Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK KUDA DAN KERBAU

MANAJEMEN PRODUKSI TERNAK KERBAU

OLEH

Nama: AGUSTAF UMBU HINA MBARADITA


Nim:1705030093

FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam upaya pemenuhan protein hewani, potensi ternak yang ada di Indonesia diperkirakan
belum dapat sepenuhnya memenuhi seluruh kebutuhan di dalam negeri sehingga perlu adanya
upaya pembibitan dalam mengembangkan sektor peternakan. Dalam upaya pemenuhan
kebutuhan daging tersebut, tidak harus disuplay dari ternak sapi akan tetapi kerbau juga memiliki
potensi yang baik untuk masyarakat.
Kerbau(Buballus buballis)merupakan salah satu ternak ruminansia besaryang telah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia.Meskipun kerbau belumbanyak mendapatkan perhatian
dari segi pemeliharaannya, akan tetapikerbaumerupakansalah satu ternak lokalyangmemiliki
sejumlah keunggulan danmemberi banyak manfaat khususnya bagi petani dan peternak
(Erdiansyah, 2009)
Kerbau termasuk ternak ruminansia besar yang mempunyai potensi tinggi dalam mendukung
program swasembada daging di Indonesia. Beberapa potensi yang dimiliki ternak kerbau antara
lain mampu memanfaatkan pakan berkualitas rendah, dapat bertahan dalam lingkungan yang
cukup ‘keras’ dan dapat dikembangkan dengan pola ekstensif maupun terintegrasi dengan
komoditas lain.
Kerbau memiliki beberapa peranan utama secara nasional yaitu selain sebagai penghasil daging
yang mendukung program pemerintah dalam hal swasembada daging, juga sebagai ternak kerja,
penghasil susu dan pupuk.
Murtidjo (1992) menjelaskan bahwa potensi kerbau sebagai ternak potong ternyata cukup tinggi,
meskipun kerbau sebagai ternak potong tidak sepopuler sapi karena dagingnya berwarna lebih
tua dan keras dibanding daging sapi, seratnya lebih kasar dan lemaknya berwarna kuning.
Ternak kerbau yang digemukkan, umumnya memiliki kemampuan pertambahan bobot badan
rata-rata per hari lebih tinggi dibanding ternak sapi.
2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana manajemen produksi ternak kerbau yang baik?
3. TUJUAN
Untuk mengetahui cara manajemen produksi ternak kerbau
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

Kerbau adalah hewan yang termasuk lembu disamping ternak sapi (lembu sejati). Kerbau
dibedakan dengan sapi karena kerbau dianggap sebagai bentuk yang paling primitive ditinjau
dari tengkoraknya. Kerbau mempunyai sungut (moncong) yang lebar, kuping besar, tanduk subur
pertumbuhannya relative lambat, rambut jarang. Kaki dengan sepatu yang melebar disesuaikan
untuk kehidupan di rawa-rawa/ tanah becek (Baikuni, 2002).
Asia adalah tempat asal kerbau. 95% dari populasi kerbau di dunia terdapat di Asia. Banyak
negara-negara Asia yang tergantung pada spesies ini, baik untuk daging, susu atau tenaga
kerjanya (Hardjosubroto W, 2004). Kerbau Asia (Bubalus bubalis) sekarang masih hidup secara
liar di India (dengan nama Arni) Arni liar hidup menyebar luas sampai Asia Kecil, Eropa Selatan
dan Afrika Utara. Warna kehitaman, tanduk tidak bertemu, berat badan mencapai 1200 Kg,
tinggi gumba 1,7m. Bubalus bubalis ini hidup di Philipina dengan perubahan bentuk dengan
nama Kerbau Mindoro (Bubalus mindoroensis). Di Indonesia orang berpendapat bahwa telah
tidak ada kerbau liar, sedangkan kerbau-kerbau yang dianggap liar tersebut sebenarnya berasal
dari kerbau yang telah jinak, seperti Kerbau Jalang di Banten Selatan dan Bengkulu.
Tujuan produksi umumnya adalah tujuan daging dan ternak kerja. Di luar Pulau Jawa terdapat di
Sulawesi Tenggara dan Selatan serta Nusa Tenggara, Flores, Sumba dan Sumbawa. Kerbau di
Sulawesi ada yang dalam bentuk kerdil tinggi 1 m disebut dengan Anoa (Bubalus depresicornis).
Kerbau di Indonesia umumnya berat badannya mencapai 500 – 600 Kg dengan tinggi 120 – 130
cm.
Secara systematic zoology dapat disusun sebagai berikiut:
Kingdom: Animal
Phylum: Chordata
Class: Mamalia
Ordo: Ungulata
Family: Bovidae
Genus: Bubalus
Species: Bubalus species
Adapn beberapa hal yang perlu diperhatiakn dalam manajemen produksi ternak kerbau adalah
1. Manajemen Perkandangan
Manajemen PerkandanganPerkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan
kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu
peternakan(Syarif dan Sumoprastowo, 1985).Kandang merupakan suatu bangunan yang
memberikan rasa aman dan nyaman bagi ternak. Kandang berfungsi untuk melindungi sapi
terhadap gangguan luar yang merugikan (Sudono et al., 2003). Lokasi kandang harus dekat
dengan sumber air, tidak membahayakan ternak dan tidak berdekatan dengan pemukiman
penduduk. Lokasi usaha peternakan diusahakan bukan areal yang masuk dalam daerah perluasan
kota dan juga merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk peternakan sapi perah (Syarif dan
harianto, 2011). Kandang yang dibuat untuk sapi perah disediakan dengan berbagai tipe kandang
yaitu kandang pedet, kandang pedet lepas sapih, kandang sapi dara, kandang sapi dewasa atau
kandang sapi masa produksi, kandang sapi kering kandang (Prasetya, 2012).Daerah –daerah
yang cerah dengan matahari penuh tinggi atap kandang sebaiknya antara 3,6 –4,2 m. Ketinggian
tersebut sudah cukup untuk membatasi difusi radiasi matahari yang diterima sapi didalam
kandang. Pembuatan ventilasi untuk daerah tropis sebaik nya menggunakan ventilasi dinding
terbuka dengan penempatan kandang pada letak dataranyang tinggi sehingga ventilasi akan
mendapat hembusan angin yang akan mereduksi panas nya suhu tubuh sapi FH3(Yani dan
Purwanto, 2006).Menurut Sutar (1981) Produktivitas sapi perah akan optimal, apabila dipelihara
pada kandang yang bersuhu berkisar antara 18 –21°C dan kelembaban udara 55%. kelembaban
yang ideal untuk sapi perah adalah 60% -70% (Sudono et al., 2003).
2. Manajemen Pemilihan Bibit
Dalam suatu usaha peternakan dalam pemilihan bibit unggul merupakan hal yang paling harus
dilakukan karena pemilihan bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan dari usaha
peternakan. Apabila bibit yang baik didukung pemberian pakan yang baik dan tatalaksana yang
baik akan mendapatkan produksi yang optimal (ingat segitiga produksi peternakan). Ternak yang
dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada sifat-sifat produksi tinggi guna
memperoleh produksi yang maksimal. Untuk menjamin mutu produksi yang sesuai dengan
permintaan konsumen diperlukan bibit ternak yang bermutu, oleh karena itu diperlukan
pengaturan mengenai standar mutu atau kualitas bibit ternak dan produksinya.
Bibit kerbau untuk tujuan penggemukan sebaiknya yang dalam kondisi kurus tetapi sehat, tidak
mengalami kelainan atau cacat dan bobot tubuh awal sekitar 200 kg. Sedangkan bibit kerbau
untuk tujuan pemerahan sebaiknya diambil dari jenis kerbau dengan produksi susu tinggi.
Kerbau untuk tujuan pemerahan sebaiknya diambil dari tipe perah seperti jenis Kerbau Murah.
Bibit kerbau perah bisa diperoleh dari hasil pembibitan dan atau kerbau yang dipelihara sebagai
kerbau perah.
Seleksi bibit kerbau didasarkan pada performans anak dan individu calon bibit. Beberapa kriteria
yang digunakan dalam melakukan seleksi bibit kerbau yaitu; seleksi bibit dilakukan dengan
pengamatan terhadap penampilan bibit (morfologi) kerbau secara langsung di lapangan, seleksi
untuk calon bibit jantan haruslah berasal dari perkawinan 5-10 % kerbau pejantan terbaik dan 75-
80 % betina unggul. Calon bibit kerbau jantan harus melalui uji performans dan uji zuirat agar
bisa diperoleh proven bull. Sedangkan calon bibit kerbau betina diperoleh perkawinan 5 - 10 %
kerbau pejantan terbaik dengan 75 - 80 % betina unggul dari populasi.
Syarat-syarat teknis secara umum yang harus diperhatikan diantaranya yaitu; calon bibit bebas
dari infeksi penyakit menular seperti Septichaemia Epizootica (SE), Radang Limpa (Anthraks),
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Kluron Menular (Brucellosis). Syarat lain adalah bebas dari
kelainan tubuh atau cacat fisik seperti buta, lumpuh, pincang, tanduk patah, kuku abnormal,
kelainan tulang punggung. Bibit kerbau betina sebaiknya bebas dari cacat alat reproduksi dan
ambing serta putting normal dan tidak memiliki gejala kemajiran atau mandul. Bibit kerbau
jantan harus bebas dari cacat fisik dan kelainan alat reproduksi.
3. Manajemen Perkawinan
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, agar perkawinan kerbau berhasil dan
menghasilkan keturunan yang baik, diantaranya adalah :
1. Kerbau Sudah Mencapai Usia Dewasa untuk Dikawinkan
Kerbau jantan maupun betina harus sudah mencapai usia dewasa untuk dikawinkan. Secara
umum kerbau jantan berumur 2,5 tahun dan betina berumur 18-20 bulan. Sebuah peneletian
menyatakan bahwa masa puber kerbau lebih lambat dari pada sapi lokal. Kerbau jantan menjadi
pejantan yang dapat diandalkan umumnya pada usia tiga tahun. Dan tetap produktif hingga usia
20 tahun. Tetapi menjadi pejantan tangguh mulai usia empat sampai sembilan tahun.
Kerbau dara (belum pernak kawin) dapat dikawinkan dengan kerbau jantan pada usia dua tahun.
Kerbau betina rumahan lebih lama masa produktifnya, yaitu bisa mencapai usia 10 atau 12 tahun.
Kerbau betina dibatasi sampai umur sembilan tahun untuk memastikan kerbau tersebut menjadi
betina yang dapat diandalkan.
2. Kerbau Jantan dan Betina dalam Kondisi Sehat dan Tidak dalam Keadaan Lemah
Kerbau dalam kondisi sehat dan baik berdasarkan penilaian performance tubuh dan kualitas
semen dan bebas dari penyakit reproduksi. Sedangkan Untuk seleksi betina/induk diharapkan
memiliki deskriptif sebagai berikut: induk yang dapat beranak setiap tahun, skor kondisi tubuh
5-7, badan tegap, sehat dan tidak cacat, tulang pinggul dan ambing besar, lubang pusar agak
dalam.
3. Kerbau Betina Dikawinkan Saat Birahi
Siklus birahi kerbau terjadi setiap 21 hari sekali. Perkawinan dilaksanakan ketika betina
memperlihatkan indikator (tanda-tanda) birahi, yaitu : tampak gelisah, tidak penurut, melenguh-
lenguh secara terus meneur, nafsu makan berkurang, alat kelamin luar (vulva) bengkak memerah
dan biasanya mengeluarkan cairan bening dan selalu berusaha mendekati kerbau jantan.
Mengawinkan pada saat yang tepat, yaitu : kerbau betina nampak berahi pada pagi hari,
dikawinkan pada siang hari. Jika hari sampai pukul 13.00 dikawinkan pada sore hari. Jika birahi
pada sore hari sampai malam hari, dikawinkan pada malam hari itu juga.
4. Tersedia Ruang yang Cukup Luas
Di alam terbuka atau di padang penggembalaan, kerbau dengan mudah melakukan perkawinan
dan melahirkan anak setiap tahun. Hal ini dapat terjadi karena kerbau berada di ruang terbuka
yang luas, sehingga kerbau jantan dan kerbau betina memiliki cukup ruang untuk berinteraksi.
Kelompok hewan besar (kerbau, sapi) yang berada pada ruang yang terbatas tidak bisa
berkembang biak dengan baik. Kerbau jantan dan kerbau betina yang berada pada kandang
berukuran 15 x 20 kaki (4,5 x 6 meter) tidak akan bisa melakukan perkawinan dengan baik.
Kerbau tersebut tidak cukup ruang untuk melakukan pendekatan dan kemudian melakukan
perkawinan dan selanjutnya beranak.
Pada saat kerbau dikandangkan secara intensif, beberapa kasus kerbau tidak mau kawin bisa jadi
disebabkan ruang kandang yang kurang luas, sehingga kerbau jantan sulit mengawini kerbau
betina. Kendala lain yang sering terjadi adalah ikatan yang dilakukan terhadap kerbau jantan
terlalu pendek dan ketat, sehingga saat birahi, kerbau jantan tidak bisa menjangkau kerbau
betina.
5. Perbandingan Kerbau dan Jantan yang Memadai
Kerbau jantan cenderung memiliki hubungan dengan betina pilihannya dan bertahan selama satu
atau dua hari. Ahli zoologi menyebutnya dengan “hubungan monogami sementara”. Selama
waktu ini, kerbau tersebut tidak mau mendekat selain kepada betina pilihannya. Jika kerbau
jantan lain menggusurnya, ia akan mencari pasangan lain.
Monogami sementara ini mejelaskan kenapa untuk 10 KERBAU betina dalam kelompok kecil
membutuhkan dua ekor kerbau jantan. Tidak cukup seekor kerbau jantan untuk mengawini 10
kerbau betina. Jadi ketika ada dua betina yang birahi dalam waktu yang bersamaan, ada dua
kerbau jantan yang siap mengawini. Di peternakan besar, rasio kerbau jantan dan kerbau betina
terbaik adalah 1:10 dalam kelompok besar; sementara dalam kelompok kecil, 2:10 atau 2:15. Hal
ini untuk memastikan dapat menghasilkan anak kerbau yang lebih baik.
6. Flushing (Pemberian Pakan Tambahan)
Flushing adalah teknologi pakan berprotein tinggi pada saat kebuntingan kerbau umur delapan
bulan dan dua bulan pasca beranak. Pakan berprotein tinggi dapat berupa konsentrat, limbah
pertanian seperti dedak, bungkil sawit dan lain sebagainya. Flushing yang dilakukan sebelum
perkawinan agar dapat mempertahankan bobot badan induk. Bahkan jika flushing terus diberikan
saat bunting dapat mencegah penurunan bobot setelah melahirkan, sehingga induknya bisa lebih
cepat kawin lagi, lambing interval atau jarak kelahirannya menjadi lebih singkat.
7. Tidak Melakukan Inbreeding (Kawin Sedarah)
Inbreeding merupakan salah satu sistem perkawinan yang dilakukan antara individu yang
memiliki hubungan sedarah atau kerbat dekat. Contohnya adalah perkawinan kakak-kakak,
kemudian kawin antara orangtua dengan anak.
Pada umumnya inbreeding akan lebih berdampak negatif pada sifat yang berkaitan dengan daya
ketahanan hidup termasuk tingkat daya hidup, fertilitas dan kesehatan ternak. Juga
mempengaruhi kerentatan ternak terhadap penyakit yang menyebabkan tingginya kematian
embrio akibat gen resesif ternak yang emiliki efek negatif. Selain itu banyak kejadia ternak cacat
juga diakibatkan karena perkawinan inbreeding. Peternak diharapkan menghindari terjadinya
perkawinan sedarah tersebut dengan cara secara periodik mengganti ternak yang akan dijadikan
sebagai pejantan.
Diharapkan dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, peternak kerbau bisa mengawinkan
kerbaunya pada saat yang tepat sehingga kerbau tersebut segera bunting. Selain itu ternak yang
dilahirkan adalah ternak yang sehat dengan produktifitas yang baik.
4. Manajemen Pemeliharaan Anak, Darah, Dan Induk Bunting
Pemeliharaan anak kerbau
Beberapa perinsip penting pada pemberian pakan anak kerbau adalah sebagai berikut:
1. Pemberian makanan disesuaikan dengan berat badan.
2. Pemberian makanan dengan waktu yang teratur.
3. Yang berhubungan dengan peralatan makanan harus dalam keadaan higinies.
4. Susu yang diberikan harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 39o C 119
5. Pemberian susu dilakukan 3 – 4 kali sehari sampai umur satu minggu, kemudian menjadi 2
kali perhari pada akhir umur 2 minggu, dan dilanjutkan sampai umur 60 atau 90 hari.
6. Pemberian susu/makanan harus sesuai dengan kebutuhan untuk mencegah kelebihan makanan
selama umur satu bulan.
7. Air minum disediakan secara ad libitum dan alas kandang harus senantiasa dalam keadaan
kering untuk mencegah terserang radang paru-paru (pneumonia).
8. Anak kerbau diberi makanan hijauan kering (hay) yang berkualitas tinggi misalnya dari
leguminosa.
9. Pemberian feed additive yang mengandung antibiotika dalam susu atau campuran konsentrat.
10. Anak kerbau disapih pada umur 60 – 90 hari dengan cara pemberian susu sedikit demi sedikit
sebelum umur tersebut. Pada umur 3 bulan anak kerbau diberi calf starter 1,5 – 2 kg per hari.
Pemelihataan Kerbau Dara
Kerbau dara perlu mendapat perhatian karena sangat mempengaruhi penampilan produksi.
Kerbau dara yang mendapat pemeliharaan yang baik dapat dikawinkan pada umur sekitar 30 –
36 bulan dengan bobot badan 300 – 350 kg. Akan tetapi pada kondisi pemeliharaan dan makanan
yang tidak baik perkawinan pertama baru bisa dilakukan pada umur di atas 44 bulan. Beberapa
faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara
1. Sumber Hijauan
Dengan pemberian pakan hijauan yang ditambahkan legum, pertumbuhan kerbau dara bisa
mencapai + 370 gram per hari. Jika ditambahkan sedikit pakan konsentrat yang kaya energi
dapat memperbaiki laju pertumbuhannya yaitu + 465 gram per hari.
2. Penyemperotan Air
Sebaiknya kerbau diberi banyak kesempatan untuk berkubang atau semprotan air pada badannya.
Pada peternakan kerbau yang memelihara sampai 5 ekor tidaklah ekonomis untuk membuat
suatu tempat kubangan. Sebagai gantinya kerbau dimandikan sekali atau dua kali sehari
tergantung pada kondisi lingkungan atau badan kerbau disemprot dengan air.
3. Faktor lain
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara / jatan muda yaitu; bangsa, jenis
kelamin, keadaan iklim, susunan ransum dan jumlah pemberian pakan dan lain-lain.
Pemeliharaan Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi)
Perhatian khusus dalam pemeliharaan kerbau bunting adalah penting, begitu juga pada waktu
beranak supaya kerbau dalam keadaan menyenangkan. Pada Peternakan kerbau perah yang
mendapat pemeliharaan yang baik, berahi pertama dicapai pada umur 30 – 36 bulan dan lama
bunting 310 + 5 hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan pada kerbau yang sedang
bunting, menyelang beranal antara lain:
1. Hitung perkiraan tanggal melahirkan dan pindahkan kerbau tersebut ke kandang beranak
kira-kira 3 – 5 hari sebelum melahirkan.
2. Kandang beranak harus dalam keadaan steril dan diberi alas berupa jemi kering.
3. Kerbau yang beranak ke dua ke atas harus dikeringkan (tidak diperah) selama 6 – 8 minggu
sebelum melahirkan. Selama 4 – 5 hari sebelum pemerahan dihentikan, kerbau tidak diberikan
konsentrat dan diberi hijauan yang berkualitas rendah. Pada waktu tersebut kerbau hanya diperah
satu kali sehari yang sebelumnya diperah dua kali sehari dan kemudian tidak diperah sama sekali
pada hari ke 7 – ke 10. Hal ini dilakukan pada kerbau yang produksi susunya tinggi.
4. Pada kerbau yang kering kandang selama 6 – 8 minggu harus diberi makanan yang
berkualitas baik, supaya pada waktu melahirkan kondisi badannya tetap baik. Makanan yang
diberikan adalah hijauan yang berkualitas baik secara ad libitum dan konsentrat sebanyak 2 – 3
kg per hari.
5. Pada 10 – 15 hari sebelum melahirkan, kerbau diberi makanan yang bersifat laksatif yaitu
hijauan segar bukan silase. Jika diberi pakan hijauan yang kering maka perlu diberi konsentrat
(campuran dedak padi dan bungkil kacang tanah dengan perbandingan 2 : 1) sebanyak 1 kg per
ekor per hari. Kerbau yang baru melahirkan umumnya merasa haus maka perlu disediakan air
minum. Dalam keadaan dingin air minum perlu dihangatkan pada suhu 39oC. Makanan yang
bersifat laksatif yang diberikan sebelum beranak harus diteruskan beberapa hari setelah
melahirkan dan makanan tersebut secara perlahan-lahan. diganti makanan untuk berproduksi
susu dalam masa 7 – 10 hari. Biasanya placenta keluar dalam waktu 6 jam setelah melahirkan,
tetapi kadang agak lama. Jika 20 – 24 jam setelah melahirkan placenta tidak keluar, maka perlu
dipanggilkan dokter hewan atau mantri hewan. Jika placenta dibiarkan dalam uterus lebih dari
waktu tersebut di atas maka dapat menyebabkan pembusukan dan keracunan, dan produksi susu
menurun secara drastis serta menyebabkan gangguan reproduksi (infertilitas). Anak yang baru
lahir harus diusahakan agar mendapat kolostrum dari induknya. Anak kerbau yang lemah dan
sukar untuk menyusu pada induknya harus dibantu. Biasanya pemerahan kerbau yang baru
pertama kali melahirkan membutuhkan suatu perhatian khusus dalam penanganan dan
pendekatannya dari tukang perah. Sebenarnya kerbau lebih mudah dilatih dari pada sapi, dan
kerbau dapat diperah di kandang atau dimana saja di tempat yang bersih.
5. MANAJEMEN PAKAN
Menurut Murtidjo (1991), makanan ternak kerbau dapat dibagi dalam beberapa golongan
menurut kebutuhan, usia, dan manfaat ternak kerbau, yaitu makanan pengganti untuk anak
kerbau (gudel), makanan kerbau dara, makanan kerbau dewasa, makanan kerbau laktasi, dan
makanan kerbau kering kandang.

Bahan baku makanan ternak kerbau digolongkan menjadi 8 kelas, yakni hijauan kering, hijauan
segar, silase, makanan sumber energi, makanan sumber protein, makanan sumber mineral,
makanan sumber vitamin, dan makanan tambahan.
Kontribusi pakan sangat kuat pengaruhnya terhadap performa reproduksi. Makanan berperan
penting dalam perkembangan umum dari tubuh dan reproduktif (Tillman, et al., 1983).
Pemberian pakan pada kerbau disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan dan ukuran tubuhnya.
Kebutuhan pakan kerbau adalah 10 % dari bobot badannya.
Umumnya pakan untuk ternak kerbau adalah sebagai berikut:
Beberapa jenis Hijauan Makanan Ternak (HMT) :
a. Rumput Gajah
b. Rumput Raja
c. Rumput Setaria
d. Rumput Benggala
e. Rumput Lapangan
f. Lamtoro
g. Glirisidia (Gamal)
h. Turi
Beberapa jenis Limbah Pertanian antara lain :
a. Jerami Padi
b. erami Jagung
c. Jerami Kedelai
d. Jerami Kacang buah
Campuran Pakan :
Hijauan: 35 – 50 Kg (terdiri dari 70% rumput-rumputan dan 30% kacang -kacangan)
Konsentrat: 2 - 5 Kg/hr/ekor (terdiri dari dedak halus, bungkil-bungkilan)
6. MANAJEMEN KESEHATAN
Penjagaan kesehatan perlu dilakukan sama halnya pada sapi. Kerbau biasanya lebih rentan kena
penyakit dibanding dengan sapi, walaupun biasanya kerbau tidak menunjukan tanda-tanda
penyakit. Untuk mencegah terjadinya penyakit maka perlu langkah-langkah:
Bila hendak memasukkan kerbau baru kedalam kelompok yang ada, pilihlah kerbau yang
sehat ;
a. Pisahkan kerbau yang dicurigai sakit ;
b. Adakan testing regular terhadap penyakit-penyakit tertentu seperti brucellious ;
c. Adakan program vaksinasi ;
d. Adakan inspeksi terhadap pealatan kandang secara teratur ;
e. Luka-luka segera diobati
f. Lakukan penyemprotan terhadap parasit eksternal.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kerbau merupakan ternak yang sudah lama di kenal masyarakat Indonesia. Agar usaha ini dapat
memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal
yang menyangkut manajemen produksi ternak kerbau , antara lain : manajemen perkandangan,
Manajemen perkawinan, manajemen pakan, manajemen Kesehatan, dan manajemen
pemeliharaan anak, darah, dan induk bunting.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjosubroto W, 2004. Alternatif kebijakan pengelolaan berkelanjutan sumberdaya genetik
sapi potong lokal dalam sistem perbibitan ternak nasional
Erdiansyah E. 2009.Keragaman Fenotipe dan pendugaan jarak GenetikAntaraSubpopulasi
Kerbau Rawa Lokal di Kabupaten Dompu, NusaTenggara Barat .Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional UsahaTernak Kerbau Peningkatan Peran Kerbau dalam
Mendukung KebutuhanDaging Nasional. Tana Toraja, 24-26 Oktober 2008.
Puslitbang
30Peternakan bekerja sama dengan Direktorat Perbibitan Ditjen Peternakan,Dinas
Peternakan Provinsi SulawesiSelatan dan Pemda KabupatenTana Toraja. Bogor. Hlm. :
55–6
Sudono et al., 2003. Beternak sapi perah secara intensif
Syarif dan harianto, 2011. Buku Pintar Beternak & Bisnis Sapi Perah
Syarif dan Sumoprastowo, 1985. Manajemen Perkandangan Sapi Perah pada CV. Capita Farm
di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Semarang, Fakultas Peternakan & Pertanian Undip
Yani dan Purwanto, 2006. Tampilan Fisiologis, Tingkah Laku Berbaring dan Produksi Susu
Sapi Perah Laktasi pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kabupaten Semarang, Fakultas
Peternakan & Pertanian Undip

Anda mungkin juga menyukai