TUJUAN :
1. Mengetahui bahaya virus HIV
2. Mengetahui pengaruh AIDS dan tingkat virulensi
KAJIAN TEORI :
Umumnya, penyebaran virus HIV terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman dan
bergantian menggunakan jarum suntik saat memakai narkoba. Cara penyebaran lainnya
termasuk:
Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, pada saat proses melahirkan atau
menyusui.
Melalui seks oral.
Melalui penggunaan alat bantu seks yang dipakai bergantian.
Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi.
D. Siklus Hidup HIV
ANALISA :
A.Patofisiologi HIV
Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi virus ke dalam tubuh
yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah, ASI,
semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang
terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui perilaku berisiko yang
dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus
glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-virus. Virus
kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring
dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang
tinggi, menandakan tingkat virulensi yang tinggi.
Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia plasma dengan
penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah virus masuk melalui mukosa tubuh.
Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,
keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan
mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.
Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Penderita infeksi
HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase
ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan
CD4 secara konstan.
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi. CD4 dapat menurun
hingga lebih rendah dari 200/µl.
Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini bersifat berat,
meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Menurunnya CD4
mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan. Infeksi oportunistik berupa:
Tuberkulosis paru
Herpes rekuren
Limfadenopati
Candidiasis orofaring
Wasting syndrome
Stadium 1
Stadium 1 infeksi HIV berupa sindrom serokonversi akut yang disertai dengan limfadenopati
persisten generalisata (muncul nodul-nodul tanpa rasa sakit pada 2 atau lebih lokasi yang tidak
berdampingan dengan jarak lebih dari cm dan waktu lebih dari 3 bulan).
Pasien stadium ini dapat tetap asimtomatik hingga bertahun-tahun tergantung pada pengobatan.
Status performa 1: aktif penuh dan asimtomatik.
Stadium 2
Pada stadium 2, pasien dapat kehilangan berat badan kurang dari 10% massa tubuh. Risiko
penyakit infeksi antara lain:
Herpes zoster
Stadium 3
Stadium 3 HIV akan menyebabkan pasien kehilangan berat badan lebih dari 10% massa tubuh.
Pasien juga akan mengalami beberapa infeksi atau gejala berikut:
Tuberkulosis paru-paru
Status performa 3: berada di tempat tidur lebih dari 50% dalam satu bulan terakhir.
Stadium 4
Pasien HIV stadium 4 mengalami infeksi oportunistik yang juga dikenal sebagai AIDS defining
infections, antara lain:
Tuberkulosis ekstrapulmoner
Pneumoniac Pneumocystis jirovecii
Meningitis kriptokokal
Toksoplasmosis
Kriptosporidiosis
CMV
HIV wasting syndrome
Ensefalopati HIV
Sarkoma Kaposi
Limfoma
Pneumonia rekuren
B.Bahaya Virus HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah jenis virus yang menyerang dan menghancurkan
sel CD4 alias sel T.
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih yang menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubh
manusia. Fungsi utama dari sel CD4 adalah untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme berbahaya (bakteri, virus, parasit, jamur, dan lain sebagainya).
Seseorang dapat dikatakan terinfeksi HIV ketika jumlah virus sudah mencapai 100.000 kopi atau
lebih per 1 ml sampel darah.
Pada orang yang sehat, kisaran normal untuk jumlah sel CD4 adalah sekitar 500-1,500. Tanpa
pengobatan, infeksi HIV kronis seiring waktu dapat memunculkan komplikasi berupa penyakit
AIDS ketika jumlah cell T atau sel CD4 turun hingga di bawah 200.
AIDS adalah singkatan dari acquired immune deficiency syndrome. AIDS merupakan tahapan akhir
dari penyakit infeksi (HIV). Namun, tidak semua pengidap HIV akan menjadi HIV AIDS.
AIDS merupakan sindrom atau kumpulan dari gejala yang muncul akibat sistem kekebalan tubuh
yang sangat lemah. Infeksi yang seharusnya tidak parah pada orang nomal, dapat saja menjadi
mematikan pada penderita AIDS. Virulensi adalah kemampuan suatu pathogen atau mikroba
untuk menyebabkan kerusakan pada mikroba.
Jadi AIDS dapat menyebabkan tubuh pengidapnya mudah terserang penyakit karena imun tubuh
tidak dapat melawan virulensi dari suatu bakteri atau kuman. Jadi pengidap AIDS lebih mudah
terserang berbagai macam penyakit karena kekebalan tubuhnya yang menurun.
KESIMPULAN :
Dari Analisa diatas dapat disimpulkan bahwa virus HIV menyebabkan kekebalan tubuh menurun
sehingga menyebabkan pengidap virus ini mudah terserang berbagai macam penyakit. AIDS
menyebabkan menurunnya imun tubuh pengidapnya menurun yang menyebabkan virulensi suatu
bakteri semakin kuat.
DAFTAR PUSTAKA :
https://hellosehat.com/seks/hivaids/bahaya-komplikasi-hiv-aids/#gref
https://www.klikdokter.com/penyakit/aids
https://translate.google.com/translate?
u=https://en.wikipedia.org/wiki/Virulence&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search
https://www.alodokter.com/hiv-aids
https://sains.kompas.com/read/2019/12/01/183300123/hari-aids-sedunia-begini-4-tahap-hiv-
berkembang-jadi-aids?page=all
DOKUMEN :