Anda di halaman 1dari 11

17

ISSN: 2548-1843
EISSN: 2621-8704

KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU


DENGAN STIGMA DIRI

Yunita Sari1)
1
) Dosen Akademi Keperawatan Yatna Yuana Lebak, Banten, 42315, Indonesia

Email: sarie.yunitaa14@gmail.com

ABSTRAK

Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit kronik yang dapat memunculkan stigma diri
penderitanya dan sekaligus mempengaruhi kualitas hidupnya. Sejumlah penelitian
melaporkan bahwa hidup dengan TB memberikan pengaruh negatif terhadap kualitas
hidup penderitanya meskipun dengan atau tanpa adanya stigma diri. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien TB yang mengalami stigma diri.
Design penelitian ini deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang pasien TB.
Peneliti melakukan skrining terlebih dahulu pada pasien TB yang mengalami stigma diri.
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 25 orang (80,64%) responden mengalami stigma
diri ringan. Sebanyak 9 responden (36%) memiliki skor kualitas hidup dalam kategori
baik dan sebanyak 16 responden (64%) memiliki skor kualitas hidup dalam kategori
kurang baik dengan rata-rata skor kualitas hidupnya adalah 56,57. Sedangkan responden
yang memiliki stigma diri sedang sebanyak 6 orang (19,36%) dengan skor kualitas hidup
baik sebanyak 1 orang (16,67%) dan skor kualitas hidup kurang baik 5 orang (83,33%)
dengan skor rata-rata kualitas hidup adalah 49,92.

Kata kunci: kualitas hidup, stigma diri, tuberkulosis paru

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis (TB) is a chronic disease that can bring about the sufferer's self-
stigma and also affect his quality of life. A number of studies report that living with TB
has a negative influence on the quality of life of sufferers even with or without self-
stigma. The purpose of this study was to identify the quality of life of TB patients who
experienced self-stigma. This research is a descriptive study, sample were 31 pulmonary
TB patients. Data was collected using a questionnaire. The researcher first screened TB
patients who experienced self-stigma. The results showed that 25 people (80.64%)
respondents experienced mild self-stigma. A total of 9 respondents (36%) had a quality of
life score in the good category and as many as 16 respondents (64%) had enough
category with an average quality of life score is 56.57. While respondents who had
moderate self-stigma were 6 people (19.36%) with a good quality of life score was 1
person (16.67%) and enough category quality of life score were 5 people (83.33%) with
an average quality of life score is 49.92.

Keywords: pulmonary tuberculosis, quality of life, self stigma

17
JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
18

PENDAHULUAN keringat di malam hari, dan


Tuberkulosis paru atau yang dikenal penurunan berat badan yang dapat
dengan TB adalah salah satu dari 10 berlangsung selama beberapa bulan
penyebab utama kematian dari agen (WHO, 2018). Hal ini akan
infeksi tunggal di seluruh dunia. menurunkan kondisi fisik pasien TB.
Pada tahun 2017, TB menyebabkan
TB merupakan salah satu infeksi
sekitar 1,3 juta kematian. Secara
penyakit kronik yang dapat
global, sebanyak 10 juta orang
memunculkan stigma bagi
menderita penyakit TB di tahun
penderitanya dan lingkungan
2017. Kasus TB menyerang semua
sosialnya. Stigma ini akan menjadi
kelompok usia dan jenis kelamin.
penghalang untuk akses perawatan
Namun sebagian besar (90%) adalah
kesehatan dan kualitas hidup pasien
orang dewasa yang berusia ≥15
TB (Moya & Lusk, 2013). Hasil
tahun. Sebanyak 5,8 juta adalah pria,
penelitian Sari (2018), didapatkan
sedangkan 3,2 juta wanita, dan 1 juta
data sebagian besar klien TB yang
penderitanya adalah anak-anak
menjalani pengobatan di puskesmas
(WHO, 2018).
Malingping mengalami stigma diri
Di Indonesia, TB berkontribusi ringan (83,87%) berupa perasaan
terhadap peningkatan angka malu dan takut terhadap penyakit
kematian. Tahun 2016, penyakit TB yang dimiliki, perasaan putus asa,
di Indonesia menduduki peringkat adanya perasaan dijauhi, cenderung
ke-4 penyebab kematian. Sedangkan membatasi diri saat berinteraksi
untuk jumlah kasus dan beban dengan orang lain, kurang dapat
penyakit akibat TB, Indonesia memecahkan permasalahan dan
menduduki peringkat ke-2 di dunia mengambil keputusan sehingga
(WHO, 2016). Ditahun 2017, jumlah membutuhkan orang lain, dan merasa
kasus TB sebanyak 804 ribu dengan minder/rendah diri.
angka kematian sebanyak 107 ribu
Hal ini tentu saja akan
(WHO, 2018).
mempengaruhi kualitas hidup pasien
Penyakit TB aktif ditandai dengan TB tersebut, yaitu pada aspek
adanya batuk berdahak, demam, kesehatan fisik, psikologis, dan

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


19

hubungan sosial. Belum lagi kemungkinan efek samping


ditambah dengan tanda dan gejala pengobatan, perubahan fungsi
yang dialami oleh klien TB yaitu dukungan sosial dan perilaku
batuk berdahak lebih dari 3 minggu, kesehatan (Marra CA, Marra F, Cox
rasa lelah yang berlebihan, nafsu VC, Palepu A, Fitzgerald JM, 2004).
makan menurun, serta keringat di Sehingga perlu adanya suatu upaya
malam hari. untuk dapat mengidentifikasi kualitas
hidup pasien TB yang mengalami
Kualitas hidup merupakan persepsi
stigma diri sehingga mendapatkan
atau pandangan subjektif dari
intervensi yang sesuai. Penelitian ini
seseorang terhadap kesehatannya dan
bertujuan untuk mengetahui
tingkat kesejahteraannya
gambaran kualitas hidup pasien TB
(Starkweather, 2010). Kualitas hidup
yang mengalami stigma diri sehingga
klien TB dapat dipengaruhi oleh
dapat digunakan sebagai salah satu
kondisi sakitnya maupun oleh adanya
acuan dalam menyusun suatu
stigma yang diterimanya (Lysaker,
intervensi yang sesuai.
Roe, & Yanos, 2007).
WHO menyebutkan bahwa kualitas
METODE
hidup merupakan indikator penting
Penelitian ini merupakan penelitian
untuk menilai keberhasilan dari
deskriptif kuantitatif dengan desain
pelayanan kesehatan, baik dari segi
cross sectional. Populasi pada
pencegahan maupun pengobatan
penelitian ini adalah pasien TB yang
yang tidak hanya menyangkut
menjalani pengobatan di puskesmas
domain fisik tetapi juga peran sosial,
Rangkasbitung dari bulan April –
emosional, fungsi intelektual, dan
Mei 2016 yaitu sebanyak 31 orang
kognitif, serta perasaan sehat dan
pasien TB. Pengambilan sampel
kepuasan hidup (WHO, 2004).
ditetapkan berdasarkan purposive
sampling, yaitu sesuai dengan tujuan
Hasil focus group interview dengan
penelitian. Pasien TB dilakukan
39 pasien TB aktif di Kanada
skrining stigma diri terlebih dahulu
didapatkan bahwa TB dapat
dengan menggunakan instrumen
mempengaruhi kualitas hidup dalam
stigma diri dari Ritsher (2003).
4 aspek, yaitu status emosional,

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


20

Pasien yang menunjukkan skor a. Laki-laki 21 67.7%


b. Perempuan 10 32.3%
stigma diri 0 – 4 diberikan informed
2 Usia
consent untuk mengisi kuesioner a. < 32 tahun 16 51.6%
kualitas hidup dari WHO (2004). b. >32 tahun 15 48.4%
3 Status
Instrumen telah dilakukan uji pernikahan:
validitas dan reliabilitas dan a. Menikah 22 70.97%
b. Janda/duda 2 6.45%
didapatkan nilai 0,901. Analisis data c. Tidak 7 22.58%
yang digunakan adalah analisis menikah
4 Lama
univariat yang digunakan untuk Pengobatan
menjabarkan secara deskriptif a. < 3 bulan 15 48.39%
b. > 3 bulan 16 51.61%
distribusi frekuensi variabel-variabel Sumber: Data Primer, 2016
yang diteliti.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa

HASIL sebagian besar responden berjenis

Penelitian yang dilakukan diawali kelamin laki-laki. Untuk status

dengan mengumpulkan data pernikahan, sebagian besar

karakteristik pasien TB yang responden sudah menikah. Sebanyak

didapatkan dari data rekam medis 51,61% responden sedang menjalani

pasien. Populasi terjangkau pada pengobatan TB fase lanjutan (> 3

penelitian ini adalah 50 pasien TB. bulan).

Sampel yang memenuhi kriteria


inklusi sebanyak 31 pasien. Berdasarkan data hasil penelitian,

Sebanyak 9 pasien menolak, 6 pasien didapatkan bahwa sebanyak 25

tidak memenuhi kriteria inklusi, dan responden (80,64%) mengalami

4 orang pasien adalah lanjut usia. stigma diri ringan dan sebanyak 6

Data karakteristik responden responden (19,36%) mengalami

ditampilkan dalam tabel berikut. stigma diri sedang. Responden

Tabel 1 dengan stigma diri ringan memiliki


Distribusi Karakteristik Klien TB Paru
rata-rata kualitas hidup dalam
Berdasarkan Jenis Kelamin, dan Status
Pernikahan Di Puskesmas Rangkasbitung kategori kurang baik. Hal tersebut
(n= 31)
No Karakteristik Frekuensi dapat dilihat dari skor total rata-rata
n % yang dihasilkan yaitu 56,57.
1 Jenis kelamin:
Demikian pula dengan pasien TB

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


21

yang mengalami stigma diri sedang,


rata-rata kualitas hidupnya dalam
kategori kurang baik dengan skor
49,92. Data ditampilkan dalam
gambar 1.

Gambar 2. Persentase kualitas hidup


pasien TB dengan stigma diri ringan

Gambar 1. Skor rata-rata kualitas


hidup pasien TB dengan stigma diri
Gambar 3. Persentase kualitas hidup
Sebanyak 9 responden (36%) yang pasien TB dengan stigma diri sedang
mengalami stigma diri ringan
memiliki skor kualitas hidup dalam Rata-rata skor kualitas hidup

kategori baik dan sebanyak 16 responden pada masing-masing

responden (64%) memiliki skor domain digambarkan pada gambar 4

kualitas hidup dalam kategori kurang dan 5.

baik. Sedangkan responden yang


memiliki stigma diri sedang
sebanyak 1 orang (16,67%) dengan
skor kualitas hidup baik dan skor
kualitas hidup kurang baik sebanyak
5 orang (83,33%). Data ditampilkan
pada gambar 2 dan 3.
Gambar 4. Skor rata-rata kualitas
hidup pasien TB dengan stigma diri
ringan
Hasil analisis didapatkan bahwa dua
domain kualitas hidup pada

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


22

responden dengan stigma diri ringan Pasien TB yang memiliki skor


dalam kategori kurang baik, yaitu stigma diri ringan sebanyak 25 orang
domain pertama (kesehatan fisik) (80,64%). Terdapat 9 orang
skor rata-rata 46,08; domain kedua responden (36%) yang memiliki nilai
(kesehatan psikis) 58,4; sedangkan total skor kualitas hidup diatas 60
domain ketiga (hubungan sosial) dan dan dikategorikan memiliki kualitas
domain keempat (lingkungan) dalam hidup baik, sedangkan 16 orang
kategori baik, yaitu 61,44 dan 60,36. (64%) memiliki skor kualitas hidup
dibawah 60 dan dikategorikan
Hasil penelitian didapatkan bahwa memiliki kualitas hidup kurang baik.
responden yang mengalami stigma Sejalan dengan penelitian Watson
diri sedang memiliki skor rata-rata (2007) yang menyatakan bahwa
kualitas hidup kurang baik pada ke-4 stigma yang dialami oleh pasien TB
domainnya. Domain kesehatan fisik akan menurunkan harga diri dan
32,83; kesehatan psikologis 58,3; efikasi diri bagi penderita TB.
hubungan sosial 51,16; dan
lingkungan 57,33. Data tersaji dalam Begitupula dengan penelitian Unalan
gambar 5. (2008) yang menyebutkan bahwa
penyakit TB memberikan dampak
pada rendahnya kualitas hidup
seseorang, sebab penyakit TB
mempengaruhi semua bagian dalam
kualitas hidup, yang meliputi:
persepsi kesehatan umum, kondisi
fisik, kesehatan psikologis,

Gambar 5. Skor rata-rata kualitas kedamaian mental, dan fungsi fisik


hidup pasien TB dengan stigma diri mental serta peran sosial. Hal ini
sedang
menegaskan bahwa adanya stigma
yang dialami oleh pasien TB akan
menimbulkan pengaruh negatif bagi

PEMBAHASAN kualitas hidup pasien TB, sehingga


akan dapat memperburuk dan

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


23

menurunkan kualitas hidup pasien atau dapat dikatakan bahwa


tersebut. responden pada penelitian ini sedang
menjalani pengobatan dalam kurun
Dua domain kualitas hidup pada waktu yang belum cukup untuk dapat
responden yang memiliki stigma diri memperbaiki kondisi tubuh akibat
ringan dalam kategori kurang baik, penyakit TB sehingga mempengaruhi
yaitu domain pertama (kesehatan status kesehatan fisiknya. Sesuai
fisik) skor rata-rata 46,08; domain dengan penelitian Atif, et.al (2014)
kedua (kesehatan psikis) 58,4; yang menyatakan bahwa pengobatan
sedangkan domain ketiga (hubungan TB akan mampu meningkatkan
sosial) dan domain keempat kualitas hidup klien TB. Seperti
(lingkungan) dalam kategori baik, halnya dengan penelitian Unalan et
yaitu 61,44 dan 60,36. Sedangkan al (2008) yang menyatakan bahwa
untuk responden yang mengalami semakin lama pengobatan maka
stigma diri sedang memiliki skor terjadi penurunan dampak negatif
rata-rata kualitas hidup kurang baik yang ditimbulkan sehingga
pada ke-4 domainnya. Domain mempengaruhi kualitas hidup.
kesehatan fisik 32,83; kesehatan
psikologis 58,3; hubungan sosial Domain kesehatan psikologis pada
51,16; dan lingkungan 57,33. responden dengan stigma diri ringan
maupun sedang dalam kategori
Domain kesehatan fisik dalam kurang baik. Hal ini dapat
kategori kurang baik, hal ini disebabkan karena responden masih
disebabkan karena sebanyak 14 beradaptasi terhadap kondisi
responden (56%) yang memiliki sakitnya. Masih muncul perasaan
stigma diri ringan, baru didiagnosa kaget dan stres darimana penyakit
menderita TB dan sedang menjalani TB berasal. Senada dengan hasil
pengobatan pada fase intensif (< 3 penelitian Babikako et.al (2010)
bulan). Pasien TB aktif yang baru yang menyatakan bahwa klien TB
didiagnosis akan mengalami tanda yang baru menjalani terapi memiliki
dan gejala yang akut yang akan skala persepsi kesehatan, distres, dan
berpengaruh pada kesehatan fisiknya kesehatan mental yang lebih rendah

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


24

jika dibandingkan dengan klien TB memegang peranan penting dalam


yang menjalani pengobatan 6 bulan. kehidupan penderita tuberkulosis
Berbeda dengan penelitian Alfian, berjuang untuk sembuh, berpikir ke
Susanto, dan Khadizah (2017) yang depan, dan menjadikan hidupnya
menunjukkan bahwa skor kualitas lebih bermakna.
hidup pada dimensi psikologis dalam
kategori baik (> 60), dikarenakan Domain kesehatan psikologis,
mayoritas responden pada penelitian hubungan sosial dan lingkungan pada
tidak merasa terbebani dan selalu responden dengan stigma diri sedang
merasa ikhlas serta sabar terhadap tidak menunjukkan perbedaan skor
penyakit yang dideritanya, sehingga kualitas hidup yang mencolok.
responden tidak pernah merasa Ketiga domain menunjukkan bahwa
murung ataupun sedih dan selalu kualitas hidup pasien TB yang
merasa tenang dan damai walaupun tergolong rendah. Hal ini dapat
terkadang gelisah karena kesulitan disebabkan karena kondisi fisik
tidur di malam hari. pasien TB yang masih menurun.

Kualitas hidup pada domain Berdasarkan hasil observasi peneliti,


hubungan sosial dan lingkungan pada responden terutama yang sedang
responden dengan stigma diri ringan menjalani pengobatan fase intensif (<
tergolong baik. Hal ini dapat 3 bulan) mengeluhkan adanya
disebabkan karena sebagian besar perubahan fisik yang dialami
responden (72%) telah menikah meliputi: perasaan cepat lelah, sesak
sehingga mendapatkan dukungan nafas, badan terasa pegal-pegal, kaki
dari keluarga terdekat yaitu istri, lemes, batuk-batuk terus, tidak bisa
untuk tetap berperan dan berinteraksi tidur, tidak nafsu makan, hingga
dengan lingkungan sosialnya, penurunan BB yang mencapai 8 kg
sehingga dapat sedikit melupakan dalam sebulan. Hal tersebut menurut
penyakitnya. Melisa (2012) pasien TB sangat mengganggu dalam
menyatakan bahwa dukungan sosial melakukan aktivitas fisik, pekerjaan,
yang utama berasal dari dukungan dan hubungannya dengan teman atau
keluarga, karena dukungan keluarga anggota keluarga yang lain. Kondisi

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


25

seperti ini akan mengakibatkan psikologis yang dialami seseorang


pasien TB enggan untuk berinteraksi saat menderita TB adalah adanya
dengan lingkungan sosialnya. Selain stigma yang dirasakan. Stigma ini
itu pasien TB juga merasakan akan mengakibatkan suatu perasaan
kekhawatiran akan penyakitnya, marah, stres, ketakutan, malu, serta
apakah dapat disembuhkan atau perasaan tidak berguna (Moya &
tidak, sehingga hal ini akan Lusk, 2013). Seperti halnya dengan
berdampak pada psikologis pasien responden penelitian yang
tersebut. mengungkapkan bahwa penurunan
kondisi fisik yang dialami misalnya
Hasil tersebut sesuai dengan studi batuk yang terus menerus akan
kuantitatif yang dilakukan menyebabkan responden merasa
Mohammed, et.al (2015), yang malu sehingga mereka membatasi
menunjukkan bahwa sebanyak 50% diri untuk berinteraksi dengan
(n=425) klien TB paru mengatakan lingkungan sosialnya. Sehingga hal
bahwa penyakitnya mempengaruhi ini akan menurunkan level kualitas
pergerakan/mobilitasnya terutama hidup pada domain hubungan sosial
untuk jarak yang jauh, 50% klien TB dan lingkungannya.
paru mengalami depresi yang
mempengaruhi pekerjaannya, 42% KESIMPULAN
menyatakan bahwa aktivitasnya Berdasarkan hasil penelitian, dapat
terganggu, 2 per 3 klien TB disimpulkan bahwa pasien TB yang
mengatakan bahwa aktivitas dan mengalami stigma diri, baik ringan
pekerjaannya terganggu akibat TB maupun sedang memiliki skor rata-
paru. Sehingga hal tersebut akan rata kualitas hidup yang kurang baik.
mempengaruhi kualitas hidup pada Namun terdapat beberapa perbedaan
domain yang lain. skor kualitas hidup pada domain
hubungan sosial dan lingkungan.
Moya dan Lusk (2013) menyatakan Pada pasien TB yang mengalami
bahwa penyakit TB bukan hanya stigma diri ringan memiliki skor rata-
merupakan penyakit fisik namun rata kualitas hidup baik pada kedua
juga psikologis. Salah satu dampak domain tersebut, sedangkan pada

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


26

pasien TB yang mengalami stigma paru dewasa di RS Persahabatan.


Jurnal Respirasi Indonesia vol.
diri sedang skor rata-rata kualitas
28, no 1. Jakarta: Fakultas
hidup pada ke-4 domain dalam Kedokteran Universitas
Indonesia
kategori kurang baik.
Lysaker, P. H., Roe, D., Yanos, P. T.
(2007). Toward understanding
DAFTAR PUSTAKA
the insight paradox: Internalized
stigma moderates the association
between insight and social
Alfian, R., Susanto, Y., Khadizah, S.
functioning, hope, and self-
(2017). Kualitas Hidup Pasien
esteem among people with
Hipertensi dengan Penyakit
schizophrenia spectrum
Penyerta di Poli Jantung RSUD
disorders. Schizophrenia
Ratu Zalecha Martapura. Jurnal
Bulletin, 33, 192-199.
Pharmascience, Vol 04 No 01,
39-47.
Marra CA, Marra F, Cox VC, Palepu
A, Fitzgerald JM. (2004).
Atif, M., Sulaiman, S.A., Shafie, A.A
Factors influencing quality of
et.al. (2014). Impact of
life in patients with active
tuberculosis treatment on health-
tuberculosis. Health Qual Life
related quality of life of
Outcomes, 2:58.
pulmonary tuberculosis patients:
a follow-up study. BioMed
Mohammed, S., Nagla, S., Morten,
Central. 12: 19, 1-24.
S., Asma, E., Arja, A. (2015).
doi:10.1186/1477-7525-12-19
Illness perceptions and quality of
diakses dari
life among tuberculosis patients
http://www.hqlo.com/content/12
in Gezira, Sudan. African Health
/1/19 tgl 2 April 2019 jam 20.00
Sciences. 15, 385-393. DOI:
http://dx.doi.org/10.4314/ahs.v1
Babikako, H.M., Neuhauser, D.,
5i2.11
Katamba, A., Mupere, E. (2010).
Feasibility, reliability and
Moya, E.M., Lusk, M. (2013).
validity of health-related quality
Tuberculosis stigma and
of life questionnaire among adult
perceptions in the US-Mexico
pulmonary tuberculosis patients
border. Salud pública de méxico.
in urban Uganda: cross-sectional
55: 5498-5507
stu and Quality of Life
Outcomes, 8:93, 1-8. Diakses
Sari, Yunita. (2018). Gambaran
dari
Stigma Diri Klien Tuberkulosis
http://www.hqlo.com/content/8/
Paru (Tb Paru) Yang Menjalani
1/93 tanggal 2 April 2019 pukul
Pengobatan Di Puskesmas
20.00
Malingping. Media Ilmu
Kesehatan Vol 7 No 1, 43-50.
Ginting, T. Tuahta, dkk. (2008).
Faktor-faktor yang berpengaruh
Unalan, D., Soyueri, F., Ceyhan, O.,
terhadap timbulnya gangguan
Basturk, M., Ozturk, A. (2008).
jiwa pada penderita tuberkulosis

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


27

Is the quality of life differentVin ublications/global_report/tb18_E


patients with active and inactive xecSum_web_4Oct18.pdf?ua=1
tuberculosis? Indian Journal of
Tuberculosis 2008;55(3):127-37 World Health Organization. (2016).
WHO GLOBAL REPORTS
Watson, A. C, Corrigan, P., Larson, 2016. Diakses dari
J. E., & Sells, M. (2007). Self- http://apps.who.int/medicinedocs
Stigma in people with mental /en/d/Js23098en/
illness. Schizophrenia Bulletin,
33(6), 1312-1318.doi:
10.1093/schbul/sbl076

World Health Organization. (2004).


The World Health Organization
Quality of Life (WHOQOL)-
BREF. Translation of this
document was performed on
behalf of the World Health
Organization by Dr Ratna
Mardiati, Satya Joewana, Dr
Hartati Kurniadi, Isfandari, Riza
Sarasvita

WHO. (2018). Global Tuberculosis


Report.https://www.who.int/tb/p

JKH/ Volume 3/ Nomor 2/Juli 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)

Anda mungkin juga menyukai