Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ray Wijaya Nainggolan

NPM : 1902101020140

Aspergillosis
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia maupun
hewan. Jamur merupakan makhluk hidup kosmopolitan yang tumbuh dimana saja dekat
dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia atau
hewan itu sendiri. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah.
Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang dapat
ditemukan dimana–mana di alam ini. Ia tumbuh sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan
yang membusuk dan terdapat pula pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan
kontaminan yang lazim ditemukan di berbagai tempat, dengan demikian pelaksanaan
manajemen hygiene dan sanitasi lingkungan yang kurang baik dapat menimbulkan
aspergillosis. Biasanya penularan terjadi melalui bahan pakan yang mengandung aspergillus.
Aspergillosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh jamur atau cendawan dari
genus aspergillus. Dari genus ini yang paling patogen adalah Aspergillus fumigatus, di
samping Aspergillus flavus, Aspergillus niger dan Aspergillus chracius. Aspergillus lainnya
menjadi penyerang oportunistik pada individu dengan kelainan anatomik ari saluran
pernapassan. Penyakit ini dapat bersifat akut hingga kronik. Kematian dapat terjadi dalam
waktu 1-2 hari.
Hewan yang rentan terhadap aspergillus adalah kuda, sapi, domba, babi, kucing, anjing,
kelinci, kucing dan monyet. Penularan spora dapat melalui udara, debu dan bahan pakan
ternak merupakan faktor penting. Hewan terinfeksi biasanya disebabkan oleh tempat
pemeliharaan atau pakan yang tercemar dengan spora. Aspergillosis pada mamalia banyak
menyerang alat reproduksi.
Aspergillus fumigatus dapat mengakibatkan pendarahan yang akut. Racun ini dapat
pula menyebabkan keguguran pada sapi dan domba. Aspergillus flavus menghasilkan suatu
zat bersifat karsinogetik dan sangat beracun yang disebut aflatoksin dan Aspergillus
ochracius menghasilkan racun acratoksin.
Keguguran atau aborsi terutama pada ternak sapi sangat penting untuk diperhatikan,
karena merupakan salah satu faktor penghambat pada rencana pemerintah dalam
meningkatkan populasi sapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Kasus keguguran
atau aborsi yang disebabkan oleh cendawan (Mycotic Abortion) pada sapi belum pernah
dilaporkan di Indonesia, sehingga tidak diketahui kemungkinan adanya kejadian aborsi akibat
cendawan. Wienanto yang disitasi oleh Gholib dan Ahmad (2013) menerangkan kasus aborsi
mikotik terutama disebabkan oleh Aspergillus spp. dari spesies Aspergillus fumigatus, dan
yang lainnya jenis Mucor. Perjalanan infeksi sehingga terjadi aborsi berawal dari masuknya
spora cendawan ke dalam tubuh hewan melalui alat pernapasan dan pencernaan, kemudian
dibawa ke plasenta melalui aliran darah, dan menyebabkan peradangan, sehingga
pertumbuhan fetus terhambat. Kebanyakan aborsi terjadi pada bulan kelima sampai ketujuh
masa kebuntingan, tetapi dapat berlangsung dari bulan keempat sampai waktu lahir. Fetus
umumnya dikeluarkan dalam keadaan mati, tetapi pada beberapa kasus terjadi kelahiran
prematur atau fetus lahir pada waktunya dalam keadaan hidup tapi lemah dan mati segera
sesudah lahir.
Sejumlah laporan publikasi mengenai aborsi mikotik pada sapi di luar negeri
dikemukakan antara lain oleh Austwick dan Venn (1962), yang menyatakan bahwa
penyebabnya secara umum adalah Aspergillus terutama Aspergillus Fumigatus yaitu dengan
pemeriksaan secara kultur plasenta, isolasi koloni cendawan yang tumbuh, pemeriksaan
mikroskopik dan histopatologi.
Suatu kajian tentang hubungan antara keguguran pada sapi dengan mikotoksin telah
dikemukakan, yaitu efek konsumsi pakan yang tercemar cendawan kapang toksikogenik,
penghasil mikotoksin. Mikotoksin masuk ke peredaran darah sampai uterus yang melindungi
fetus. Sama halnya dengan infeksi oleh cendawan (terutama kapang), mikotoksin akan
menginfeksi plasenta mengakibatkan penebalan jaringan diantara kotiledon. Pada 25% kasus
keguguran, fetus diinvasi oleh kapang memperlihatkan gejala seperti penyakit ringworm
berwarna putih pada permukaan tubuhnya. Keguguran bisa terjadi pada waktu kehamilan 4
bulan sampai waktu akan lahir.

Gejala Klinis
Dalam bentuk akut, aspergillosis menyebabkan hewan tidak nafsu makan, kelihatan
mengantuk, kadang membuka mulut karena kesukaran bernapas, bahkan bisa timbal kejang.
Apabila cendawan menginfeksi otak. Dapat menimbulkan tanda kelumpuhan dan gangguan
syaraf yang lain. Jika terjadiinfeksi pada mata biasanya bersebelahan (tidak selalu kedua mata
terserang).
Pada hewan menyusui biasanya timbul gejala radang paru dengan temperatur tinggi,
batuk, bersin, pada sapi dapat pula terjadi pada bulan ke 3-8 kebuntingan. Kurang lebih 60%
dari kasus aspergillosis menimbulkan retensi plasenta. Pada kuda kadang terjadi abortus,
sedangkan pada anak kuda telah dilaporkan terjadinya diare karena aspergillosis.

Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan langsung dari sediaan ulas atau kerokan
untuk menemukan hifa yang bersekat dan bercabang. Pada pemeriksaan histologik terlihat
radang granulomatosa bernanah dengan cendawan. Dari plasenta terlihat nekrosa yang hebat
dengan infiltasi netrofil, terlihat pula oedem dan pendarahan serta radang pembuluh darah.
Sering terlihat hifa yang menembus pembuluh darah. Cendawan akan lebih terlihat dengan
pewarnaan lactophenol cotton blue.

Diagnosa Banding
Secara klinis dapat dikelirukan dengan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh birus
atau bakteri. Adanya bungkul kecil pada paru atau pada organ dalam lainnya dapat
dikelirukan dengan TBC. Keguguran yang terjadi akibat aspergillosis dapat menyerupai
penyakir brucellosis, vibriosis atau leptospirosis. Diagnosa dapat dikenalai dengan isolasi
aspergillus.

Pengendalian
Pengobatan aspergillosis untuk hewan esar dengan pemberian Griseofulvin
menunjukkan hasil yang memuaskan, tetapi biaya cukup mahal. Untuk pencegahannya belum
ada vaksin yang efektif. Hewan penderita sebaiknya diisolasi. Pakan ternak dijaga agar tidak
bercendawan. Memusnahkan sumber cendawan dan spora dengan mencampurkan antimold
atau toxynbinders ke dalam pakan. Jangan menggunakan antibiotik melebihi jangka waktu
yang ditetukan, karena dapat menimbulkan superinfeksi oleh jamur. Memberikan perawatan
dan pakan hewan untuk memperkuat daya tahan tubuh. Lingkungan kandang sebaiknya
cukup ventilasi dan sinar matahari. Tempat penyimpanan pakan harus kering dan tidak
lembab dan jangan sampai mentimpan pakan terlalu lama.

Daftar Pustaka
Gholib, D. dan Ahmad, R.Z. (2013). Cendawan Penyebab Abortus Dalam Alat Reproduksi
Sapi Betina. Berita Biologi. 12(2): 195-201
Hasanah, U. (2017). Mengenal Aspergillosis, Infeksi Jamur Genus Aspergillus. Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera. 15(2): 76-86.
Pudjiatmoko. (2012). Manual Penyakit Hewan Mamalia. Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai