Anda di halaman 1dari 21

A.

Judul: Peranan Pondok Pesantren Ummul Ayman di Kecamatan Samalanga

Kabupaten Bireuen Terhadap Pendidikan Anak-anak Korban Konflik

Aceh, 1990-2021.

B. Latar Belakang Masalah

Ummul Ayman merupakan pondok pesantren yang didirikan di Desa

Gampong Putoh Kemukiman Mesjid Raya Kecamatan Samalanga Kabupaten

Bireuen Provinsi Aceh. Berdirinya Pesantren Ummul Ayman diawali dengan

dibentuknya panti asuhan yatim/piatu, fakir, miskin pada 1 Muharram 1411 (23 Juli

1990) yang didirikan oleh Tgk H. Nuruzzahri.

Setahun setelahnya, Ummul Ayman resmi menjadi Yayasan dengan Akte

Notaris No. 26: tanggal 22 Juli 1991 alamat Jl. Mesjid Raya Gampong Paloh

Kecamatan Samalanga Kabupaten Aceh Utara (sekarang Kabupaten Bireuen).

Kemudian pada tahun 2011 Yayasan tersebut membuat perubahan Akte Notaris

Nomor 1 tanggal 9 Maret 2011, serta mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan nomor AHU-2565. AH. 01. 04.

Tahun 2011 (https://ummulayman.or.id/ypi-ummul-ayman/ diakses tanggal 5 Januari

2021).

Eksistensi Pondok Pesantren Ummul Ayman terus berlanjut dari masa

kemasa dan telah melewati masa-masa konflik Aceh, atau dikenal dengan konflik

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia (RI).

Konflik bersenjata antara GAM dengan RI (1976-2005) menimbulkan dampak

negatif dan hancurnya tatanan sosial masyarakat di berbagai aspek kehidupan,

terlebih dalam aspek pendidikan formal dan nonformal. Hal itu ditandai dengan

1
2

banyak sekali sarana pendidikan yang hancur seperti sekolah, tenaga pendidik,

maupun anak-anak usia sekolah yang menjadi korban konflik sehingga

keberlangsungan pendidikan dan sumber daya manusia mengalami hambatan. Tak

terkecuali Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen juga menjadi daerah yang

terdampak sepanjang konflik melanda Aceh.

Pondok pasantren semi terpadu ini mempunyai peranan yang sangat penting

terhadap santri, terutama santri-santri korban konflik. Melihat imbas yang

ditimbulkan konflik, Ummul Ayman hadir untuk menampung anak-anak yang

kehilangan orang tua dan terlantar tanpa ada perhatian sosial dari pihak manapun.

Anak-anak korban konflik Aceh di Ummul Ayman diberikan pelayanan sosial dan

pendidikan secara penuh baik formal maupun pendidikan nonformal.

Berdasarkan website Yayasan Pendidikan Islam Ummul Ayman, semenjak

dari tahun 1990 Pondok Pesantren ini sudah menerapkan pengajian sistem dayah

salafi sebagai langkah awal memberi pelayanan pendidikan agama kepada peserta

didik yang berasal dari berbagai tempat di Aceh. Pada tahun 1991 nama Ummul

Ayman mulai dikenal masyarakat luas di Aceh sebagai tempat penampungan anak

yatim, piatu, dan yatim piatu korban konflik dikarenakan pada saat itu belum banyak

pesantren atau panti asuhan yang menampung anak-anak korban konflik.

Bertambahnya santri korban konflik yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren

Ummul Ayman Kecamatan Samalanga, mengharuskan mereka diasramakan pada

barak-barak darurat yang dibangun dari kayu-kayu bekas sumbangan masyarakat,

dan untuk kebutuhan konsumsinya ditanggung yayasaan sebagai anak panti

(https://ummulayman.or.id/ypi-ummul-ayman/ diakses tanggal 5 Januari 2021).


3

Adapun pendidikan yang diberikan kepada santri korban konflik di Pondok

Pesantren Ummul Ayman bertujuan untuk dijadikan sebagai bekal dalam menempuh

kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan di Pondok Pesantren Ummul

Ayman ini yang paling dikedepankan adalah pendidikan Agama Islam, baru

setelahnya memberikan pendidikan formal kepada para santri. Maka dari itu Ummul

Ayman melahirkan moto menyekolahkan santri bukan menyantrikan anak sekolah.

Hingga sekarang pesantren tersebut terus berbenah baik pada bidang pembangunan

sarana dan prasarana maupun pembangunan sumber daya manusia.

Institusi sosial juga merupakan bahan garapan bagi sejarah sosial. Sejarah

sosial dapat mengambil fakta sosial sebagai bahan kajian. Temanya seperti

kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas dapat menjadi sebuah sejarah.

Demikian juga sebaliknya kelimpah-ruahan, keshalehan, kekesatriaan, pertumbuhan

penduduk, migrasi, urbanisasi, dan sebagainya (Kuntowijoyo, 2003:41). Dari apa

yang disebut Kuntowijoyo penelitian ini mengangkat peranan sebuah institusi

pendidikan yang menangani pendidikan anak-anak korban konflik Aceh, 1990-2021.

Berdasarkan uraian di atas terdapat peranan besar yang diberikan Pesantren

Ummul Ayman terhadap anak korban konflik di Kecamatan Samalanga. Akan tetapi

peranan pesantren tersebut seakan luput dari amatan berbagai pihak baik di Aceh

maupun Indonesia secara umum. Dari situlah diperlukan sebuah kajian yang

mendalam untuk mengangkat peranan Pondok Pesantren Ummul Ayman ke kancah

nasional maupun internasional. Maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian

yang berjudul Peranan Pondok Pesantren Ummul Ayman di Kecamatan


4

Samalanga Kabupaten Bireuen Terhadap Pendidikan Anak-Anak Korban

Konflik Aceh, 1990-2021

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi lahirnya Pondok Pesantren Ummul Ayman?

2. Apa yang membuat pengurus Pondok Pesantren Ummul Ayman menampung

dan memberikan pendidikan kepada anak-anak korban konflik Aceh?

3. Bagaimana sistem Pondok Pesantren Ummul Ayman dalam menangani

pendidikan anak korban konflik Aceh, 1990-2021?

4. Bagaimana sistem pembiayaan Pondok Pesantren Ummul Ayman dalam

menangani anak korban konflik Aceh, 1990-2021?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi lahirnya Pondok Pesantren

Ummul Ayman.

2. Untuk mengetahui apa yang membuat pengurus Pondok Pesantren Ummul

Ayman menampung dan memberikan pendidikan kepada anak-anak korban

konflik Aceh.

3. Untuk mengetahui bagaimana sistem Pondok Pesantren Ummul Ayman

dalam menangani pendidikan anak korban konflik Aceh, 1990-2021?

4. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembiayaan Pondok Pesantren Ummul


5

Ayman dalam menangani anak korban konflik Aceh, 1990-2021?

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah wawasan dan pemahaman terhadap kajian ilmu sejarah

khususnya dalam kajian peranan Pondok Pesantren Ummul Ayman

terhadap pendidikan anak-anak korban konflik Aceh.

b. Menambahkan referensi mengenai peranan Pondok Pesantren Ummul

Ayman terhadap pendidikan anak-anak korban konflik Aceh dan acuan

akan penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi universitas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih data penelitian kesejarahan khususnya peranan Pondok

Pesantren Ummul Ayman terhadap pendidikan anak-anak korban

konflik Aceh.

b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sebuah pengetahuan baru akan khususnya peranan Pondok Pesantren

Ummul Ayman terhadap pendidikan anak-anak korban konflik Aceh.

c. Bagi penulis, dalam penelitian ini, penulis mendapatkan wawasan dan

pengetahuan sejarah baru akan peranan Pondok Pesantren Ummul

Ayman terhadap pendidikan anak-anak korban konflik Aceh. Wawasan

dan pengetahuan yang ditemukan langsung di lapangan nantinya

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu

pengetahuan, serta bermanfaat bagi bangsa dan negara.


6

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar ialah pernyataan-pernyataan teoretis yang didasari

pemikiran kearah ditemukannya jawaban-jawaban sementara atas masalah untuk

diuji kebenarannya, maka anggapan dasar dari penelitian ini adalah Pondok

Pesantren Ummul Ayman mempunyai peran yang besar dalam memberikan

pendidikan kepada anak-anak korban konflik Aceh.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban-jawaban yang bersifat tentatif terhadap

permasalahan dan tujuan dari sebuah penelitian (Daliman, 2015:47). Hipotesis

merupakan pernyataan-pernyataan yang mengenai hubungan antara dua variable,

antara dua penelitian sejarah atau lebih yang sedang diteliti.

Berdasarkan pernyataan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pada tahun 1989 di Aceh di terapkan Daerah Operasi Militer (DOM).

Hampir semua daerah d Aceh terkena imbas konflik. Banyak anak-anak

yang kehilangan orang tua, ribuan anak Aceh terlantar, sekolah terbakar dan

rumah-rumah terpaksa dikosongkan. Dari sinilah Tgk H. Nuruzzahri Yahya

tergerak untuk mendirikan sebuah panti asuhan yang menampung anak-anak

yatim piatu korban konflik Aceh.

2. Pengaruh Pondok Pesantren Ummul Ayman merasa perlu untuk

menyelamatkan generasi muda Aceh dari imbas konflik. Sebab jika generasi

muda Aceh tidak di selamatkan dari ancaman putusnya pendidikan, maka itu

adalah awal dari merosotnya kemajuan Aceh di masa yang akan datang.
7

3. Pondok Pesantren Ummul Ayman dalam menangani pendidikan anak korban

konflik Aceh adalah dengan cara menyediakan tiga unit layanan sosial yaitu,

panti asuhan, sekolah, dan pesantren salafiyah.

4. Dalam menangani anak-anak korban konflik Aceh, Pondok Pesantren Ummul

Ayman memperoleh dana dari pemerintah (Provinsi Aceh) secara resmi

maupun non pemerintah. Setelahnya dana tersebut disalurkan secara tersistem

kepada anak-anak korban konflik di pesantren Ummul Ayman.

H. Definisi Penelitian

Guna memperjelas dan menghindari adanya salah pengertian maupun

pemahaman dalam penelitian ini, oleh karenanya penulis memaparkan beberapa

definisi yang digunakan dalam judul penelitian ini:

a. Peranan

Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peranan juga dapat dikatakan

sebagai perilaku individu yang penting bagi stuktur sosial masyarakat (Soekanto,

2002:10)

b. Pondok Pesantren

Menurut Arifin (Qomar, 2005:2) Pondok pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar,

dengan sistem asrama (komplek), dimana santri-santri menerima pendidikan

agama melalui sistem pengajian sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari

leader-ship seseorang atau beberapa orang teungku dengan ciri-ciri yang bersifat

k harismatik serta independen dalam segala hal.


8

c. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pembelajaran yang dibutuhkan manusia untuk

mengarahkan, membimbing, memperbaiki dan mengembangkan potensi dirinya.

Sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia dan

mampu menjadi individu yang kreatif dan menjadi makhluk sosial yang bisa

hidup bermasyarakat dengan lingkunganya.

d. Konflik

Konflik adalah dimana individu atau kelompok yang mengalami suatu

peristiwa atau fenomena sosial dimana terjadi pertentangan atau pertikaian sehingga

menyebabkan rusaknya tatanan sosial masyarakat. Selain orang dewasa, anak-anak

juga sering kali menjadi dampak dari konflik, sehingga dapat menghambat

keberlangsungan pendidikan.

e. Ummul Ayman

Ummul Ayman adalah nama yang diambil dari nama salah seorang pengasuh

Nabi Muhammad SAW setelah ditinggal wafat ibunya dengan harapan, Ummul

Ayman menjadi pelindung anak-anak yatim dari keputusasaan dan keterlantaran.

Atas dasar inilah nama tersebut ditetapkan menjadi nama Pondok Pesantren Ummul

Ayman yang berlokasi di Desa Gampong Putoh Kemukiman Mesjid Raya

Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh, pondok pesantren

tersebut menampung dan membina anak-anak korban konflik Aceh.


9

I. Tinjauan Pustaka

Konflik GAM dengan Pemerintah RI merupakan masa suram bagi Provinsi

Aceh. Hampir semua daerah di Aceh merasakan imbas dari pertikaian bersenjata

tersebut. Memasuki kawasan Aceh sama seperti halnya berada di ladang ranjau,

kontak senjata kedua belah pihak bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Akibatnya

banyak sektor yang merasakan dampak pelik yang ditimbulkan konflik, salah

satunya sektor pendidikan di Aceh.

Dalam Elly dan Usman (2011:377-378) meyebut para sosiolog sepakat

menyimpulkan akibat yang ditimbulkan konflik kedalam lima poin. Pertama,

bertambah kuatnya rasa solidaritas kelompok, solidaritas kelompok akan muncul

ketika konflik tersebut melibatkan pihak-pihak lain yang memicu timbulnya

antagonisme (pertentangan) di antara pihak yang bertikai.

Kedua, hancurnya kesatuan kelompok, jika konflik yang tidak berhasil

diselesaikan menimbulkan kekerasan atau perang, maka sudah tentu kesatuan

kelompok tersebut akan mengalami kehancuran. Ketiga, adanya perubahan

kepribadian individu. Di dalam suatu kelompok konflik, maka seseorng atau

sekelompok orang yang semula memiliki kepribadian pendiam, penyabar menjadi

bringas, agresif, dan mudah marah, lebih-lebih jika konflik tersebut berujung pada

kekerasan, atau perang.

Keempat, hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada, antar nilai-nilai

dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat korelasional,

artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada hancurnya nilai-nila dan norma

sosial akibat dari ketidak patuhan anggota masyarakat akibat dari konflik tersebut,
10

atau bisa juga hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang berakibat konflik. Dan

yang kelima, hilangnya harta benda (material) dan korban manusia. Jika konflik

tidak terselesaikan hingga terjadi kekerasan atau perang maka pasti akan berdampak

pada hilangnya material dan korban manusia.

Kelima dampak yang disebut dalam Elly dan Usman juga terjadi ketika dan

pasca terjadinya konflik GAM dengan RI di Aceh. Hal yang paling memprihatinkan

adalah dampak pada dunia pendidikan. Banyak anak-anak yang kehilangan orang

tua, terbakarnya rumah sekolah, hilangnya minat bersekolah. Jika kondisi tersebut

tidak segera diselamatkan, maka ini merupakan momok awal bagi kehancuran Aceh.

Lahirnya Pondok Pesantren Ummul Ayman di Kecamatan Samalanga

Kabupaten Bireuen pada 23 Juli 1990 menjadi angin segar bagi anak-anak Aceh.

Ummul Ayman hadir merangkul, menampung, dan membina anak-anak korban

konflik Aceh. Hadir di tengah medan perang untuk menyelamatkan masa depan

generasi Aceh merupakan kiprah besar yang patut dicatat sejarah. Ummul Ayman

tidak hanya menyelamatkan anak-anak Aceh dari terjangan peluru, melainkan juga

hadir menyelamatkan masa depan anak-anak Aceh melalui pendidikan formal

(sekolah) maupun pendidikan Islam.

Aceh yang dikenal dengan daerah yang kental dengan syariat Islam hadir

menopang kemerosatan pendidikan selama dan pasca konflik, salah satunya dengan

institusi pendidikan Islam. Pesantren hadir menyelamatkan anak-anak Aceh yang

terdampak konflik bersenjata yang beringas tersebut. Karena salah satu bentuk

institusi pendidikan keagamaan Islam di Indonesia adalah pondok pesantren.


11

Penamaan pesantren kerap digunakan di Pulau Jawa, di Sumatera Barat

disebut dengan istilah surau, sedangkan di Aceh disebut dayah. Kata dayah juga

sering disebut deyah oleh masyarakat Aceh Besar, diambil dari bahasa Arab

"zawiyah". Istilah zawiyah secara literal bermakna sudut, yang diyakini masyarakat

Aceh pertama sekali digunakan sudut Masjid Madinah ketika Nabi Muhammad

SAW memberi pelajaran kepada para sahabat di awal Islam (Amiruddin, 2008:41).

Institusi ini memiliki sistem pendidikan yang unik sehingga berbeda dengan

institusi pendidikan keagamaan lainnya, seperti madrasah. Keunikaan sistem

pesantren oleh Abdurrahman Wahid disebut dengan istilah sub-kultur, Sementara

Dhofier (Fahham, 2015:1) menyebut keunikan sistem pendidikan pesantren itu

dengan istilah tradisi pesantren. Letak keunikan sistem pendidikan pesantren dapat

dilihat pada elemen-elemen pembentukan tradisinya, seperti masjid, santri, pondok,

kitab-kitab klasik keagamaan dan kyai. Disamping itu keunikan sistem pendidikan

juga dapat dilihat dari tipologi, tujuan, fungsi, prinsip pembelajaran, kurikulum dan

metode pembelajarannya.

Tujuan utama pondok pesantren adalah mencetak kader ulama. Tujuan ini

bisa merupakan tujuan dasar awal mula berdirinya pondok pesantren, yaitu untuk

mendukung tersebarnya ajaran Islam ke wilayah yang lebih luas. Tujuan umum

pondok pesantren adalah membina warga negara agar memiliki kepribadian muslim

yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam, dan menanamkan rasa religious

dalam segala aspek kehidupannya, sehingga bermanfaat bagi agama, masyarakat dan

negara.
12

Sedangkan tujuan khusus pondok pesantren yaitu : (1) mendidik siswa/santri

anggota masyarakat untuk menjadi seorang Muslim yang bertakwa kepada Allah

SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan dan keterampian; (2) mendidik

siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat dan

kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun

dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan Negara; (3)

mendidik siswa/santr menjadikan manusia muslim selaku kader-kader ulama dan

mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan

sejarah Islam dengan utuh dan dinamis (Qomar, 2005:6).

Pengajian di pesantren umumnya mengkaji kitab-kitab Islam klasik, yang

lebih popular dengan sebutan “kitab kuning”. Daulay (2007:63) mengemukakan

bahwa kepintaran seorang santri diukur dari kemampuannya membaca serta

mensyarahkan (menjelaskan) isi dari kitab-kitab tersebut. Untuk bisa membaca

sebuah kitab dengan benar, seorang santri dituntut untuk mahir dalam ilmu-ilmu

bantu seperti Figh, Hadist, Tafsir, Tasawuf, Nahwu, Syaraf, Ma’ani, Bayan, Tarikh,

Akhlak, Mantiq, dan sebagainya.

J. Kajian Sebelumnya

Kajian tentang Peranan Pondok Pesantren Ummul Ayman di Kecamatan

Samalanga Kabupaten Bireuen Terhadap Pendidikan Anak-Anak Korban Konflik

Aceh, 1990-2021 belum pernah diteliti sebelumnya. Penulis banyak mendapatkan

data dari buku-buku yang telah diterbitkan dan juga hasil penelitian-peneltian orang

lain yang berkaitan dengan judul yang ingin penulis teliti. Adapun kajian-kajian yang

relevan itu di antaranya ialah:


13

Pertama, Karya yang ditulis oleh Asmaul Husna. Dalam karyanya yang

berupa Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala dengan judul:

“Perkembangan Dayah Mudi Mesra Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 1927-

2010”. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bahwa Dayah Mudi Mesra

Kecamatan Samalanga berkembang dengan pesat seiring perkembangan zaman,

ditandai jumlah santri pada tahun 1927 berjumlah 100 oang putra dan 50 orang

putrikemudian pada tahun 1935 santri sedikit meningkat menjadi 150 utra an 50

orang putri dan pada saat ini santri yang belajar di dayah tersebut mencapai 2.126

orang santri, terdiri dari 1.357 puta dan 769 putri.

Kedua, Karya yang ditulis oleh Muhammad Asrofi. Dalam karyanya berupa

skripsi S1 jurusan PGMI (Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Peran Pondok

Dayah Fadlun Minalloh Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Santri di

Wonokromo Pleret Bantul”. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui Peran Pondok

Dayah Fadlun Minalloh dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Santri, dan hasil

dari penelitiannya melalui kegiatan pendidikannya meliputi kelas awaliyah, kelas

wustho dan ulya dan didukung dengan program-program yang ada. Adapun

meningkatkan karakter santri yaitu dengan metode keteladanan, kedislipinan, nasehat

pengawasan dan ta’zir. Sedangkan nilai pendidikan karakter santri meliputi religious,

kejujuran, toleransi, disiplin dan kreatif.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh (Sukendar, 2011: 271-286) tentang”

Pendidikan Damai (Peace Education) Bagi Anak-Anak Korban Konflik”. penelitian

ini menyebutkan bahwa konflik merupakan sesuatu yang yang dialami dan ada dalam
14

kehidupan manusia. Oleh karena itu agar konflik tidak mengalami kekerasan dan

petaka sosial maka konflik perlu dikelola dengan tepat, mengelola konflik tidak

semata-mata ditujukan bagi penghentian konflik atau pendatangan kesepakatan

antara kelompok-kelompok yang bertikai, manajemen konflik harus diikuti dengan

manajemen post konflik. Di antara berbagai upaya manajemen post konflik

merupakan pemulihan terhadap orang-orang yang menjadi korban konflik, salah satu

penangananya yaitu melalui pendidikan agar mereka bebas dari rasa trauma, tidak

membawa kedudukan mereka serta mampu menjadi orang yang mencintai

perdamaian. Kajian ini akan melihat bagaimana upaya pendidikan damai yang

dilakukan oleh pondok Dayah Latansa cangkring Karanganyar Demak.

Keempat, Karya yang ditulis oleh Rijal Fajri. Dalam karyanya yang berupa

Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala dengan judul:

“Perkembangan Dayah Modern Darul Ulum Kecamatan Kuta Alam Kota Banda

Aceh, 1990-2014”. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui Dayah Modern Darul

Ulum adalah dayah modern yang mengkolaborasikan pendidikan ilmu pengetahuan

agama Islam dengan pendidikan ilmu pengetahuan umum. Dalam perkembangan

Dayah Darul Kota Banda Aceh banyak mendapatkan dukungan dan hambatan. Di

antara dukungan itu berupa kualitas tenaga pengajar, bantuan pemerintah, letak

geografis yang terjangkau, bantuan donator dalam pembangunan dan fasilitas yang

lengkap yang dimiliki oleh lembaga Dayah Modern Darul Ulum. Sedangkan

hambatannya berupa semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam modern lainnya

menjadi saingan, manajemen pengelolaan dayah yang masih kurang profesional,


15

kurangnya perhatian wali santri, kurangnya kerjasama alumni serta kurangnya

prestasi yang diketahui oleh masyarakat, dan lain-lain.

Berdasarkan literatur yang peneliti kaji memang belum ada penelitian yang

membahas secara khusus tentang Dayah Ummul Ayman Terhadap Pendidikan Anak-

Anak Korban Konflik Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 1990-2021,

namun ada beberapa penelitain yang relevan dengan judul penelitian yang akan

peneliti susun.

K. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,

dimana peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan cara dokumentasi,

observasi dan wawancara sehingga dapat mengungkapkan masalah sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Pendekatan kualitatif adalah kajian penelitian untuk

memahami fenomena yang akan di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan cara

memanfaatkan metode alamiah (Maleong, 2007:6)

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

sejarah. Metode sejarah adalah proses mengkaji dan menganalisis secara kritis

rekaman dan peninggalan masa lampau. Di mana dalam metode sejarah terdapat 5

tahapan yaitu: (1) pemilihan topik; (2) heuristic atau pengumpulan sumber; (3)

verivikasi atau kritik sumber (kritik internal dan kritik ekstrenal); dan (4)
16

interprestasi dan penafsira; (5) histiografi atau penulisan sejarah (Kuntowijoyo,

1995:89). Pengunaan metode sejarah dalam penelitian ini dikarenakan peneliti

hendak meneliti ataupun mengkaji tentang Sejarah Peranan Pondok Pesantren

Ummul Ayman di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Terhadap Pendidikan

Anak-Anak Korban Konflik Aceh, 1990-2021

L. Lokasi Penelitian dan Waktu Peneltian

Lokasi ini dilakukan di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Selain itu

untuk mendapatkan sumber penelitian berupa sumber primer dan sumber sekunder,

peneliti akan mendatangi beberapa perpustakaan yang ada di Banda aceh, kemudian

melakukan wawancara dengan beberapa tokoh pelaku atau saksi “Sejarah Peranan

Pondok Pesantren Ummul Ayman di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen

Terhadap Pendidikan Anak-Anak Korban Konflik Aceh, 1990-2021”. Waktu dari

penelitian ini berlangsung dari dimulai nya penulisan proposal pada Januari 2021.

M. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan agar data yang

diperoleh bersifat relevan, akurat, dan reliable. Adapun proses pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu :

a. Observasi, teknik ini dilakukan dengan proses pengamatan langsung ke lokasi

penelitian, yaitu ke Dayah Ummul Ayman

b. Dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari data-

data tertulis tentang objek penelitian yang dapat dipercaya dan dipertanggung

jawabkan kebenarannya. Data dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah data yang diperoleh dari arsip-arsip yang berkaitan dengan topic
17

penelitian. Data-data tersebut akan diperoleh dari dokumen-dokumen yang

dimiliki Pondok Pesantren Ummul Ayman Kecamatan Samalanga Kabupaten

Bireuen, penelusuran website, maupun pengumplan informasi melalui koran

terbitan sepanjang pembabakan waktu penelitian skripsi.

c. Tinjauan Pustaka, teknik pengumpulan data melalui tinjauan pustaka adalah

mencari referensi tulisan dari karya tulis berupa buku, tesis, maupun skripsi

yang dipertanggung jawabkan. Adapun perpustakaan yang di kunjungi yaitu,

Perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Perpustakaan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Perpustakaan Ali Hasymy.

d. Wawancara, teknik wawancara bertujuan untuk memperoleh sumber

penelitian dari pelaku sejarah ataupun orang yang paling dekat dengan objek

penelitian. Tujuannya yaitu untuk memperoleh penjelasan juga menghindari

kesalapahaman sehingga mendapatkan informasi tambahan dari kekurangan

informasi tertulis. adapun, dalam penelitian ini, penulis akan mewawancarai

anak-anak korban konflik, pemimpin dayah, guru yang pernah menjadi

pelaku sejarah atau saksi sejarah Peranan Pondok Pesantren Ummul Ayman

di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Terhadap Pendidikan Anak-

Anak Korban Konflik Aceh, 1990-2021

N. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses menyususn data yang diperoleh agar dapat di

tafsirkan. Data tersebut kemudian diolah dengan menyeleksi data yang relevan,

membahas dan kemudian menyimpulkan, pembahasaan ini dianalisis dengan


18

pendekatan kualitatif terhadap objek kajian. Adapun langkah-langkah yang

digunakan dalam teknik analisis data ini ialah sebagai berikut:

a. Verifikasi atau Kritik Sumber

Menurut Helius Sjamsuddin (2007:132), secara umum ada dua cara dalam

mengkritik sumber, yaitu kritik internal dan eksternal. Kritik internal merupakan

proses penilaian terhadap keabsahan suatu sumber, jenis huruf dan lain sebagainya.

Kritik ini dilakukan dengan membandingkan suatu data dengan data lainnya agar

pengujian terhadap data tersebut dapat dipertanggung jawabkan sehingga

menghasilkan fakta-fakta yang sebenarnya. Adapun tujuan dari kritik sumber adalah

untuk dapat mencari kebenaran, karena sejarawan dihadapkan pada apa yang benar

dan pada apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan

atau mustahil.

b. Interprestasi atau Penafsiran

Setelah peneliti melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang didapatkan

maka langkah selanjutnya adalah interprestasi. Interprestasi adalah penafsiran yang

dilakukan oleh peneliti terhadap sumber-sumber yang telah diverifikasi. Menurut

Kuntowijoyo (Abdurrahman 2011:114), interprestasi atau penafsiran sejarah sering

kali disebut dengan analisa sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara

terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan.

c. Histiografi atau Penulisan

Setelah data yang terkumpulkan dikritik dan dianalisis, barulah kemudian

penulis menuangkan data-data yang relevan tersebut untuk dikontruksikan dalam

bentuk tulisan (histiografi) sehingga memberikan sebuah penjelasan mengenai


19

sejarah Peranan Pondok Pesantren Ummul Ayman di Kecamatan Samalanga

Kabupaten Bireuen Terhadap Pendidikan Anak-Anak Korban Konflik Aceh,

1990-2021

O. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulisan meruntunkan kedalam

lima bab sebagaimana sistematika penulisan, sebagaimana berikut ini :

Bab I : Pendahuluan yang menguraikan Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Anggapan Dasar, Hipotesis,

dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab III : Metode Penelitian yang menguraikan tentang Pendekatan dan Jenis

Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data dan Sistematika Penulisan.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab V : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran yang berhubungan

dengan judul penelitian.


20

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung.2011. Metodelogi Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta:


Penerbit Ombak.

Amiruddin, M Hasbi. 2008. Menatap Masa Depan Dayah di Aceh, Banda Aceh:
Yayasan pena.

Daliman, A. 2015. Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan


Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.

Dhofier, Zamaksyari.1985. Tradisi Dayah: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,


Jakarta: LP3ES.

Fahham, Achamad Muchaddam. 2015. Pendidikan Pesantren: Pola Pengasuhan,


Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak, Jakarta Pusat: P3DI Setjen
DPR RI dan Azza Grafika.

Kolip, Usman dan Elly M Setiadi. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, Jakarta:
Kencana.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bandung.

___________.2003. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya

Maleong, L.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja.

Qomar, Mujamil.2005. Dayah: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi


Institusi, Jakarta: Erlangga.

Sjamsuddin, Helius.2007. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Soekanto, Soerjono.2002. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press.

________________.2002. Teori Peranan, Jakarta: Bumi Aksara.


21

Skripsi
Asrofi, M. 2013. Peran Pondok Dayah Fadlun Minalloh Dalam Menanamkan
Pendidikan Karakter Santri Di Wonokromo Pleret Bantul. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Fajri, Rijal. 2016. Perkembangan Dayah Modern Darul Ulum Kecamatan Kuta
Alam Kota Banda Aceh Tahun 1990-2014. Skripsi. Universitas Syiah Kuala.

Husna, Asmaul.2012. Perkembangan Dayah Mudi Mesra Kabupaten Bireuen Tahun


1927-2010. Skripsi. Universitas Syiah Kuala.

Jurnal
Sukendar.2011. Pendidikan Damai (Peace Education) Bagi Anak-Anak Korban
Konflik. Jurnal Pendidikan Damai, 2(19): 271-286.

Online
https://ummulayman.or.id/ypi-ummul-ayman/ diakses pada tanggal 5 Januari 2021
pukul 22:00.

Anda mungkin juga menyukai