Anda di halaman 1dari 8

]Praktik Profesi Keperawatan Maternitas

TUGAS MATERNITAS

PERUBAHAN HORMON REPRODUKSI SELAMA KEHAMILAN

Disusun oleh:

ANNISA AUL JANNAH S

(R014201006)

PRESEPTOR INSTITUSI

(Nurmaulid, S.Kep.,Ns,M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama kehamilan

berlangsung banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang wanita untuk itu diperlukan

waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-

perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan

kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Kekhawatiran dan ketakutan yang sering terjadi

pada ibu hamil dapat membawa ibu hamil menjadi tidak siap dalam menghadapi kehamilannya

sehingga memungkinkan untuk terjadinya kehamilan yang bermasalah yang ditandai dengan

munculnya tanda-tanda bahaya kehamilan yang dapat berakhir dengan kematian (Ismayana,

2017).

Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan yang

dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan

kehamilan, perubahan sistem kardiovaskuler, integument dan metabolism sebagai persiapan

menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi. Dalam

menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan-perubahan anatomi

pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai dengan

trimester III kehamilan.Perubahan-perubahan anatomi tersebut meliputi perubahan sistem

reproduksi, payudara, endokrin, kekebalan, perkemihan, pencernaan, muskuloskeletal,

kardiovaskuler, perubahan sistem integumen, perubahan sistem metabolisme, sistem

pernafasan, dan sistem persyarafan.

Memang adakalanya perubahan yang terjadi tidakbegitu nyaman dirasakan. Namun

demikian, selama sifatnya masih fisiologis atau memang normal terjadi dalam proses

kehamilan berlangsung ringan dan tak mengganggu aktivitas, dianggap normal. Sebaliknya

bila gejala-gejala tersebut mulai berlebihan dan menyebabkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari, seperti mengganggu aktivitas dan bahkan sampai dehidrasi tentu bukan hal yang

normal lagi (Siagan, 2019). Salah satu perubahan yang terjadi pada proses kehamilan adalah

perubahan hormon. Hormon adalah substansi yang dihasilkan oleh jaringan khusus dan
dilepaskan dari pembuluh darah menuju ke sel–sel tempat hormon tersebut dan dapat

memberikan efek yang khas. Fungsi fisiologis alat reproduksi perempuan mengikuti suatu

sistem ketergantungan yang majemuk antara susunan saraf pusat, kelenjar hipofisis, ovarium,

serta alat–alat reproduksi terkait seperti uterus dan adneksa. Di dalam sistem ini, peran utama

dipegang oleh poros yang dikenal sebagai poros hipotalamus, hipofisis, ovarium atau dikenal

juga sebagai sumbu HPO (hypothalamus pitutaria ovarium). Sekresi hormon pelepas diatur

oleh neurotransmiter dan neuropeptida. Selain itu, juga terdapat mekanisme umpan balik

menuju hipotalamus berupa umpan balik panjang dari hormon ovarium, umpan balik pendek

dari hormon hipofisis, serta umpan balik sangat pendek dari hormon hipofisis itu sendiri

(Karjatin, 2016).

Sintesa hormon steroid seks diproduksi terutama oleh gonad dan diatur oleh dua jenis

hormon gonadotrofik yang dihasilkan oleh adenohipofise. Folliclestimulating hormone (FSH)

dan luteinizing hormone (LH) dari hipofise membawa pengaruh baik pada ovarium maupun

testis. FSH terutama bertanggung jawab pada pengaturan perkembangan sel germinal pada

kedua jenis kelamin dan sintesis estrogen ovarium wanita. LH dan hCG merangsang sintesis

steroid seks androgenik baik pada testis maupun ovarium, dan produksi progesterone oleh

korpus luteum. LH, FSH, dan hCG tidak mempunyai aktifitas klinis penting diluar traktus

reproduksi. Sintesis dan fungsi hormon reproduksi berbeda, tetapi saling berhubungan dan

mempengaruhi. Berikut akan dibahas sintesis dan fungsi dari masing-masing hormon

reproduksi ini (Anwar, 2005)(Sukarni K & Wahyu, 2013) :

1. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)

GnRH ini diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi untuk

menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon

gonadotropin (FSH/LH). Hipothamalus mengeluarkan GnRH dengan proses sekresinya

setiap 90-120 menit melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di


hipofise anterior, GnRH akan mengikat sel gonadotrop dan merangsang pengeluaran

FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing Hormone).

Waktu paruh LH kurang lebih 30 menit sedangkan FSH sekitar 3 jam. FSH dan LH

berikatan dengan reseptor yang terdapat pada ovarium dan testis, serta mempengaruhi

fungsi gonad dengan berperan dalam produksi hormon seks steroid dan gametogenesis

.Pada wanita selama masa ovulasi GnRH akan merangsang LH untuk menstimulus

produksi estrogen dan progesteron. Peranan LH pada siklus pertengahan (midcycle)

adalah ovulasi dan merangsang korpus luteum untuk menghasilkan progesteron. FSH

berperan akan merangsang perbesaran folikel ovarium dan bersama-sama LH akan

merangsang sekresi estrogen dan ovarium .

2. FSH (Follicle Stimulating Hormone)

FSH ini diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH.

Berfungsi untuk memicu pertumbuhan dan pematangan folikerl dan sel-sel granulosa di

ovarium wanitas (pada pria berfungsi untuk memicu pematangan sperma di testise)

3. LH (Luteinizing Hormone)/ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)

LH/ICSH ini diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH

berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga

mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase lueal

siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovula[si

dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodic/pulsasif, kadarnya dalam

darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam).

Kerjanya sangat cepat dan singkat. (pada pria LH berfungsi untuk memicu sintesis

testosteron di sel-sel leydig testis).


4. Estrogen

Esterogen (alami diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium

secara primer, dan dalam jumlah yang lebih sedikit, juga diproduksi di kelenjar adrenal

melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis. Selama

kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi sebagai stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan (poliferasi) pada bagian organ reproduksi wanita.

Pada uterus: menyebabkan poliferasi endometrium

Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviiks dan pengentalan lendir serviks

Pada vagina: menyebabkan poliferasi epitel vagina

Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara, juga mengatur distribusi lemak

tubuh

Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu

pertumbuhan/regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause.

Estrogen terdiri dari tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu estron, estradiol, dan

estriol. Pada wanita normal, estrogen banyak diproduksi oleh folikel selama proses

ovulasi dan korpus luteum selama keharmilan. Pada saat keluar dari sirkulasi, hormon

steroid berikatan dengan protein plasma. Estradiol berikatan dengan transpor globulin

yang dikenal dengan seks hormone binding globulin (SHBG) dan berikatan lemah

dengan albumin, sedangkan estrone berikatan kuat dengan albumin. Sirkulasi estradiol

secara cepat diubah menjadi estron di hepar dengan bantuan hidroksisteroid

dehidrogenase. Sebagian estrone masuk kernball ke sirkulasi, dan sebagian lagi

dimetabolisme menjadi hidroksiestrone yang dikonversi menjadi estriol .

5. Progesteron

Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian

diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.


Progesteron menyebabkan terjadinya perubahan sekrotik (fase sekresi) pada

endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan

yang optimal jika terjadi implantasi

Progesteron bersama-sama dengan estrogen memegang peranan penting di dalam

regulasi seks hormon wanita. Pada wanita, pregnenolon diubah menjadi progesteron atau

hidroksipregnenolone dan perubahan ini tergantung dari fase ovulasi dimana progesteron

disekresi oleh korpus luteum dalam jumlah yang besar. Progesteron juga merupakan

prekursor untuk testoteron dan estrogen, pada saat terjadi metabolisme

hidroksiprogesteron menjadi dehidroepiandrosteron yang dikonversi menjadi

androstenedion dengan bantuan enzim hidroksilase pregnenolon.

Progesteron berperan di dalam organ reproduksi termasuk kelenjar mamae dan

endometrium serta peningkatkan suhu tubuh manusia. Organ target progesteron yang lain

adalah uterus, dimana progesteron membantu implantasi ovum. Selama kehamilan

progesteron mempertahankan plasenta, menghambat kontraktilitas uterus dan

mempersiapkan mamae untuk proses laktasi

6. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)

HCG mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas

(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai

sekitar 100.00 Mu/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 100mU,/ml),

kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (10.000 mu/ml).

HCG berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan

hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga

memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan senaai

tanda kemungkinan adanya tanda kehamilan (tas galli mainni, tes pack, dsb).
7. LTH (Lactotropic Hormone)/Prolactine

LTH diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktivitas memicu meningkatkan

produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium prolaktin ikut

mempengaruhi pematangaan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada

kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL/Human Placenta Lactogen).

Fungsi laktogen/laktropok prolaktin tampak terutama pada masa laktasi/pascapersalinan.

Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika

kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan folikel

gangguan ovulasi. Dan gangguan haid berupa aenorrhea.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2005). Sintesis, Fungsi dan Intrerpretasi Pemeriksaan Hormon Reproduksi.

Pertemuan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, 1–31.

Ismayana. (2017). PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS

SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI

PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017. KTI Kebidanan, 1–69.

Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

233.

Siagan, D. S. (2019). Perubahan Adaptasi Fisiologis Dalam Kehamilan. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Sukarni K, I., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Anda mungkin juga menyukai