KESEJAHTERAAN UMAT
O
L
E
H
1. Kevin Herdiansyach
2. Luthfiona Fitri Ramadhani S. (190110301062)
3. Windari Kusuma
KATA PENGANTAR
UNIVERSITAS
Puji syukur kami panjatkan JEMBER
kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Kesejahteraan
2020
Umat”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang diampu oleh Drs. H. Khotim Ashom, M.Pd.I.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan pada teknis
penulisan dan materi yang ada di makalah ini, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
meyelesaikan makalah ini. Khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami berharap
adanya kritik dan saran dari pembaca. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.3. Tujuan..................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1. Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat..............................................................4
A. Pengertian Sistem Ekonimi Islam.......................................................................................4
B. Prinsip Ekonomi Islam........................................................................................................5
2.2. Manajemen Zakat................................................................................................................6
A. Pengertian Zakat.................................................................................................................6
B. Tujuan Zakat.......................................................................................................................7
C. Syarat-syarat Zakat.............................................................................................................8
D. Jenis-jenis Kekayaan...........................................................................................................8
E. Pengelolaan Zakat.............................................................................................................10
2.3. Manajemen Wakaf............................................................................................................10
A. Pengertian Wakaf..............................................................................................................10
B. Rukun Wakaf Dan Syarat Wakaf....................................................................................11
C. Syarat sah wakaf................................................................................................................12
D. Hukum Wakaf....................................................................................................................13
E. Jenis-jenis Wakaf..................................................................................................................14
F. Sejarah Perlaksanaan Wakaf...........................................................................................15
G. Sengketa Wakaf.............................................................................................................16
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
Keseimpulan...................................................................................................................................17
REFERENSI......................................................................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsep sistem ekonomi islam dan kesejahteraan umat.
2. Mengetahui apa itu manajemen zakat.
3. Mengetahui apa itu manajeman wakaf.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Jadi, sistem ekonomi islam merupakan suatu sistem ekonomi yang didalamnya
mempelajari perilaku ekonomi manusia yang diatur berdasarkan aturan agama islam
dan didasari dengan tauhid sebagaimana yang dirangkum dalam rukum Iman dan
rukan Islam.
1. Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah Pada sistem ekonomi islam, masyarakat
diajarkan untuk hidup hemat menggunakan semua dengan seperlunya tanpa ada
kemewahan yang diperlihatkan kepada masyarakat lain.
2. Pelarangan Riba Islam melarang adanya riba, karena riba telah diharamkan oleh
Allah.
3. Menjalankan usaha-usaha halal Islam membebaskan segala bentuk usaha yang akan
dilakukan oleh masyarakat, asalkan usaha yang dilakukan tersebut halal dan tidak
merugikan orang lain.
5. Berbagai sumber daya yang ada dipandang sebagai pemberian atau titipan dari
Allah swt kepada manusia.
5
sebagaimana diungkapkan oleh Suroso, Imam Zadjuli dan Achmad Ramzy
Tadjoeddin (1992:39) :
1. Asumsi dasar/ norma pokok ataupun aturan main dalam proses maupun interaksi
kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi islam yang menjadi
asumsi dasarnya adalah “syariat islam”. Syariat islam tersebut diberlakukan secara
menyeluruh baik terhadap individu, keluarga, kelompok masyarakat, usahawan,
maupun penguasa/ pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk
keperluan jasmani maupun rohaniah.
2. Prinsip ekonomi islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan alam. 3. Motif ekonomi islam adalah mencari
“keberuntungan” di dunia dan di akhirat selaku khalifatullah dengan jalan beribadah
dalam arti yang luas.5
Kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan
baik. Pendapat lain juga mengatakan bahwa kata dasar “zaka” berarti bertambah dan
tumbuh, sedangkan segala sesuatu yang bertambah disebutkan dengan zakat. Adapun
dari segi istilah, banyak ahli yang mengatakan ataupun mendefinisikan. Menurut
istilah fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu diwajibkan Allah untuk diserahkan
kepada yang berhak. Menurut Imam Nawawi jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan
6
itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih
berarti dan melindungi kekayaan dari kebinasaan. Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah,
jiwa dan kekayaan orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan
bertambah. Hal ini berarti bahwa makna tumbuh dan berkembang itu tidak banyak
diperuntukkan buat harta kekayaan tetapi lebih jauh dari itu. Dengan mengeluarkan
zakat diharapkan hati dan jiwa orang yang menunaikan kewajiban zakat itu menjadi
bersih. Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur‟an dalam surah Al-Taubah ayat 103 yang
artinya “Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan sucikan
mereka dengannya”.
Dari surat tersebut, tergambar bahwa zakat yang dikeluarkan oleh para
muzakki itu dapat mensucikan dan membersihkan hati mereka. Suci hati dapat
diartikan mereka tidak mempunyai sifat yang tercela terhadap harta seperti rakus dan
kikir. Sebagai orang yang suci dan mendapat petunjuk Allah, dia akan mengeluarkan
harta bendanya tidak hanya semata-mata karena kewajiban yang diperintahkan Allah,
melainkan benar-benar karena merasa sebagai orang yang mempunyai kelebihan harta
yang ikut bertanggung jawab atas sebagian masyarakat yang terlantar.
Dari definisi tersebut jelas bahwa zakat selain merupakan ibadah kepada Allah
juga mempunyai dampak sosial yang nyata. Dari satu segi zakat adalah ibadah dan
dari segi lain ia merupakan kewajiban sosial. Zakat merupakan salah satu dana atau
harta masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk menolong orang-orang yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga dapat mempunyai
kesempatan untuk hal-hal yang lebih luhur sebagai khalifah Allah dibumi. Dalam
ajaran Islam manusia selalu diberi kesempatan untuk menikmati kehidupa ini dengan
cara yang halal sehingga dengan kenikmatan yang ia rasakan itu ia dapat berbuat bagi
dirinya dan orang lain.
B. Tujuan Zakat
7
1. Mengankat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan
penderitaan.
2. Membantu memecahkan masalah yang hidup dihadapi oleh para ibnu sabil dan
mustahiq lainnya.
5. Membersihkan diri dari sifat dengki dan iri dalam hati orang-orang miskin.
Dari tujuan-tujuan diatas tergambar bahwa zakat merupakan salah satu ibadah
khusus kepada Allah yang mempunyai dampak positif yang sangat besar bagi
kesejahteraan masyarakat. Dengan terlaksananya lembaga zakat dengan baik dan
benar diharapkan kesulitan dan penderitaan fakir miskin dapat berkurang.
C. Syarat-syarat Zakat
Menurut Yusuf al-Qardawi, syarat – syarat harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya adalah sebagai berikut:
1. Pemilikan yang sempurna
2. Berkembang
3. Cukub senisab
4. Melebihi kebutuhan pokok
5. Bebas dari hutang 6. Berlaku satu tahun
D. Jenis-jenis Kekayaan
8
Al-Qur‟an menyebutkan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya yakni harta
benda atau kekayaan seperti yang tersebut dalam surat al-Taubah ayat 103 yang
artinya “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”
Harta benda yang ada didunia ini macam-macam jenisnya, namun demikian dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Emas dan Perak Semua ulama sepakat bahwa emas dan perak wajib
dikeluarkan zakatnya. Terdapat dalam surat At- Taubah ayat 34.
2. Binatang Ternak
Hewan-hewan ternak yang wajib dizakatkan yaitu: Sapi, Kerbau, Unta,
Kambing Dan zakat ini dikeluarkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku.
3. Harta Perdagangan
Harta perdagangan wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai
nisab dan haulnya. Terdapat dalam surat Al-Baqoroh ayat 267.
4. Hasil Tanaman dan Buah-buahan
Semua ulama sependapat bahwa gandum, kurma, anggur kering wajib
dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nisab dan haulnya (waktu
panennnya). Ulama Malikiyah dan Ulama syafi‟iyah berpendapat bahwa
zakat wajib atas segala makanan yang dimakan dan disimpan, biji-bijian
dan buahbuahan kering seperti gandum, dan biji gandum, jagung, padi, dan
sejenisnya.
5. Harta Rikaz dan Ma‟din
Harta Rikaz adalah harta yang terpendam atau tersimpan. Yang termasuk
kedalam harta rikaz antara lain adalah harta benda yang disimpan oleh
orangorang dahulu didalam tanah seperti : emas, perak, tembaga, pundi-
pundi berharga dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan Ma‟din
adalah sesuatu pemberian bumi yang terbentuk dsari benda lain tetapi
berharga. Contohnya : timah, besi, intan, batu permata, akik, batu bara,
minyak bumi dan lain-lain.
6. Hasil Laut
9
Hasil laut, misalnya ikan yaitu harus dikeluarkan zakatnya berpendapat
bahwa nishab ikan adalah senilai 200 dirham. Sedangkan hasil laut lain
didalam suatu riwayat pernah disebutkan bahwa ambar dan mutiara laut
wajib dizakati sebesar 20%.
7. Harta Profesi
Harta profesi termasuk dalam zakat mal. Nishab dari harta profesi adalah
sama dengan nishab uang dengan kadar zakat 2,5%.
E. Pengelolaan Zakat
4. Badan amil zakat dan lembaga amil zakat harus mengelolah zakat dengan
sebaikbaiknya.
10
Secara etimologi, wakaf berasal dari “Waqf” yang berarti “al - Habs”.
Merupakan kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya berarti
menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti
tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu.
Dalam pengertian hukum Islam wakaf adalah melepas kepemilikan atas harta yang
dapat bermanfaat dengan tanpa mengurangi bendanya untuk diserahkan
kepada perorangan atau kelompok (organisasi) agar dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan
yang tidak bertentangan dengan syari’at. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah
sebagai berikut:
Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi
benda(al-‘ain) milik Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada
siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan.
Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta
yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada
orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan keinginan Wakif.
Ketiga, Syafi‘iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa
memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan
hak pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
dibolehkan oleh syariah.
Keempat, Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana,
yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan.
11
Untuk melakukan wakaf maka harus ada rukun dan syarat sah melakukan
wakaf tersebut. Berikut rukun dan syarat sah dalam wakaf.
a. Rukun wakaf
1. Ada Orang Yang Wakaf :
- Wakaf atas kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun.
- Pelaku wakaf memiliki hak untuk berbuat kebaikan.
12
karena keledai jinak termasuk hewan yang diharamkan, sebagaimana sabda
Rasulullah:
D. Hukum Wakaf
Secara asal menurut definisi wakaf yang telah lalu para ulama mengatakan
bahwa asal hukum wakaf adalah sunnah/ dianjurkan, dengan dasar hadits-hadits
yang berkaitan dengan wakaf, seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila mati anak Adam, terputuslah amalannya kecuali tiga hal:
shadaqah jariyah, atau ilmu yang bisa dimanfaatkan (setelahnya), atau anak shalih
yang mendo’akan orang tuanya”. (HR. Muslim kitab al-Wasiyat 3/1255, Tirmidzi
dalam bab fi al-Waqf, Abu Dawud 2/106, dan Ahmad dalam Musnad-nya 2/372).
13
Hadits di atas dalam lafazh “shadaqah jariyah” sifatnya umum mencakup segala
shadaqah yang manfaatnya terus berjalan seperti wakaf, wasiat, sedekah., dan
sebagainya.
Secara asal menurut definisi wakaf yang telah lalu para ulama mengatakan
bahwa asal hukum wakaf adalah sunnah/ dianjurkan, dengan dasar hadits-hadits
yang berkaitan dengan wakaf, seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila mati anak Adam, terputuslah amalannya kecuali tiga hal:
shadaqah jariyah, atau ilmu yang bisa dimanfaatkan (setelahnya), atau anak shalih
yang mendo’akan orang tuanya”. (HR. Muslim kitab al-Wasiyat 3/1255, Tirmidzi
dalam bab fi al-Waqf, Abu Dawud 2/106, dan Ahmad dalam Musnad-nya 2/372).
E. Jenis-jenis Wakaf
a. Berdasarkan Peruntukan
c. Berdasarkan Waktu:
1. muabbad, wakaf yang diberikan untuk selamanya.
2. mu’aqqot, wakaf yang diberikan dalam jangka waktu tertentu.
15
tanah bagi pembinaan masjid tersebut daripada dua saudara yatim piatu yaitu Sahl dan
Suhail dengan harga 100 dirham. Pandangan masyhur menyatakan individu pertama
yang mengeluarkan harta untuk diwakafkan adalah Saidina Umar R.A dengan
mewakafkan 100 bahagian daripada tanah Khaibar kepada umat Islam. Anaknya
Abdullah bin Umar RA menyatakan bahawa ayahnya telah mendapat sebidang tanah
di Khaibar lalu dia datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta pandangan
tentang tanah itu, maka katanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat
sebidang tanah di Khaibar, dimana aku tidak mendapat harta yang lebih berharga
bagiku selain daripadanya, (walhal aku bercita-cita untuk mendampingkan diri
kepada Allah) apakah yang engkau perintahkan kepadaku dengannya?.” Maka sabda
Rasulullah SAW: “ Jika engkau hendak, tahanlah (bekukan) tanah itu, dan
sedekahkan manfaatnya.” “Maka Umar telah mewakafkan hasil tanahnya itu,
sesungguhnya tanah itu tidak boleh dijual, tidak boleh dihibah (diberi) dan diwarisi
kepada sesiapa.” Katanya lagi: “ Umar telah menyedekahkannya kepada orang-
orang fakir, kaum kerabat, hamba yang baru merdeka, pejuang-pejuang di
jalan Allah, ibn Sabil dan para tetamu. Tidaklah berdosa sesiapa yang menyelia tanah
wakaf itu memakan sebahagian hasilnya sekadar yang patut, boleh juga ia memberi
makan kawan-kawannya, tetapi tidaklah boleh ia memilikinya”.
Sejak itu amalan wakaf berkembang menjadi seperti saat ini. Banyak institusi
pendidikan seperti Universiti Cordova di Andalus, Al-Azhar al-Syarif di Mesir,
Madrasah Nizamiyyah di Baghdad, al-Qurawiyyin di Fez, Maghribi, Al-Jamiah al-
Islamiyyah di Madinah, Pondok Pesantren Darunnajah di Indonesia, Madrasah Al-
Juneid di Singapura dan banyak institusi pondok dan sekolah agama di Malaysia
adalah berkembang berasaskan harta wakaf. Universiti Al-Azhar contohnya telah
membangun dan terus maju hasil sumbangan harta wakaf. Sehingga kini pembiayaan
Universiti Al-Azhar yang dibina sejak 1000 tahun lalu telah memberikan khidmat
percuma pengajian kepada ribuam pelajar Islam dari seluruh dunia. Merekalah yang
menjadi duta Al-Azhar untuk membimbing umat Islam ke arah penghayatan Islam di
seluruh pelosok dunia.
G. Sengketa Wakaf
16
Penyelesaian sengketa wakaf pada dasarnya harus ditempuh melalui
musyawarah. Apabila mekanisme musyawarah tidak membuahkan hasil, sengketa
dapat dilakukan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.
BAB III
PENUTUP
Keseimpulan
17
REFERENSI
https://www.academia.edu/8896966/AGAMA_ISLAM_-_Ekonomi_Islam_dan_Kesejahteraan_Umat
http://eprints.walisongo.ac.id/7079/3/085113028_Bab2.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/9776/1/Buku%20Manajemen%20Zakat.pdf
18