Anda di halaman 1dari 23

CONFLICT MANAGEMENT IN NURSING

Program Studi Keperawatan


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Oleh :
Ns. Adventy, R. Bevy Gulo, S.Kep., M.Kep
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
• Konflik terjadi secara alami dan merupakan fenomena yang dapat terjadi
pada setiap organisasi keperawatan karena sumber daya di dalamnya
berhubungan secara interpersonal memiliki perbedaan (Marquis &
Huston, 2010).
• Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maisoglou (2014) ditemukan
bahwa beban kerja (83,4%), kurangnya deskripsi yang jelas
mengenai pekerjaan (63,2%), alokasi sumber daya yang tidak adil
(59,5%) dan rendahnya pengakuan atasan (68,1%) merupakan
sumber-sumber terjadinya konflik.
• Brinkert (2010) menjelaskan bahwa konflik yang
terjadi di antara tenaga kesehatan di RS dapat
mengakibatkan kerugian sehingga rumah sakit
harus mengeluarkan biaya langsung dan tidak
langsung untuk mengatasi konflik.
• Peran manajer sangat penting dalam mengelola
konflik. Kepala ruangan harus mampu mengenali
adanya konflik dan mampu memfasilitasi
penyelesaian konflik yang bersifat
membangun/konstruktif secepat mungkin (Toren
& Wagner, 2010).
• Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid
Keperawatan bahwa sumber konflik adalah perawat
pelaksana tidak menjalankan askep dengan baik, tidak
mengobservasi pasien dan tidak mendokumentasikannya
secara rutin, kurang komunikasi antar tenaga kesehatan,
dan masalah penentuan jadwal dinas. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa di RS belum pernah dilakukan
pelatihan manajemen konflik serta pengukuran kepuasan
kerja perawat.
• Hasil wawancara dengan dua orang kepala ruangan
mengatakan bahwa sumber konflik yang biasa terjadi
adalah perbedaan pendapat dan komunikasi antar perawat
pelaksana dan dokter ruangan, perbedaan pengetahuan
dan skill serta kedisiplinan perawat.
2. Penyebab Konflik
• Swanburg (2000) mengemukakan penyebab konflik dalam
suatu organisasi rumah sakit khususnya bagi perawat seperti
perilaku menentang, stres, ruang, kewenangan dokter,
keyakinan, nilai, dan sasaran, serta penyabab lainnya.
3. Jenis Konflik

Marquis dan Huston (2010)


menjelaskan bahwa ada tiga kategori
utama konflik yaitu:

► konflik intergroup (antar


kelompok)
► konflik intrapersonal
► konflik interpersonal.
4. Proses Konflik
1. Konflik Laten
2. Konflik yang dipersepsikan (subtantif)
3. Konflik yang dirasakan
4. Konflik yang dimanifestasikan (konflik jelas)
5. Akibat konflik

Proses Konflik Berdasarkan Marquis & Huston


(2010)
5. Sembilan Tahapan Meningkatnya/Meluasnya
(Eskalasi) Konflik
1. Hardening
2. Debate/Polemics
3. Action not words
4. Images/ coalitions
5. Loss of face
6. Strategies of Threats
7. Limited destructive blows
8. Fragmentation
9. Together into abyss
DAMPAK KONFLIK

• Konflik dapat memberikan dampak konstruktif


dan desktrutif. Dampak konstruktif meliputi
meredakan konflik lebih lanjut, meningkatkan
efektivitas, meningkatkan keterikatan,
menghasilkan pemimpin dan menguji basis
kekuatan. Dampak desktrutif meliputi
menurunkan kinerja, perkelahian dan adanya
stereotip negatif (Hubber, 2000).
• Konflik juga dapat memberi dampak positif
dan negatif (Brinket, 2010). Dampak positif
dari konflik menghasilkan unifikasi, integrasi,
kreativitas, perubahan, pemecahan masalah
dan pertumbuhan serta kemampuan dalam
mengelola konflik. Dampak negatif konflik
menghasilkan ketakutan, permusuhan,
ancaman dan kurangnya rasa percaya, rasa
jenuh, juga biaya langsung dan tidak langsung
yang tinggi.
Manajemen Konflik

• Ada beberapa gaya yang dapat


digunakan dalam manajemen
konflik:

Lima Gaya Dasar dalam Situasi


Konflik.doc

Anda mungkin juga menyukai