Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pasar hewan Cot Iri merupakan pasar hewan yang terdapat di Kabupaten

Aceh Besar tepatnya di Kecamatan Krueng Barona Jaya. Hewan-hewan yang

umumya diperdagangkan di pasar ini dominannya adalah sapi, namun terdapat

juga hewan ruminansia lainnya seperti kambing, domba, dan kerbau. Pasar hewan

Cot Iri dikelola oleh pemerintah Aceh Besar dan dibuka pada setiap pekan pada

hari Sabtu. Setiap pekannya ada sekitar 40-60 ekor sapi yang dikumpulkan di

pasar ini. Sapi-sapi yang diperdagangkan dipasar ini bukanlah sapi yang berasal

dari satu peternakan, tetapi merupakan milik dari beberapa orang peternak dengan

sistem pemeliharaan yang berbeda-beda dan daerah asal yang berbeda.

Saat sapi tiba di pasar hewan Cot Iri biasanya sapi akan di tambatkan

pada kandang ikat di pasar hewan tersebut. Kandang ikat ini dapat diisi oleh

beberapa ekor sapi. Di kandang tersebut sapi bisa berbaring, makan maupun

membuang kotoran (feses). Limbah peternakan yang berupa kotoran dan sisa

makanan dapat menurunkan mutu lingkungan dan dapat menganggu kesehatan.

Kotoran ternak yang tercecer dapat dibawa oleh aliran air sehingga mengalir ke

tempat-tempat yang lebih rendah atau menempel pada hewan lain sehingga dapat

menimbulkan penyakit (Setiawan, 1996).

Setiawan, A. I. (1996). Manfaat Limbah Ternak. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Salah satu penyakit pada sapi yang dapat timbul akibat terkontaminasi

oleh kotoran adalah infeksi bakteri Escherichia coli patogen. Infeksi bakteri
Escherichia coli patogen dapat mengakibatkan kematian pada sapi sehingga

menimbulkan kerugian ekonomi pada peternak (Tinaliah, 2015). Kebanyakan

Escherichia coli bersifat non-patogen, namun ada beberapa Escherichia coli yang

bersifat patogen dan membawa gen virulen (Malema et al., 2018).

Infeksi akibat Escherichia coli dinamakan colibacillosis. Gejala klinis

pada sapi yang mengalami colibasillosis antara lain feses encer, berwarna putih

hingga kuning (pada anak sapi), terkadang tampak noda darah, berbau tengik dan

mengotori sekitar anus dan ekor sapi (Dirjennak dan Kementan, 2012). Gejala lain

yang dapat diamati seperti sapi terlihat kurus dan kulit kusam, serta dapat

menyebabkan kematian pada anak sapi setelah dua minggu terjangkit. (Murwani

et al., 2017). Kejadian infeksi Escherichia coli pada ternak sapi disebabkan oleh

berbagai faktor secara umum dapat berupa faktor pakan, stress, kondisi geografis,

kepadatan ternak serta musim (Hananto dan Suardana, 2015).

Escherichia coli dapat dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan

patogenitasnya, yaitu enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), enterotoxigenic

(ETEC), enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC), enteroaggregative

Escherichia coli (EAEC), dan enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)

(Kusumaningsih, 2010). EHEC sering ditemukan pada sapi yang merupakan

reservoir utamanya. Serotipe EHEC yang paling sering ditemukan pada sapi yaiu

Escherichia coli O157:H7. Serotipe jenis ini banyak ditemukan pada kasus

foodborne disease (Suardana et al., 2016). Hal ini dapat terjadi apabila manusia

mengkonsumsi sumber pangan asal hewan seperti daging (terutama daging sapi)

yang telah terkontaminasi Escherichia coli patogen (Andriani, 2005).


EHEC dapat menyebabkan Hemorhagic colitis yaitu diare berdarah dan

Hemolytic Uremic Syndrome yaitu infeksi saluran kencing yang menyebabkan

gangguan fungsi ginjal (Hidayati et al., 2018). Berdasarkan penelitian Sumiarto

(2004) ditemukan Escherichia coli patogen pada feses dan daging domba sebesar

13, 2% dan 2, 6% di Yogyakarta. Suardana et al. (2007) melaporkan bahwa di

Kabupaten Badung Provinsi Bali ditemukan adanya sebesar 7, 61% Escherichia

coli patogen pada sampel feses sapi dan 5, 62% pada daging sapi sehingga

menimbulkan hipotesis bahwa Escherechia coli patogen dapat ditemukan pada

hewan ternak di berbagai daerah Indonesia (Lestari et al. 2015).

Colibacillosis dapat terjadi pada berbagai daerah di Indonesia.

Kurangnya data adalah faktor sulitnya intensitas kejadian penyakit ini dinyatakan

secara pasti. Diketahui bahwa penyebaran Escherichia coli patogen dapat terjadi

dimana saja apabila ternak dipelihara oleh manusia (Dirjennak dan Kementan,

2012). Oleh sebab itu, berdasarkan gagasan tersebut maka dilakukan penelitian

tentang isolasi Escherichia coli patogen pada feses sapi dengan gejala diare di

pasar hewan Cot Iri yang berlokasi di Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten

Aceh Besar.

Anda mungkin juga menyukai