Disusun Oleh:
Preseptor:
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
188
16
Trijatmo Rachimhadhi
Memahami susunan anatomi jalan lahir sebingga dapat memaharni hubungannya dengan
mekanisme persalinan.
dan pemeriksaannya
Dalam setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor berikut (1) jalan-lahir; (2) janin; dan
(3) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Dalam bab ini akan dibahas jalan-lahir dan
anatominya.
189
Jalan-lahir dibagi atas (a) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan
persendiannya (artikulasio); dan (b) bagian lunak, terdiri, tas otot-otot, jaringan- jaringan
dan ligamen-ligamen.
Tulang-tulang Panggul
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu (l) os koksa (disebut juga tulang
innominata) 2 buah kiri dan kanan; (2) os sakrum, dan (3) os kotsigis. os koksa merupakan
Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan dalam suatu persendian panggul.
Didepan terhadap hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.
Simfisis terdiri atas jaringan fibrokartilago dan ligamentun pubikum superior dibagian atas
serta ligamentum pubikum inferior dibagian bawah. Kedua ligamentum ini sering disebut
kedalam vagina seorang perempuan hamil dan kemudian perempuan ini diminta berjalan,
maka tulang pubis akan teraba bergerak naik dan turun pada setiap langkah2.
sedikit, tetapi dalam kehamilan persendian ini mengalami relaksasi akibat perubahan
hormonal, sehingga pada waktu persalinan dapat digeser lebih jauh dan lebih longgar,
misalnya ujung os koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.
Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan. Pada partus dan pada
pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang3.
Selain itu, akibat relaksasi persendian ini, maka pada posisi dorso-litotomi memungkinkan
penambahan diameter pintu bawah panggul sebesar 1,5 sampai 2 cm. Hal ini yang menjadi
dimungkinkan untuk bergerak ke belakang yaitu dengan mengurangi tekanan alas tempat
tidur terhadap os sakrum. Hal inilah yang menjadi dasar tindakan manuver McRoberts pada
distosia bahu2.
Pada seorang perempuan hamil yang bergerak terlampau cepat dari posisi duduk langsung
berdiri, sering dijumpai pergeseran yang lebar pada artikulasio sakroiliaka. Hal demikian
dapat menimbulkan rasa sakit di daerah artikulasio tersebut. Juga pada simfisis tidak jarang
dijumpai simfisiolisis sesudah partus atau ketika tergelincir, karena longgarnya hubungan
di simfisis. Hal demikian dapat menimbulkan rasa sakit atau gangguan saat berjalan.
191
Gambar 16-1. Potongan sagital panggul, menunjukkan pelvis mayor dan minor
Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut pula false
pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.
Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan harus
dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat-tidaknya bayi
melewatinya.
Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke
depan (sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan
titik-titik sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar
192
dengan sakrum, untuk seterusnya melengkung kedepan, sesuai dengan lengkungan sakrum.
Hal ini penting untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah
Bagian atas saluran ini berupa suatu bidang datar, normal berbentuk hampir bulat, disebut
pintu atas panggul (pelvic inlet). Bagian bawah saluran ini disebut pintu bawah panggul
(pelvic outlet), tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, melainkan terdiri
atas dua bidang. Di antara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ukuran
ruang panggul dari atas ke bawah tidak sama. Ruang panggul mempunyai ukuran yang
193
paling luas di bawah pintu-atas panggul, kemudian me-nyempit di panggul tengah, dan
selanjutnya menjadi sedikit lebih luas lagi dibagian bawah. Penyempitan di panggul tengah
ini setinggi spina iskiadika yang jarak antara kedua iskiadika (distansia interspinarum)
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus
vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis. Terdapat 4
diameter pada pintu atas panggul, yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2
diameter oblikua3.
Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium lebih kurang 11 cm, disebut
konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu-atas panggul lebih kurang 12,5 -
13 cm, disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea
innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang lebih kurang 13
cm1,4.
194
Gambar 16-3. Bidang pintu atas panggul Gambar 16-4. Bidang pintu bawah panggul
Cara mengukur konjugata vera ialah dengan jari tengah dan telunjuk dimasukkan ke dalam
vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium
dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama
dengan konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm. Apabila promontorium dapat diraba, maka
konjugata diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara ujung jari kita yang meraba
sampai ke batas pinggir bawah simfisis. Kalau promontorium tidak teraba, berarti ukuran
konjugata diagonalis lebih panjang dari jarak antara ujung jari kita sampai ke batas pinggir
bawah simfisis. Kalau jarak antara ujung jari kita sampai ke batas pinggir bawah simfisis
adalah 13 cm, maka berarti konjugata vera lebih dari 11,5 cm (13 cm - 1,5 cm). Selain
kedua konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrika, yaitu jarak dari tengah simfisis
195
bagian dalam ke promontorium. Sebenarnya konjugata obstetrika ini yang paling penting,
Gambar 16-5. Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter transversa dan diameter
oblikua
196
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933), yang
Gambar 16-7. Cara mengfukur konjugata diagonalis dengan mengukur panjangnya jari
telunjuk
1. Jenis ginekoid : panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul
2. Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segi-tiga. Umumnya pria mempunyai
jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposrerior hampir sama dengan diameter tansversa,
akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian
197
belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit kedepan. Jenis
3. Jenis anthropoid : Bentuk pintu atas panggul agak lonjong sepeti telur. Panjang diameter
antero-posterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ditemukan pada 35%
perempuan.
4.Jenis platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah
muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar dari pada ukuran muka belakang. Jenis
Tidak jarang dijumpai jenis kombinasi keempat jenis klasik ini. Di sinilah letak kegunaan
pelvimetri radiologik untuk mengetahui jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran pelvis secara
tepat. Untuk menyebut jenis pelvis kombinasi, disebutkan jenis pelvis bagian belakang
dahulu kemudian bagian depan. Misalnya, jenis android-ginekoid; itu berarti jenis pelvis
bagian belakang adalah jenis android dan bagian depan adalah ginekoid. Pelvimetri
trauma atau penyait tuberculosis pada tulang panggul, bekas seksiosessaria yang akan
direncanakan partus pervaginam pada janin letaks sungsang, presentasi muka atau kelainan
letak lainnya. Pemakaian sinar rontgen dibatasi berdasarkan pengaruhnya terhadap sel-sel
198
kelamin janin yang masih sangat muda dan ovarium ibu8-11. Dewasa ini dapat digunakan
Seperti telah dikemukakan, ruang panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran
yang paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan dalam ukuran melintang setinggi
kedua spina iskiada. Jarak antara kedua spina ini (disunsia interspinarum) normal + 10 cm
atau lebih sedikit. Karena di pintu atas panggul ukuran yang lebar adalah ukuran melintang
dan di ruang panggul ukuran melintang yang sempit. (atau ukuran depan-belakang yang
lebar), maka janin saat lewat di ruang panggul harus menyesuaikan diri dengan melakukan
putaran paksi dalam. Yang penting dari spina iskiadika ini bukan tonjolannya, tetapi jarak
antara kedua spina iskiadika (disunsia interspinarum) dan apakah spina itu runcing atau
tumpul. Walaupun spina iskiadika menonjol, kalau distansia interspinarum 10,5 cm atau
lebih berarti jarak antarpina iskiadika cukup lebar. Sebaliknya, apabila spina iskiadika tidak
menonjol, tetapi distansia inrerspinarum kurang dari 9 cm berarti jarak antarspina sempit.
Spina iskiadika yang runcing lebih baik dari pada yang tumpul, karena pada spina iskiadika
yang tumpul bidang geseran yang harus dilewati kepala janin lebih luas daripada spina
iskiadika yang runcing, sehingga perlu tenaga yang lebih besar dan waktu yang lebih lama l-
4.
apakah normal melengkung dengan baik dari atas ke bawah dan cekung ke belakang. Os
sakrum yang kurang melengkung dan kurang cekung akan mempersempit ruang panggul
dan mempersulit putaran paksi dalam, sehingga dapat teriadi malposisi janin. Selanjutnya
dinding samping ruang panggul dinilai dari atas ke bawah. Misalnya pada panggul
200
ginekoid, dinding sampingnya umumnya lurus dari atas ke bawah. Yang kurang baik
adalah dinding samping yang di atas lebar dan ke arah bawah menyempit.
Dari bentuk dan ukuran pelbagai bidang rongga panggul tampak rongga ini merupakan
saluran yang tidak sama luasnya di setiap bidangnya. Bidang yang terluas dibentuk pada
dari ukuran melintang tersempit, yaitu distansia interspinarum), sehingga kepala janin
Kemungkinan kepala janin dapat lebih mudah masuk ke dalam ruang panggul jika sudut
Bidang Hodge
Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di manakah bagian terendah
Bidang Hodge I: ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
Bidang Hodge II: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I terletak setinggi
Bidang Hodge III: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan II terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang Hodge III ini
sebaliknya.
Bidang Hodge IV: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I, II, dan III,
Pembagian ruang panggul menumt Hodge ini dipakai dalam klinik Fakultas Kedokteran
Seperti telah dijelaskan, pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi
tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang
dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan segitiga
lainnya yang alasnya juga garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian bawah simfisis.
Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut disebut arkus
203
pubis. Dalam keadaan normal besarnya sudut ini ±9O°, atau lebih besar sedikit. Bila kurang
sekali (lebih kecil) dari 90°, maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan karena
memerlukan tempat lebih banyak ke arah dorsal (ke arah anus). Dalam hal ini perlu
diperhatikan apakah ujung os sakrum/os koksigis tidak menonjoi ke depan, sehingga kepala
janin tidak dapat dilahirkan. Jarak antara kedua tuber os iskii (distansia tuberum) juga
merupakan ukuran pintu bawah panggul yang penting. Distansia tuberum diambil dari
bagian dalamnya adalah + 10,5 cm. Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia
tuberum ke ujung sakrum (diameter sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi
Gambar 16-12. Arkus pubis normal. Kepala janin lahir tanpa kesukaran
205
Gambar 16-13. Arkus pubis lebih kecil dari 90°. Untuk lahir, kepala janin menggunakan
Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila pelvimetri radiologik tidak dapat
dilakukan. Dengan cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-
ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat- alat yang dipakai
Distansia kristarum (±28 cm - 30 cm); jarakyang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-ukuran ini tidak
penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2 - 3 cm dari nilai normai, dapat dicurigai
Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar): jarak antara spina iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior
dekstra ke spina iliaka anterior superior sinistra. Kedua ukuran ini bersilang. Jika
206
panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda. Akan tetapi, jika
panggul itu asimetrik (miring), kedua ukuran itu jelas berbeda sekali.
Distansia tuberum (±10,5 cm): jarak antara tuber iskii kanan dan kiri. Untuk
ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara tulang dan ujung jangka,
yang menghalangi pengukuran secara tepat. Bila jarak ini kurang dari normal,
(Boudeloque)
208
Kelainan-kelainan panggul yang mencolok dengan ukuran-ukuran luar yang tidak normal
dapat lebih ditegaskan, tetapi untuk kelainan-kelainan yang ringan diperlukan pelvimetri
mempunyai pengaruh tidak baik terhadap janin. Jadi, hendaknya pemakaiannya dibatasi
pada hal-hal dengan indikasi yang jelas, antara lain adanya kecurigaan ukuran panggul
Dewasa ini MRI dalam anatomi maternal mulai dipakai karena lebih aman daripada
rontgenl2. Pengaruh buruk MRI (genetik atau onkologik) belum diketahui. Oleh karena itu,
hebatnya, seyogianya tidak dilakukan. Indikasi pemakaian MRI dalam anatomi maternal
terutama untuk pelvimetri, karena indikasi lainnya umumnya dapat dilakukan dengan
Pada kala pengeluaran (Kala II) segmen bawah uterus, serviks uteri, dan vagina ikut
membentuk jalan lahir. Pada akhir kehamilan, pada usia kehamilan ± 38 minggu, serviks
lebih pendek darrpada waktu kehamilan 16 minggu. Seperti telah dikemukakan, ismus uteri
pada kehamilan 16 minggu menjadi bagian uterus tempat janin berkembang. Umumnya
209
serviks disebut menjadi matang apabila teraba sebagian bibir dan ini terjadi pada usia
kehamilan 34 minggu. Pada primigravida hai ini ditemukan bila hampir aterm.
Di samping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan-jaringan ikat, dan ligamen-ligamen yang
mempengaruhi jalan-lahir dan lahirnya kepala atau bokong pada partus. Otot-otot yang
menahan dasar panggul di bagian luar adalah muskulus sfingter ani eksternus, muskulus
Di bagian tengah ditemukan otot-otot yang melingkari uretra (muskulus sfingter uretrae),
otot-otot yang melingkari vagina bagian tengah dan anus, antara lain muskulus
muskulus koksigeus. Lebih ke dalam lagi ditemukan otot-otot dalam yang paling kuat,
disebut diafragma pelvis, terutama muskulus levator ani yang berfungsi menahan dasar
panggul. Ia menutup hampir seluruh bagian belakang pintu bawah panggul. Letak muskulus
levator ini sedemikian rupa sehingga bagian depan muskulus ini berbentuk segitiga, disebut
trigonum urogenitalis (hiatus genitalis). Di dalam trigonum ini berada uretra, vagina, dan
rektum.
Muskulus levator ani mempunyai peranan yang penting dalam mekanisme putaran paksi
dalam janin. Kemiringan dan kelentingan (elastisitas) otot ini membantu memudahkan
putaran paksi dalam janin. Pada otot yang kurang miring (lebih mendatar) dan kurang
210
melenting (misalnya pada multiparayang elastisitas otot berkurang), putaran paksi dalam
lebih sulit15.
(Sumber: McDonald IA, A method of obstetrics and gnaecolog,. Pergamon Press Australia; 1971)
Banyak penelitian yang telah direka untuk menjelaskan fenomena putaran paksi dalam.
Salah satu di antaranya adalah yang telah dilakukan oleh Klaas de Snoo seorang dokter
211
spesialis kebidanan Belanda yang menggunakan silinder gelas yang melengkung dan
sebuah boneka karet yang satu ujungnya dibuat miring dan runcing seolah-olah oksiput
dalam posisi kepala fleksi dan suatu takik agak jauh sedikit dari ujung runcing yang
memungkinkan fieksi leherl5. Klaas de Snoo menunjukkan bahwa apabila boneka didorong
ke dalam silinder lengkung tersebut dan oksiput dalam posisi apa pun (kecuali dalam posisi
oksiput posterior mutlak), maka dalam proses turunnya kepala selalu diikuti dengan rotasi
oksiput ke depan.
Selain faktor otor, putaran paksi dalam juga ditentukan oleh ukuran panggul dan mobilitas
leher janin. Tumor atau lilitan tali pusat di leher janin juga mempersulit putaran paksi
dalam.
Dalam diafragma pelvis berjalan nenus pudendus yang masuk ke rongga panggul melalui
kanalis Alcock, terletak antara spina iskiadika dan tuber iskii. Pada persalinan sering
dilakukan anestesia blok pudendus, sehingga rasa sakit dapat dihilangkan pada ekstraksi
Arteria dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah dari arteria dan
RUJUKAN
Beckens. In: Seitz L, Amreich AI. Biologie und Pathologie des W'eibes. I Band. S. 83,
2. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. \flilliams Obstetrics.
3. Baird D. The cause and prevention of difficult labor. Am J Obstet Gynecol, 1952;63: 1200
5. Caldwell VE, Moloy HC. Anatomical variations in the female pelvis and their effect in
6. Caldwel VE, Moloy HC, Swenson PC. Use of the roentgen ray in Obstetrics: 1. Roentgen
Roentgenol,1939;41:305
7. Caldwell WE, Moloy HC, Swenson PC. Use of the roentgen ray in Obstetrics: II.
Anatomical variations in the female pelvis and their classification according to morphology.
Am J Roentgenol, 1939;41.505
9. Clayton CG, Farmer FT, \vy'arrick CK. Radiation dosage to the foetal head and maternal
10. Muller HJ. Damage to posterity irradiation of rhe gonads. Am J Obstet Gynecol, 1954; 67:
467
11. Stewart A, Kneale G\W. Radiation dose effects in relation to obstetrics X-rays and
12. Powel MC, Worthington BS, Buckley jM. Magnetic Resonance Imaging (MRI) in
13. Caldwell WE, Moloy HC, Swenson PC. Use of the roentgeen ray in Obstetrics: Mechanism
14. Taylor ES, Holmes JH, Thompson HE Gottesfeld KR. Ultrasound diagnostic techniques in
15. McDonald IA. A method of obstetrics and gynaecology. Pergamon Press Australia; 1971.
l8-9