Anda di halaman 1dari 10

Nama : Alma Dayini Selgi

NIM : 135200057
Kelas : PAB-B

RESUME MANAJEMEN USAHATANI


MATERI PERTEMUAN KE-2
Ilmu usahatani telah berkembang di Amerika dan Eropa sejak permulaan abad ke XX.
Perkembangan ilmu ini sejajar dengan perkembangan Ilmu Ekonomi Produki yang dalam
pengembangannya mencapai salah satu puncaknya pada saat diterbitkan sebuah text-book pada
tahun 1952 oleh Earl Heady dari Universitas IOWA. Setelah diterbitkannya buku tersebut, ilmu
usaha tani juga berkembang di negara-negara lain termasuk Australia dan Taiwan. Dikarenakan
ilmu ini berkembang di negara Barat maka ilmu ini banyak mempelajari masalah pertanian dan
peternakan dalam ukuran yang relatif besar atau on highly skill management and technology.
Dipelopori oleh para ahli Taiwan, maka ilmu usahatani di Asia telah mengalami perubahan
disesuaikan dengan ukuran usaha petani-petani Asia yang pada dasarnya berusaha dalam ukuran
kecil. Walaupun petani-petani Asia memiliki usaha yang tergolong kecil, tetapi mereka telah
menerapkan prinsip-prinsip bisnis pertanian. Hal ini terlihat bahwa usaha pertanian di Asia tidak
lagi sekedar kegiatan sampingan, tetapi telah berubah ke dalam kegiatan komersial yang ditandai
dengan pendekatan biaya, pendapatan, interaksi antara modal dan tenaga kerja. Mereka telah
mengadopsi teknologi baru untuk membuat usahanya menjadi lebih efisien, dan telah berorientasi
kepada pasar. Kemudian, atas dasar tingkat jumlah produksi, macam teknologi yang dipakai, dan
banyaknya hasil produksi yang dipasarkan, maka macam usaha peternakan di Inonesia dapat
digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Usaha yang Bersifat Tradisional
Usaha ini diwakili oleh petani-petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor
ternak, baik ternak ruminansia besar, kecil bahkan ayam kampung. Keluarga petani yang
bergerak dalam usaha ini diperkirakan terdiri atas 37.836.000 rumah tangga. Tipe usaha ini
tidak mengalami kemajuan pesat, karena perkembangannya sangat dipengaruhi oleh daya
dukung wilayah dan terbatasnya modal dan pemakaian teknologi. Usaha dalam bentuk ini
dapat digambarkan hanya merupakan usaha sambilan, yaitu memanfaatkan produk pertanian
dan sangat berguna untuk saving keluarga. Namun, dari tipe usaha ini tentu telah ada yang
berkembang ke arah usaha semi intensif.
2. Usaha Backyard
Usaha ini banyak diwakili oleh peternak-peternak ayam ras dan peternak-peternak sapi
perah. Mereka telah banyak menggunakan input teknologi, seperti kandang, manajemen, pakan
rasional, bibit unggul dan lain-lainnya. Tujuan usaha ini di samping untuk kebutuhan keluarga,
juga untuk dijual di pasar. Usaha ini kurang dapat berkembang karena biasanya mempunyai
keterbatasan modal dan tanah. Dalam perkembangannya sistem usaha ini dapat berkembang
berkat adanya kredit dari bank, penyuluhan yag lebih intensif serta tersedianya prasarana
produksi dan outlet pemasaran yang dikerjakan oleh swasta.
Banyaknya peternak backyard diperkirakan sebesar ± 26.000 peternak backyard ayam
(terdiri atas 13.490 orang peternak layer dan 13.219 orang peternak broiler), (data 1986) dan
terdapat ± 60.000 peternak backyard sapi perah. Disamping itu, peternakan ayam ras di
Indonesia, telah ditetapkan sistemnya yaitu sistem usaha keluarga yang didasarkan atas Kepres
50 tahun 1981. Di dalam pelaksanaannya dibuat sistem PIR Perunggasan. Sedangkan pada
usaha sapi perah, dikembangkan proyek PIR dimana plasma adalah peternak yang akan
diproyeksikan untuk mempunyai sapi sampai dengan ukuran efisien misalnya sebesar ± 7-10
ekor.
3. Usaha Komersial
Usaha komersial adalah usaha yang benar-benar telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi
antara lain usaha dengan tujuan untuk profit maksimasi. Dalam usaha ini profit adalah motivasi
yang diproyeksikan kepada pasar-pasar yang ada. Usaha komersial dalam bidang peternakan
dapat bermacam-macam, misalnya usaha pembibitan, usaha makanan ternak, usaha
penggemukan (feed lot), dan usaha ranch, dan lain-lainnya. Sebagai gambaran, berikut jumlah
usaha peternakan yang bergerak dalam tipe komersial antara lain: (a) 7 buah usaha peternak
pembibitan ayam type GPS (Grant Parent Stock), (b) 61 buah usaha peternak pembibitan type
PS (Parent Stock), (c) 97 buah pabrik makanan ternak dengan kapasitas dari 1 ton/jam sampai
dengan 60 ton/jam, dan (d) 3 jumlah feed lot, dan 45 jumlah ranch sapi potong.

Ilmu usahatani dianggap sebgai ilmu terapan, yang sangat tergantung kepada struktur
peternakan suatu wilayah, cara-cara beternak, serta kondisi sosial-ekonominya. Dalam ilmu
usahatani ini menggunakan teori-teori yang bersifat universal, misalnya prinsip-prinsip
ekonomi, teori marjinal, anggaran, dan analisa-analisa lain untuk menggunakan sumber daya
yang tersedia. Sehingga atas dasar penjelasan di atas, bahwa ilmu usahatani dapat diartikan
sebagai sebuah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau
menggunakan sumber daya secara efisien pada suatu usaha peternakan. Selain itu, karena
sifatnya adalah sebuah manajemen maka dapat diartikan pula sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada suatu usaha peternakan untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati.
Disamping itu, akhir-akhir ini manajemen dirasa menjadi semakin penting dalam kegiatan
berbisnis terutama dalam berusahatani baik bisnis Pertanian, Peternakan maupun yang lain.
Semakin kompleksnya bisnis-bisnis yang ada seperti menggunakan banyak peralatan canggih,
inovasi teknologi, memerlukan banyak modal, tenaga kerja, prediksi pasar dan lainnya
sehingga memerlukan kecakapan manajemen agar bisnis tersebut dapat menguntungkan atau
berhasil. Manajemen sendiri banyak diartikan sebagai kunci keberhasilan dari suatu usaha atau
dapat disebutkan pula sebagai syarat sentralnya suatu bisnis. Ketika seorang manajer sudah
memiliki keahlian manajemen, maka ia dapat survive dalam menghadapi perubahan-perubahan
yang selalu terjadi dalam dunia bisnis. Usaha peternakan telah berkembang dengan pesat
berkat ilmu dan teknologi. Konsekuensi manajemen akibat perkembangan dari sebuah
teknologi tersebut sangat besar sehingga jika seorang manajer tidak selalu mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi maka usahanya pasti tidak akan bisa survive. Disamping
usaha peternakan bersifat sangat dinamis, perlu disadari pula bahwa manajemen usaha
peternakan berbeda dengan manajemen bisnis non farm, selain memiliki beberapa kesamaan.
Berikut perbedaan tersebut antara lain :
a. Usaha peternakan sangat tergantung kepada sifat biologis yaitu adanya waktu yang sudah
tertentu secara biologis. Padahal waktu tersebut kadang-kadang relatif lama, hingga dapat
tergantung pada musim.
b. Faktor-faktor produksi kurang dapat dipisah-pisahkan sehingga mengurangi efisiensi
usaha.
c. Sukar dipisahkan kepentingan rumah tangga dan usaha taninya.
d. Fixed cost per unit outputnya terlalu tinggi karena adanya batasan-batasan biologis.
e. Kurang dapat mengurangi ongkos produksi pada keadaan harga rendah.
f. Organisasi usaha peternakan kurang spesifik sehingga efisiensi tenaga kerja kurang dapat
dicapai.
g. Risiko usaha relatif lebih tinggi karena berusaha dengan barang hidup yang sangat
dipengaruhi oleh iklim, cuaca dan penyakit.
Risiko-risiko tersebut akan lebih besar jika terjadi pada peternak-peternak kecil, sehingga
golongan peternakan ini usahanya kurang dapat efisien atau kurang dapat memaksimumkan
profit. Risiko tersebut juga disebabkan oleh kurangnya modal dan kurangnya keahlian
manajemen. Selain itu, terkadang mereka menjual hewan ternak bukan pada saat yang tepat.
Hal ini dapat terjadi karena pengaruh kebutuhan keluarga, kebutuhan uang cash dan adanya
risiko yang tidak dapat dihindarkan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani tradisional
memang tidak harus selalu diukur tingkat keefisiensinya karena dalam tingkat usaha ini
kepentingan keluarga masih menonjol serta aspek kepuasan masih dipandang sebagai hal yang
lebih utama.
Jika didefinisikan, manajemen memiliki banyak arti. Definisi dari manajemen biasanya
mengandung dua arti, yaitu : (a) Manajemen adalah tindakan untuk mengatur yang meliputi
pelaksanaan dan pengawasan suatu kegiatan (conducting and supervising of something), dan
(b) Manajemen adalah suatu upaya yang arif dalam menggunakan sarana dalam mencapai
tujuan tertentu (judicious use of means to accomplish an end). Terdapat fungsi dalam
manajemen, fungsi manajemen yang sering disepakati yaitu meliputi planning (perencanaan),
organizing (pengaturan), coordinating (koordinasi), controlling (control), directing
(menunjukkan), supervising (mengawasi), communicating (komunikasi), dan implementing
(pelaksanaan). Disamping itu, dalam hal fungsi manajemen ini, ada juga yang membagi ke
dalam tiga fungsi, yaitu :
a. Manajemen dipandang sebagai pekerjaan (job)
Dalam konteks ini, mencakup pengorganisasian, perencanaan, motivasi, dan lain-
lainnya. Planning, implementasi dan kontrol merupakan tiga fungsi pokok dari
manajemen. Dalam arus manajemen, fungsi planning terdapat banyak tahap, misalnya
tahap mengdentifikasi dan mendefinisikan masalah, mengumpulkan informasi dan
merinci kemungkinan-kemungkinan pemecahan. Bila proses perencanaan telah selesai
dilakukan, maka alternative yang terbaik perlu dipilih untuk dilaksanakan. Dalam tahap
ini kegiatan-kegiatan yang berupa mengorganisasi, koordinasi, pengarahan dan
pengawasan terus-menerus dilakukan.
Lalu, fungsi kontrol diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yang telah
dilaksanakan tersebut telah memenuhi sasaran-sasaran yang telah dibuat atau belum,
apakah terjadi deviasi atau penyimpangan atau tidak, kemudian alasan terjadinya deviasi
tersebut, dan apa saja faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dalam proses produksi. Di
dalam kontrol perlu diciptakan system konrol yang regular, yang berarti tetap atau ajeg
terhadap rencana yang dilaksanakan serta terus dilakukan monitoring atau pemantaun
terhada progres yang terjadi.
b. Manajemen Dipandang Sebagai Faktor Produksi (resource)
Dalam konteks yang satu ini, manajemen dipandang sebgai faktor manusia yang
mempunyai pengaruh kepada kebrhasilan usaha. Misalnya, contoh pada tiga usaha tani
yang mempunyai kesamaan dalam faktor produksi (lokasi, capital, tanah dan tenaga kerja).
Dimana dapat mengahsilkan out put yang berbeda. Perbedaan tersebut biasa disebut
dengan istilah performance gap.
Manajemen dapat diartikan sebagai kecakapan manajer dalam meramu proram-
program lingkungan yang dapat meningkatkan produksi. Faktor-faktor yang telah
dijeslakan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga merupakan gabungan usaha
yang disebut kecakapan manajemen.
c. Manajemen Dipandang Sebagai Prosedur atau Tahapan
Konsep manajemen sebagai prosedur adalah seperti apa yang diejlaskan oleh John
Dewwy dalam metode pemecahan masalah atau problem solving. Metode ini mencakup
lima hal, yaitu tahap merumuskan masalah, kemudian mengumpulkan fakta-fakta dan
informasi-informasi, evaluasi dan analisis data, mengambil keputusan atas dasar analisa,
dan melaksanakan rencana.
Menurut banyak ahli disebutkan bahwa adanya perbedaan hasil atau performance gap
diantara usaha ternak adalah akibat dari perbedaan percakapan manajer dalam mengolah
informasi sampai dengan terjadinya keputusan yang diambil yang dilanjutkan oleh
tindakan-tindakan yang menguntungkan. Kemudian, akibat dari kompleknya usaha
pertanian atau peternakan maka lima tahap yang diperkenalkan oleh John Dewey tersebut,
hingga sekarang telah dikembangkan menjadi delapan (8) tahap yaitu formulasi tujuan
usaha, mengenal dan merumuskan masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi fakta dan
informasi, analisa alternatif yang disusun, memutuskan berdasarkan kriteria,
mengimplementasikan yang telah diputuskan, menerima tanggung jawab dari yang
dipustuskan, dan evaluasi dari yang dihasilkan. Dari tahapan-tahapan di atas, selanjutnya
Johnson memperkenalkan bahwa tahap ke-1 sampai dengan ke-4 disebut tahap berpikir
atau thinking process sedangkan tahap 5 dan 6 disebut sebagai tahap tindakan atau action
dan tahap bertanggung jawab disebut pula proses mental atau mental process. Di dalam
proses pengambilan keputusan di atas terdapat beberapa keterkaitan yaitu keterkaitan
antara berpikir dan berbuat serta ada hubungannya antara refleksi dan tindakan. Oleh
karena itu, refleksi dan aksi merupakan suatu bagian dari proses penyesuaian atau adaptive
process, yaitu proses dimana seorang individu mencoba berbuat dalam menyesuaikan atau
mengubah sutuasinya dalam hubungan dengan adanya pengaruh dari lingkungan di
sekelilingnya.
Terdapat enam (6) tahapan mengenai proses pengambilan keputusan yang disebutkan
oleh Johnson yaitu: (1) mendefinisikan masalah, (2) observasi, (3) analisa, (4) keputusan,
(5) aksi, (6) pertanggungjawaban. Proses pengambilan keputusan tersebut untuk
memecahkan suatu masalah, menghasilkan dua konsep yang meliputi pendekatan positif
dan normatif. Pendekatan normatif merupakan pendekatan yang seyogyanya diambil oleh
manajer dalam mencapai tujuan. Jadi, dalam artian pemikiran yang mengarah kepada
pemakaian sumber dan teknologi baru dalam mencapai tujuan. Sedangkan pemikiran
positif lebih menggambarkan kepada situasi yang ada sekarang pada suatu usaha. Dua
pemikiran tersebut akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan secara interaktif
dan adaptif dari ke-6 tahapan tersebut.
Dalam berbisnis tentunya harus memiliki sebuah tujuan. Namun, menciptakan tujuan
usaha adalah salah satu hal yang sering ditinggalkan dalam manajemen. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya waktu dalam memikirkan sebuah tujuan karena banyak
manajer yang tidak sabar dan selalu berdalih bahwa mereka sibuk. Selain itu, juga dapat
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri seorang manajer dan kecakapan dalam
merumuskan tujuan, serta sukarnya memisahkan tujuan usaha (farm) dengan tujuan
keluarga.
Maka dari itu, untuk memudahkan pembuatan sasaran agar arah dan tujuan dalam
mengambil sebuah keputusan dapat lebih mudah, maka beberapa petunjuk yang dapat
dilakukan yaitu dipilih tujuan yang praktis, yang berarti tujuan yang realistik dan dapat
dicapai kemudian dibuat tujuan yang spesifik, agar memudahkan mengalokasi sumber
daya serta mengukur hasilnya lalu dibuat juga tujuan atas dasar prioritas, selanjutnya dibuat
tujuan yang fleksibel di mana sewaktu-waktu dapat dirubah karena banyaknya faktor yang
dapat mempengaruhinya dan yang terakhir mengenal tujuan yang mempunyai dimensi
waktu kapan tujuan tersebut dapat dicapai.
Seseorang dapat mengenal masalah tetapi untuk dapat mengetahui macam masalahnya
dan dimana ada masalah tersebut perlu beberapa persyaratan. Dalam teori manajemen, jika
terdapat orang yang cepat dan tepat dalam mengalami masalah, maka mereka adalah orang
yang kompeten dalam mengenal masalah ataupun mempunyai apportunity recognation.
Adapun syarat-syarat untuk menjadi seorang individu yang kompeten yaitu adanya
pengalaman atau experience, kemudian adanya level pendidikan atau keluasan wawasan,
motivasi seseorang, keinginan untuk mengambil risiko dan kecakapan dalam menangani
masalah.
Menurut para ahli, bahwa pengenalan dan perumusan masalah adalah hal yang penting
karena merupakan separuh dari pemecahan masalah, sehingga dapat menghemat waktu dan
mengarah kepada hal yang benar. Masalah tersebut juga harus spesifik, misalnya usaha
dalam sapi potong yang tidak menguntungkan, lalu dicari masalah yang lebih spesifik lagi
apakah ada masalah pada calving interval, pada laju pertumbuhan (rate of growth), pada
harga jual ataupun pada ongkos setiap kg berat badan dan lainnya. Dengan dicarinya
masalah yang lebih spesifik, maka suatu masalah dapat lebih mudah untuk dirumuskan.
Kemudian setelah mengidentifikasi dan merumuskan masalah maka dilakukan
pengumpulan data dan fakta data dapat dikumpulkan dari berbagai macam sumber seperti,
penyuluh, bulletin, stasiun percobaan, radio, TV, Universitas, ataupun dari pembukuan
sendiri atau (recording). Lalu, agar data dan fakta menjadi berarti maka data dan fakta
tersebut harus ditata, disortir dan dianalisa sehingga menjadi informasi yang dapat
digunakan. Selain itu, dikarenakan dalam mengumpulkan data dan informasi memakan
waktu dan tenaga yang cukup banyak, maka perlu diperhatikan perihal hal tersebut
sehingga tidak membebani anggaran usaha. Walaupun demikian, data dan informasi
tersebut merupakan tahapan yang harus dilalui untuk menuju ke tahapan berikutnya.
Setelah informasi diperoleh, maka manajer dapat memulai membuat urutan pilihan yang
mempunyai potensi untuk dipilih dalam memecahkan suatu masalah. Pada tahap ini cara-
cara brain-storming dilakukan untuk mengumpulkan ide yang ada dalam pikiran manajer.
Perlu diperhatikan bahwa setiap alternatif harus dianalisis dengan pendekatan logika,
memakai data yang relevan agar terjadi ketepatan pilihan. Dengan menggunakan analisis
yang sistematis ini akan lebih baik hasilnya daripada menggunakan pilihan atas dasar
intuisi. Disamping itu, terkadang tidak semua faktor dapat dikuantitatifkan, oleh karena
itu dapat pula dibantu oleh faktor-faktor yang bersifat kualitatif atau tidak dapat diukur.
Walaupun diatas disebutkan bahwa analisis yang sistematis dan logis diperlukan, tetapi
terkadang terdapat masalah-masalah yang kompleks dan kurangnya informasi. Untuk itu
analisis dapat dikomunikasikan antara logika dan intuisi serta dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan yang cermat sehingga dapat melahirkan sebuah art atau seni
manajemen.
Selanjutnya adalah tahap untuk memutuskan sebuah pilihan mana yang perlu dipilih
dan untuk dilaksanakan. Dalam pengambilan keputusan, pilihan yang dipilih biasanya
adalah alternatif yang dapat memberikan tambahan keuntungan atau profit, yang paling
menyenangkan, yang konsisten terhadap tujuan usaha, sedianya input atau resource, sesuai
dengan kekuatan dan kelemahan usaha serta kemungkinan risiko yang timbul akibat pilihan
tersebut. Jadi, sekalipun keputusan tersebut sudah diambil maka pilihan tersebut harus
dilaksanakan dan harus siap dengan apapun risiko yang akan terjadi. Dengan dasar
pengalaman masa lampau maka keputusan yang diambil diharapkan akan membuahkan
keberuntungan.
Keputusan yang diambil oleh seorang manajer peternakan dapat diklasifikasikan
menjadi dua hal, yaitu keputusan yang bersifat organisasional dan bersifat operasional.
Keputusan bersifat organisasional meliputi hal-hal umum yang mencakup masalah alokasi
sumberdaya, seperti berapa tanah yang diperlukan, berapa modal yang diperlukan dan
macam atau berapa ternak yang akan dipelihara. Sedangkan keputusan yang bersifat
operasional, biasanya lebih sering untuk diputuskan. Misalnya atas dasar harian, mingguan
atau bulanan.
Disamping itu, keberhasilan seorang manajer bergantung kepada berbagai hal.
Kecakapan dalam merumuskan masalah, mengolah dan mengevaluasi data dan informasi
adalah beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh top manajer. Berikut terdapat tujuh
sifat atau hal yang harus dimiliki agar menjadi seorang manajer yang baik yaitu mempunyai
motivasi atau keadrengan, dapat membuat tujuan, dapat menggunakan kekuatan dirinya
maupun usahanya, lebih menekankan pada produktivitas yang baik, konsentrasi pada hal-
hal yang penting, berani mengambil risiko dan selalu meminta hubungan.
Bila digambarkan beberapa hal yang mempengaruhi dalam proses pengambilan
keputusan, seperti model manajemen yang dikembangkan oleh James Nielson (1962) maka
model keberhasilan manajemen merupakan fungsi dari kelakuan manajemen atau
tergantung kepada banyak hal, misalnya biografi (pengalaman masa lampau), motivasi,
kecakapan yang merupakan antecedent atau yang mendahului proses manajemen.
Sementara itu, terdapat model lain yang dikembangkan untuk menerangkan pengambilan
keputusan pada usaha tani ternak dalam menyusun strategi produksinya. Dalam
pengambilan keputusan menggunakan model ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti;
sumberdaya, tujuan produksi, hambatan-hambatan lingkungan, proses produksi, kondisi
dan risiko yang mungkin timbul.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, yaitu perihal definisi dari manajemen
sampai dengan apa saja yang menjadi keberhasilan dari sebuah manajemen, seorang ahli
manajemen dari Purdue University (1963) mengembangkan teori Game Of Life untuk
manajemen. Teori ini mengungkapkan bahwa sukses sangat tergantung kepada satu faktor
yaitu kamu karena dalam diri seseorang terletak kekuatan untuk berhasil ataupun gagal.
Dalam sebuah konsep permainan yang asli diartikan bahwa saya menang lawan kalah.
Namun, dalam manajemen konsep ini dirubah menjadi bukan saya menang lawan kalah,
tetapi bila seseorang menang, setiap orang akan menang ...... yaitu bisnisnya, peternak,
family, dan masyarakat. Karena menang atau kalah sukses atau tidak, sukses itu tergantung
kepada diri individu itu sendiri (manajer).
Manajer yang sukses mempunyai beberapa sifat-sifat yang positif yaitu antara lain mau
memecahkan masalah untuk mencapai sesuatu; mereka yang dapat merinci maksud dan
tujuan dari sebuah usaha, baik untuk dirinya maupun untuk keluarganya; mereka yang
selalu belajar, berpikir dan berbuat; serta mereka yang dapat melihat masalah dengan
pikiran jernih. Selain itu, manajer yang baik adalah mereka yang dapat mengenal dan
menyusun sistem prioritas, baik prioritas tujuan, prioritas kerja maupun prioritas tindakan;
mereka yang mempunyai ambisi, yang bergairah, suka bekerja keras, agresif, cerdas dan
cakap serta mumpuni; mereka yang dapat bekerja sama dengan orang lain, bersifat jujur,
serta memiliki integritas yang tinggi; mereka yang berpandangan luas; mereka yang dapat
membagi waktunya dengan baik untuk bekerja maupun untuk beristirahat; dan mereka
yang mempunyai partner.

Anda mungkin juga menyukai