Anda di halaman 1dari 3

Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Ekonomi Kreatif

A. Peluang Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif memiliki peluang yang besar untuk tumbuh kembang dan berkontribusi yang
signifikan terhadap pembangunan. Ekonomi kreatif berpeluang berkembang di wilayah dengan
potensi SDA yang tinggi dan sumber daya manusia yang mampu mengkonversi ide kreatif menjadi
sesuatu yang produktif . Peluang tersebut meliputi peluang pasar di dalam negeri dan luar negeri,
peluang sebagai akibat adanya perubahan perilaku konsumen, dan kekayaan sosio kultural Indonesia.
Produk kreatif yang dihasilkan industri kreatif yang merupakan jantung ekonomi kreatif

pengembangan ekonomi kreatif Indonesia memiliki kekuatan  yang bersumber pada kekayaan
Kearifan Lokal Indonesia. Sumber daya budaya merupakan kekayaan peradaban Indonesia yang
berasal dari interaksi sosial masyarakat, yang menjadi bagian dari kepribadian dan identitas suatu
masyarakat, yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses kreasi dan produksi karya kreatif.

Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia sangat strategis dari berbagai aspek baik sumberdaya
manusia, keragaman budaya, dan pasar domestik yang besar. Dari sisi karakteristik demografis sangat
potensial untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Jumlah penduduk dengan angkatan kerja yang
tinggi dapat diarahkan untuk memperkuat industri kreatif lokal. Ketersediaan sumber daya kreatif
(orang kreatif) yang bersumber dari jumlah penduduk yang tinggi akan menjadi modal sosial yang
besar bagi pengembangan ekonomi kreatif.

B. Tantangan Ekonomi Kreatif

Tantangan pokok yang dihadapi bagi pergembagan ekonomi kreatif adalah persaingan dan
kualitas SDM kreatif. Persaingan dalam ekonomi kreatif berupa persaingan produk kreatif yang
mengandung nilai budaya bangsa dengan produk kreatif yang dihasilkan oleh luar negeri. Kualitas
SDM kreatif meliputi kompetensi SDM kreatif dalam menghasilkan produk yang kreatif. inovatif,
berdaya guna dan berdaya saing. Adapun tantangan ekonomi kreatif secara keseluruhan adalah
sebagai berikut:

1. Pengembangan ekonomi kreatif belum optimal, terutama disebabkan kurangnya daya tarik industri,
adanya posisi dominan usaha kreatif, model bisnis ekonomi kreatif yang belum matang, serta risiko
usaha yang harus dihadapi;

2. Pengembangan konten, kreasi, dan teknologi kreatif belum optimal, terutama disebabkan
infrastruktur internet belum memadai, infrastruktur gedung pertunjukan belum memenuhi standar,
mahalnya mesin produksi, mahalnya piranti lunak penghasil produk dan jasa kreatif, kurangnya riset
konten, dan kurangnya aktivitas pengarsipan konten;

3. Kurangnya perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasa kreatif di dalam dan luar negeri,
terutama disebabkan oleh kurangnya apresiasi terhadap kreativitas lokal, kurangnya konektivitas jalur
distribusi nasional, terkonsentrasinya pasar luar negeri, tingginya biaya promosi, belum diterapkannya
sistem pembayaran online, dan rendahnya monitoring terhadap royalti, lisensi, hak cipta;

4. Lemahnya institusi ekonomi kreatif, terutama disebabkan oleh belum adanya payung hukum yang
mengatur tata kelola masing-masing subsektor industri kreatif; iklim usaha belum cukup kondusif,
apresiasi yang rendah dan pembajakan yang tinggi, dan transaksi elektronik belum diregulasi dengan
baik;
5. Minimnya akses pembiayaan pelaku sektor ekonomi kreatif, terutama disebabkan belum sesuainya
skema pembiayaan dengan karakteristik ekonomi kreatif yang umumnya belum bankable, high risk
high return, cash flow yang fluktuatif, serta aset yang bersifat intangible; dan

6. Pengembangan sumber daya ekonomi kreatif belum optimal, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia, antara lain masalah kelangkaan bahan baku, kurangnya riset bahan baku,
kesenjangan antara pendidikan dan industri, serta standardisasi dan sertifikasi yang belum baik.

Hambatan yang didapat dalam keberlangsungan ekonomi kreatif ini antara lainnya ialah pemerintah
belum memandang serius ekonomi kreatif di Indonesia sebagai industri yang berpotensi
mendatangkan devisa untuk Indonesia. Kebijakan terintegrasi yang harus dibuat antara lain
melindungi kreativitas anak-anak muda Indonesia ini dengan memberi kemudahan untuk
mendaftarkan kreativitasnya sebagai hak cipta yang kelak boleh dipasarkan secara massal.

A. Peluang Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif memiliki peluang yang besar untuk tumbuh kembang dan berkontribusi yang
signifikan terhadap pembangunan. Ekonomi kreatif berpeluang berkembang di wilayah dengan
potensi SDA yang tinggi dan sumber daya manusia yang mampu mengkonversi ide kreatif menjadi
sesuatu yang produktif . Peluang tersebut meliputi peluang pasar di dalam negeri dan luar negeri,
peluang sebagai akibat adanya perubahan perilaku konsumen, dan kekayaan sosio kultural Indonesia.
Produk kreatif yang dihasilkan industri kreatif yang merupakan jantung ekonomi kreatif

pengembangan ekonomi kreatif Indonesia memiliki kekuatan  yang bersumber pada kekayaan
Kearifan Lokal Indonesia. Sumber daya budaya merupakan kekayaan peradaban Indonesia yang
berasal dari interaksi sosial masyarakat, yang menjadi bagian dari kepribadian dan identitas suatu
masyarakat, yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam proses kreasi dan produksi karya kreatif.

B. Tantangan Ekonomi Kreatif

Adapun tantangan ekonomi kreatif secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan ekonomi kreatif belum optimal, terutama disebabkan kurangnya daya tarik industri,
adanya posisi dominan usaha kreatif, model bisnis ekonomi kreatif yang belum matang, serta risiko
usaha yang harus dihadapi;

2. Pengembangan konten, kreasi, dan teknologi kreatif belum optimal, terutama disebabkan
infrastruktur internet belum memadai, infrastruktur gedung pertunjukan belum memenuhi standar,
mahalnya mesin produksi, mahalnya piranti lunak penghasil produk dan jasa kreatif, kurangnya riset
konten, dan kurangnya aktivitas pengarsipan konten;

3. Kurangnya perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasa kreatif di dalam dan luar negeri,
terutama disebabkan oleh kurangnya apresiasi terhadap kreativitas lokal, kurangnya konektivitas jalur
distribusi nasional, terkonsentrasinya pasar luar negeri, tingginya biaya promosi, belum diterapkannya
sistem pembayaran online, dan rendahnya monitoring terhadap royalti, lisensi, hak cipta;

4. Lemahnya institusi ekonomi kreatif, terutama disebabkan oleh belum adanya payung hukum yang
mengatur tata kelola masing-masing subsektor industri kreatif; iklim usaha belum cukup kondusif,
apresiasi yang rendah dan pembajakan yang tinggi, dan transaksi elektronik belum diregulasi dengan
baik;
5. Minimnya akses pembiayaan pelaku sektor ekonomi kreatif, terutama disebabkan belum sesuainya
skema pembiayaan dengan karakteristik ekonomi kreatif yang umumnya belum bankable, high risk
high return, cash flow yang fluktuatif, serta aset yang bersifat intangible; dan

6. Pengembangan sumber daya ekonomi kreatif belum optimal, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia, antara lain masalah kelangkaan bahan baku, kurangnya riset bahan baku,
kesenjangan antara pendidikan dan industri, serta standardisasi dan sertifikasi yang belum baik.

Pemerintah Indonesia berupaya mewujudkan ekonomi kreatif dengan cara


mendorong para pelaku industri kreatif untuk bisa terus bersaing di ranah
internasional. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar masyarakat Indonesia dapat
kejar mimpi meningkatkan kesejahteraan hidupnya secara mandiri, efisien, dan
lebih merata.
Ada juga kebijakan yang baru- baru ini sedang buming yaitu akan
dikeluarkannya Kartu pra-kerja, yaitu sebuah kartu yang digalangkan dalam
rangka program pelatihan dan pembinaan warga negara Indonesia yang belum
memiliki keterampilan. Dengan demikian hal ini akan menjadikan membantu
dalam mengatasi tantangan

Anda mungkin juga menyukai