untuk metabolisme tubuh. Pemenuhan kebutuhan dasar ini diatur oleh sistem atau organ dalam tubuh
seperti ginjal, paru-paru dan gastrointestinal. Keseimbangan cairan diatur oleh sistem atau mekanisme
rasa haus, hormon ADH dan aldosteron, prostaglandin serta glukokortikoid. Tujuan untuk mengetahui
asuhan keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit pada Tn. D dengan Gagal Ginjal Kronik di ruang
Inayah RS PKU Muhammadiyah Gombong terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan
tindakan keperawatan, implementasi, evaluasi dan menganilisis implementasi keperawatan. Diskusi:
data pengkajian pasien dari data subjektif pasien mengatakan BAK sedikit dan tidak lancar, warna urin
seperti teh, volume urin 15cc/8jam, edema wajah 1mm. Diagnosa yang muncul adalah Kelebihan
volume cairan. Intervensi dan implementasi yang telah dilakukan terdiri dari memonitor status cairan,
memonitor tanda-tanda vital, memonitor hasil laboratorium, mencatat intake dan output, menjelaskan
tentang pembatasan cairan, menghitung balance cairan, kolaborasi pemberian diuretik, kolaborasi
hemodialisa. Evaluasi pasien mengatakan BAK sudah banyak, warna urine kuning jernih, volume
250cc/8jam, balance cairan -21cc. Kesimpulan: asuhan keperawatan pemenuhan cairan dan elektrolit
pada Tn. D, pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di ruang Inyah RS PKU Muhammadiyah Gombong telah
dilakukan proses keperawatan. Diagnosa keperawatan utama adalah kelebihan volume cairan teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Clevo, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah dan penyakit dalam. Jakarta: Medika
Desitasari. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan
Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa.
Dochterman, J. M., & Gloria, M. B. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). (6th ed). United
States of America: Mosby inc and Elsevier inc
Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Istanti, Y. Permatasari. (2013). Hubungan antara Masukan Cairan dengan Interdialytic Weight Gains
(IDGW) Pada Pasien Cronic Kidney Desease di Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Volume 10. September 2013 - Febuari 2014.
Kusuma, H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
Kusyati, Eni, dkk. (2006). Keperawatan Dasar Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Dasar. Jakarta:
EGC.
Mubarok, Wahid Iqbal. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Shepherd, Alison. (2011). Measuring and Managing fluid balance, Nursing Times 19.07.11.Vol 117 No. 28
Smeltzer, S,. & Bare, B. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Sudarth. Edisi 8. Vol 2.
Jakarta. EGC.
Tarwoto, Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Prose Keperawatan, edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Wilkinson, Judith. M. (2007). Buku Saku Diagnose Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil
NOC. Jakarta: EGC.
2.2.1 Pengkajian
Tarwoto & Wartonah (2006), hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Riwayat Keperawatan
cairan
pengobatan.
2. Pengukuran Klinik
a. Berat badan
kelompok, yaitu:
18
1) ± 2% : ringan
2) ± 5% : sedang
3) ± 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
b. Keadaan umum
3. Pemeriksaan Fisik
a. Integumen
rasa.
19
b. Kardiovaskuler
c. Mata
Pada pemeriksaan mata perlu diperhatikan mata cekung atau tidak, air
d. Neurologi
4. Pemeriksaan penunjang
pasien. Diagnosa yang dapat ditemukan oleh perawat pada klien yang
20
2.2.3 Intervensi Keperawatan Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diperoleh, Tarwoto &
volume caira
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Perawat telah menyusun tindakan keperawatan yang
akan
37
keluarga tentang pembatasan cairan, mengajari pasien untuk mencatat
pasien setiap dua jam dan latihan gerakan aktif dan pasif dan dimodifikasi
masalah untuk diagnosa pertama belum teratasi, kaki pasien masih edema,
turgor kulit tidak elastis, pasien jarang merubah posisi secara mandiri padahal
klien mampu melakukannya secara mandiri di atas tempat tidur. Hal tersebut
terjadi karena pasien sering merasa haus, ibu pasien sering mengeluhkan
sikap pasien yang tidak menjalankan nasihat dan pendidikan kesehatan yang
diberikan perawat. Ketika ibu pasien mandi, sholat, dan tidur pasien sering
teguk. Setelah dikaji oleh perawat, pasien melakukan hal tersebut karena
tidak dapat menahan rasa haus yang dialaminya dan tidak percaya kalau
yang diberikan oleh perawat pasien dapat menerima keadaannya dan akan
modifikasi yaitu menjauhkan air minum dari tempat yang mudah dijangkau
makan makanan yang tidak banyak mengandung air untuk mengurangi edema
tersebut dapat dilihat dari pasien tidak menggunakan O2, frekuensi napas
semakin hari semakin mendekati batas normal. Namun, kadang kala pasien
pasien mengalami sesak karena minum terlalu banyak ketika tidak dilihat
Oleh karena itu, perawat menjelaskan lebih serius lagi agar pasien
I. Pengkajian
A. Aspek biologis
1 .Usia. Kebutuhan eliminasi, baik eliminasi urine, salah satunya dipengaruhi oleh usia yang mengacu
pada pertumbuahan dan perkembangan individu. Misalnya, kemampuan untuk mengontrol mikturisi
berbeda sesuai dengan tahap perkembangan individu. Pada manusia lanjut usia,sering mengalami
nokturia, frekuensi berkemih meningkat,dan lain-lain. 2. Aktivitas fisik Immobilisasi dapat menyebabkan
retensi urine, dan penurunan tonus otot. 3. Riwayat kesehatan dan diet
Kajian riwayat penyakit atau pembedahan yang pernah dialami pasien yang dapat mempengaruhi
eliminasi, seperti nefrolitiasis, colostomi, dan lain-lain.Dikaji juga riwayat diet yang dijalani klien, seperti
jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah, frekuensi, dan lamanya diet yang dijalani. 4. Penggunaan obat-
obatan Pengkajian meliputi jenis obat, dosis, dan sudah berapa lama mengonsumsi obat
tersebut.Penggunaan obat-obatan ini perlu dikaji karena beberapa jenis obat dapat mempengaruhi
eliminsi urine dan fekal.
B. Pemeriksaan laboratorium
a. Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai kuning coklat (seperti
warna madu). Warna bergantung pada kepekatan urine (Potter & Perry, 2006) b. Pendarahan pada
ginjal atau ureter menyebabkan urine menjadi merah gelap. Bila urine berwarna merah terang,
menunjukkan adanya pendarahan pada kandung kemih atau uretera.Selain itu,perubahan warna urine
juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat.Oleh karena ituperlu dikaji obat yang dikonsumsi. c. Warna
urine coklat gelap dapat disebabkan karena tingginya konsentrasi bilirubin akibat disfungsi
hepar.Kejernihan Urin yang tampak normal tampak transparan saat dikeluarkan.Pada klien yang
18
mempunyai penyakit ginjal, urine yang nampak keruh atau berbusa akibat tingginya konsentrasi protein
dalam urine.selain itu, urine pada orang yang menderita penyakit ginjal juga tampak pekat dan keruh
akibat adanya bakteri. d. Bau Urine,memiliki bau yang khas. Semakin pekat warna urine, semakin kuat
baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lamaakan mengeluarkan bau amonia (Potter&Perry
2006) e. Nilai normal urine, hasil urinalisis antara lain:Ph 4,6-8,0 protein < 10 mg/100 ml;glukosa tidak
ada berat jenis 1,010-1,030, tidak ada keton, tidak ada bakteri, dan lain-lain(Potter & Perry,1999).
Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien
untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi
kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan
terhadap klien. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhankebutuhan keperawatan dan
kesehatan klien Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalahmasalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Tujuan
Pengumpulan Data 1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
19
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien. 3. Untuk menilai keadaan
kesehatan klien. 4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah selanjutnya.
Tipe Data : 1. Data Subjektif Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi,
perasaan, ide klien tentang status kesehatannya.misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan,frustasi,mual,perasaan malu.
2. Data Objektif Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera
(lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan
darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dianalisa
masalah keperawatan yang paling mungkin muncul dari penderita berdasarkan diagnosa keperawatan
NANDA Internasional (2012) Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Pola Eliminasi: Inkotentinensia Urine
Ketidakmampuan individu yang biasanya kontinen untuk mencapai toilet tepat waktu guna menghindari
pengeluaran urine yang tidak disengaja. Faktor yang Berhubungan : - Perubahan faktor lingkungan -
Gangguan Kognisi - Gangguan Penglihatan - Keterbatasan neuromaskular - Faktor psikologis
20
- Kelemahan struktur penyokong panggul - 2. Resiko Cedera Beresiko mengalami cedera sebagai akibat
dari kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu
Faktor yang berhubungan : Internal - Profil darah yang tidak normal (mis; leukositosis atau leukopenia)
- Gangguan faktor pembekuan - Disfungsi biokimia (mis;disfungsi sensori) - Penurunan kadar
hemoglobin - Usia perkembangan (fisiologis,psikososial) - Disfungsi efektor - Penyakit imun atau
autoimun - Disfungsi integratif - Malnutrisi - Fisik(mis;kulit rusak,hambatan) - Psikologis (orientasi
afektif) - Sel sabit - Talasemia - Hipoksia jaringan Eksternal Biologis - Tingkat imunisasi komunitas -
Mikroorganisme Kimia - Obat-obatan(misalnya,agen farmasi,alcohol,kafein,nikotin, bahan
pengawet,kosmetik,dan pewarna) - Zat gizi (misalnya,vitamin,dan jenis makanan)
21
- Racun - Polutan Fisik - Rancangan,struktur dan penataan komunitas,bangunan,atau peralatan - Jenis
kendaraan atau transportasi - Individu atau penyedia layanan kesehatan (agens nosokomial;pola
pengaturan staf,pola kognitif,dan psikomotor 3. Nyeri Pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkandengan istilah
kerusakan (International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan atau berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
lebih dari enam bulan Faktor yang berhubungan : - Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis
(misalnya,kanker metastasis,cedera neurologis dan arthritis
III. Rumusan Masalah Pengkajian fungsi eliminasi urine klien yang dilakukan terus menerus
menunjukkan pola data yang memungkinkan perawat untuk merumuskan masalah yang relevan dan
akurat. Perawat berpikir secara kritis dengan merefleksikan pengetahuannya tentang klien sebelumnya,
meninjau kembali karakteristik penentu yang teridentifikasi, menerapkan pengetahuan tentang fungsi
urine, dan kemudian membuat perumusan masalah yang spesifik.
IV. Perencanaan
22
Perencanan dalam mengembangkan suatu rencanakeperawatan, perawat menetapkan tujuan dan hasil
akhir yang diharapkan untuk setiap diagnosis.Rencana menggabungkan aktivitas untuk meningkatkan
kesehatan dan intervensi terapeutik untuk klien yang mengalami masalah eliminasi urine.Intervensi
preventif mungkin dibutuhkan oleh klien yang beresiko mengalami masalah perkemihan.Perawat juga
merencanakan terapi sesuai dengan tingkat keparahan risiko pada klien. Dalam proses keperawatan,
penting untuk mempertimbangkan lingkungan rumah klien dan eliminasi rutinnya yang normal saat
merencanakan terapi untuk klien. Merencanakan asuhan keperawatan juga melibatkan suatu
pemahaman tentang kebutuhan klien untuk mengontrol fungsi tubuhnya.Perubahan eliminasi urine
dapat menjadi sesuatu yang memalukan, membuat tidak nyaman, dan sering membuat klien
frustasi.Perawat dan klien bekerja sama untuk menetapkan langkah guna mempertahankan keterlibatan
klien dalam asuhan keperawatan untuk mempertahankan eliminasi urine yang normal.(Marilyn E,1999)
6. Implementasi Keperawatan
S: Klien mengatakan frekuensi berkemih 20 kali O: Klien tampak lemah dan lesu - TTV TD: 130/90 mmHg
HR: 80 x i RR: 24 x i T: 36,4 Klien tampak cemas A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
2 1. 1. Identifikasi bagian tubuh yang mengalami penurunan fungsi fisiologis. 2. Identifikasi faktor
penyebab penurunan fungsi tubuh. 3. Bantu pasien saat akan
S: Klien mengatakan sakit dibagian kaki Klien mengatakan kaki sering kebas O:
40
mobilisasi atau anjurkan keluarga pasien untuk memantau dan membantu mobilisasi toileting. 4.
Menganjurkan untuk pemasangan menggunakan pispot/pampers.
Klien tampak sulit menggerakkan kaki A: Masalah tidak teratasi P: Intervensi dilanjutkan
3 1.Mencatatlokasi, lamanya intensitas(skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non verbal,
contoh peninggian TD dan nadi, dan gelisah 2. Menjelaskan penyebab nyeri dan pentingnya berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri. 3. Memberikan
tindakan nyaman, contoh pijatan punggung (relaksasi), lingkungan istirahat. 4. Mendorong / bantu
dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi
jantung. 5. Kolaborasi pemberian obat anti nyeri.
S: Klien mengatakan nyeri pada bagian pinggang dan nyeri yang dirasakan klien menetap O: Skala nyeri =
5 Klien tampak meringis -TTV TD: 130/90 mmHg HR: 80 x i RR: 24 x i T: 36,4 °C A: Masalah belum
teratasi P: Intervensidilanjutkan
41
Hari / Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi
1 1.Menanyaakan klien tentang waktu berkemih 2. Mendorong klien untuk dapat melakukan eliminasi
urine dengan teratur 3. Menghindari faktor pencetus inkontinensiaurine seperti cemas. 4.Menjelaskan
tentang : pengobatan, penyebab, dan tindakan lainnya.
S: Klien mengatakan frekuensi berkemih kurang dari 20 kali O: Klien masih tampak lemah -TTV TD:
120/80 mmHg HR: 80 x i RR: 20 x i T: 36,8 °c Klien tampak masih cemas A: Masalah belum teratasi P:
Intervensi dilanjutkan
2 1. 1. Identifikasi bagian tubuh yang mengalami penurunan fungsi fisiologis. 2. Identifikasi faktor
penyebab penurunan fungsi tubuh. 3. Bantu pasien saat akan mobilisasi atau anjurkan keluarga
S: Klien mengatakan sakit dibagian kaki Klien mengatakan kaki sering kebas O: Klien sedikit sedikit
42
pasien untuk memantau dan membantu mobilisasi toileting. 4. Menganjurkan untuk pemasangan
menggunakan pispot/pampers.
3 1.Mencatatlokasi, lamanya intensitas(skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non verbal,
contoh peninggian TD dan nadi, dan gelisah 2. Menjelaskan penyebab nyeri dan pentingnya berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri. 3. Memberikan
tindakan nyaman, contoh pijatan punggung (relaksasi), lingkungan istirahat. 4. Mendorong / bantu
dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi
jantung. 5. Kolaborasi pemberian obat anti nyeri.
S: Klien mengatakan nyeri pada bagian pinggang dan nyeri yang dirasakan klien menetap O: Skala nyeri =
4 Klien tampak sedikit menahan nyeri -TD: 120 /80mmHg HR: 80 x i RR: 20 x i T: 36,8 °c A: Masalah
belum teratasi P: Intervensidilanjutkan
43
1 1.Menanyaakan klien tentang waktu berkemih 2. Mendorong klien untuk dapat melakukan eliminasi
urine dengan teratur 3. Menghindari faktor pencetus inkontinensiaurine seperti cemas. 4.Menjelaskan
tentang : pengobatan, penyebab, dan tindakan lainnya.
S: Klien mengatakan frekuensi berkemih kurang dari 20 kali O: Klien mulai ceria -TTV TD: 110 / 90mmHg
HR: 82 x i RR: 22 x i T: 36,5 °C Klien tidak terlalu cemas A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi
dilanjutkan
2 1. 1. Identifikasi bagian tubuh yang mengalami penurunan fungsi fisiologis. 2. Identifikasi faktor
penyebab penurunan fungsi tubuh. 3. Bantu pasien saat akan mobilisasi atau anjurkan keluarga pasien
untuk memantau dan
S: Klien mengatakan sakit dibagian kaki sedikit berkurang. O: Klien sudah bisa menggerakkan kaki
perlahan-lahan
44
S: Klien mengatakan nyeri pada bagian pinggang sedikit berkurang O: Skala nyeri = 3 -TTV TD: 110 /
90mmHg HR: 82 x i RR: 22 x i T: 36,5 °C Klien tampak segar A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi
dilanjutkan
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri
Stuart dan Sundeen (1991), mendeskripsikan harga diri (self esteem) sebagai penilaian individu
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku tersebut sesuai dengan apa
yang diidealkan. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauh mana invidu tersebut menilai
dirinya sebagai orang yang memiliki kemamuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Sedangkan
menurut gilmore mengemukakan bahwa harga diri dapat juga didefinisikan sebagai penilaian terhadap
kehormatan dirinya, yang di ekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1993)
memberikan pengertian harga diri (self esteem) sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang
sifatnya implisit dan tidak di verbalisakan. Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu
tentang dirinya sendiri. Misalnya, anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya
memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi sebagai seseorang yang baik. Harga diri rendah adalah
menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal cenderung dikarenakan harga diri yang rendah. Harga diri rendah ini sebagai
contohnya adalah kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus
masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi. 1.
Aspek biologis, meliputi : umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan, dan lain-lain. 2.
Kemampuan makan Beberapa perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain kemampuan
mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain. 3. Pengetahuan tentang nutrisi. 4.
Nafsu makan, jumlah asupan. 5. Tingkat aktivitas. 6. Pengonsumsian obat. 7. Pemeriksaan fisik a.
Keadaan umum : kelemahan, tingkat kesadaran, tanda vital, dan lain-lain. b. Keadaan kulit : kasar,
kering, bersisik, dan lain-lain. c. Keadaan kepala dan mata : rambut kering, mudah dicabut, sklera kuning,
konjungtiva pucat, dan lain-lain. d. Keadaan mulut : mukosa bibir kering, gigi dan lidah kotor . e. Keadaan
perut : permukaan perut adanya garis vena, peristaltik usus, pembesaran hati atau limfe, dan lain-lain. f.
Keadaan ekstremitas : edema, pergerakan lemah, penurunan lingkar lengan, dan masa otot menurun.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi adalah : 1. Kekurangan nutrisi,
berhubungan dengan : - Penurunan nafsu makan - Mual/muntah
- Kesulitan mengunyah/menelan - Ketidakcukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya -
Kurangnya pengetahuan dasar nutrisi - Faktor ekonomi - Intoleransi makanan - Kesulitan mencerna
secara berkelanjutan akibat penyakit infeksi, luka bakar, ataupun kanker
- Berat badan menurun - Kelemahan - Kesulitan makan - Nafsu makan berkurang - Konjungtiva dan
membran mukosa pucat - Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit - Kulit kering
- 20% lebih berat dari berat badan ideal - Pola makan yang berlebihan - Tingkat aktivitas kurang
c. Perencanaan
Menurut carpenito (2000), rencana intervensi keperawatan adalah rencana yang disusun perawat untuk
kepentingan asuhan keperawatan yang akan digunakan oleh perawat sesuai dengan diagnosis
keperawatan berdasarkan kondisi klien. Tujuan : 1) Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang 2)
Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi 3) Mual/muntah hilang atau berkurang
Rencana tindakan :
1) Monitor perubahan faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan nutrisi atau
kelebihannya dan status kebutuhan nutrisinya 2) Kurangi faktor yang mempengaruhi perubahan
nutrisi 3) Ajarkan untuk merencanakan makanan 4) Kaji tanda vital dan bising usus 5) Berikan
pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau tindakan lainnya
Kebutuhan tersebut
meliputi8
a.Kebutuhan fisiologis (physiological$, meliputi kebutuhan
akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun
kebutuhan biologis,
b.Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety$, meliputi
kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa
takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau
lingkungan yang mengancam,
c.Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social$,
meliputi kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga,
berkelompok, interaksi dan kasih sayang,
d.Kebutuhan akan penghargaan (esteem$, meliputi
kebutuhan akan harga diri, status, prestise, respek, dan
penghargaan dari pihak lain,
e.Kebutuhan aktualisasi diri (self actuali=ation$, meliputi
kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self
fulfillment$ melalui memaksimumkan penggunaaan
kemampuan dan potensi diri.
A. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan
dalam kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon, ligamen, sistem saraf dan sendi.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup .
Latihan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara
kebugaran tubuh
Jenis latihan :
1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan daya tahan
kardiovaskular.
3) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka pendek.
Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat badan atau kemampuan
olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan
membantu mencegah penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe
2 dan obesitas.
HY (tindakan penanganan)
- Fisiotheraphy
- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan - miring kiri
I. Pengkajian
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan adalah sebagai berikut:
1. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi gangguan kebutuhan aktivitas
dan latihan.
2. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
3. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik kanan dan kiri untuk menilai
ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastic.
4. Kemampuan aktivitas
Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan
berpindah tanpa bantuan.
5. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
6. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system pernafasan,
antara lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang
produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan yang berhubungan dengan
perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan
posisi.
7. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.
8. Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan aktivitas dan iaktivitas,
antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan
lain-lain.
Asuhan Keperawatan adalah merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien / pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada
kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Jadi bila menilik hasil
dari pengertian di atas maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
arti makna pengertian dari asuhan keperawatan adalah merupakan seluruh rangkaian proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat
keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal
3. Rencana Keperawatan
Berikut beberapa hal yang terkait dengan pembuatan rencana keperawatan yaitu :
Yang dimaksud dengan pengertian dan definisi rencana keperawatan adalah semua tindakan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini
kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan.
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga
setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.
Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan
perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana Asuhan Keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam
laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang
4. Implementasi Keperawatan
Yang dimaksud dengan pengertian dan definisi implementasi keperawatan adalah :
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.