Anda di halaman 1dari 13

PRIMARY MENU

Lanjut ke konten

nhakin
Beranda » Tak Berkategori » Makalah Pengelolaan Sumber Daya Alam di Indonesia

Makalah Pengelolaan Sumber Daya Alam di Indonesia


Posted on 12 November 2016 by nhakin

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya alam di Indonesia adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk
proses produksi. Sumber daya alam ialah semua kekayaan alam baik berupa benda mati
maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Proses terbentuknya sumber daya alam di Indonesia disebabkan oleh
berbagai faktor, yakni secara astronomis, geologis, dan wilayah lautan yang mengandung
berbagai biota laut.

Secara astronomis, Indonesia terletak di daerah tropik dengan curah hujan tinggi
menyebabkan aneka ragam jenis tumbuhan dapat tumbuh subur. Oleh karena itu Indonesia
kaya akan berbagai jenis tumbuhan. Sedangkan secara geologis, Indonesia terletak pada
pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan pegunungan muda menyebabkan
terbentuknya berbagai macam sumber daya mineral yang potensial. Selain itu, wilayah lautan
di Indonesia mengandung berbagai macam sumber daya nabati, hewani, dan mineral antara
lain ikan laut, rumput laut, mutiara serta tambang minyak bumi. Hal yang demikianlah yang
menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah.

Jumlah dan kualitas sumber daya alam sangat banyak dan tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Selain itu, kualitasnya pun sangat bagus dan dapat diekspor ke berbagai negara
sehingga dapat memenuhi devisa negara. Jenis sumber daya alam yang diekspor seperti
minyak bumi, gas alam dan bahan tambang lainnya serta hasil pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan pariwisata selain itu hasil industri juga dapat diekspor keluar
negeri. Dengan demikian, dibutuhkan pula kesadaran setiap warga negara untuk senantiasa
menjaga sumber daya alamnya.

Kesadaran akan bahaya lingkungan dan kelangkaannya telah mendorong manusia untuk
memanfaatkan sumber daya alam secara hati-hati. Mereka menyadari hanya perencanaan
yang bijaksana yang akan memungkinkan manusia dapat menikmati kemajuan. Pelestarian
sumber daya alam merupakan bagian dari pelestarian lingkungan. Pengelolaan sumber daya
yang mengarah pada pelestarian lingkungan sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang baru.
Perlunya pelestarian sumber daya alam pada prinsipnya agar nilai sumber daya itu bisa relatif
tetap dari waktu ke waktu. Hal ini sejalan dengan bertambahnya waktu maka nilai sumber
daya akan mengalami penurunan sehingga kualitas lingkungan hidup akan mengalami
perubahan. Pelestarian dalam pengelolaan sumber daya alam di sini bukan berarti keserasian
dan keseimbangan lingkungan melainkan melestarikan daya dukung lingkungan yang dapat
menopang kehidupan. 

Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

Apa saja ragam sumber daya alam Indonesia?

Bagaimana permasalahan sumber daya alam Indonesia?

Bagaimana kebijkan sumber daya alam Indonesia?

Bagaimana dominasi sumber daya alam di Indonesia?

Bagaimana contoh kasus pengelolaan sumber daya alam di Indonesia dan penyelesaiannya?
BAB II

PEMBAHASAN
1. Ragam Sumber Daya Alam Indonesia

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah potensi sumber daya yang terkandung dalam
bumi (tanah), air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan manusia. SDA dibagi menjadi dua yaitu SDA yang dapat diperbaharui dan SDA
yang tidak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui ialah sumber daya alam yang
dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus. SDA
yang dapat diperbaharui meliputi hewan, tumbuhan dan penampakan alam. SDA ini harus
kita jaga kelestariannya agar tidak merusak keseimbangan ekosistem. 

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang apabila
digunakan secara terus-menerus akan habis. Sumber daya yang terbatas tetapi tidak dapat
diperbaharui ini memberikan masalah yang sangat serius karena sumber daya tersebut kian
lama, kian berkurang. Sumber daya tersebut berupa bahan tambang. Barang-barang tambang
menurut Ibnu Qudamah dalam al Mughni yaitu “Segala sesuatu yang keluar dari dalam bumi
berupa apa yang diciptakan Allah di dalamnya dari yang selainnya, dari hal-hal yang
memiliki nilai”. Barang tambang diperoleh dengan usaha eksplorasi berupa penggalian dari
dalam perut bumi, baik yang berada di dalam tanah atau di dasar lautan agar dapat
dimanfaatkan oleh manusia, meliputi bijih besi, tembaga, minyak bumi, emas, perak, garam,
dan barang lainnya. Maka dari itu, seluruh masyarakat sebagai khalifah diharapkan mampu
memanfaatkan semua itu dengan sebaik-baiknya agar menjaga keberlangsungannya demi
generasi yang akan datang.
Sehubungan dengan pemanfaatan SDA, agar lingkungan tetap lestari, harus diperhatikan
tatanan/tata cara lingkungan itu sendiri. Dalam hal ini manusialah yang paling tepat sebagai
pengelolanya karena manusia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan organisme
lain. Manusia mampu merombak, memperbaiki, dan mengkondisikan lingkungan seperti
yang dikehendakinya. Konsumen sering terlihat menentang keputusan produk yang
mempengaruhi lingkungan alam. 

2. Masalah Sumber Daya Alam

Indonesia merupakan negeri yang berlimpah akan sumber daya alamnya, baik berupa benda
mati maupun benda hidup yang berada di negeri kita ini yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Terutama minyak bumi, gas alam, beberapa jenis
barang tambang, mineral, hutan tropis dengan berbagai jenis kayu dan hasil hutannya,
kekayaan laut, dan sebagainya. 

Seperti yang kita ketahui bahwa sumber daya alam ada yang dapat diperbaharui namun juga
ada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Semuanya memiliki potensi yang dapat
diusahakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tergantung dari kemampuan
manusianya untuk mengelola. Setiap padang pasir, pantai, bukit, gunung, lembah, tanah mati
yang tidak terurus dan belum pernah ditanami atau yang pernah ditanami kemudian
terbengkalai karena tidak dikelola, maka tanah tersebut milik negara dan khalifah
mengaturnya untuk kemaslahatan umat. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh  negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Namun
menjaga kelestarian alam beserta seluruh sumber dayanya tidak semudah itu. Adapun
beberapa persoalan sumber daya alam yakni sebagai berikut:

Penebangan liar

Penambangan tanpa ijin

Pencurian ikan

Pemanasan global

Bencana alam (banjir, tsunami, gempa bumi, longsor, dan lain-lain).

Limbah

Kebakaran hutan

Polusi udara

Gagal panen
Pencemaran lingkungan

Permasalahan di pemukiman

3. Kebijakan Sumber Daya Alam

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,


pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan
kerusakan dan pencemaran lingkungan. Melalui penerapan pengelolaan lingkungan hidup
akan terwujud kedinamisan dan harmonisasi antara manusia dengan lingkungannya. Untuk
mencegah dan menghindari tindakan manusia yang bersifat kontradiksi dari hal-hal tersebut
di atas, pemerintah telah menetapkan kebijakan melalui Undang-undang Lingkungan Hidup. 

Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup disahkan


oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1982. Undang-undang ini berisi 9
Bab terdiri dari 24 pasal. Undang-undang lingkungan hidup bertujuan mencegah kerusakan
lingkungan, meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dan menindak pelanggaran-
pelanggaran yang menyebabkan rusaknya lingkungan. Upaya pengelolaan yang telah
digalakkan dan undang-undang yang telah dikeluarkan belumlah berarti tanpa didukung
adanya kesadaran manusia akan arti penting lingkungan. Hal tersebut dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas lingkungan serta kesadaran bahwa lingkungan yang ada saat ini
merupakan titipan dari generasi yang akan datang.

Pengelolaan sumber daya alam melingkupi bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya (Pasal 33  Ayat 3 UUDN RI 45) dan diperluas dengan unsur “ruang angkasa“
(UU Nomor 5 Tahun 1960 ® UUPA).

Ketentuan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 memberikan penegasan tentang :

Memberikan kekuasaan kepada negara untuk “menguasai” bumi dan air serta kekayaan alam
yang terkandung di dalanya sehingga negara mempunyai “hak menguasai”. Hak ini adalah
hak yang berfungsi dalam rangkaian hak-hak penguasaan sumber daya alam di Indonesia.

Membebaskan serta kewajiban kepada negara untuk mempergunakan sumber daya alam yang
ada untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pengertian sebesar-besar kemakmuran rakyat
menunjukkan kepada kita bahwa rakyatlah yang harus menerima manfaat kemakmuran dari
sumber daya alam yang ada di Indonesia. 

Usaha pelestarian sumber daya alam hayati tidak lepas dari usaha pelestarian lingkungan
hidup. Usaha-usaha dalam pelestrian lingkungan hidup bukan hanya tanggung jawab
pemerintah saja, melainkan tanggung jawab kita semua. Untuk menggalakkan perhatian kita
kepada pelestarian lingkungan hidup, maka setiap tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari
Lingkungan Sedunia. Di tingkat Internasional, peringatan Hari Lingkungan Hidup ditandai
dengan pemberian penghargaan kepada perorangan atau pun kelompok atas sumbangan
praktis mereka yang berharga bagi pelestarian lingkungan atau perbaikan lingkungan hidup di
tingkat lokal, nasional, dan internasional. Penghargaan ini diberi nama “Global 500” yang
diprakarsai Program Lingkungan PBB (UNEP = United Nation Environment Program).

Di tingkat nasional, Indonesia tidak ketinggalan dengan memberikan hadiah, sebagai berikut.
Kalpataru berupa pahatan Kalpataru tiga dimensi yang berlapis emas murni. Pahatan ini
mencontoh pahatan yang terdapat pada Candi Mendut yang melukiskan pohon kehidupan
serta mencerminkan sikap hidup manusia Indonesia terhadap lingkungannya, yaitu
keselarasan dan keserasian dengan alam sekitarnya.

Selain usaha-usaha tersebut di atas, usaha lain yang tidak kalah pentingnya adalah
didirikannya bermacam-macam perlindungan alam seperti Taman Wisata, Taman hasional,
Kebun Raya, Hutan Buru, Hutan Lindung, dan Taman Laut. Alam yang serasi adalah alam
yang mengandung berbagai komponen ekosistem secara seimbang. Komponen-komponen
dalam ekosistem senantiasa saling bergantung. Keseimbangan inilah yang harus tetap dijaga
agar pelestarian keanekaragaman dalam sumber daya alam tetap terjamin. Keseimbangan
akan terganggu jika komponen di dalamnya terganggu atau rusak. Terjadinya banjir, gunung
meletus, gempa bumi, wabah penyakit, dan sebagainya dapat menyebabkan adanya kerugian
dalam bidang ekonomi, biologi, bahkan perusakan peninggalan-peninggalan budaya.

Upaya pengelolaan limbah yang saat ini tengah digalakkan adalah pendaurulangan atau
recycling. Dengan daur ulang dimungkinkan Hal tersebut pun terkadang telah diatur oleh
hukum (lingkungan politik-hukum). Lingkungan politik-hukum ini terdiri dari badan hukum,
badan pemerintah, dan kelompok LSM yang mempengaruhi serta membatasi berbagai
organisasi dan perorangan. Kadang-kadang hukum ini menciptakan peluang bisnis yang baru.
Sebagai contoh hukum yang menganjurkan daur ulang memberikan dorongan yang sangat
besar bagi industri daur ulang dan mendorong penciptaan perusahaan baru yang
menghasilkan produk baru dari bahan daur ulang. Usaha lain dalam mengurangi polusi
adalah memanfaatkan tenaga surya. Tenaga panas matahari disimpan dalam sel-sel solar
untuk kemudian dimanfaatkan dalam keperluan memasak, memanaskan ruangan, dan tenaga
gerak. Tenaga surya ini tidak menimbulkan polusi.

Selain tenaga surya, tenaga angin dapat pula digunakan sebagai sumber energi dengan
menggunakan kincir-kincir angin. Di beberapa negara maju telah banyak dilakukan
pemisahan sampah organik dan anorganik untuk keperluan daur ulang. Dalam tiap rumah
tangga terdapat tempat sampah yang berwarna-warni sesuai peruntukkannya. Alam pada
dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun serasi dan seimbang. Oleh karena
itu, perlindungan dan pengawetan alam harus terus dilakukan untuk mempertahankan
keserasian dan keseimbangan itu.

Adapun kebijakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup dalam GHBN 1999 – 2004:

Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.

Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan, dengan menerapkan
teknologi ramah lingkungan.
Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan
dalam pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan
yang tidak dapat balik.

Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah


dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan
lingkungan hidup sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga, yang diatur dengan undang-
undang.

Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan


memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang
berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang, yang
pengusahaannya diatur dengan undang-undang.

Arah kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam  dalam TAP MPR No. IX/MPR/2001
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam:

Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang


berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dalam rangka sinkronisasi kebijakan
antarsektor yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 5 Ketetapan ini.

Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber daya alam melalui identifikasi dan
inventarisasi kualitas dan kuantitas sumber daya alam sebagai potensi dalam pembangunan
nasional.

Memperluas pemberian akses informasi kepada masyarakat mengenai potensi sumber daya
alam di daerahnya dan mendorong terwujudnya tanggung jawab sosial untuk menggunakan
teknologi ramah lingkungan termasuk teknologi tradisional.

Memperhatikan sifat dan karakteristik dari berbagai jenis sumber daya alam dan melakukan
upaya-upaya meningkatkan nilai tambah dari produk sumber daya alam tersebut.

Menyelesaikan konflik-konflik pemanfaatan sumber daya alam yang timbul selama ini
sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin
terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana
dimaksud Pasal 5 Ketetapan ini.

Menyusun strategi pemanfaatan sumber daya alam yang didasarkan pada optimalisasi
manfaat dengan memperhatikan kepentingan dan kondisi daerah maupun nasional.

Parameter Kebijakan PSDA bagi Pembangunan Berkelanjutan. Reformasi pengelolaan


sumber daya alam sebagai prasyarat bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan dapat
dinilai dengan baik apabila terumuskan parameter yang memadai. Secara implementatif,
parameter yang dapat dirumuskan diantaranya:

Desentralisasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan mengikuti
prinsip dan pendekatan ekosistem, bukan administratif.
Kontrol sosial masyarakat dengan melalui pengembangan transparansi proses pengambilan
keputusan dan peran serta masyarakat . Kontrol sosial ini dapat dimaknai pula sebagai
partisipasi dan kedaulatan yang dimiliki (sebagai hak) rakyat. Setiap orang secara sendiri-
sendiri maupun berkelompok memiliki hak yang sama dalam proses perencanaan,
pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi pada pengelolaan dan
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Pendekatan utuh menyeluruh atau komprehensif dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Pada parameter ini, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
harus menghilangkan pendekatan sektoral, namun berbasis ekosistem dan memperhatikan
keterkaitan dan saling ketergantungan antara faktor-faktor pembentuk ekosistem dan antara
satu ekosistem dengan ekosistem lainnya.

Keseimbangan antara eksploitasi dengan konservasi dalam pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan hidup sehingga tetap terjaga kelestarian dan kualitasnya secara baik.

Rasa keadilan bagi rakyat dalam pemanfaatan sumber daya alam dan      lingkungan hidup.
Keadilan ini tidak semata bagi generasi sekarang semata, tetapi juga keadilan untuk generasi
mendatang sesudah kita yang memiliki hak atas lingkungan hidup yang baik.

4. Dominasi Sumber Daya Alam Indonesia

Memiliki 160 lebih Badan Usaha Milik Negara (BUMN) jelas bukan dosa besar. Namun
selama ini BUMN seakan menjadi sapi perah yang bisa dimanfaatkan oleh kalangan tertentu
yang memiliki kepentingan. Pembenahan dan penanganan BUMN selama ini masih sekadar
konsep. Implementasinya pun masih terkendala karena kentalnya politisasi dan birokrasi.
Bahkan, tak sedikit aset-asetnya dijual ke pihak asing. Padahal, BUMN adalaa aset negara
sangat potensial yang dapat digunakanuntuk kesejahteraan rakyat.

Dominasi swasta pada pengelolaan sumber daya Alam Indonesia Di Indonesia terdapat dua
kategori badan usaha yaitu badan usaha milik negara dan badan usaha swasta. Kedua badan
usaha tersebut sama-sama mengelola sumber daya alam Indonseia. Pada sektor hutan,
Indonesia memiliki PT Perkebunan Nusantara dan 274 perusahaan pemegang HPH dengan
arela seluas 20.899.673 ha. Sedangkan perusahaan kehutanan yang masuk dalam BUMN
hanya tiga yaitu Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara, dan PT Inhutani. 

Pada sektor air, di Indonesia terdapat satu perusahaan yakni Perum Jasa Tirta yang salah satu
bidang usahanya adalah menyediakan air baku, sedang perusaah air (air minum) di Indonesia
terdapat 50 perusahaan air minum dalam kemasan. Pada sektor migas hanya terdapat satu
perusaahaan negara yaitu Pertamina, sedang jumlah perusahaan migas swasta berjumlah 41.
Aset pertamina hanya sekitar 22.244 barel pada tahun 2012, sedang aset perusahaan swasta
mencapai 710.190 barel. Hampir seluruh sektor mineral batubara yang ada di Indonesia
dikelola oleh badan usaha swasta, seperti PT Freeport Indonesia, PT Newmont Nusa
Tenggara, PT Newmont Minahasa Raya dan lain sebagainya.

Pemerintah telah berusaha menjaga agar kelestarian alam kita tetap terjaga. Hal tersebut
ditandai dengan undang-undang perseroan terbatas yaitu UU RI No. 40 Tahun 2007 Bab V
Pasal 74 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan yang menyatakan bahwa “Perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Di mana tanggung jawab sosial dan
lingkungan tersebut merupakan kewajiban yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perusahaan. 

Berdasarkan data-data sebelumnya di atas, maka dapatlah diketahui bahwasanya pengelolaan


sumberdaya alam di Indonesia lebih cenderung dilakukan oleh  badan usaha swasta daripada
badan usaha milik negara. Sehingga tujuan pencapaian kemakmuran rakyat dari hasil
pengelolaan sumberdaya alam agaknya sulit tercapai, sebab pengelolaan sumber daya alam di
Indonesia telah didominasi oleh badan usaha swasta yang kontribusinya terhadap bangsa
Indonesia bisa dikatakan hanya sebatas membayar pajak dan iuran bukan pajak. 

5. Kasus Pengelolaan Sumber Daya Alam (Kerusakan Lingkungan)

Permasalahan 

Sekitar 70% daratan di Indonesia berupa kawasan hutan Negara. Pengelolaan hutan tersebut
berada pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengelolaan hutan memberikan
tambahan PAD (Pendapatan Asli Daerah), membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan
menggiatkan sector ekonomi. Namun pemanfaatan hutan yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan hutan. Dampak kerusakan hutan bagi perekonomian hanyalah
bagian kecil dari total dampak yang sebenarnya. Dampak ekonomi tidak mencerminkan
seluruh dampak yang terjadi. Fungsi hutan sebagai daya dukung lingkungan justru memberi
peran lebih besar.

Masalah utama lingkungan adalah masalah kerusakan hutan. Kondisi kawasan hutan yang
telah rusak tersebut disebabkan antara lain oleh adanya ilegal logging dan perambahan hutan.
Perambahan hutan pada umumnya bertujuan untuk keperluan perkebunan seperti kelapa
sawit, karet, kopi dll. Kerusakan hutan juga disebabkan oleh kebakaran hutan. Kebakaran
hutan ini dari tahun ke tahun bertambah luas. Pada tahun 1997 luas kebakaran hutan seluas
2.091 ha dengan 31 titik api. Pada tahun 2006 sebagai akibat kemarau yang panjang
kebakaran hutan semakin luas yang mengakibatkan tebalnya asap di udara yang  dapat
menimbulkan berbagai masalah.

Sebab-sebab Kerusakan Hutan 

Akibat Alam 

Letusan Gunung Berapi.

Naiknya air permukaan laut dan tsunami

Serangan hama dan penyakit.

Akibat Ulah Manusia


Kebakaran hutan.

Illegal logging (Penebangan liar).

Perladangan berpindah.

Perkebunan monokultur.

Perkebunan kelapa sawit.

Konversi lahan gambut menjadi sawah.

Pertambangan.

Transmigrasi.

Penggembalaan Ternak dalam hutan

Pemukiman penduduk.

Pembangunan perkantoran.

Di era otonomi daerah, areal perkantoran tidak hanya terdapat pada daerah perkotaan yang
ramai. Komplek perkantoran juga dibangun pada lahan-lahan hutan, terutama kabupaten yang
baru. Pemerintah daerah di kabupaten baru membuka lahan hutan untuk membuat kawasan
pemukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan juga untuk areal perkantoran.
Untuk menunjang kebutuhan tersebut pemerintah daerah mengajukan izin alih fungsi lahan
ke kementerian kehutanan.

Pembangunan infrakstruktur perhubungan seperti jalan, lapangan udara, pelabuhan kapal, dan
lain-lain.

Lemahnya Penegakan hukum

Lemahnya penegakan hukum dibidang kehutanan dapat diamati dari hanya sedikit
pelanggaran hukum di bidang kehutanan yang berhasil dituntut dan para pengusaha sebagai
pelaku utama justru dapat menghindari hukuman. Penegakan peraturan perundangan yang
tidak efektif dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal berikut:

Substansi peraturan tidak dapat rnengendalikan biaya transaksi tinggi di luar biaya resmi
yang telah ditetapkan;

Instansi pemerintah belum menerapkan peraturan itu sehingga kontrol yang seharusnya
dilakukan tidak berjalan;
Masyarakat (terrnasuk dunia usaha) belum memahami isi peraturan atau bahkan tidak
mengetahuinya sarna sekali;

Sanksi yang mungkin ada dari implementasi suatu peraturan tidak berjalan, sehingga
masyarakat tidak melihat adanya resiko apabila rnereka rnelanggar peraturan;

Biaya yang ditanggung ketika melakukan pelanggaran peraturan lebih murah daripada bila
peraturan dipatuhi.

Masalah Ketidakadilan

Kebijakan ekonomi khususnya dalam alokasi dan pengelolaan kawasan hutan lebih memihak
kepentingan investor daripada kepentingan ekologis, dan social masyarakat local. Akibatnya
dapat diamati sekarang kerusakan alam dan kehancuran fungsi ekologis hutan dan merusak
tatanan masyarakat adat yang hidup beratus-ratus tahun di dalam dan sekitar hutan. Misalnya,
sampai akhir 2009, ijin-ijin dan hak sumberdaya hutan bagi masyarakat local kurang dari
400.000 Ha, sementara itu alokasi ijin bagi usaha besar pernah mencapai angka 60 juta Ha
pada tahun 1990an, kini sekitar 36 juta Ha (Kemenhut, 2010).

Kesejahteraan Masyarakat Lokal Semakin Rendah

Kesejahteraan mayoritas masyarakat yang tinggal di sekitar hutan masih minim. Adapun
angka ekonomi yang menyatakan adanya peningkatan penghasilan hanya terjadi secara
absolut. Sedangkan biaya hidup secara keseluruhan di sekitar lokasi pengusahaan hutan
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan penghasilan mereka. Ini terutama
karena semakin sulitnya warga masyarakat mengakses ke hutan, dan ikut memanfaatkan hasil
hutan, meskipun hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (sayur-sayuran, buah,
getah karat liar, dsb.)

Pengabaian terhadap Nilai Ekologi

Nilai Ekologi berupa jasa lingkungan hutan tidak pernah dimasukkan kedalam perhitungan
ekonomi. Akibatnya pemeliharaan hutan dalam neraca ekonomi dianggap sebagai beban atau
biaya bukan dianggap sebagai investasi jangka panjang. Jasa lingkungan seperti; memelihara
udara, menjaga erosi dan banjir, menjaga keanekaragaman hayati, pendidikan, sumber plasma
nutfah, rekreasi, dan sebagainya belum dikonversi dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat
dibandingkan dengan nilai ekonomisnya seperti kayu. Apabila perbandingan tersebut
didapatkan, dan kemudian ternyata nilai ekologisnya lebih tinggi dari nilai ekonomi, maka
dapat diperkirakan hutan tidak lagi mudah dikonversi menjadi peruntukan lain. Dan alokasi
anggaran negara untuk sektor kehutanan tentunya juga akan meningkat.

6. Solusi  Kerusakan Hutan di Indonesia

Sosialisasikan kepada seluruh generasi Indonesia mengenai akan pentingnya menjaga hutan
untuk kehidupan mendatang. 
Peran serta orang tua sangat diperlukan dalam rangka menciptakan bibit unggul generasi
muda yang dapat menyelamatkan bumi ini kelak. Orang tua dapat mengajarkan pada anaknya
hal kecil seperti untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mengajari anak untuk cinta
terhadap siapapun termasuk kepada alam. 

Peran sekolah juga sangat berperan penting dalam mewujudkan Indonesia hijau kembali.
Sekolah dpaat memberikan materi PLH yang dapat diajarkan mulai dari jenjang SD sampai
dengan SMA. Sekolah juga dapat membiasakan siswanya agar dapat menanami lahan kosong
dengan tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat. 

Peran masyarakat juga tidak kalah penting dalam menjaga kelestarian hutan Indonesia,
masyarakat dapat diberikan arahan dan ilmu pengetahuan mengenai cara penanaman
tumbuhan dengan disertai manfaat lainnya yang berguna bagi kehidupan. 

Pemerintah harus sering mengecek janji-janji para penambang yang akan melakukan
reboisasi atas lahan yang telah gundul. Karena sesuai dengan pengalaman para penambang
hanya menanami bagian pinggir lokasi tambang saja dan tidak menanami pohon dibagian
tengahnya. 

Mencanangkan program “Five Tree for One Human”. Tidak bisa dibayangkan jika
pemerintah Indonesia mencangkan program ini. Kalau setiap penduduk Indonesia menanam 5
pohon, maka akan ada sekitar 1 milyar pohon yang berdiri kokoh di Indonesia. Pemerintah
mengurangi perizinan pertambangan dan juga perkebunan yang jika kita biarkan dia akan
semena-mena merusak hutan yang kita lestarikan menjadi gundul. Pemberdayaan masyarakat
pesisir agar mau mereboisasi hutan mangrove yang telah rusak.

Dalam jangka pendek adalah penegakan hukum. Hal ini sangat penting untuk     mencegah
praktek-praktek ilegal logging dan perambahan hutan yang semakin luas.

Hendaknya kegiatan pembangunan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini seringkali


dilanggar oleh pelaksana pembangunan.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah potensi sumber daya yang terkandung dalam
bumi (tanah), air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan manusia. SDA dibagi menjadi dua yaitu SDA yang dapat diperbaharui dan SDA
yang tidak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui ialah sumber daya alam yang
dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus.
Sedangkan, sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang
apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. 

Namun menjaga kelestarian alam beserta seluruh sumber dayanya tidak semudah itu. Adapun
beberapa persoalan sumber daya alam yakni penebangan liar, penambangan tanpa ijin,
pencurian ikan, pemanasan global, bencana alam (banjir, tsunami, gempa bumi, longsor, dan
lain-lain), limbah, kebakaran hutan, polusi udara, gagal panen, pencemaran lingkungan, dan
permasalahan di pemukiman.

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,


pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup disahkan
oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1982. Undang-undang ini berisi 9
Bab terdiri dari 24 pasal. Pengelolaan sumber daya alam melingkupi bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (Pasal 33  Ayat 3 UUDN RI 45) dan diperluas
dengan unsur “ruang angkasa“ (UU Nomor 5 Tahun 1960 ® UUPA).

Dominasi Swasta Pada Pengelolaan Sumberdaya Alam Indonesia Di Indonesia terdapat dua
kategori badan usaha yaitu badan usaha milik negara dan badan usaha swasta. Kedua badan
usaha tersebut sama-sama mengelola sumber daya alam Indonesia. Pengelolaan sumberdaya
alam di Indonesia lebih cenderung dilakukan oleh  badan usaha swasta daripada badan usaha
milik negara. Sehingga tujuan pencapaian kemakmuran rakyat dari hasil pengelolaan sumber
daya alam agaknya sulit tercapai, sebab pengelolaan sumber daya alam di Indonesia telah
didominasi oleh badan usaha swasta yang kontribusinya terhadap bangsa Indonesia bisa
dikatakan hanya sebatas membayar pajak dan iuran bukan pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukman. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, cetakan I. Jakarta: Erlangga. 2012.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran: Edisi Ketiga Belas Jilid I,
cetakan V. Jakarta: Erlangga. 2009.

Mas’udi, Masdar Farid. Syarah Konstitusi UUD 1945 dalam Perspektif Islam, cetakan III.
Jakarta: Pustaka Alvabet. 2011.

Rafick, Ishak dan Baso Amir. BUMN Expose: Menguak Pengelolaan Aset Negara Senilai
2.000 Triliun Lebih, cetakan  I. Jakarta: Ufuk Publishing House.

Undang-Undang Perseroan Terbatas: Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007, cetakan I.


Tangerang Selatan: SL Media.

Iklan
Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook

Terkait
Sejarah Munculnya Pemikiran Ekonomidalam "Tak Berkategori"
Materi Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)dalam "Tak Berkategori"
Sejarah dan Perkembangan Hukum Perbankan Syariah di Indonesiadalam "Tak Berkategori"
Tandai permalink.
Navigasi pos
← MAKALAH ZAKAT HARTA SYARAT-SYARAT ZAKAT HARTA

TIPS SUKSES DALAM SURAH AL-ASR →

Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar 

Nama * 
Surel * 
Situs Web 

 Beri tahu saya komentar baru melalui email.

 Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.

Iklan
Blog di WordPress.com.
 Ikuti

Anda mungkin juga menyukai