ANALISIS KASUS
Tn. H berusia 50 tahun datang ke IGD RSMP dengan keluhan nyeri dada
kiri sejak 8 jam SMRS. Nyeri disertai dengan rasa dada seperti tertimpa beban
berat. Nyeri menjalar sampai ke punggung dan ke ulu hati. Nyeri dirasakan lebih
dari 20 menit dan tidak hilang saat istirahat, disertai rasa panas dan keringat
dingin. Nyeri juga disertai dengan sesak nafas hilang timbul. Nyeri ulu hati (+),
mual dan muntah (-), demam (-),berdebar- debar (-). Keluhan serupa pernah
dirasakan 1 bulan yang lalu dan dibawa ke IGD RS. Riwayat DM (-), Hipertensi
(-), Asma (-), Riwayat jantung pada keluarga (+) yaitu ibu.
Berdasarkan anamnesis, keluhan os mengarah ke kejadian Infark miokard
akut (IMA). Dimana diagnosa IMA dapat ditegakkan dari gejala berupa riwayat
nyeri dada yang bertahan lebih dari 20 menit, penyebaran nyeri dapat menjalar ke
leher, rahang ataupun lengan kiri, dan adanya riwayat penyakit jantung. Dapat
ditemukan gejala seperti diaphoresis, mual, muntah, sesak nafas, jantung berdebar
bahkan pingsan. Yang termasuk kedalam kategori IMA adalah UAP, NSTEMI
dan STEMI. Dari ketiga kategori itu untuk menegakkannya dibutuhkan
pemeriksaan EKG dan enzim jantung. Apabila terdapat peningkatan enzim
jantung tanpa disertai dengan peninggian gelombang ST maka termasuk kedalam
kategori NSTEMI, dan apabila terdapat peningkatan enzim jantung dan
peninggian gelombang ST maka termasuk kedalam STEMI, dan jika tidak
terdapat keduanya maka termasuk kedalam UAP. Pada kasus ini belum dapat
dibedakan antara UAP dan NSTEMI karena belum dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa enzim jantung, dan dari EKG tidak ditemukan adanya
peninggian gelombang ST.
Pada kasus ini usia dan jenis kelamin pasien berpengaruh terhadap
kejadian dari IMA. Adanya riwayat penyakit jantung (genetic) dalam keluarga,
dan riwayat merokok sejak SMP juga dapat menjadi factor risiko penyakit jantung
pada pasien. Namun pemeriksaan untuk menunjang factor risiko lain belum
dilakukan seperti pemeriksaan LDL, HDL, dan kolesterol total untuk melihat
31
32
apakah ada factor risiko dyslipidemia. Factor risiko DM, hipertensi pada pasien
juga dapat disingkirkan.
Zat-zat toksik dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Racun nikotin dari rokok akan
menyebabkan darah menjadi kental sehingga mendorong percepatan pembekuan
darah. Platelet dan fibrinogen meningkat sehingga sewaktu-waktu dapat
menyebabkan terjadinya trombosis pada pembuluh koroner yang sudah
menyempit. Selain itu, rokok dapat meningkatkan oksidasi LDL, menurunkan
kadar HDL,
EKG
Pada EKG tidak ditemukan adanya kelainan seperti peningkatan atau
penurunan gelombang ST. Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat
serangan angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa
pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang-kadang
menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina; dapat
pula menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas.
Untuk mendiagnosa STEMI dari EKG adalah adanya elevasi segmen ST & gt;
1mm pada 2 sadapan ekstremitas atau elevasi ST > 2mm pada 2 sadapan
prekordial yang berhubungan, LBBB yang dianggap baru.
Pada pasien diberikan tatalaksana berupa Clopidogrel 1x75 mg, Sucralfat
3x 5 C, Aspilet 1 x 80 mg, clobazam 2x1 gram, inj. Pumpisel 1x40 mg. Inj. vinam
2x1 gram, cpz 2x1, IVFD asering gtt 10x/m
Clopidogrel merupakan obat yang memiliki efek anti agregasi dan
menghambat pembentukan trombus. Obat ini menghambat reseptor P2Y12 di
platelet secara ireversible. Sehingga pemberian clopidogrel tepat pada kasus
infark miokard akut.
Aspilet merupakan obat yang bekerja sebagai antiplatelet dengan cara
mengurangi, agregasi platelet sehingga dapat menghambat pembentukan trombus
pada sirkulasi arteri. Aspirin menghambat aktivitas enzim cyclooxygenase I dan II
33
Pada kasus ini prognosis pasien adalah dubia ad bonam untuk fungsionam
dan vitam karena prognosis untuk UAP dan NSTEMI lebih baik daripada STEMI.