Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DALAM BENCANA

Tugas ini di Susun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Dosen Pembimbing : Ibu. Siti Nurhasanah, S.Kep, Ns, M.MB

Di Susun Oleh :

Nama : RIZKY GUSTI SALEH

NIM : A2R17029

PRODI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT 3-A

STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2019/2020


Pengertian KLB

Kejadian Luar Biasa (KLB) mempunyai banyak kesamaan kata, diantaranya outbreak
dan epidemic (Wabah). Ketiganya mempunyai pengartian yang hampir sama. Disini
dijelaskan mengenai pengertian Kejadian Luar biasa (KLB), Outbreak, dan Epidemic
(wabah) dari berbagai sumber yang saya peroleh.

 Dalam PP No 41 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular,


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah.
 Dalam UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Wabah penyakit
menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
 Menurut Last (1988),Epidemi adalah kejadian dalam sebuah komunitas atau wilayah
kasus penyakit, kesehatan spesifik yang berhubungan dengan perilaku, atau kesehatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan yang jelas melebihi harapan normal.
Masyarakat atau wilayah dan periode dalam kasus yang terjadi, telah ditentukan
dengan tepat. Jumlah kasus yang menunjukkan adanya epidemi bervariasi sesuai
dengan ukuran, agen dan jenis populasi terpapar, pengalaman sebelumnya atau
kurangnya paparan penyakit, dan waktu dan tempat kejadian; epidemi yang demikian
relatif terhadap frekuensi yang biasa dari penyakit di daerah yang sama, di antara
populasi tertentu, pada musim yang sama pada tahun tertentu

Bentuk Dari Metode Surveylans :

a) Penguasaan dasar penyusunan sistem surveilans pasca bencana sampai menghasilkan


daftar penyakit untuk surveilans

1. Memahami kondisi yang mendasari kepentingan surveilans penyakit sesudah


kejadian bencana;

1
2. Memahami bahwa pada saat bencana dapat terjadi penularan penyakit;
3. Menguraikan jenis-jenis penyakit yang dapat meningkat kejadiannya, dan
sebabnya, dalam kondisi sesudah bencana;
4. Membuat daftar penyakit untuk surveilans pascabencana atas dasar kelompok
penyebabnya;

b) Menyiapkan keperluan, kelengkapan, penyelenggaraan surveilans pasca bencana


sampai mengakhirinya

1. Membuat daftar keperluan bagi pelaksanaan surveilans pascabencana;


2. Menentukan bila surveilans pascabencana sebaiknya diakhiri;

c) Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam masa pasca bencana dan analisis yang tepat
bagi data surveilans

1. Mengetahui jenis masalah kesehatan dan jenis kesulitan penyelenggaraan


surveilans pascabencana menurut jenis-jenis bahaya yang menimbulkan
bencana;
2. Menentukan cara analisis yang tepat terhadap data yang diperoleh dalam
surveilans pascabencana;

d) Simpulan, rekomendasi dan POA


Memberikan rekomendasi sesuai dengan ancaman bahaya utama  di wilayah kerjanya.

Penyakit Akibat Bencana Alam

1. Survailans Penyakit Akibat Bencana:


Surveilans penyakit memiliki tujuan menyediakan informasi kebutuhan pelayanan
kesehatan di lokasi bencana dan tempat pengungsian, dan secara khusus menyediakan
informasi mengenai kesakitan dan kematian dari penyakit potensialwabah (Depkes
R1, 2007).
Untuk menunjang ketersediaan informasi kebutuhan pelayanan kesehatan di lokasi
bencana dan tempat pengungsian ada beberapa hal yang diidentifikasi adalah sebagai
berikut;

2
a) Mengidentifikasi sedini mungkin kemungkinan terjadinya peningkatan penyakit
potensial KLB/wabah
b) Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi
c) Mengidentifikasi daerah risiko tinggi
d) Mengidentifikasi status gizi di daerah bencana
e) Mengidentifikasi status sanitasi lingkungan

Surveilans yang dilakukan terhadap beberapa penyakit menular danbila


menemukan kasus penyakit menular, semuapihak termasuk LSM kemanusiaan di
pengungsian,harus melaporkan kepada Puskesmas dibawah koordinasi Dinas
Kesehatan Kabupaten sebagai penanggung jawab pemantauan dan pengendalian

Langkah-langkah surveilans penyakit di daerah bencana meliputi:

a) Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.


Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan
sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan,
laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan
pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati.
Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan. Tujuan pengumpulan dataadalah menentukan kelompok high
risk; Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan
reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; danKLB.
b) Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row
data) yangmasih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis.
Data yangterkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik
maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus
dapat memberikan keterangan yang berarti.
c) Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan
dilakukaninterpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan
tentang situasi yangada dalam masyarakat.
d) Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik

3
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan
yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan,
selanjutnya dapatdisebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan,
agar informasi ini dapatdimanfaatkan sebagai mana mestinya.
e) Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat
digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program
pelaksanaannya, untuk kegiatantindak lanjut (follow up), untuk melakukan
koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta
untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

2. Penyakit yang Muncul Akibat Bencana Banjir:


a) Penyakit Kulit
Di antara semua penyakit yang mengintai para korban banjir, penyakit kulit ini
merupakan penyakit yang paling umum terjadi. Penyebabnya adalah bakteri jenis
E. Coli yang dibawa oleh air banjir. Gejala yang timbul biasanya berupa bercak-
bercak merah pada kulit yang terasa sangat gatal. Jika tidak segera ditangani,
bercak merah tersebut bisa melebar ke bagian kulit lainnya.
b) Diare
Lingkungan yang tidak langsung dibersihkan pasca banjir, dan kontaminasi
bakteri yang terbawa oleh banjir pada makanan, dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya diare. Gejala diare pun bisa bervariasi, mulai dari sakit perut
singkat dengan Buang Air Besar (BAB) tidak terlalu encer, hingga kram perut
hebat yang disertai intensitas BAB yang cukup tinggi dengan disertai keluarnya
lendir dan darah.
Penyakit ini tidak boleh dianggap remeh. Sebab, data World Health
Organization (WHO) menyebutkan bahwa setiap tahunnya ada hampir 2 juta
anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia, meninggal akibat diare, dan 8,5
persen dari angka tersebut adalah anak-anak dari negara-negara Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.
c) Kolera
Disebabkan oleh minuman dan makanan yang terkontaminasi dengan
bakteri Vibrio Cholerae, penyakit kolera ini memiliki gejala yang hampir mirip

4
dengan diare, yaitu tingginya intensitas BAB. Bedanya, pada kolera disertai
muntah-muntah.
d) Leptospirosis
Leptospirosis merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira,
yang biasa ditularkan melalui hewan. Bakteri tersebut biasanya memasuki tubuh
lewat kulit, melalui luka terbuka dan memar, atau melalui mata yang bersentuhan
dengan air kotor yang mengandung bakteri leptospira.
Gejala penyakit ini adalah sakit kepala, nyeri otot, demam, dan pendarahan di
paru-paru. Jika tidak segera ditangani, leptospirosis dapat menyebabkan
meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang), kerusakan ginjal,
gangguan pernapasan, hingga kematian.
e) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penyakit lain yang juga mengintai usai banjir adalah Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA), yaitu infeksi yang menyerang saluran pernapasan
seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Gejala umumnya mirip seperti flu
umum, yaitu batuk dan demam yang disertai sesak napas. Penularan ISPA
terbilang cukup mudah, karena dapat ditularkan melalui air liur, darah, dan udara.
f) Malaria
Air yang menggenang saat banjir dapat menjadi tempat berkembang biak
nyamuk. Saat itulah nyamuk penyebab malaria pun mendapat celah. Malaria
disebabkan oleh parasit jenis plasmodium. Parasit itu masuk ke dalam aliran
darah manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Gejala penyakit ini adalah demam tinggi yang disertai rasa lemas. Jika tidak
segera mendapat penanganan, malaria dapat berakibat fatal, karena parasit yang
masuk ke dalam tubuh penderita akan mengganggu pasokan darah ke organ vital.
g) Demam Berdarah (DB)
Sama seperti malaria, penyakit ini juga disebabkan oleh virus yang dibawa
oleh gigitan nyamuk, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Demam berdarah juga
tergolong penyakit serius dan mematikan jika tidak segera ditangani. Pada bayi
dan anak-anak, gejala awal yang timbul adalah demam yang disertai ruam pada
kulit. Sementara pada orang dewasa, gejala dapat berupa demam yang disertai
nyeri otot, sakit kepala yang parah, nyeri di belakang mata, dan gejala-gejala
lainnya.
h) Demam Tifoid (Tipes)
5
Demam tifoid (typhoid) merupakan infeksi usus halus yang disebabkan oleh
bakteri salmonella dalam kotoran hewan, yang menginfeksi melalui air dan
makanan yang telah terkontaminasi. Penyakit ini biasanya ditandai dengan
beberapa gejala seperti sakit kepala, mual, demam, diare, dan hilangnya nafsu
makan.

3. Klasifikasi Bencana Alam:

1. Gempa bumi
Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme
perusakanterjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian
bumi. Dipermukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan
runtuhnyabangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa
juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan
tanah lainnyayang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga
menyebabkan bencanaikutan berupa , kecelakaan industri dan transportasi serta
banjir akibat runtuhnyabendungan maupun tanggul penahan lainnya.
2. Tsunami
Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang
yangditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif
tersebutbisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
Kecepatantsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25-
100 Km/jamdan ketinggian air.

3. Letusan Gunung Berapi


Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yangdikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitandengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas
lempeng. Padabatas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang
sangat tinggisehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan
cairan pijar(magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya
melaluirekahan-rekahan mendekati permukaan bumi. Setiap gunung api
memilikikarakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk

6
yangdihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan
gunungapi tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api
memilikiresiko merusak dan mematikan.
4. Tanah Longsor
Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan,ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
dariterganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Tanahlongsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan
penyusunlereng.

5. Banjir
Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yangbegitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang
secara tiba-tibayang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun
karena pengundulanhutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah
penduduk maupunmenimbulkan korban jiwa.

6. Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh
dibawahkebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi
danlingkungan.

7. Angin Topan
Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara
danselatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan
khatulistiwa.Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu
sistem cuaca. Anginpaling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya
berpusar dengan radiusratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah
yang ekstrem dengankecepatan sekitar 20 Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan
sebutan angin badai.
8. Gelombang Pasang
Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas
normal dandapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama

7
daerahpinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin
kencangatau topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada
pengaruh darigravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang
sekitar 10-100Km/jam. Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal
yang sedangberlayar pada suatu wilayah yang dapat menenggelamkan kapal-
kapal tersebut.Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan
tersapunya daerahpinggir pantai atau disebut dengan abrasi.

9. Kegagalan Teknologi
Kegagalan teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan
olehkesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia
dalampenggunaan teknologi atau industri.

Surveilans Pasca Bencana :

METODE Penelitian ini menggunakan metode crossectional dengan pendekatan kualitatif


dan kuantitatif. Partisipan dipilih dari instansi yang terlibat dalam penanganan bencana di
kecamatan Kintamani. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner semi terstruktur. Data
yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.

HASIL Dari hasil analisis data secara kualitatif dan kuantitatif menunjukkan sistem
surveilans pasca bencana tidak berjalan baik di Kintamani. Data layanan kesehatan, baik oleh
puskesmas atau pihak swasta hanya dilakukan oleh sebagian pihak dan tidak tercatat dan
tersimpan rapi. Beberapa layanan swasta yang memberikan pelayanan bakti sosial bahkan
tidak melakukan pendataan yang baik dan tidak melaporkan ke puskesmas setempat atau ke
dinas kesehatan. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya keterlibatan dan koordinasi dari
berbagai pihak.

REKOMENDASI Dengan adanya koordinasi, sistem pencatatan dan pelaporan serta


keterlibatan dari semua pihak, diharapkan menjadi faktor penting terlaksananya sistem
surveilans pasca bencana yang baik. Hal ini nantinya lebih memudahkan respon terhadap
masalah kesehatan yang terjadi pada pengungsi dan masyarakat terdampak bencana.

Anda mungkin juga menyukai