Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN PSIKOLOGI AGAMA DAN RUANG LINGKUP

KAJIANNYA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Agma
pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidika Agama Islam
Semester V Kelompok II Tahun Akademik
2020/2021

Oleh

NURALISAH
02181047

RICKY RIVALDI
02181051

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BONE

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt., atas petunjuk dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengertian Psikologi Agama Dan Ruang Lingkup Kajiannya” ini dengan
semaksimal mungkin, apabila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan
makalah ini, kami hanya mampu mengucapkan mohon maaf yang sedalamnya,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Dalam penyelesaian makalah ini tentunya banyak melibatkan berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita terutama sebagai calon
pendidik yang bertugas untuk mengarahkan peserta didik kepada tujuan
pendidikan yaitu mencerdaskan anak bangsa. Memang makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Watampone, 20 Maret 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Pengertian Psikologi Agama 3

B. Ruang Lingkup Kajian Psikologi Agama 5

BAB III PENUTUP 11

A. Simpulan 11

B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka
suatu pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik,
psikologik, dan social. Menurut Robert Thouless, psikologi agama yaitu ilmu
yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan
dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian
terhadap perilaku bukan keagamaan saja.
Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang
paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya ,
bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya. Mengapa
manusia ada yang percaya Tuhan ada yang tidak, apakah ketidak percayaan ini
timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau sekedar naluri akibat terjangan cobaan
hidup, dan pengalaman hidupnya.
Agama adalah juga fenomena sosial. agama juga bukan hanya ritual,
menyangkut hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya belaka, tapi juga
fenomena di luar kategori pengetahuan akademis. Sebagian manusia mempercayai
agama, namun tidak pernah melakukan ritual. Ada yang mengaku tidak beragama,
namun percaya sepenuhnya terhadap Tuhannya. Di luar itu semua, kita sering
menyaksikan, dalam kondisi tertentu semisal kesulitan hidup atau tertimpa
musibah manusia cenderung berlari kepada agama. Sebaliknya, pada saat dirinya
hidup dalam kondisi normal, mereka seringkali tidak peduli terhadap agama,
bahkan mengingkari eksistensi Tuhannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Psikologi Agama
2. Apa saja lapangan kajian penelitian Psikologi Agama?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Psikologi Agama.
2. Untuk mengetahui lapangan kajian penelitian Paikologi Agama.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Agama


Secara etimologis, psikologi diambil dari bahasa Inggris psychology yang
berasal dari bahasa Yunani Psyche yang berarti jiwa (Soul, Mind) dan Logos
berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian psikologi dapat dipahami sebagai
ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Namun kata “jiwa” seringkali memiliki
makna yang sangat luas, sehingga sulit untuk dijelaskan secara tepat. Namun
dalam bahasa Arab, kata jiwa sepadan dengan kata nafs, yang kemudian kata nafs
mengandung arti; hati (qalb), ruh, dan sisi dalam (jiwa) manusia dan sebagai
penggerak dari tingka laku manusia.1 Sehingga dapat dipahami bahwa psikologi
agama merupakan ilmu yang mengkaji berbagai pengalaman keagamaan di dalam
masyarakat agama, yaitu mencakup proses beragama, pengaruh agama terhadap
perilaku manusia, gejala-gejala keagamaan, serta relasinya dengan tuhan. Jiwa
sangat abstrak dan tidak dapat diikuti oleh panca indra. Firman Allah dalam Q.S
Al-Isra’ (17): 85 sebagai berikut2:
‫م ِمنَ ْال ِع ْل ِم إِاَّل قَلِياًل‬Qُْ‫وح ۖ قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن أَ ْم ِر َربِّي َو َما أُوتِيت‬
ِ ُّ‫َويَسْأَلُونَكَ ع َِن الر‬

Teremahnya: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang jiwa (ruh)


maka, katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhan. Dan kamu tidak diberi
pengetahuan (tentang jiwa) kecuali sedikit.”

Pada hakikatnya, Manusia adalah makhluk yang spesifik, baik dilihat dari
segi fisik maupun non fisiknya. Ditinjau dari segi fisik, tidak ada makhluk lain
yang memiliki tubuh sesempurna manusia. Sementara dari segi non fisik manusia
memilki struktur rohani yang sangat membedakan dengan makhluk lain.
Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua
kata ini memilki pengertian yang berbeda. Psikologi merupakan suatu titik
pandang para pemikir yaitu suatu cara bagai mana orang bijak memandang

1
Wira Hadikusuma, Memahami Agama Secara Psikologis Dan Relasinya Dalam Upaya
Resolusi Konflik (t.c, t.tp, t.p), h. 2
2
https://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-85. 20 Maret 2021

2
3

kehidupan. Sebagai gagasan-gagasan dari mereka yang mengetahui kehidupan


secara lebih menyeluruh.
Dalam bukunya ‘Dimensi Spiritual Psikologi’ Inayat Khan mengatakan
bahwa psikologi adalah ilmu tentang fitrah manusia, perkembangan manusia,
pikiran-pikiran manusia. Dapat disimpulkan bahwa psikologi menurut Inayat
Khan adalah suatu ilmu yang menjembatani antara ilmu material dan esoterisme.
Kata agama juga menyangkut masalah yang berhubungan dengan
kehidupan batiniah manusia. Maka kata agama banyak menimbulkan kontroversi
yang sering lebih besar daripada arti penting pemahamannya. Kita hanya terkait
dengan cara di mana kata tersebut dipergunakan tak ada permasalahan sama sekali
mengenai fakta atau nilai yang terkait dengannya.
Beberapa cara tertentu untuk mendefinisikan agama tidak tepat karena
cara-cara tersebut ternyata tidak menjelaskan perbedaan antara kegiatan-kegiatan
keagamaan dan kegiatan-kegiatan bukan keagamaan atau tak memberikan batas
dimana seharusnya kita memperlakukannya dalam pembicaraan sehari-hari.3
Menurut Harun Nasution pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu
al-Din, religi (relegere, relegare) dan agama. Al-Din (Semit) berarti undang-
undang atau hukum. Sedangkan dari kata (Latin) religi, relegere atau religare
berarti mengumpulkan, membaca dan mengikat. Adapun kata agama terdiri dari
a= tidak; gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi
turun-temurun.4
Secara bahasa psikologi agama diartikan ilmu jiwa agama, sementara itu
dalam bukunya Jalaluddin “Psikologi Agama” mengatakan bahwa psikologi
agama adalah cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang
dianutnya, serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Menurut Zakiah Daradjat, Psikologi Agama adalah cabang dari psikologi
yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Cet. 2; Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),
3

h.12
4
Firdaus, “Urgensi Psikologi Agama Dalam Pendidikan” (Keluarga, Sekolah Dan
Masyarakat), Al-AdYaN, Vol.9, No. 2, 2014, h. 23
4

seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta
keadaan hidup pada umumnya.
Psikologi Agama adalah studi mengenai aspek psikologis dari agama,
mengenai peran religius dari budi. Suatu cabang psikologi yang menyelidiki
sebab-sebab dari ciri-ciri psikologis dari sikap-sikap religius dan berbagai
fenomena dalam individu yang muncul dari atau menyertai sikap dan pengalaman
tersebut. (Drever, 1968)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa psikologi
agama, adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku makhluk hidup mengenai
kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh
keyakinan beragama serta keadaan hidup pada umumnya. Selain itu dapat juga
disimpulkan bahwa pengertian psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari
gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan
kehendak yang bersifat abstrak yang menyangkut masalah yang berhubungan
dengan kehidupan batin, manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia dan menimbulkan cara hidup manusia atau ajaran-ajaran yang
diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul.
Menurut Zakiah Darajat, Psikologi agama adalah suatu cabang ilmu yang
meneliti tentang pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku manusia atau
mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara berpikir, bersikap,
bereaksi, dan bertingkah laku seseorang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya,
karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
Psikologi Agama dalam American Psychological Association (APA)
menyatakan agama sebagai penyesuaian diri (coping) dapat memberi hasil positif
dalam diri penganutnya, antara lain sebagai berikut5.
1. Secara psikologis, memberi makna hidup, memperjelas tujuan hidup, dan
memberikan perasaan bahagia karena hidup menjadi lebih berarti.
2. Secara sosiologis, menjadi lebih intim, dekat, dan akrab dengan keluarga,
kelompok dan masyarakat karenanya timbul perasaan terlindungi dan
saling memiliki.

5
Bahril Hidayat, Https://Www.Researchgate.Net/Publication/320163143, 23 Maret 2021
5

3. Menemukan identitas diri, menemukan kelemahan-kelemahan dan


kelebihan-kelebihan diri dalam usahanya untuk mencapai Tuhan.

B. Ruang Lingkup Lapangan Penelitian Agama


Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan, atau tingkah laku yang nyata. Obyek
kajian psikologi adalah tingkah laku (perilaku) nyata yang dapat diobservasi
secara langsung, bukan sesuatu yang bersifat ruhaniah (kejiwaan) dan abstrak.
Oleh karena itu obyek kajian psikologi bersifat obyektif empiris.
Psikologi agama membatasi wilayah kajiannya hanya pada proses
kejiwaan manusia yang dihayati secara sadar dalam kondisi normal. Menjadi
penggerak munculnya perilaku seseorang, perilaku yang tampak dan bisa diamati
sebagai manifestasi dari kondisi mental/kepribadian seseorang yang memiliki
norma-norma kehidupan luhur dan berperadaban.
Psikologi agama tidak membahas masalah ajaran atau pokok-pokok
keyakinan suatu agama, seperti sifat-sifat Tuhan, masalah surga dan neraka serta
masalah gaib lainnya. Jadi, psikologi agama dalam kajiannya tidak menjangkau/
menyentuh bidang khusus yang menjadi wilayah kajian penelitian ilmu-ilmu
agama.
Adapun masalah-masalah yang mampu dijangkau dalam kajian psikologi
agama adalah disekitar: bagaimana sikap batin seseorang dalam kaitannya dengan
kepercayaannya kepada Tuhannya, adanya surga dan neraka, alam akhirat dan
sebagainya. Selanjutnya, bagaimana keyakinan tersebut mempengaruhi dirinya
atau sikap mentalnya, sehingga menimbulkan semangat berkorban dan beribadah
yang sungguh-sungguh. Selain itu, timbul pula dari dalam dirinya macam-macam
perasaan, seperti: rasa tenang, tenteram, sabar, dan tawakkal
Jika ruang lingkup psikologi modern terbatas pada tiga dimensi fisik
biologis, kejiwaan dan sosio cultural, maka ruang lingkup psikologi islam
disamping tiga hal tersebut juga mencakup dimensi kerohanian, dan dimensi
spiritual, suatu wilayah yang tak pernah disentuh oleh psikologi barat karena
perbedaan pijakan.
6

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama ini memiliki ruang
lingkup pembahasan yang tersendiri dan berbeda. Pernyataan Robert H. Thouless
memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok
atau masyarakat itu sendiri. Kajian berpusat pada pemahaman terhadap perilaku
keagamaan tersebut dengan dengan menggunakan pendekatan psikologi. ( Robert
H. Thouless ).
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan
menelaah kehidupan kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa
besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan
hidup pada umumnya. Disamping itu, psikologi agama juga mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
Lapangan penelitian psikologi agama mencankup proses beragama,
perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang
dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama yang dianut). Oleh
karena itu, Zakiah Daradjat mengemukakan ruang lingkup yang menjadi lapangan
kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai6:
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut
menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum) seperti rasa lega
dan tentram setelah sembahyang
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual
terhadap Tuhannya, seperti kelegaan batin.
3. Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan
adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti dan mempelajari kasadaran dan perasaan orang terhadap
kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa
dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah
lakunya dalam kehidupan.

Firdaus, “Urgensi Psikologi Agama Dalam Pendidikan, ,h. 27-28


6
7

5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang


terhadap ayat-ayat suci.7 Semua itu tercakup dalam kesadaran
beragama (religious counsciousness) dan pengalaman agama (religious
experience ).
Menurut Zakiah Daradjat obek kajian sosiologi agama tercakup dalam
kesadaran agama (religious counsciousness) dan pengalaman agama (religious
experience). Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian/segi agama
yang hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dari aktifitas
agama. Sedangkan, pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran
beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan
tindakan (amaliyah).
Di dalam ajaran Islam, khususnya Tasawuf, ada tiga hirarki pengalaman
beragama Islam seseorang.
1. Tingkatan syariah. Syariah berarti aturan atau undang-undang, yakni
aturan yang dibuat oleh pembuat aturan (Allah dan RasulNya) untuk
mengatur kehidupan orang-orang mukallaf baik hubungannya dengan
Allah (hablumin Allah) maupun hubungannya dengan sesama manusia
(hablum min al-Nas).
Tataran syariat berarti kualitas amalan lahir formal yang ditetapkan
dalam ajaran agama melalui al-Qur„an dan Sunnah. Amalan tersebut
dijadikan beban/tanggung jawab yang harus dilaksanakan, sehingga
amalan lebih didorong sebagai penggugur kewajiban. Dalam tataran ini,
pengamalan agama bersifat top down yakni bukan sebagai kebutuhan tapi
sebagai tuntutan dari atas (syari„) ke bawah (mukallaf). Tuntutan itu dapat
berupa tuntutan untuk dilaksanakan atau tuntutan untuk ditinggalkan.
Seseorang dalam tataran ini, pengamalan agamanya karena didorong oleh
kebutuhan berhubungan dengan Allah, bukan semata-mata karena
mentaati perintah Tuhan.

Noer Rohma, Psikologi Agama, (cet.I; Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2021),
7

h. 10.
8

2. Tingkat tarikat yaitu pengamalan ajaran agama sebagai jalan atau alat
untuk mengarahkan jiwa dan moral. Dalam tataran ini, seseorang
menyadari bahwa ajaran agama yang dilaksanakannya bukan semata-mata
sebagai tujuan tapi sebagai alat dan metode untuk meningkatkan moral.
Contoh, Puasa Ramadan tidak hanya dipandang sebagai kewajiban tapi
juga disadari sebagai media untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu
sikap bertaqwa. Demikian juga tuntutan-tuntutan syariah lainnya disadari
sebagai proses untuk mencapai tujuan moral.
3. Tingkatan hakikat yang berarti realitas, senyatanya, dan sebenarnya.
Dalam tasawuf yang nyata dan yang sebenarnya adalah Allah yang Maha
Benar (al-Haq). Pada tingkat hakikat berarti dimana seseorang telah
menyaksikan Allah swt dengan mata hatinya. Pemahaman lain dari hakikat
adalah bahwa hakikat merupakan inti dari setiap tuntutan syariat. Berbeda
dengan syariat yang menganggap perintah sebagai tuntutan dan beban
maka dalam tataran hakikat perintah tidak lagi menjadi tuntutan dan beban
tapi berubah menjadi kebutuhan.

Psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang


menyangkut pokok keyakinan suatu agama, termasuk benar salahnya atau masuk
akal dan tidaknya keyakinan agama. Tegasnya psikologi agama hanya
mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang mematul dan memperlihatkan
diri dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Ke
dalamnya juga tidak termasuk unsur-unsur keyakinan yang abstrak (gaib) seperti
tentang Tuhan, surga dan neraka, kebenaran sesuatu agama, kebenaran kitab suci
dan lainnya, yang tidak teruji secara empiris.
Pembahasan yang terpenting dalam psiologi agama hanyalah tentang
bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang terhadap individual terhadap
tuhan, misalnya bagaimana tentram dan legahnya batin setlah menalankan sholat
atau perasaan senag setelah membaca ayat-ayat suci Allah, perasaan legah setelah
shodakoh dan sebagainya. Kareana orang tersebut dengan sungguh-sungguh bias
merasakan bahwa Allah itu maha pengasih tiada tara dan tidak dapat dihitung.
9

Hal ini dapat dilihat pengaruhnya dalam perilaku yang ditampilkan


sehari-hari, misalanya tidak mudah emosi, biasa bersbar dengan apapun maslah
yang dihadapi, tidsak mudah tersinggung,bersifat kasih sanyang terhadap sesama
dan lain sebagainya. Sehingga jelas disini bahwa psikologi agama hanya
mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi psikis yang terpancar dalam prilaku yang
berkaitan dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia, sebagai akibat dari
adanya pengaruh keyakinan yang telah menancap dalam pribadi manusia
tersebut.8
Dengan demikian, psikologi agama menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat
adalah mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat
dalam kelakuan dan tindak agama orang itu dalam hidupnya. Persoalan pokok
dalam psikologi agama adalah kajian terhadap kesadaran agama dan tingkah laku
agama, kata Robert H. Thouless.
Psikologi agama sejalan dengan ruang lingkup kajiannya telah banyak
memberi sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam
kaitannya dengan agama yang dianutnya. Hasil kajian psikologi agama tersebut
ternyata dapat dimanfaatkan dalam berbagai lapangan kehidupan seperti dalam
bidang pendidikan, psikoterapi dan mungkin pula dalam lapangan lainnya dalam
kehidupan.
Ruang lingkup psikologi agama menurut Prof. Dr. H. Rusmin meliputi:
1. Kegiatan ibadah seseorang.
2. Grakan kemasyarakatan atau perilaku bermasyarakat dari masyarakat yang
beragama.
3. Budaya dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh aturan agama.
4. Suasana lingkungan hidup yang dipengaruhi oleh kesadaran dalam
beragama.9
Menurut baharuddin(2008:47), secara lebih rinci ada tiga kepentingan
dalam mengkaji psikologi agama,yaitu10:

8
Noer Rohma, Psikologi Agama h. 11-12
9
https://dosenpsikologi.com/psikologi-agama, 19 Maret 2021.
10
Noer rohma, Psikologi Agama, h.16
10

1. Teoritis,yaitu meneliti perilaku-perilaku iwa keagamaan ,mengakomodasi


dan mengembangkan pemiiran-pemikiran perilaku keagamaan .
2. Praktis,yaitu perilaku-perilaku keagamaan di dukung oleh motif-motif
tertentu,sehingga kita dapat membimbing orang yang berperilakku
keagamaan tersebut.
3. Normative yaitu dapat melihat perilau keagamaan secara proporsianal
yang mendorong dapat hidup salang menghormati antar pemelu agama
sehingga tercipta kerukunan intern umat beragama ,kerukunan antar umat
beragama dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan
manusia yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan kehendak yang
bersifat abstrak yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan
kehidupan batin, manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia dan menimbulkan cara hidup manusia atau ajaran-ajaran yang
diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul.
2. Adapun masalah-masalah yang mampu dijangkau dalam kajian psikologi
agama adalah disekitar: bagaimana sikap batin seseorang dalam kaitannya
dengan kepercayaannya kepada Tuhannya, adanya surga dan neraka, alam
akhirat dan sebagainya. Selanjutnya, bagaimana keyakinan tersebut
mempengaruhi dirinya atau sikap mentalnya, sehingga menimbulkan
semangat berkorban dan beribadah yang sungguh-sungguh. Selain itu,
timbul pula dari dalam dirinya macam-macam perasaan, seperti: rasa
tenang, tenteram, sabar, dan tawakkal

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, banyak
kekurangan. Jadi, semoga para pembaca mampu memberikan saran kepada
penulis. Adapun tujuan penulis membuat makalah ini diharapakn kepada pembaca
mampu memahami defenisi dan lingkup kaian psikologi agama dengan baik.

11
12

DAFTAR RUJUKAN

Firdaus. “Urgensi Psikologi Agama Dalam Pendidikan” (Keluarga, Sekolah Dan


Masyarakat), Al-AdYaN, Vol.9, No. 2, 2014.
Hadikusuma, Wira. Memahami Agama Secara Psikologis Dan Relasinya Dalam
Upaya Resolusi Konflik, t.c, t.tp, t.p, t.tt.
Hidayat, Bahril. Https://Www.Researchgate.Net/Publication/320163143, 23
Maret 2021.
https://dosenpsikologi.com/psikologi-agama, 19 Maret 2021.
https://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-85. 20 Maret 2021.
Rohma, Noer. Psikologi Agama. Cet.I; Surabaya: CV. Jakad Media Publishing,.
2021.
Syamsul Arifin, Bambang. Psikologi Agama. Cet. 2; Bandung: CV Pustaka Setia,
2015.

Anda mungkin juga menyukai