KAJIANNYA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Agma
pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidika Agama Islam
Semester V Kelompok II Tahun Akademik
2020/2021
Oleh
NURALISAH
02181047
RICKY RIVALDI
02181051
BONE
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt., atas petunjuk dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengertian Psikologi Agama Dan Ruang Lingkup Kajiannya” ini dengan
semaksimal mungkin, apabila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan
makalah ini, kami hanya mampu mengucapkan mohon maaf yang sedalamnya,
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Dalam penyelesaian makalah ini tentunya banyak melibatkan berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita terutama sebagai calon
pendidik yang bertugas untuk mengarahkan peserta didik kepada tujuan
pendidikan yaitu mencerdaskan anak bangsa. Memang makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Simpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya, Manusia adalah makhluk yang spesifik, baik dilihat dari
segi fisik maupun non fisiknya. Ditinjau dari segi fisik, tidak ada makhluk lain
yang memiliki tubuh sesempurna manusia. Sementara dari segi non fisik manusia
memilki struktur rohani yang sangat membedakan dengan makhluk lain.
Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua
kata ini memilki pengertian yang berbeda. Psikologi merupakan suatu titik
pandang para pemikir yaitu suatu cara bagai mana orang bijak memandang
1
Wira Hadikusuma, Memahami Agama Secara Psikologis Dan Relasinya Dalam Upaya
Resolusi Konflik (t.c, t.tp, t.p), h. 2
2
https://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-85. 20 Maret 2021
2
3
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Cet. 2; Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),
3
h.12
4
Firdaus, “Urgensi Psikologi Agama Dalam Pendidikan” (Keluarga, Sekolah Dan
Masyarakat), Al-AdYaN, Vol.9, No. 2, 2014, h. 23
4
seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta
keadaan hidup pada umumnya.
Psikologi Agama adalah studi mengenai aspek psikologis dari agama,
mengenai peran religius dari budi. Suatu cabang psikologi yang menyelidiki
sebab-sebab dari ciri-ciri psikologis dari sikap-sikap religius dan berbagai
fenomena dalam individu yang muncul dari atau menyertai sikap dan pengalaman
tersebut. (Drever, 1968)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa psikologi
agama, adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku makhluk hidup mengenai
kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh
keyakinan beragama serta keadaan hidup pada umumnya. Selain itu dapat juga
disimpulkan bahwa pengertian psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari
gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan
kehendak yang bersifat abstrak yang menyangkut masalah yang berhubungan
dengan kehidupan batin, manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia dan menimbulkan cara hidup manusia atau ajaran-ajaran yang
diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul.
Menurut Zakiah Darajat, Psikologi agama adalah suatu cabang ilmu yang
meneliti tentang pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku manusia atau
mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara berpikir, bersikap,
bereaksi, dan bertingkah laku seseorang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya,
karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
Psikologi Agama dalam American Psychological Association (APA)
menyatakan agama sebagai penyesuaian diri (coping) dapat memberi hasil positif
dalam diri penganutnya, antara lain sebagai berikut5.
1. Secara psikologis, memberi makna hidup, memperjelas tujuan hidup, dan
memberikan perasaan bahagia karena hidup menjadi lebih berarti.
2. Secara sosiologis, menjadi lebih intim, dekat, dan akrab dengan keluarga,
kelompok dan masyarakat karenanya timbul perasaan terlindungi dan
saling memiliki.
5
Bahril Hidayat, Https://Www.Researchgate.Net/Publication/320163143, 23 Maret 2021
5
Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama ini memiliki ruang
lingkup pembahasan yang tersendiri dan berbeda. Pernyataan Robert H. Thouless
memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok
atau masyarakat itu sendiri. Kajian berpusat pada pemahaman terhadap perilaku
keagamaan tersebut dengan dengan menggunakan pendekatan psikologi. ( Robert
H. Thouless ).
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan
menelaah kehidupan kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa
besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan
hidup pada umumnya. Disamping itu, psikologi agama juga mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
Lapangan penelitian psikologi agama mencankup proses beragama,
perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang
dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama yang dianut). Oleh
karena itu, Zakiah Daradjat mengemukakan ruang lingkup yang menjadi lapangan
kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai6:
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut
menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum) seperti rasa lega
dan tentram setelah sembahyang
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual
terhadap Tuhannya, seperti kelegaan batin.
3. Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan
adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti dan mempelajari kasadaran dan perasaan orang terhadap
kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa
dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah
lakunya dalam kehidupan.
Noer Rohma, Psikologi Agama, (cet.I; Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2021),
7
h. 10.
8
2. Tingkat tarikat yaitu pengamalan ajaran agama sebagai jalan atau alat
untuk mengarahkan jiwa dan moral. Dalam tataran ini, seseorang
menyadari bahwa ajaran agama yang dilaksanakannya bukan semata-mata
sebagai tujuan tapi sebagai alat dan metode untuk meningkatkan moral.
Contoh, Puasa Ramadan tidak hanya dipandang sebagai kewajiban tapi
juga disadari sebagai media untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu
sikap bertaqwa. Demikian juga tuntutan-tuntutan syariah lainnya disadari
sebagai proses untuk mencapai tujuan moral.
3. Tingkatan hakikat yang berarti realitas, senyatanya, dan sebenarnya.
Dalam tasawuf yang nyata dan yang sebenarnya adalah Allah yang Maha
Benar (al-Haq). Pada tingkat hakikat berarti dimana seseorang telah
menyaksikan Allah swt dengan mata hatinya. Pemahaman lain dari hakikat
adalah bahwa hakikat merupakan inti dari setiap tuntutan syariat. Berbeda
dengan syariat yang menganggap perintah sebagai tuntutan dan beban
maka dalam tataran hakikat perintah tidak lagi menjadi tuntutan dan beban
tapi berubah menjadi kebutuhan.
8
Noer Rohma, Psikologi Agama h. 11-12
9
https://dosenpsikologi.com/psikologi-agama, 19 Maret 2021.
10
Noer rohma, Psikologi Agama, h.16
10
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan
manusia yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan kehendak yang
bersifat abstrak yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan
kehidupan batin, manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia dan menimbulkan cara hidup manusia atau ajaran-ajaran yang
diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul.
2. Adapun masalah-masalah yang mampu dijangkau dalam kajian psikologi
agama adalah disekitar: bagaimana sikap batin seseorang dalam kaitannya
dengan kepercayaannya kepada Tuhannya, adanya surga dan neraka, alam
akhirat dan sebagainya. Selanjutnya, bagaimana keyakinan tersebut
mempengaruhi dirinya atau sikap mentalnya, sehingga menimbulkan
semangat berkorban dan beribadah yang sungguh-sungguh. Selain itu,
timbul pula dari dalam dirinya macam-macam perasaan, seperti: rasa
tenang, tenteram, sabar, dan tawakkal
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, banyak
kekurangan. Jadi, semoga para pembaca mampu memberikan saran kepada
penulis. Adapun tujuan penulis membuat makalah ini diharapakn kepada pembaca
mampu memahami defenisi dan lingkup kaian psikologi agama dengan baik.
11
12
DAFTAR RUJUKAN