Min (2015)

2.5. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan

2.5.1. Diare

Sampah popok sekali pakai yang mengandung tinja manusia dapat menyebarkan
bakteri penyebab diare. Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dalam
tinja masuk ke dalam saluran pencernaan manusia. Kondisi demikian dapat terjadi
apabila kondisi sanitasi buruk dan perilaku manusia yang tidak higienis (WHO, 2006).
Ketika sampah yang mengandung tinja manusia dibuang, bakteri juga akan menempel
di tangan manusia. Apabila tidak dicuci dengan sabun dan air mengalir, bakteri tentu
akan masuk ke dalam tubuh ketika makan atau ketika memberi makan anak.

Sampah yang dibuang sembarangan akan menjadi tempat perkembangbiakan


lalat. Lalat yang membawa bakteri yang ada disampah dapat hinggap dimakanan
sehingga bakteri akan tertahan di makanan. Manusia yang makan dari makanan yang
dihinggapi lalat berpotensi menderita diare. Adanya lalat di sekitar rumah menandakan
adanya penumpukan sampah atau lingkungan dengan sanitasi yang buruk (WHO, 2006).

13
Gambar 16. Lalat Dan Telurnya yang Tinggal Disisa Makanan
Sumber: Sanchez-Arroyo (2017)

2.5.2. Kolera

Kolera merupakan gangguan pencernaan parah yang disebabkan oleh bakteri


kolera (Cholera vibrio). Gejala kolera adalah diare berkepanjangan, kejang perut, serta
demam disertai pusing dan muntah. Penyakit ini menyebabkan tubuh kekurangan cairan
dan nutrisi hingga dapat menyebabkan kematian. Bakteri kolera masuk ke dalam tubuh
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut (Koren and Bisesi,
2003). Lalat menjadi salah satu kontributor yang menyebarkan bakteri kolera pada
makanan dan minuman dikarenakan lalat berkembang biak dan makan dari tinja
manusia (Koren & Bisesi, 2003).

2.5.3. Riketsia

Penyakit ini disebabkan dari kutu yang menggigit manusia dan menyebarkan
bakteri tifus (Rickettsia typhi) ke saluran darah. Kutu ini dibawa oleh tikus yang sering
berada di dekat manusia. Apabila sampah dibiarkan menumpuk maka akan mengundang
tikus untuk berkeliaran di sekitar lingkungan tempat tinggal. Kutu dapat loncat dan
hinggap di tempat yang tidak terlihat.

14
Gambar 17. Tikus Ditumpukan Sampah
Sumber: Express UK (2016)

2.5.4. DBD (Demam Berdarah Dengue)

Sampah yang dibuang sembarangan dan menumpuk, tentu dapat mengundang


berbagai jenis hewan pembawa penyakit. Ketika turun hujan sampah seperti kaleng,
ban, atau wadah yang dibuang dapat menyimpan air sehingga dapat menjadi tempat
tinggal berbagai jenis nyamuk. Nyamuk yang membawa virus DBD menyukai air yang
menggenang (WHO, 2006). Nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak dan
mencapai rumah penduduk dengan jarak kurang lebih 100 meter. Apabila nyamuk
tersebut menyimpan virus Dengue dan menghisap darah penduduk maka penduduk akan
terinfeksi penyakit DBD.

Gambar 18. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk pada Air yang Menetap


Sumber: Anderson (2015)

15
3. PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS 3R
Ada beberapa persyaratan yang diwajibkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,
untuk mendirikan TPS 3R. yaitu luas minimal TPS 3R sebesar 200 m2 yang mampu
melayani 400 Kepala Keluarga (KK) dan hanya menampung sampah tercampur 20%
dan sampah yang sudah terpilah 80%; ada sarana pengelompokkan sampah minimal 5
(lima) jenis; TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan sampah
organik, dan/atau unit penghasil gas bio, gudang, zona penyangga, dan tidak
mengganggu estetika serta lalu lintas; jenis pembangunan penampung sisa pengolahan
sampah di TPS 3R bukan merupakan wadah permanen; lokasi TPS 3R sedekat mungkin
dengan daerah pelayanan dalam radius tidak lebih dari 1 km; luas lokasi dan kapasitas
sesuai kebutuhan; lokasi mudah diakses; tidak mencemari lingkungan; memiliki jadwal
pengumpulan dan pengangkutan; (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Republik Indonesia Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 2017) dan keberadaan TPS3R dapat
diintegrasikan dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti bank
sampah (Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2013). Berdasarkan hasil
penelitian di tiga kota yaitu Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan menunjukkan rata-
rata luas TPS 3R sekitar 400m2 dengan jumlah yang dilayani sebesar 903 rumah tangga
untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada tabel berikut ini (Zakianis, 2019).
Tabel 3.1. Karakteristik TPS 3R di Kota Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan
Tahun 2019
No Karakteristik TPS 3R Keterangan
1 Rata-rata timbulan sampah per hari 4, 28m3 per hari
2 Rerata jumlah ruta 903,32 ruta
2
3 Rata-rata luas TPS3R 421,3 m
4 Rata-rata jumlah tenaga operasional 7,2 orang
5 Biaya operasional/bulan Rp13.945.222,-
6 Rerata honor tenaga operasional /bulan Rp1.511.000,-
7 % rumah tangga yang membayar iuran sampah/bulan 87%
8 Rata-rata iuran pengumpulan sampah per bulan Rp19.000,- per bulan
9 % rumah tangga yang dilayani 1 tahun terakhir 87%
10 % pengurangan sampah per hari di wilayah TPS 3R 50%

Jumlah sampah per hari yang dikelola oleh TPS3R masih dibawah standar. Hal
ini mengacu pada pada standar yaitu luas TPS3R sebesar 200 m2 mampu mengolah

16
sampah 3–4 m3/hari (Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Cipta Karya 2014; (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman 2017).

Jumlah rumah tangga yang dilayani oleh TPS 3R masih di bawah standar yang
ada karena luas TPS 3R sebesar 200 m2 mampu melayani 400 Kepala Keluarga (KK)
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
2017). Berdasarkan wawancara dengan para pengelola TPS3R, rumah tangga yang
dilayani hanya sedikit karena khawatir TPS3R tidak mampu mengelola sampah apabila
ada penambahan jumlah rumah tangga. Apabila TPS3R tidak mampu mengelola
sampah dengan baik, dikhawatirkan akan ada keluhan dari masyarakat yang jika tidak
terselesaikan akan berdampak pada penutupan kegiatan operasional TPS3R (Zakianis,
2019).

Rata-rata pengurangan sampah di wilayah kerja TPS 3R hanya 50%. Hal ini
berarti residu yang dihasilkan oleh TPS 3R masih tinggi yaitu sebesar 50% (Zakianis,
2019). Pada umumnya besar residu sampah berkisar antara 28% sampai dengan 38%
(Damanhuri & Padmi, 2010). Berdasarkan wawancara kualitatif dengan pembina dan
koordinator TPS 3R menunjukkan bahwa apabila sampah yang dikirim ke TPS 3R
masih tercampur maka ada TPS 3R yang berfungsi sebagai TPS. Kegiatan memilah
sampah di TPS3R membutuhkan waktu yang lama dan kadang-kadang mengakibatkan
kejenuhan bagi tenaga operasional. Akibatnya, tenaga operasional melalaikan
pembuatan kompos dan hanya memilah sampah yang mempunyai nilai ekonomis.
Hasilnya, masih banyak terdapat sampah yang tidak mudah busuk seperti kemasan kecil
yang sulit dipilah (Zakianis, 2019).

Dengan demikian, perlu meningkatkan kinerja TPS 3R sehingga tercipta


keberlanjutan pengelolaan sampah yang efektif dan efisien. Pengelolaan sampah di TPS
3R sebaiknya memperhatikan berbagai aspek yaitu legal, kelembagaan, keuangan,
teknis, partisipasi masyarakat, dan pemangku kepentingan. Selain itu elemen
mempengaruhi pengelolaan sampah yaitu produksi timbulan sampah, pemilahan

17
sampah di sumber, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan daur ulang sampah
serta pembuangan akhir sampah (Guerrero et al., 2013).

3.1. Identifikasi TPS 3R


Bagi pemerintah daerah untuk membimbing dan mengawasi kinerja TPS 3R dan
bagi pengelola TPS 3R maka hal yang perlu dilengkapi adalah adanya data dasar di
setiap TPS 3R. Data dasar TPS 3R meliputi nama, alamat, koordinat, kontak pengelola
TPS 3R, kondisi TPS 3R, lembaga pengelola TPS 3R, dan luas TPS 3R. Berikut lembar
pengisian data dasar TPS 3R ditulis pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2. Formulir Identifikasi TPS 3R
No Variabel Jawaban
1 Nama TPS 3R
2 Alamat TPS 3R
3 Kelurahan
4 Kecamatan
5 Kabupaten/Kotamadya
6 Provinsi
7 No Telp TPS 3R
8 Email pengelola TPS 3R
9 Koordinat TPS 3R
10 Luas TPS 3R ........................................m2
11 Lembaga pengelola TPS 3R 1. Perorangan
2. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
3. Swasta
4. Pemerintah Daerah
12 Kondisi TPS 3R 1. Tidak aktif
2. Aktif

3.2. Aspek Pengelolaan TPS 3R

3.2.1. Aspek Legal TPS 3R


Peraturan digunakan sebagai panduan bagi pemerintah daerah dan pengelola
TPS 3R untuk menjalankan tanggung jawab dalam mengelola sampah. Undang-undang
sebagai dasar hukum dalam mengelola TPS 3R dapat menggunakan UU No. 18 Tahun
2008. Selain itu dapat menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Republik Indonesia
No. 3 Tahun 2013. Peraturan dari pemerintah daerah juga diperlukan guna
melaksanakan kegiatan TPS 3R. TPS 3R bekerja dalam skala kawasan maka akan lebih
baik apabila ada peraturan dari lurah atau kepala desa untuk mendukung kegiatan TPS
3R.

18
Berbagai aspek legal sebaiknya secara rutin disosialisasaikan oleh pemerintah
daerah kepada pengelola TPS 3R, minimal satu tahun sekali. Dalam rangka tertib
administrasi dan dokumen pencatatan maka di dalam melakukan sosialisasi peraturan
sebaiknya dilengkapi dengan keterangan daftar hadir peserta, pembicara yang
melakukan sosialisasi, waktu sosialisasi, dan tempat untuk melakukan sosialisasi, jenis
peraturan yang disosialisasikan seperti konsep 3R, hadiah dan sanksi bagi masyarakat
yang melanggar peraturan, dan lain sebagainya.

3.2.2. Aspek Kelembagaan TPS 3R


Pada aspek kelembagaan yang ada di TPS 3R meliputi dokumen rencana kerja
masyarakat, legalitas TPS 3R, bentuk dan struktur organisasi TPS 3R, jumlah tenaga
operasional TPS 3R, jenjang pendidikan ketua TPS 3R (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2017), tata laksana kerja (Carlos Afonso et al., 2000), jumlah
kemitraan antara TPS 3R dengan instansi lainnya (Joseph, 2006), jenis pelatihan yang
pernah diikuti oleh pengelola dan tenaga operasional TPS 3R selama satu tahun terakhir
(Guerrero et al., 2013), penggunaan APD bagi tenaga operasional di TPS 3R (Wilson et
al., 2006), pengawasan pemilahan sampah di rumah tangga oleh tenaga pengangkut
sampah (Niyati, 2015).

3.2.2.1. Dokumen Rencana Kerja TPS 3R

Setiap TPS 3R diharapkan mempunyai program rencana kerja minimal 3 tahun


yaitu program kerja jangka pendek, menengah, dan panjang. Program Rencana Kerja
TPS 3R dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Contoh Rencana Kerja Masyarakat dalam Pengelolaan TPS 3R

No Program Kerja
A Jangka Pendek (1 tahun)
1. Penetapan iuran pengumpulan dan pengangkutan sampah
2. Penyuluhan pemilahan sampah ke masyarakat
3. Pengangkutan sampah terjadwal sesuai dengan kesepakatan
B Jangka Menengah (3 tahun)
1. Inovasi pengolahan sampah mudah busuk (maggot)
2. Mewajibkan warga memilah sampah dari sumber menjadi 2 atau 3 jenis yaitu sampah
mudah busuk, sampah bernilai ekonomi, residu
3. Iuran sampah dibayarkan tepat waktu oleh warga
4 Warga yang membayar 100%
C Jangka panjang (5 tahun)
1. Meningkatkan cakupan dan layanan dan jumlah layanan pengangkutan sampah
2. Pengurangan pengiriman sampah ke TPA

19
3.2.2.2. Legalitas TPS 3R

Legalitas TPS 3R dapat dilihat berupa Surat Keputusan (SK) baik dari
lurah/camat/dinas atau lainnya dan sebaiknya mempunyai masa berlaku. Legalitas dapat
diperpanjang atau diperbaharui.

3.2.2.3. Bentuk dan Struktur Organisasi TPS 3R

Bentuk dan struktur organisasi TPS 3R dapat diketahui dari anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga (AD/ART). Struktur organisasi TPS 3R minimal meliputi:
ketua, sekretaris, bendahara, dan tenaga operasional TPS 3R yang terdiri atas
koordinator lapangan, tenaga pengangkut, tenaga pemilah, operator. Bentuk organisasi
TPS 3R berupa bagan yang dapat dilihat pada contoh di Gambar 19 dan 20.

Penanggung Jawab

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris Bendahara

Anggota

Gambar 19. Contoh Bentuk dan Struktur TPS 3R

20
Gambar 20. Contoh Bentuk dan Struktur TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya (2017)

Pengelola TPS 3R juga dapat menambahkan informasi mengenai tingkat


pendidikan pengelola dan tingkat pendidikan tenaga operasional.

3.2.2.4. Standar Operasional Prosedur TPS 3R

Standar operasional prosedur (SOP) di TPS 3R digunakan sebagai panduan bagi


tenaga operasional. SOP di TPS 3R meliputi:
1) Setiap tenaga operasional mulai bekerja pukul 07.00
2) Tenaga pengangkut sampah mulai mengangkut sampah dari rumah ke rumah dari
pukul 07.15
3) Apabila rumah tangga telah memilah sampah maka pengangkutan juga dilakukan
secara terpilah. Pengangkutan sampah yang terpilah minimal terdiri dari 2 jenis
yaitu sampah yang mudah busuk dan tidak mudah busuk atau 3 jenis yaitu sampah
mudah busuk, tidak mudah busuk dan residu/B3.
4) Tenaga operasional melakukan pemilahan sampah di TPS 3R dengan cara sebagai
berikut:

21
a. Apabila sampah sudah terpilah dari sumber maka tenaga operasional memilah
sampah yang tidak mudah busuk dikelompokkan menjadi sampah plastik,
kertas, kardus, logam dan lain sebagainya
b. Apabila sampah belum terpilah di sumber maka tenaga operasional memilah
sampah busuk dan tidak mudah busuk. Sampah tidak mudah busuk dipilah lagi
menjadi sampah kertas, plastik, logam, kayu, dan lain sebagainya.
5) Sampah yang mudah busuk diolah menjadi kompos yang kegiatannya dimulai
dari:
a. pencacahan
b. pengomposan
c. pengeraman
6) Setiap selesai kegiatan tenaga operasional wajib mencuci kendaraan pengangkut
sampah supaya tidak mudah berkarat akibat air lindi dari sampah
7) Membersihkan TPS 3R supaya tidak menjadi tempat perindukan vektor
8) Sampah residu ditampung dalam wadah yang tertutup serta kedap air, dan secara
berkala diangkut oleh petugas ke TPS 3R minimal 3 hari sekali atau dua kali
setiap minggu.

Agar tertib administrasi dan tidak saling menyalahkan antara pengelola dan
tenaga operasional TPS 3R maka sebaiknya dibuat aturan bersama yaitu tata tertib yang
telah disepakati oleh pengelola dan tenaga operasional TPS 3R. Contoh tata tertib di
TPS 3R dapat dibaca pada tabel di bawah ini.

22
Tabel 3.4 Contoh Jadwal Kegiatan di TPS 3R Mutiara Bogor Raya

Jam Kegiatan Jumlah Catatan


Karyawan
07.00-09.00 Penarikan Rit 1 2 orang Motor 1 Rute GHI
Penarikan Rit 1 2 orang Motor 2 Rute GP
Piket 1 orang Pengelolaan Kompos :
Kebersihan area (area
kerja operator + KM) dari
awal s/d akhir,
mengelompokkan sampah
anorganik sesuai dengan
jenisnya
Petugas area TPS 3R 1 orang
09.00-09.30 Bongkar sampah
09.30-11.00 Penarikan Rit 2 1 orang Motor 1 Rute (RW15-GP)
Penarikan Rit 2 1 orang Motor 2 Rute RW16
Memilah 5 orang
11.00-12.00 Bongkar
12.00-13.00 Istirahat
13.00-14.00 (Petugas sampah)
Menggiling & sisa
memilah
14.00-15.00 Membersihkan TPS 3R
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

Tabel 3.5. Contoh Tata Tertib di TPS 3R Mutiara Bogor Raya


No Kegiatan Batas Maksimal Keterangan
1 Ijin/cuti Maks 2 hari/bulan Jika melebihi 2 hari kerja maka potong gaji
sesuai dengan hari yang tidak masuk
2 Terlambat Maks 3 kali/bulan Terlambat potong ½ uang makan. Jika
masuk Jumlah jam terlambat sudah melebihi aturan di samping maka
maks 15 menit potong 1 hari uang makan
3 Melakukan pekerjaan diluar pekerjaan Tidak tepat jadwal penarikan melebihi
utama waktu yang ditentukan
Tidak memilah dengan benar maks 3 kali
kesalahan
Tidak melakukan penimbangan dengan
benar
Ketidaktaatan terhadap aturan kelompok tim
yang ditentukan
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

Catatan sanksi:
1) Jika ada kelebihan jam kerja karena ketidaktepatan waktu yang dibuat oleh petugas
maka tidak dihitung lembur

23
2) Kesalahan pribadi akibat tidak mematuhi tata tertib diberikan sanksi bertahap dari
SP 1 hingga SP 3 (pemutusan hubungan kerja)

Pengawasan dan pembagian kerja terhadap pengelolaan TPS 3R sangat perlu


diperhatikan terutama oleh pemerintah daerah dan pengelola TPS 3R. Berikut ini contoh
kegiatan pembagian kerja dan pengawasan yang dilakukan oleh pengelola TPS 3R
terhadap kegiatan di TPS 3R (Tabel 3.6).

Tabel 3.6. Contoh Checklist Tugas dan Tanggung Jawab Petugas Piket
Bulan _______ 2019
Tanggal
No Kegiatan Spesifikasi
1 2 3 4 5 6 dst
1 Bersihkan halaman Tidak ada sampah
kantor dan area luar yang berceceran,
TPS 3R sampah terkumpul
sesuai dengan
kategorinya
2 Bersihkan semua Bersih, tidak berbau
kamar mandi
3 Bersihkan peralatan Bersih
yang sudah digunakan:
mesin giling, mesin
pencacah, timbangan
4 Bersihkan area setelahTidak ada sampah
pemilahan yang berceceran,
sampah terkumpul
sesuai kategorinya
5 Bersihkan ruang Tidak ada sampah
pengolahan yang berceceran,
sampah terkumpul
dengan kategorinya
Paraf Supervisor
Pengisian: (V) = Dilakukan; (X) = Tidak dilakukan
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

Pengelola TPS 3R juga perlu memperhatikan tugas dan tanggung jawab


administrasi baik bagi pengelola dan tenaga operasional TPS 3R. Pengelola TPS 3R
dapat memantau kegiatan di TPS 3R dalam hal daftar absensi, pencatatan ritasi, hasil
penimbangan, pemantauan pencatatan timbulan sampah, pemilahan sampah dan sumber
daya yang bertanggung jawab terhadap kebersihan TPS 3R. Berikut contoh daftar tugas
dan tanggung jawab administrasi di TPS 3R (Tabel 3.7).

24
Tabel 3.7. Contoh Checklist Tugas dan Tanggung Jawab Administrasi
Bulan _______ 2019
Tanggal
No Kegiatan Spesifikasi
1 2 3 4 5 6 dst
1 Catat absensi Jam masuk dan jam
pulang dicatat dengan
benar
2 Catat rit Jumlah rit dan jam
dicatat dengan benar
3 Catat hasil Nilai timbangan sesuai
penimbangan dengan angka pada
(pastikan selalu timbangan
ditimbang)
4 Catat sampah Catat hasil penjualan
ekonomis organik & sampah dengan benar
anorganik
5 Bersihkan kantor dan Kantor bersih, tidak
kamar mandi berdebu, disapu, dipel
secara rutin
6 Bersihkan area Kantor bersih, tidak
istirahat karyawan berdebu, disapu, dipel
secara rutin
7 Mengawasi proses Proses pemilahan
pemilahan dan dilakukan dengan benar
kebersihan
8 Mengawasi proses Proses penimbangan
penimbangan di dilakukan dengan benar
lokasi penimbangan
Paraf Supervisor
Pengisian: (V) = Dilakukan; (X) = Tidak dilakukan
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

Pengelolaan sampah di TPS 3R supaya lebih mudah dipahami maka pengelola


sebaiknya membuat alur pengelolaan sampah di TPS 3R. Berikut contoh alur kerja
pengelolaan sampah di TPS 3R (Gambar 21)

25
Timbulan sampah Rumah tangga memilah sampah/ Diangkut petugas secara terpilah/
rumah tangga Tidak memilah sampah Tidak terpilah ke TPS 3R

Pengolahan sampah di TPS


3R

Sampah belum terpilah: Sampah sudah terpilah:


Petugas memilah sampah Petugas mengecek
pengelompokkan sampah

Tidak mudah busuk Residu Mudah busuk Tidak mudah busuk Residu
bernilai ekonomis bernilai ekonomis

Lapak / Pengepul TPA Kompos Lapak / Pengepul TPA

Gambar 21. Alur Pengelolaan Sampah oleh TPS 3R

3.2.2.5. Pengelola & Tenaga Operasional TPS 3R

Setiap TPS 3R wajib mempunyai catatan mengenai jumlah tenaga operasional


dan tingkat pendidikannya. Berikut rincian, jenis, jumlah dan tingkat pendidikan
pengelola dan tenaga operasional di TPS 3R (Tabel 3.8).

26
Tabel 3.8. Pengelola dan Tenaga Operasional TPS 3R
No Struktur Pengelola TPS 3R Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
1 Ketua
2 Sekretaris
3 Bendahara
4 Sarana/prasarana
5 Pengelolaan
6 Sosialisasi
7 Pengembangan bisnis
8 Jumlah pengelola TPS 3R
Jenis Tenaga Operasional
1 Koordinator lapangan
2 Tenaga pengangkut
3 Tenaga pemilah
4 Operator (pencacah/pembuat kompos,
dan lain sebagainya
5 Administrasi
6 Penagih iuran sampah
Jumlah Total Tenaga Operasional
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

3.2.2.6. Pelatihan bagi Pengelola dan Tenaga Operasional

Kemampuan pengelola dan tenaga operasional yang terlatih sangat penting


untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah di wilayah TPS 3R. Berbagai macam
pelatihan yang pernah diikuti sebaiknya tercatat dan didokumentasikan dengan baik
sehingga dapat diidentifikasi mengenai orang atau jenis pelatihan yang diikuti dalam
kurun waktu tertentu. Contoh pelaporan mengenai jenis pelatihan dan jumlah orang
yang telah mengikuti pelatihan serta status yaitu pengelola atau tenaga operasional
dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Jenis, Nama, dan Jumlah Pekerja Terlatih


Tahun
No Jenis Pelatihan Nama Peserta Pelatihan Status
Pelatihan

Jumlah Peserta Pelatihan

27
3.2.2.7. Alat Pelindung Diri bagi Tenaga Operasional

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan yang digunakan untuk


melindungi tubuh dari bahaya-bahaya kecelakaan kerja dan mengurangi tingkat
keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. APD Minimal yang dipakai petugas
pengangkut sampah dan petugas operasional di tempat pemilahan sampah antara lain,

1) Seragam kerja
Seragam digunakan untuk melindungi petugas dari paparan bahaya saat bertugas
di area tempat pemilahan sampah.

Gambar 22. Seragam Ideal Tenaga Operasional TPS 3R

2) Topi pelindung/helm
Topi pelindung atau helm digunakan untuk melindungi kepala dari benda jatuh.

Gambar 23. Topi Pelindung/Helm

28
3) Masker
Masker digunakan untuk melindungi petugas dari debu yang mengancam di
tempat kerja serta mengurangi paparan bau dari limbah yang membusuk.

Gambar 24. Masker

4) Sepatu tertutup
Sepatu tertutup melindungi petugas dari cidera kaki akibat benda tajam atau dari
benda yang terjatuh. Selain itu, sepatu tertutup juga dapat melindungi petugas
dari penyakit yang bersumber dari air lindi di tempat pengolahan sampah.
Sepatu boot merupakan jenis sepatu yang lebih cocok untuk petugas pengangkut
dan pemilah sampah.

Gambar 25. Sepatu Boot

29
5) Sarung tangan
Sarung tangan merupakan APD yang penting untuk tenaga operasional TPS 3R
untuk memastikan petugas terlindung dari cidera tangan. Jenis sarung tangan
yang cocok untuk petugas pengangkut dan pemilah sampah adalah sarung
tangan berbahan karet atau lateks.

Gambar 26. Sarung Tangan

3.2.2.8. Pengawasan Pemilahan Sampah di Rumah Tangga oleh Tenaga


Pengangkut Sampah

Pemilahan sampah di Indonesia masih sangat jarang dilakukan, hanya sebesar


9% (Zakianis et al., 2017). Pemilahan sampah merupakan kegiatan yang sangat penting
karena sampah yang telah dipilah akan memudahkan pengolahan sampah ke tahap
selanjutnya. TPS 3R akan mudah mengelola sampah apabila sampah sudah terpilah di
sumber dan diangkut secara terpilah (Damanhuri & Padmi, 2011). Dalam rangka
menjamin keberlanjutan pemilahan sampah di rumah tangga maka perlu adanya
pengawasan pemilahan sampah (Kwek Wei Ling dan Wei Da, 2018). Petugas
pengangkut sampah di wilayah kerja TPS 3R perlu dilatih untuk melakukan
pengawasan pemilahan sampah di rumah tangga. Selanjutnya, petugas pengangkut
sampah dapat diberdayakan untuk mengawasi kegiatan pemilahan sampah di rumah
tangga. Hasil pemantauan pemilahan sampah dapat dilaporkan ke pengelola TPS 3R,
kemudian dilaporkan ke RW/RT untuk menegur masyarakat yang tidak bersedia
memilah sampah. Alur pelaporan dan contoh formulir pemantauan pemilahan sampah
rumah tangga oleh petugas pengangkut sampah dapat dibaca pada Tabel 3.10 dan
Gambar 27.

30
Rumah Tangga Pelaporan kepada Pengelola TPS
Pemantauan Pemilahan Sampah 3R saat Rumah Tangga Tidak
oleh Petugas Pengangkut Sampah Memilah Sampah

Pengurus RT Memberikan Pengelola TPS 3R Meneruskan


Teguran Tertulis Laporan ke Pengurus RT
ke Rumah Tangga

Gambar 27. Alur Pelaporan Pemantauan Pemilahan Sampah Rumah Tangga oleh
Petugas Pengangkut Sampah

Tabel 3.10. Formulir Pemantauan Pemilahan Sampah Rumah Tangga oleh


Petugas Pengangkut Sampah
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
No Alamat Rumah Tangga
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
1
2
3
4
5
Keterangan: M1, M2, M3, M4: Minggu Ke-1,2, 3 dan 4
Sumber: Koesoemawardani (2019)

3.2.3. Aspek Keuangan

Aspek keuangan sangat diperlukan untuk mengelola sampah yang kegiatannya


dimulai dari pengumpulan, pewadahan, pengangkutan sampah pembuagan akhir sampah
(United Nations Environment Program, 2005). Sumber dana untuk pengelolaan sampah
meliputi pemerintah, masyarakat, dan swasta serta sumber lainnya (Ramesha
Chandrappa & Das, 2012). Pada umumnya, sumber investasi TPS 3R berasal dari
pemerintah baik pusat maupun daerah. Akan tetapi, untuk biaya operasional sangat
mengandalkan partisipasi masyarakat, dan bantuan pemerintah. Namun, ada TPS 3R
yang biaya operasionalnya bersumber dari pemerintah daerah.

Biaya operasional di TPS 3R digunakan untuk membayar gaji tenaga


operasional, pembelian bahan bakar bermotor, biaya pengangkutan residu, kompos, dan
lain sebagainya. Dalam rangka akuntabilitas keuangan maka sebaiknya TPS 3R

31
melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan TPS 3R ke pemerintah daerah dan ke
masyarakat. Dalam rangka menjaga akuntabilitas keuangan maka sebaiknya TPS 3R
mempunyai catatan pelaporan keuangan yaitu pemasukan dan pengeluaran setiap bulan.
Berikut formulir pencatatan keuangan yaitu pemasukan dan pengeluaran setiap bulan di
Tabel 3.11.

Oleh karena sebagian biaya operasional bersumber dari masyarakat maka perlu
pemantauan terhadap iuran pengangkutan dan pengumpulan sampah di masyarakat oleh
pengelola TPS 3R. Pemantauan iuran ini penting karena menjamin kelangsungan
kegiatan operasional TPS 3R. Contoh table pemantauan iuran pengumpulan dan
pengangkutan sampah rumah tangga per bulan pada Tabel 3.12.

32
Tabel 3.11. Pelaporan Keuangan di TPS 3R per Bulan
Tahun:
Bulan
No Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pemasukan
1 Iuran pengumpulan dan pengangkutan sampah
2 Bantuan pemerintah daerah
3 Bantuan lainnya
4 Hasil penjualan sampah daur ulang
Total Pemasukan
Pengeluaran Rutin per Bulan
1 Gaji pengelola TPS 3R
2 Gaji koordinator pengelola TPS 3R
3 Gaji tenaga operasional/bulan
5 Pembelian sampah ekonomis (bank sampah)
4 Bahan bakar
5 Listrik
6 Air
7 Pulsa
8 Sabun MCK
9 BPJS
10 Sopir pengangkut sampah ke TPA
11 Susu
12 Retribusi dinas kebersihan
13 Lainnya

33
Bulan
No Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengeluaran Tidak Rutin
1 Ganti oli
2 Cas accu mesin
3 APD
4 THR
5 Ganti ban
6 Pengeluaran darurat
7 Lainnya
Total Pengeluaran
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

34
Tabel 3.12. Pemantauan Iuran Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Rumah
Tangga per Bulan

Wilayah : RT…… RW…….. Tahun:

Bulan
No Nama Alamat Rumah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

Kepercayaan masyarakat meningkat apabila ada kejelasan pengelolaan keuangan


di TPS 3R. Setiap pemasukan ke TPS 3R hendaknya dicatat dengan baik dan
dilaporkan ke pengelola, tenaga operasional, dan masyarakat, contoh laporan penjualan
sampah dapat dibaca pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13. Contoh Laporan Penjualan Sampah Ekonomis
di TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Tanggal:
No Nama Barang Banyaknya Harga Jumlah Keterangan
1 Campuran
2 Beling
3 Box/Kerdus
4 Duplex
5 Rongsok/Alumunium
6 Kaleng
7 Koran
8 Putihan
9 PC
10 CD
11 Besi padat/Babet
TOTAL
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

35
Transaksi pembelian dan penjualan barang di TPS 3R sebaiknya juga dicatat
dengan baik, contoh transaksi pembelian barang dapat dibaca pada Tabel 3.14 dan Tabel
3.15 serta Gambar 28.

Tabel 3.14. Contoh Transaksi Pembelian Barang Ekonomi (Bank Sampah)


di TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Bulan dan Tahun:
Nomor Nama Jenis Jumlah Harg Total
No Tgl Paraf Keterangan
Buku Penjual Barang (kg) a (kg) Bayar

Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

Tabel 3.15. Contoh Transaksi Penjualan Barang Ekonomi


di TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Bulan dan Tahun:
Nama Jenis Jumlah Harga Total
No Tgl Paraf Keterangan
Pembeli Barang (kg) (kg) Bayar

Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

Tabel 3.16. Contoh Total Transaksi Penjualan Barang Ekonomi


di TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Tahun :

Saldo Tabungan
Bulan Pembelian Penjualan Laba Keterangan
Lama Nasabah

Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

36
Gambar 28. Contoh Invoice Iuran Sampah TPS 3R Mutiara Bogor Raya
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

3.2.4. Aspek Teknis

Aspek teknis pengelolaan sampah di TPS 3R sangat terkait sarana prasarana


yang ada yaitu meliputi kondisi bangunan dan prasarana, kapasitas mesin pencacah,
kapasitas kendaraan pengangkut sampah (Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Republik Indonesia, 2017), jumlah
kendaraan pengangkut sampah (Taweesan et al., 2016), sarana pemilahan (Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, 2016) luas TPS 3R (Kardono,
2007), dan volume sampah di TPS 3R/hari (Whiteman et al., 2001).

Kondisi bangunan dan prasarana yang lengkap terdiri atas hangar, ruang kantor,
ketersediaan air, ketersediaan saluran drainase, dan adanya arm roll. Kondisi bangunan
dan prasarana berfungsi apabila hanggar dapat digunakan untuk memilah sampah &
membuat kompos, ruang kantor dapat digunakan untuk bekerja, tersedia air bersih yang
mengalir, saluran drainase tidak tersumbat dan arm roll dapat digunakan untuk
menampung sampah residu. Berikut ini laporan monitoring kondisi bangunan dan

37
prasarana yang dapat digunakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan atau
pengelola TPS 3R disajikan pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17. Laporan Monitoring Kondisi Bangunan dan Prasarana TPS 3R


No Keterangan Pilihan Jawaban
1 Nama TPS 3R
2 Alamat Lokasi TPS 3R
3 Nama koordinator
4 Nama Pengawas
5 Tanggal monitoring
Kondisi Hanggar TPS 3R
5 Lantai Baik Cukup Rusak
6 Atap Baik Cukup Rusak
7 Dinding Baik Cukup Rusak
8 Rangka atas Baik Cukup Rusak
9 Ruang administrasi Baik Cukup Rusak
10 Arm roll Baik Cukup Rusak
11 Taman depan TPS 3R Ada Tidak ada
12 Kamar mandi/toilet TPS 3R Ada Tidak ada
13 Kebersihan TPS 3R Bersih Tidak bersih
Peralatan Kerja
14 Jenis mesin MC 500 MC Belt
1000 Conveyer
15 Kondisi mesin Baik Cukup Rusak
16 Kondisi pengayakan Baik Cukup Rusak
17 Kondisi mesin pencacah plastik Baik Cukup Rusak
18 Kondisi mesi press Baik Cukup Rusak
19 Mesin pencuci plastik Baik Cukup Rusak
20 Incinerator Baik Cukup Rusak
21 Jumlah pengangkut sampah ……..unit
22 Jenis pengangkut sampah 1. Mobil pick up
2. Gerobak
3. Gerobak motor
4. Sebutkan, lainnya……
23 Kondisi kendaraan pengangkut sampah

Sumber: Formulir Laporan Monitoring dan Pengawasan Lapangan pada UPS Kota Depok dan Format
Laporan Bulanan TPS 3R Kota Bogor

3.2.5. Aspek Partisipasi Masyarakat

Aspek partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah yaitu pengurangan


sampah, pemilahan sampah dan melakukan pembayaran iuran pengangkutan dan
pengumpulan sampah.

38
3.2.5.1. Pengurangan Sampah

Pengurangan sampah dapat dilakukan mulai dari sumber penghasil sampah


dengan cara membatasi jumlah sampah. Pengurangan sampah dilakukan pada lingkup
rumah tangga dan industri, namun cara yang dilakukan berbeda. Pada industri,
pengurangan sampah dilakukan dengan mengubah desain produk, perubahan teknologi,
dan mengurangi bahan baku (Koren & Bisesi, 2003).

Pengurangan sampah di rumah tangga dapat dilakukan dengan memilih


pemakaian barang yang dilakukan secara berulangkali. Beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam mengurangi sampah di tingkat rumah tangga, yaitu mengurangi
sampah plastik, ketika berbelanja sebaiknya membawa tas keranjang/tas lipat atau
lainnya. Cara lainnya, menghindari membeli barang yang dibungkus dengan plastik.
Selain itu, untuk membeli makanan matang sebaiknya membawa tempat makanan
sendiri seperti rantang, kotak makanan, dan lain sebagainya.

Timbulan sampah ke TPA dapat dikurangi olehrumah tangga dengan


menggunakan kembali barang-barang tertentu sebelum dibuang menjadi sampah.
Penggunaan kembali sampah adalah kegiatan yang memanfaatkan kembali sampah
yang sebenarnya masih dapat digunakan. Tindakan ini dimaksudkan untuk
memperpanjang umur suatu barang. Barang yang hendak dibuang, digunakan kembali
baik dengan fungsi yang sama, maupun berbeda dengan fungsi sebelumnya. Tindakan
penghematan juga akan mengurangi penggunaan berlebih suatu barang.

Namun, dalam menggunakan kembali barang tertentu, perlu ada kegiatan


pemisahan barang/sampah. Memisahkan sampah sesuai jenis merupakan tindakan yang
dikenal sebagai pemilahan sampah. Setelah sampah dipisahkan, dapat dipertimbangkan
untuk digunakan kembali. Beberapa kegiatan seperti menghabiskan makanan yang kita
konsumsi, memanfaatkan botol plastik sebagai media tanam, atau menggunakan tas
belanja sebagai pengganti kantong plastik sangat dianjurkan untuk menghemat sumber
daya alam serta mengurangi sampah yang dibuang ke TPA.

39
Gambar 29. Menghabiskan Makanan
Sumber: Thomsom (2016)

Gambar 30. Menggunakan Tas Belanja untuk Mengurangi Konsumsi Plastik


Sumber: Cole (2018)

Gambar 31. Kampanye Membawa Wadah ketika Membeli Makanan


Sumber: Bernama (2016)

40
Gambar 32. Membawa Botol Minum (Tumbler) dari Rumah
Sehingga Air Dapat Diisi Ulang
Sumber: Cole (2018)

3.2.5.2. Iuran Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Masyarakat membayar iuran pengelolaan sampah dengan dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Pembiayaan secara langsung berarti setiap rumah tangga
yang memperoleh layanan pengangkutan sampah, maka rumah tangga tersebut akan
langsung membayar besarnya iuran sampahnya. Pengumpulan iuran tersebut biasanya
dilakukan dalam skala RW ataupun RT (Manurung, 2013). Pembayaran secara tidak
langsung artinya rumah tangga yang memperoleh layanan pengangkutan sampah tidak
secara khusus membayar iuran sampahnya tetapi biaya sampah dijadikan satu dengan
biaya pelayanan publik lainnya seperti pembayaran air atau listrik (United Nations
Environment Program, 2005). Pertanggungjawaban keuangan dari iuran pengumpulan
dan pengangkutan sampah sangat penting maka dokumen pencatatan dan pelaporan
harus baik dan lengkap. Masyarakat perlu diajak berkomunikasi dalam hal pembiayaan
pengelolaan sampah di TPS 3R. Bentuk komunikasi berbagai macam, tetapi apabila
bentuk komunikasi ada surat maka akan lebih baik. Masyarakat juga perlu mempunyai
catatan iuran pengumpulan dan pengangkutan sampah, demikian pula dengan pengelola
TPS 3R sehingga saling terjaga kepercayaan dalam pengelolaan keuangan di TPS 3R.
Contoh mengenai rekapitulasi iuaran pengumpulan dan pengangkutan sampah baik oleh
masyarakat atau pengelola dapat dibaca pada Tabel 3.18 dan Gambar 33. Informasi
resmi mengenai tarif pengumpulan dan pengangkutan sampah dalam bentuk surat juga
dapat dibaca pada Gambar 34.

41
Tabel 3.18. Rekapitulasi Iuran Pengumpulan Sampah
Komponen Data
Besarnya iuran ruta/kk per bulan Rp
Jumlah ruta/kk yang membayar
iuran sampah per bulan ................................. orang

Gambar 33. Contoh Kartu Iuran Warga sebagai Partisipasi Masyarakat TPS 3R
Mutiara Bogor Raya
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

42
43
Gambar 34. Surat Edaran Pembayaran TPS 3R ke Warga Mutiara Bogor Raya
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

44
3.3. Proses Pengelolaan Sampah di TPS 3R

Penanganan sampah di rumah tangga meliputi pemilahan dan pewadahan sampah.

3.3.1. Pemilahan Sampah Rumah Tangga

Sebelum melakukan pemilahan sampah, rumah tangga perlu mengetahui jenis


sampah yang akan dipilah. Umumnya sampah dipilah menjadi dua jenis, yaitu sampah
mudah busuk dan sampah tidak mudah busuk.

3.3.1.1. Pentingnya Pemilahan Sampah

Sampah yang tidak dipilah akan menyulitkan pengelolaan sampah selanjutnya


karena sampah tercampur. Padahal sampah yang berbeda jenis membutuhkan metode
pengolahan yang berbeda. Apabila sampah tidak dipilah, maka tidak dapat dikelola
dengan benar dan hanya akan tertumpuk di TPA dan memerlukan biaya yang sangat
mahal apabila akan diolah lebih lanjut.

Sampah yang tidak mudah busuk apabila ditumpuk di TPA akan sangat lama terurai di
lingkungan sehingga mampu melepaskan zat lindi yang berbahaya bagi lingkungan. Zat
tersebut berupa air lindi yang sering mencemari aliran air di sekitarnya. Air yang
tercemar lindi tersebut akan meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air
penduduk.

Gambar 35. Air Lindi yang Mencemari Sungai Pesanggrahan


Sumber: Arifianto (2016)

45
Sampah yang menumpuk di TPA juga dapat menghasilkan gas metan yang dapat
menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global merupakan masalah yang dapat
menyebabkan perubahan iklim dunia. Salah satu dampak dari perubahan iklim tersebut
adalah kekeringan panjang, badai, dan tenggelamnya pulau-pulau. Menumpuknya gas
metan yang dihasilkan oleh sampah juga dapat menyebabkan kebakaran sampah.

Gambar 36. Kebakaran di TPA Suwung


Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Derah Kota Denpasar (2018)

3.3.1.2. Prinsip dan Metode Pemilahan Sampah

Prinsip dalam pemilahan sampah adalah memudahkan masyarakat dalam


membedakan macam-macam sampah. Setiap daerah memiliki teknik berbeda-beda
dalam pemilahan sampah, namun yang terpenting dapat memudahkan masyarakat
memilah serta mempermuddah pengolahan selanjutnya. Adapun metode atau teknik
yang dibutuhkan dalam memilah sampah di rumah tangga sangat sederhana yakni
memisahkan sampah dengan tangan secara langsung. Rumah tangga di beberapa negara
di dunia ada yang memisahkan sampah menjadi tiga jenis seperti di Cina (Zhang &
Wen, 2014) dan lebih dari tujuh jenis seperti di Jepang (Niyati, 2015). Namun, yang
terpenting adalah memisahkan sampah yang mudah busuk dan tidak mudah busuk.

3.3.1.3. Cara Memilah Sampah

Pemilahan sampah membutuhkan ketelitian serta ketekunan dalam


melaksanakannya. Teliti dalam memisahkan sampah sesuai jenis serta tekun
melakukannya setiap hari. Cara memilah sampah yang benar perlu diketahui oleh setiap

46
orang di rumah tangga, agar saat hendak membuang sampah, sampah dapat langsung
dibuang sesuai jenisnya.

Pemilahan sampah terdiri dari tahapan sebagai berikut:

1) Menyiapkan wadah

Wadah diperlukan sebagai tempat penyimpanan sampah sebelum sampah diangkut.


Sampah yang sudah terpilah membutuhkan wadah yang terpilah juga, yakni
memberi wadah pada setiap jenis sampah. Pewadahan cukup penting untuk
menghindari sampah tercampur, sampah mudah diangkut, mengurangi bau akibat
sampah yang membusuk, menghindari datangnya lalat, dan menjaga agar sampah
tidak mudah terkena air hujan (Damanhuri & Padmi, 2010).

Pewadahan sampah di rumah tangga dimulai dari menyiapkan wadah yang sesuai
dan apakah wadah terbuka/tertutup. Sampah mudah busuk (basah) sebaiknya
ditempatkan pada wadah tertutup agar tidak mudah didatangi binatang pengganggu
dan mencegah tersebarnya bau tidak sedap.

Wadah yang diperlukan dapat berupa tong sampah, trash bag, atau kontainer lain
yang sekiranya dapat dijadikan tempat penampungan sampah sementara. Wadah
sampah sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan kedap air,
ekonomis dan mudah diperoleh masyarakat, serta mudah dikosongkan (Badan
Standarisasi Nasional, 2002)

Gambar 37. Wadah untuk Menampung Sampah Rumah Tangga (Trash Bag,
Tong Sampah Tertutup, Tong Sampah Terbuka)
Sumber: American Waste (2018); University Cambridge (n.d.)

47
Penempatan wadah tersebut biasanya di dapur, kamar, atau di tempat lain yang
mudah dilihat dan dijangkau. Jumlah wadah disesuaikan dengan volume jenis
sampah yang ingin dipilah. Disarankan agar rumah tangga menyiapkan tiga wadah
untuk sampah mudah busuk, sampah tidak mudah busuk, dan sampah residu (tidak
dapat didaur ulang kembali). Jika Anda menyiapkan wadah berupa tong sampah
atau wadah lain, sebaiknya wadah tersebut dilapisi dengan plastik kembali agar
ketika sudah penuh dapat diikat rapi dan mudah untuk diangkut.

Gambar 38. Wadah Sampah yang Baik


Sumber: Harlow Council (2018)

2) Memberi label pada wadah


Memberi label pada wadah sampah adalah untuk memudahkan anggota rumah
tangga saat hendak membuang sampah. Label dapat dituliskan keterangan
mengenai jenis sampah di wadah tertentu. Tahap ini hanya pilihan, tidak perlu
dilakukan jika Anda dan anggota rumah telah menghafal wadahnya.
3) Membuang sampah sesuai jenisnya
Pada tahap ini, Anda perlu memberi informasi kepada keluarga Anda mengenai
sampah apa saja yang dibuang ke wadah tertentu. Berikut contoh sampah sesuai
jenisnya yang sering ditemui di rumah tangga:

48
Tabel 3.19. Contoh Daftar Jenis Sampah di Rumah Tangga
Sampah Tidak Mudah
Sampah Mudah Busuk Residu
Busuk Bernilai Ekonomi
Sisa makanan Kertas, kardus, koran Bekas pembalut
Sayuran busuk Botol kecap, air mineral Popok bayi
Daun-daun kering Kaleng Lampu pijar
Makanan kadaluwarsa Pecahan kaca Oli bekas, baterai bekas
Botol sabun, shampoo Obat, botol obat
Ban bekas Tisu bekas
Ampas teh
Tinta, pulpen, spidol

4) Memastikan tidak ada sampah yang tercampur


Sebelum sampah hendak dipindahkan atau diangkut, perlu dipastikan kembali
bahwa tidak ada sampah yang tercampur di setiap wadah.

Gambar 39. Contoh Pemilahan Sampah


Sumber: (NYS Food System Sustainability, no date)

5) Menyimpan tiap jenis sampah dengan rapat


Sampah yang telah penuh atau hendak dipindahkan ke tempat lainnya, perlu
disimpan dengan rapat. Apabila wadah sampah dilapisi dengan plastik, maka
dapat diikat dengan rapat dan dipindahkan ke tempat lain.

49
Gambar 40. Sampah Disimpan di Wadah Tertutup Rapat
Sumber: (American Waste, 2018)

Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah, maka


pewadahan sampah dapat dibagi menjadi beberapa tingkat. Pertama, wadah sampah
yang menampung sampah langsung dari sumbernya. Wadah ini biasanya diletakkan di
tempat yang mudah terlihat, mudah dibawa, dan mudah dicapai oleh pemakai, misal
diletakkan di dapur dan kamar mandi. Ketika wadah sudah penuh maka dikosongkan
dan sampah dipindah ke wadah yang lebih besar atau tempat pengumpul sementara
(Meyers, 2012). Kedua, wadah yang menampung sampah sementara biasanya letaknya
tetap, berukuran besar, dan dapat dipidahkan, biasanya diletakkan di depan rumah
(Damanhuri & Padmi, 2010).

3.3.1.4. Manfaat Memilah Sampah

Beberapa manfaat dari pemilahan sampah adalah sebagai berikut:


a. Sampah menjadi tidak bau, karena telah terpisah antara yang basah dan yang
kering
b. Sampah terlindung dari binatang pengganggu, seperti tikus, kecoa, dan lalat
c. Sampah tersimpan di tempat yang rapi sehingga tidak mudah berceceran
d. Memudahkan pada saat mengangkut sampah
e. Meningkatkan harga jual sampah tidak mudah busuk yang bernilai ekonomi.

3.3.2. Pengangkutan Sampah Rumah Tangga

3.3.2.1. Pengangkutan Sampah Terpilah

Pengangkutan sampah rumah tangga sangat penting untuk diperhatikan. Proses


ini melibatkan petugas pengangkut sampah yang ikut mengawasi masyarakat dalam
memilah sampah. Tata cara pengangkutan sampah yang sering dijumpai adalah

50
menggunakan kendaraan pengangkut yang berbeda atau kendaraan yang sama tetapi
dengan jadwal yang berbeda(Damanhuri & Padmi, 2010).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan di berbagai negara menyatakan bahwa


perilaku memilah sampah akan meningkat jika ada pengawasan oleh petugas (Sheau-
ting et al., 2016; De Feo & De Gisi, 2010; Zhang & Wen, 2014). Di Jepang, sampah
yang telah dipilah dimasukkan dalam tas plastik yang transparan sehingga petugas lebih
mudah memantaunya (Niyati, 2015). Oleh sebab itu, petugas pengangkut sampah rumah
tangga juga perlu mengetahui bagaimana memilah sampah.

Gambar 41. Contoh Pengangkutan Sampah Terpilah


Sumber: Rosalina, 2018

Pentingnya petugas pengangkut sampah dalam mengetahui perilaku pemilahan


yang benar juga berkaitan dengan penempatan sampah saat sedang diangkut. Sampah
yang telah terpilah perlu dibedakan penempatannya di kendaraan pengangkut. Hal
demikian agar sampah yang telah terpilah oleh masyarakat tidak tercampur kembali saat
sampah ditempatkan di kendaraan. Apabila sampah ikut tercampur di dalam kendaraan
pengangkut, maka akan dibutuhkan proses pemilahan kembali di TPS 3R dan hal
tersebut sangatlah tidak efektif.

51
Gambar 42. Contoh Petugas yang Memilah Sampah Anorganik Tercampur
Sumber: Rosalina, 2018

3.3.2.2. Cara Mengangkut Sampah Terpilah

Pada saat pengangkutan sampah diharapkan petugas memperhatikan beberapa


hal berikut:
1. Mengawasi pemilahan sampah rumah tangga
Petugas pengangkut sampah mengawasi rumah tangga dengan mengecek isi
sampah apakah masih ada yang tercampur atau tidak.
2. Membuat sekat di kendaraan pengangkut untuk 3 jenis sampah
Sekat pada kendaraan berfungsi untuk memisahkan antara sampah yang sudah
terpilah serta mencegah sampah tercecer dan tercampur kembali. Langkah lain
untuk mencegah sampah tercampur adalah membedakan jadwal pengangkutan
antara sampah mudah busuk dengan sampah tidak mudah busuk.

52
Gambar 43. Contoh Gerobak Sampah Terpilah
Sumber: Dokumentasi penulis

3. Mengangkut sampah dengan hati-hati sesuai jenisnya


Pada saat mengangkut sampah, petugas diharapkan menempatkan sampah sesuai
jenisnya pada tempatnya di kendaraan pengangkut. Apabila telah penuh, maka
petugas dapat meningkatkan rotasi pengangkutan.

3.3.3. Frekuensi Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah sebaiknya direncanakan dengan memperhatikan ritasi (1–


4 rit per hari), periodisasi pengangkutan sampah (sampah mudah busuk maksimal tiga
hari sekali, sebaiknya setiap hari), kapasitas tenaga operasional, desain peralatan,
kualitas kerja, serta kondisi komposisi sampah. Periode pengumpulan sampah tidak
mudah busuk dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali. Sebaiknya pengumpulan sampah
memiliki daerah pelayanan tertentu dan tetap. Pembebanan pekerjaan diusahakan
merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah, dan
jenis sampah yang akan diangkut (Damanhuri & Padmi, 2010).

Saat melakukan rencana pengangkutan sampah harus memperhitungkan rasio


pekerja atau jenis kendaraan yang digunakan dengan jumlah penduduk yang dilayani.
Rasio petugas pengangkut sampah dengan penduduk, yaitu 2–5 pekerja untuk 1.000
penduduk. Tiga pekerja per 1.000 penduduk merepresentasikan 1% total angkatan kerja
nasional (Nag and Vizayakumar, 2005). Pengangkutan sampah menggunakan gerobak
idealnya 2 petugas dengan 1 gerobak yang berkapasitas 1 m3, satu hari dua ritasi,
melayani 1000 penduduk dengan radius pelayanan kurang dari 1000 meter. Namun,
mengacu pada Badan Standardisasi Nasional (2008), gerobak sampah dengan kapasitas
1 m3 mampu melayani 640 penduduk atau 128 kepala keluarga (KK) dengan umur

53
teknis dua sampai tiga tahun.

Pengangkutan sampah menggunakan truk berkapasitas 6 m3 dengan 2 petugas


mampu melayani 10.000 penduduk (Damanhuri & Padmi, 2010) atau 1 truk besar yang
melayani 15.000 penduduk (Nag & Vizayakumar, 2005). Akan tetapi, jika berdasar
pada Badan Standardisasi Nasional, armroll truck berkapasitas 6 m3 mampu melayani
3.200 penduduk atau 640 KK. Armroll truck berkapasitas 10 m3 mampu melayani 5.330
penduduk atau 1.375 KK (Badan Standardisasi Nasional, 2008). Berikut cara
melakukan pencatatan dan pelaporan mengenai jumlah dan kapasitas kendaraan
pengangkut sampah.

Tabel 3.20. Inventarisasi Jumlah dan Kapasitas Pengangkut Sampah


Komponen Data
Jumlah dan kapasitas Jenis Kendaraan Jumlah Volume
pengangkut sampah

Total

Tenaga operasional sebaiknya juga diberi arahan dalam melakukan ritasi


pengangkutan sampah. Ritasi pengangkutan sampah juga perlu dicatat dengan baik.
Catatan mengenai ritasi pengangkutan sampah dapat dibaca pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21. Identifikasi Ritasi Pengangkutan Sampah Harian


Komponen Data
Ritasi pengangkutan sampah per Jenis Kendaraan Jumlah ritasi/hari
hari

Jumlah petugas pengangkut


................................ orang
sampah (sopir, kenek)

54
3.3.4. Jenis Pengolahan Sampah di TPS 3R

Proses pengolahan sampah di TPS 3R adalah dengan memilah sampah menjadi


sampah mudah busuk dan sampah tidak mudah busuk. Sampah mudah busuk diolah
secara biologis, sedangkan sampah tidak mudah busuk didaur ulang agar bernilai
ekonomis atau dikelola melalui bank sampah, sedangkan sampah tidak mudah busuk
yang merupakan residu dari TPS 3R dibuang ke TPA (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 2017). Sampah yang telah dipilah
baik di sumber yaitu rumah tangga atau di TPS 3R bertujuan untuk menambah nilai
ekonomi sampah, maka sebaiknya TPS 3R juga perlu mengetahui daftar harga sampah,
berikut contoh daftar harga sampah dapat dibaca pada Tabel 3.22.
Tabel 3.22. Contoh Daftar Harga Barang/Sampah Ekonomis
di TPS 3R Mutiara Bogor Raya
No Jenis Sampah Ekonomis Harga/Kg
1 Alumunium Rp8.000
(bekas minuman kaleng seperti larutan penyegar, panci dll)
2 Beling Rp6.000
(botol sirup, minyak wangi, kaca dll)
3 Kaleng Rp600
(kaleng biskuit, sarden dll)
4 Plastik putih jenis PE Rp400
5 Plastik kantong kresek Rp200
6 Accu bekas (aki) Rp6.000
7 Kertas putih/buku Rp1.200
8 Koran/majalah Rp800
9 Montea Rp2.000
(bekas gelas/botol air mineral berwarna seperti frestea, ale-ale, mizon,
teh gelas, bekas isi ulang sunlight, superpel, minyal goring)
10 Paralon Rp600
11 Kardus Rp1.200
12 Duplex Rp500
(bekas kardus snack, nasi box, sampul buku, bekas kemasan dll)
13 Emberan Rp1.500
(perkakas dari plastik, botol bekas shampoo, sabun cair, kosmetik dll)
14 Botol plastik air mineral Rp2.000
15 Gelas plastik air mineral Rp2000
16 CD bekas Rp3.000
17 Besi Rp2.000
18 Impac Rp200
(tutup botol, bekas minuman seperti yakult)
19 Campuran Rp2.000
(sampah ekonomis yang tidak dipilah sesuai jenisnya)
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

55
Sampah yang dikumpulkan dan diangkut secara terpilah akan dimanfaatkan dan
diolah. Sampah mudah busuk seperti sisa makanan dan daun-daun dari kebun
merupakan bahan baku untuk membuat kompos. Pengolahan sampah dengan daur ulang
umumnya hanya dilakukan pada sampah kertas, karton, plastik, kaca, aluminium, kain,
dan baja (Tchobanoglous & Kreith, 2002; Everett, n.d.). Kegiatan daur ulang antara lain
sampah dipilah, membersihkan label yang menempel di sampah, mencuci sampah daur
ulang, dan mengirim sampah daur ulang ke pusat daur ulang (Tchobanoglous & Kreith,
2002).

Pengomposan merupakan salah satu metode pengolahan sampah organik yang


dilakukan dengan proses penguraian sampah organik oleh mikroorganisme dalam
kondisi lingkungan yang hangat dan lembab baik secara aerob maupun anaerob dengan
hasil akhir kompos (Nag and Vizayakumar, 2005). Kompos mengandung materi yang
kaya dengan unsur hara seperti 15% N2, 1% P2O5, 0,8% K2O, 30% C, dan 40% abu.
Manfaat kompos antara lain meningkatkan kesuburan tanah, merangsang perkembangan
akar tanaman, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan tekstur tanah, meningkatkan
kapasitas tanah dalam menampung air, mengendurkan tanah liat, dan membantu tanah
berpasir untuk menahan air (Nag and Vizayakumar, 2005).

Dalam pembuatan kompos, langkah-langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

1) Fasilitas dan desain lokasi pembuatan kompos


Pemilihan lokasi pembuatan kompos seharusnya memperhatikan berbagai aspek
mulai dari akses jalan, perspektif lingkungan, dan isu-isu lainnya terkait dengan
proses pengkomposan. Isu terkait proses pengkomposan adalah jenis tanah,
kemiringan tanah, dan sifat penyangga antara lokasi dan sumber air tanah atau air
permukaan. Jika tanah yang digunakan kedap air, air tanah dilindungi dari
cemaran nitrat, tetapi limpasan dimaksimalkan yang dapat meningkatkan BOD,
fosfor, dan patogen yang menjadi ancaman pada air permukaan. Tanah yang
sangat berpori mengurangi potensi limpasan tetapi memungkinkan infiltrasi nitrat
yang berlebihan ke air tanah. Apabila tempat pembuatan kompos menggunakan
tanah langsung maka jenis tanah yang tidak terlalu berpori atau tidak terlalu liat,
menjadi tempat terbaik untuk lokasi pembuatan kompos (Nag and Vizayakumar,
2005).

56
2) Jenis sampah yang dapat dijadikan kompos
Sebelum membuat kompos, sampah harus dipilah terlebih dahulu, bahan yang
tidak dapat dijadikan kompos dibuang (Nag and Vizayakumar, 2005).

3) Pencacahan sampah sebelum diproses menjadi kompos


Sampah dicacah menjadi ukuran 4–5 cm tergantung ukuran penempatannya. Daun
menjadi persentase terbesar dari total sampah kebun. Jika digiling dalam mesin
penghancur, daun akan terurai lebih cepat dibanding daun berukuran besar (Nag
and Vizayakumar, 2005).

4) Bahan kompos
Seluruh sampah mudah busuk cocok untuk pengomposan. Bahan yang
mengandung karbon atau nitrogen, misalnya sayuran hijau atau sampah mudah
busuk berwarna coklat. Material berwarna coklat termasuk daun kering, jerami,
dan serpihan kayu. Pupuk merupakan salah satu bahan terbaik yang dapat
ditambahkan ke setiap tumpukan kompos karena mengandung nitrogen dan
mikroba bermanfaat dalam jumlah besar (Nag and Vizayakumar, 2005). Bahan
baku yang mengandung karbon dan nitrogen dicampur dengan rasio per kilogram
35:50. Rasio tersebut berdasarkan biomassa dan kebutuhan energi mikroba.
Konsentrasi nitrogen yang tidak memadai (rasio tinggi C:N) menghasilkan
biomassa mikroba yang terbatas dan perlambatan penguraian. Kelebihan
konsentrasi nitrogen (rasio rendah C:N) kemungkinan akan menghasilkan
ammonia (berbau) dan nitrat (mencemari air) (Nag and Vizayakumar, 2005).

Untuk mendapatkan rasio pengomposan yang tepat, maka harus mencampurkan


bahan yang banyak mengandung karbon atau bahan organik berwarna coklat dan
bahan bernitrogen tinggi yaitu sayuran hijau dan sampah dapur. Sampah dapur
termasuk kulit melon, kulit wortel, kantong teh, sisa potongan apel atau pisang
dapat menjadi bahan pengomposan yang baik (Nag and Vizayakumar, 2005).

Namun, daging, hasil olahan daging, hasil olahan susu, dan makanan berlemak
tinggi seperti saus salad dan selai kacang, dapat menimbulkan masalah. Sisa
potongan daging akan terurai dengan sendirinya namun berbau busuk dan menarik
bagi hama. Kulit telur dapat menjadi bahan tambahan yang bagus namun terurai
lambat dan harus dihancurkan terlebih dahulu (Nag and Vizayakumar, 2005).

57
Faktor penting lain yang perlu dipertimbangkan saat membuat campuran kompos
adalah kandungan air. Kadar air optimal harus berada pada kisaran 40–60%.
Kadar air tersebut menjadi titik keseimbangan antara air dan udara yang mengisi
pori-pori tanah yang memungkinkan kelembaban yang mencukupi untuk
penguraian serta ketersediaan pasokan oksigen. Kandungan air yang ideal akan
bervariasi tergantung ukuran partikel dan kepadatan, dan substrat organik yang
harus kering demi aerasi yang memadai. Kelebihan kadar air berpotensi
menimbulkan bau busuk melalui penguraian anaerobik, juga meningkatkan
potensi limpasan dan tumpukan kompos saat musim hujan (Nag and Vizayakumar,
2005).

5) Tahap pengomposan
Pada proses pengomposan, mikroorganisme mengurai bahan organic sampah dan
menghasilkan karbondioksida, air, panas, dan humus, dengan hasil akhir produk
yang relatif stabil. Pada kondisi optimal, pengomposan melalui tiga fase yaitu
mesofilik, termofilik dan pematangan. Pada mesofilik atau fase bertemperatur
sedang berlangsung selama beberapa hari. Pada termofilik atau fase bertemperatur
tinggi yang berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa bulan, dan
akhirnya fase pematangan dan pendinginan berlangsung selama beberapa bulan
(Nag and Vizayakumar, 2005). Waktu pembuatan kompos bervariasi antara satu
bulan sampai dengan tiga bulan (Chandrappa & Das, 2012). Beberapa
mikroorganisme yang berbeda mendominasi fase pengomposan yang bervariasi.
Penguraian awal dilakukan oleh mikroorganisme mesofilik, yang dengan cepat
memecah larutan dan senyawa yang dapat terurai. Panas yang dihasilkan
menyebabkan suhu kompos meningkat cepat. Saat temperatur meningkat diatas
40oC, mikroorganisme mesofilik menjadi kurang kompetitif dan diganti
mikroorganisme termofilik, yang menyukai panas. Pada temperatur 55oC ke atas,
banyak mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi manusia dan tumbuhan
akan hancur. Suhu di atas 65oC akan membunuh banyak mikroba dan membatasi
laju penguraian, sehingga diperlukan aerasi dan pencampuran untuk menjaga suhu
di bawah titik ini. Selama fase termofilik, temperatur tinggi akan mempercepat
pemecahan protein, lemak, dan karbohidrat kompleks seperti selulosa dan hemi-
selulosa, yang menjadi struktural molekul utama pada tanaman. Seiring pasokan

58
senyawa berenergi tinggi semakin habis, temperatur kompos secara bertahap
menurun dan mikroorganisme mesofilik mengambil alih untuk fase akhir atau
pematangan bahan organik tersisa (Nag and Vizayakumar, 2005).

6) Penumpukan kompos
Tempat penumpukan kompos harus memperhatikan sirkulasi udara karena
sebagian besar organisme yang mengurai sampah mudah busuk termasuk kategori
aerobik yang membutuhkan udara untuk bertahan hidup. Udara yang mengandung
setidaknya 50% oksigen harus menjangkau seluruh bagian material pengomposan
demi mencapai hasil optimal (Nag and Vizayakumar, 2005).

Sampah yang dijadikan kompos dapat mengurangi timbulan sampah hingga


mencapai 50% dari timbulan sampah yang dibuang ke TPA. Pada proses
pembuatan kompos tidak menimbulkan bahaya kesehatan karena panas yang
dihasilkan pada saat proses pengomposan membunuh bakteri patogen dan telur
parasit (Nag and Vizayakumar, 2005).

Proses pembuatan kompos terdiri dari 2 tahap, yaitu:


 Pembuatan kompos setengah matang membutuhkan waktu sekitar 3 minggu;
 Pematangan (maturasi) kompos yang berlangsung sekitar 4 – 6 minggu
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal
Cipta Karya Republik Indonesia, 2017).

Kompos yang dihasilkan dari proses degradasi yang diuraikan, baik pada
pengomposan tradisional maupun pada pengomposan modern (pengomposan
dipercepat) disebut sebagai kompos setengah matang yang belum stabil, dan tidak baik
bila digunakan langsung pada tanaman. Dibutuhkan proses pematangan agar tanaman
yang menggunakan tidak terganggu, misalnya akibat panas reaksi yang ditimbulkan.
Proses pematangan kompos sampai saat ini biasanya dilakukan dalam bentuk diangin-
angin di udara terbuka. Pengomposan setengah matang dapat dipercepat dengan
mengatur faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga berada dalam kondisi yang
optimum. Rekayasa pengomposan lebih banyak berkonsentrasi pada proses ini
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya
Republik Indonesia, 2017).

59
Pada pembuatan kompos perlu diperhatikan tenaga operasional yang bertugas dan apa
saja tugas yang harus dilakukan oleh tenaga operasional TPS 3R. Contoh pencatatan
dan pelaporan mengenai riwayat pengomposan dapat dilihat pada Tabel 3.23.

Tabel 3.23. Contoh Kartu Kompos di TPS 3R Mutiara Bogor Raya


Mulai aktivitas kompos :
Hari, tanggal :
Penanggung Jawab :
No Riwayat Kompos 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Jadwal membalik dan membuang
plastik dari kompos (3 hari sekali) 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

2 Jadwal menyirami kompos (per 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


minggu
3 Jadwal ayak kompos
4 Jadwal packing kompos
5 Jumlah hasil packing
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

3.4. Luaran Kegiatan Pengelolaan Sampah

3.4.1. Segi Kesehatan Masyarakat


Pengelolaan sampah yang baik dapat tercermin dari segi kesehatan masyarakat.
Indikator kinerja dari segi ini yang terpenting adalah sampah yang terangkut, karena
tumpukan sampah yang berada di sembarang tempat dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya vektor penyakit. Untuk itu, indikatornya adalah presentase rumah
tangga yang mendapat layanan pengangkutan sampah (Wilson et al., 2015; Taweesan et
al., 2016; Asian Development Bank, 2013; Hoornweg & Bhada-Tata, 2012)
(Tchobanoglous & Kreith, 2002; Agamuthu, 2012; Suttibak & Nitivattananon, 2007)
dan persentase rumah tangga atau sektor swasta yang secara teratur melakukan daur
ulang (Tchobanoglous & Kreith, 2002).

Dampak kesehatan masyarakat dapat dihitung berdasarkan standar yang ada


yaitu TPS3R dengan luas 200 m2 melayani 400 rumah tangga atau 2 rumah tangga

60
membutuhkan 1 m2 (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, 2017). Rumah tangga yang dilayani oleh TPS 3R sangat
tergantung dari kemampuan TPS 3R dalam memaksimalkan pelayanan yang ada.
Sebagai contoh, apabila rasio rumah tangga yang sampahnya diangkut oleh TPS3R
dibagi dengan luas TPS3R (jumlah ruta/m2) sebesar 1,74 maka cakupan rumah tangga
yang sampahnya diangkut ke TPS3R sebanyak 87% berdasarkan perhitungan acuan
yang ada maka perhitungannya: 1,74:2 x 100% = 87%. Dengan demikian, TPS 3R
masih mampu meningkatkan cakupan layanan rumah tangga sebesar 23%.

3.4.2. Segi Lingkungan

Indikator segi pengendalian lingkungan meliputi persentase sampah yang


pembuangannya terkontrol (Wilson et al., 2015; Asian Development Bank, 2013;
Perinaz & Bhada-Tata, 2012). Dalam rangka mengetahui kinerja pengelolaan sampah
dalam segi lingkungan maka dapat diukur dari volume residu yang diangkut ke TPA
atau rasio pengurangan sampah di TPS 3R (Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat: Republik Indonesia Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 2017). Data yang perlu disiapkan
untuk menghitung rasio volume residu dan rasio pengurangan sampah di TPS 3R maka
perlu data pengolahan sampah di TPS 3R. Contoh pencatatan pengolahan sampah di
TPS 3R dapat dibaca pada Tabel 3.24.

Tabel 3.24. Rekapitulasi Pengolahan Sampah di TPS 3R


Komponen Data Satuan
Rerata jumlah kompos yang dihasilkan per
hari selama 6 bulan terakhir ................................. .................................
m3/hari kg/hari
Rerata jumlah sampah tidak mudah busuk
yang dijual oleh TPS 3R per bulan ............................... ...............................
m3/bulan kg/bulan
Rerata jumlah residu per hari
................................. .................................
m3/hari kg/hari

61
3.4.3. Segi Konsep 3R

Sampah merupakan sumber daya atau dimensi 3R diukur melalui jumlah


produksi kompos (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat: Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, 2017). Pada proses pengomposan terjadi penyusutan bahan
organik sebesar 75% (berat), maka hasil akhir pengomposan adalah 25% dari tumpukan
awal (Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia: Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2014). Selain itu, sampah yang dapat dijadikan
sumber daya di TPS 3R juga dapat dihitung dari sampah yang dapat di daur ulang
seperti kertas, plastik, logam, dan lain sebagainya. Data yang diperlukan untuk
menghitung rasio produksi kompos dengan luas TPS 3R/hari dan rasio sampah yang
tidak mudah busuk/luas TPS 3R/hari maka perlu pencatatan seperti pada Tabel 3.25.

Tabel 3.25. Contoh Laporan Bulanan TPS 3R Mutiara Bogor Raya


Tahun/Bulan :
Tanggal
No Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 dst
1 Organik (mudah Busuk)
Buah-buahan
Sayuran
Ranting/Daun
Sisa makanan
Jumlah Organik
2 Anorganik (Tidak Mudah
Busuk)
Campuran
Beling
Kardus
Kertas putih
Alumunium
Asoy
Besi
Koran
PC
CD
PE
Jumlah Anorganik
3 Kompos
Jumlah
4 Residu
Jumlah Residu
Total Keseluruhan
Catatan: Satuan sampah dalam kilogram (kg)
Sumber: TPS 3R Mutiara Bogor Raya

62
4. PENUTUP

Buku ini diharapan dapat menjadi panduan bagi pemerintah daerah terutama
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan suatu kota untuk melakukan pembinaan dan
pemantauan TPS 3R. Buku ini juga dapat digunakan oleh pengelola TPS 3R dalam
menjalankan kegiatan TPS 3R sehingga terjamin akuntabilitas dan transparansi kegiatan
TPS 3R sehingga kepercayaan masyarakat meningkat terhadap pengelolaan sampah di
TPS 3R. Buku ini juga dilengkapi dengan buku lain yaitu Buku Penilaian Indikator
Kinerja TPS 3R dan Bank Sampah. Apabila buku panduan ini telah dipahami dan
digunakan maka Pemerintah Daerah yaitu di tingkat kota dan pengelola TPS 3R dapat
menilai kinerjanya sehingga dapat dilakukan perbaikan baik dari masukan seperti aspek
legal, kelembagaan, keuangan, teknis, partisipasi masyarakat, proses pengolahan
sampah di TPS 3R dan luaran pengelolaan sampah di TPS 3R yaitu aspek kesehatan
masyarakat, lingkungan dan konsep 3R. Buku ini diharapkan dapat membantu
pemerintah baik pusat dan daerah untuk menjalankan pengelolaan sampah yang sesuai
dengan tujuan pengelolaan sampah berdasar Undang-Undang No. 18 Tahun 2008.

63
Ucapan Terima Kasih
Tim penyusun buku mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung pelaksanaan pengabdian masyarakat kami serta pada penulisan buku ini.
Pengabdian masyarakat ini sepenuhnya didanai oleh Hibah Pengabdian Masyarakat
Universitas Indonesia dengan Nomor: NKB-1357/UN2.R3.1/HKP.05.00/2019.

64
Daftar Pustaka
American Chemical Society Home Page (2016) Reducing tire waste by using completely degradable,
synthetic rubber, American Chemical Society Home Page.
American Waste (2018) Residential Waste Service.
Anderson, M. (2015) This Summer Prevent Pests by Reducing Moisture Outside of Your Home.
Arifianto, B. (2016) Sungai Pesanggrahan Tercemar Air Lindi TPA Cipayung, Pikiran Rakyat.
Badan Penanggulangan Bencana Derah Kota Denpasar (2018) Kebakaran Di TPA Suwung, Badan
Penanggulangan Bencana Derah Pemerintah Kota Denpasar.
Badan Standardisasi Nasional (1994) SNI 19-3964-1994: Metode pengambilan dan pengukuran contoh
timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (2008) ‘SNI 3242-2008: Pengelolaan sampah di permukiman’. Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional (2002) SNI_19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan. Indonesia. Available at:
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/42954069/SNI_19-2454-
2002_tentang_Tata_Cara_Pengelolaan_Teknik_Sampah_Perkotaan.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAI
WOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1551539012&Signature=UcBCP8gI6IOkgg3R1HQiRADz0Hk%
3D&response-content-dispositio.
Bernama (2016) Bring Own Containers to Buy Food to Reduce Use of Plastic Bags, New Straits Times.
Bhada-Tata, P. and Hoornweg, D. A. (2012) ‘What a Waste? : A Global Review of Solid Waste
Management’.
Carlos Afonso, Teixeira and Utad, A. D. (2000) ‘Municipal Solid Waste Performance Indicators’.
Central Bureau of Statistics (2015) Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2014.
Chandrappa, R. and Das, D. B. (2012) Solid Waste Managment - Priciples and Practice. Edited by R.
Allan, U. Forstner, and W. Salamons. Bangalore and Loughborough: Springer. doi: 10.1007/978-3-
642-28681-0.
Cole, C. (2018) Plastic Pollution Crisis: Four Things You Can Do To Help Protect The Environment,
Independent.
Coordinating Ministry for Economic Affairs of The Republic of Indonesia (2015) Laporan Akhir
Kebijakan dan Strategi Nasional Percepatan Pengelolaan Persampahan.
Damanhuri, E. and Padmi, T. (2010a) Bahan Ajar Pengelolaan Sampah. Bandung: Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Damanhuri, E. and Padmi, T. (2010b) Pengelolaan Sampah Terpadu. Bandung Jawa Barat Indonesia.
Damanhuri, E. and Padmi, T. (2011) Pengelolaan sampah. I. Bandung.
Everett, J. W. (no date) ‘Solid Waste Disposal and Recycling Environmental Impacts’, in.
Express UK (2016) As 200 Million Rats Swarms in UK: New Zealand Aims to be First Country to Wipe
Them Out.
De Feo, G. and De Gisi, S. (2010) ‘Domestic separation and collection of municipal solid waste: Opinion
and awareness of citizens and workers’, Sustainability, 2(5), pp. 1297–1326. doi:

65
10.3390/su2051297.
Gabbatiss, J. (2018) Plastic pollution in sea set to treble in a decade, warn government scientists,
Independent.
Guerrero, L. A., Mass, G. and Hogland, W. (2013) ‘Solid waste management challenges for cities in
developing countries’, Waste Management. Elsevier Ltd, 33(1), pp. 220–232. doi:
10.1016/j.wasman.2012.09.008.
Harlow Council (2018) Food Waste.
Jambeck, J. R. et al. (2015) ‘Plastic Waste Inputs from Land into The Ocean’, (January).
Jerrett, M. (2015) ‘Atmospheric science: The death toll from air-pollution sources’, Nature, 525, pp. 330–
331. doi: 10.1038/525330a.
Kardono (2007) ‘Integrated Solid Waste Management in Indonesia’, in Proceedings of International
Symposium on Eco Topia Science, pp. 629–633.
Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Republik Indonesia (2015) Kajian Kebijakan dan
Strategi Nasional Percepatan Pengelolaan Persampahan. Jakarta Indonesia.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2008) Statistik persampahan Indonesia.
Jakarta Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Republik
Indonesia (2017) Petunjuk Teknis TPS 3R. Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Cipta
Karya: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (2017) Petunjuk Teknis TPS
3R. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia: Direktorat Jenderal Cipta Karya: Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (2014) ‘Tata Cara Pilihan Teknologi Tempat
Pengolahan Sampah (TPS) 3R’, in 4. Jakarta Indonesia.
Kohren, H. and Bisesi, M. (2003) Handbook of Environmental Health: Pollutant Interactions in Air,
Water, and Soil. 4th edn. Lewis Publishers.
Koren, H. and Bisesi, M. (2003) Handbook of Environmental Health. Fourth Edi. Boca Raton: Lewis
Publishers.
Manurung, R. A. (2013) ‘Peran Masyarakat dan Swasta dalam Pengelolaan Sampah di Kota Kecil Jawa
Tengah (Studi Kasus: Kawasan Kupang Kidul, Kota Ambarawa)’, Jurnal Wilayah dan Lingkungan,
1(3), p. 227. doi: 10.14710/jwl.1.3.227-244.
Markgraf, B. (2018) KPIs and Recycling.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (2016) Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No P.53/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adipura.
Meyers, R. A. (2012) Encyclopedia of Sustainability Science and Technology, Energy. doi: 10.1007/978-
1-4419-0851-3.
Min, A. (2015) In world’s poorest slums, landfills and polluted rivers become a child’s playground, PBS
News Hour.

66
Ministry of Environment (2012) State of Environmental Report Indonesia 2012.
Ministry of Housing and Local Government (2018) Type of Waste.
Nag, A. and Vizayakumar, K. (2005) Environmental Education and Solid Waste Management. New
Delhi: New International Publisher.
Niyati, M. (2015) ‘A Comparative Study of Municipal Solid Waste Management in India and Japan’, The
Gakken Research Papers, 25.
NYS Food System Sustainability (no date) Source Separation.
Premkumar, R. (2017) It’s a feast for exotic birds, wild animals at Ooty dump, The Hindu.
Ramesha Chandrappa and Das, D. B. (2012) Solid Waste Management: principles and practice.
Heidelberg New York Dordrecht.
Rosalina, T. (2018) Melihat Praktik Kota Ekologis Surabaya di Pusat Daur Ulang Jambangan,
Kompasiana.
Sanchez-Arroyo, H. (2017) House Fly, University of Florida.
Sheau-ting, L., Sin-yee, T. and Weng-wai, C. (2016) ‘Preferred Attributes of Waste Separation
Behaviour : An Empirical Study’, Procedia Engineering. Elsevier B.V., 145, pp. 738–745. doi:
10.1016/j.proeng.2016.04.094.
Taweesan, A., Koottatep, T. and Polprasert, C. (2016) ‘Effective Measures for Municipal Solid Waste
Management for Cities in Some Asian Countries’, Exposure and Health. Springer Netherlands, 9(2),
pp. 1–9. doi: 10.1007/s12403-016-0227-5.
Tchobanoglous, G. and Kre (2002) Handbook of Solid Waste Management.
Tchobanoglous, G. and Kreith, F. (2002) Handbook of Solid Waste Management. Second. Edited by G.
Tchobanoglous and F. Kreith. New York: McGraw-Hill. doi: 10.1036/007135623.
Thomsom, J. R. (2016) If You Don’t Finish Your Plate In These Countries, You Might Offend Someone.
Undang-Undang Republik Indonesia (2008) Undang-undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, Republik Indonesia.
United Nations Environment Program (2005) Solid waste management. Volume 1.
United Nations Human Settlements Programme (2010) Solid Waste Management: In the world’s cities.
London and Washington DC: Earthscan publishing for a sustainable future.
University Cambridge (no date) Waste and Recycling Guidance Document.
Viernes (2012) Medio Ambiente elabora una Estrategia prioritaria sobre Prevención y Reciclado.
Washington Country Oregon (2018) How to Recycle at Home, washington country oregon.
Whiteman, A., Smith, P. and Wilson, D. (2001) ‘Waste Management – An Indicator of Urban
Governance’, … Habitat Conference on Urban …, pp. 1–2.
Whiteman, A., Smith, P. and Wilson, D. C. (no date) ‘Waste Management : An indicator of urban
governance’, pp. 1–2.
WHO (2006) Preventing Disease Through Healthy Environments.
Wilson, D. C., Velis, C. and Cheeseman, C. (2006) ‘Role of informal sector recycling in waste
management in developing countries’, 30, pp. 797–808. doi: 10.1016/j.habitatint.2005.09.005.
Wollongong (2014) Residual Waste Collection, Harbour Cities.

67
World Bank Group (2018) Hot Spot Sampah Laut Indonesia.
Zakianis et al. (2019) Pedoman Penilaian Kinerja TPS 3R dan Bank Sampah.
Zakianis, Sabarinah and Djaja, I. M. (2017) ‘The Importance of Waste Management Knowledge to
Encourage Household Waste-Sorting Behaviour in Indonesia’, International Journal of Waste
Resources, 7(4). doi: 10.4172/2252-5211.1000309.
Zakianis, 2019. Pengembangan Indikator Kinerja Pengelolaan Sampah di TPS 3R & Bank Sampah Pada
Skala Pemukiman (Studi Kasus di Provinsi Jawa Barat dan Banten). Universitas Indonesia.
Zhang, H. and Wen, Z.-G. (2014) ‘Residents’ Household Solid Waste (HSW) Source Separation Activity:
A Case Study of Suzhou, China’, Sustainability, 6, pp. 6446–6466. doi: 10.3390/su6096446.

68
69

Anda mungkin juga menyukai