Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH AWAL HINGGA AKHIR DINASTI SAILENDRA

TUGAS SEJARAH INDONESIA 1500

L
E
H
LUTHFIONA FITRI RAMADHANI S.
190110301062

FAKULTAS ILMU BUDAYA


JURUSAN ILMU SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya, sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Makalah ini berjudul “Sejarah Berdiri Hingga Berakhirnya Kerajaan Sriwijaya”

Makalah ini berisikan informasi tentang kerajaan Sriwijaya yang diharapkan dapat
memberikan pemahaman kepada kita semua tentang sejarah kerajaan Sriwijaya. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari
berbagai pihak lain. Oleh karena itu saya ucapkan terima kasih kepada Dra. Latifatul Izzah,
M. Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia 1500.

Akhir kata saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu saya harapkan semi kesempurnaan makalah ini. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi usaha-usaha kita.

Jember, 17 April 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.3. Tujuan..................................................................................................................................3
1.4. Manfaat................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1. Asal Usul Dinasti Sailendra......................................................................................................5
1. Teori India............................................................................................................................6
2. Teori Funan..........................................................................................................................6
3. Teori Nusantara.................................................................................................................10
2.2. Susunan Raja-raja Dinasti Sailendra....................................................................................15
2.3. Keruntuhan Dinasti Sailendra...............................................................................................19
BAB III...............................................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................................23
Kesimpulan....................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam sejarah kerajaan Sriwijaya sempat disinggung tentang wangsa atau dinasti
Sailendra. Siapakah Sailendra itu? dan apakah hubungan antara dinasti Sailendra dengan
Kerajaan Sriwijaya? Disini kita akan mengupas dan mencari tahu lebih dalam mengenai
sejarah dan perkembangan Wangsa sailendra.

Dinasti Sailendra atau wangsa Sailendra adalah nama wangsa atau raja-raja yang
berkuasa di Kerajaan Mataram Jawa Tengah. Dalam perkembangannya dinasti ini juga
menguasai kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Wangsa Sailendra adalah penganut agama
Buddha Mahayana.

Meskipun manifestasi dan peninggalan dari dinasti ini kebanyakan dari Jawa Tengah,
namun karena di luar Jawa terdapat pula beberapa nama wangsa yang sama artinya dengan
sailendra, yaitu “Raja Gunung” maka sempat menimbulkan beberapa teori dari asal usul
dinasti sailendra. Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh beberapa para ahli. Pendapat-
pendapat tersebut mengatakan bahwa keluarga Sailendra berasal dari Funan, India, dan dari
Nusantara sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul dinasti Sailendra ?


2. Bagaimana susunan raja-raja dinasti Sailendra?
3. Bagaimana masa keruntuhan dinasti Sailendra ?

1.3. Tujuan

1. Mendeskripsikan asal usul dinasti Sailendra.


2. Mendeskripsikan bagaimana susunan raja-raja dinasti Sailendra
3. Menjelaskan masa keruntuhan dinasti Sailendra.

3
1.4. Manfaat

1. Dapat menanbah wawasan tentang dinasti Sailendra.


2. Dapat mengetahui asal usul dinasti Sailendra.
4. Dapat mengetahui masa keruntuhan dinasti Sailendra.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Asal Usul Dinasti Sailendra

Wangsa Sailendra atau Sailendravamsa adalah nama dinasti atau wangsa raja-raja
yang berkuasa di Sriwijaya, Pulau Sumatera dan kerajaan Medang (Jawa Tengah). Dinasti
Sailendra telaha ada sejak tahun 752 M. Sebagian besar raja-raja yang berkuasa di dinasti
Sailendra menganut agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan perwujudan
dinasti ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah dan masih banyak
diperdebatkan oleh para ahli. Disamping dikatakan berasal dari Jawa, beberapa daerah lain
sempat diajukan sebagai asal mula dinasti ini seperti Sumatera, India atau bahkan Kamboja.

Nama Sailendra, dalam Sailendrawangsa yang dimuat dalam berbagai prasasti yang
berbahasa Sansekerta sejak abad ke VIII-IX M di Jawa Tengah adalah wangsakara. Nama
Sailendra yang dipuja-puja oleh para raja wangsa Sailendra tercantum dalam prasasti
Sajamerta yang di temukan di Kabupaten Pekalongan. Sailendralah yang telah menurunkan
raja-raja Sailendra yang memerintah dan berkuasa di Jawa Tengah. Maka atas dasar analogi
tersebut, Rajasa dan Rajasawangsa ternyata juga wangsakara yang menurunkan raja
kertarajasa Jayawardhana atau sanggrama Wijaya.1

Berdasarkan Piagam Mula-Malurung, mengatakan bahwa pendiri kerajaan Singasari


adalah Bhatara Siwa. Disini sebutan Bhatara Siwa adalah sebutan untuk almarhum. Jadi
semasa hidupnya, Bhatara Siwa bernama Rajasa. Dengan demikian, maka nama Rajasa itu
jelas bukan rekaan pengubah Nagarakretagama dan pararaton.2

Istilah Sailendravamsa ditemui pertama kali di dalam prasasti Kalasan. Prasasti ini
berangka tahun 778 M (Sailendragurubhis: Sailendrawansatilakasya;
Sailendrarajagurubhis).3 Nama itu juga ditemukan dalam prasasti Kayumwunan dari tahun
746 Saka (824 Masehi) (sailendrawansatilaka), prasasti Sojomerto yang berangka tahun 700
Masehi (salendranamah), prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 Masehi
(sailendrawansatilakena), prasasti Abhayagiriwihara dari bukti Ratu Baka sejak tahun 714
1
Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia, (Yogyakarta: Diva Press, 2014), hal 91-92.
2
Adi Sudirman, Ibid
3
Adi Sudirman, Ibid

5
Saka (792 Masehi) (dharmmatungadewasyasailendra). Diluar Indonesia, nama-nama ini
ditemukan dalam prasasti Nalanda, prasasti Ligor yang berangka tahun 775 Masehi dan
Leyden plates.4

Prasasti-prasasti yang ditemukan tersebut umumnya menggunakan bahasa Sansekerta,


dan tiga diantaranya kecuali prasasti Kayumwungan menggunakan huruf siddham, melainkan
bukan huruf Pallawa atau huruf Jawa Kuno, sebagaimana prasasti-prasasti lainnya yang
ditemukan di Jawa. Kenyataan ini ditambah ditambah dengan anggapan bahwa nama wangsa
di India dandaratan Asia Tenggara yang sama artinya dengan Sailendra, sehingga
menimbulkan beberapa teori tentang asal usul dinasti Sailendra.5

Tentang asal usul keluarga Sailendra, masih bayak diperdebatkan oleh sejumlah para
ahli. Beberapa pendapat telah dikemukakan oleh arkeolog dan sejarawan dari berbagai
negara. Ada yang menyebutkan bahwa keluarga Sailendra berasal dai India, Sumatera, atau
Funan. Berikut ini adalah beberapa pendapat mengenai asal usul keluaga Sailendra.

1. Teori India
Menurut R.C. Majumdar, beranggapan bahwa keluarga Sailendra di
Nusantara, baik yang di Mdan (Jawa) maupun di Sriwijaya (Sumatera) berasal dari
Kalingga di India Selatan. Selanjutnya ada juga pendapat yang dikemukakan oleh
Nilakanta dan Mones. Nilakunta Sastri berpendapat bahwa Dinasti Sailendra di Jawa
itu berasal dari daerah Pandya di India Selatan. Kemudian J.L. Moens dalam salah
satu karangannya yang menarik perhatian, mengatakan bahwa dinasti Sailendra itu
berasal dari India Selatan yang awalnya berkuasa di Palembang sebelum kedatangan
Dapunta Hyang. Namun pada sekitar tahun 683 Masehi wangsa ini melarikan diri ke
Jawa dikarenakan adanya serangan dari Sriwijaya oleh Dapunta Hyang dan bala
tentaranya di Semenanjung Malaya.6

2. Teori Funan

Seorang peneliti bernama G. Coedes lebih condong pada anggapan bahwa


wangsa Sailendra di Nusantara itu berasal dari Funan atau Kamboja. Karena
terjadinya kerusuhan yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Fu-nan pada tahun 620

4
Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indoesia II, (Balai Pustaka,
1984), hal 87-88.
5
Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho Notosusanto, Ibid
6
Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho Notosusanto, Ibid

6
Masehi, maka kemudian keluarga kerajaan menyingkir ke daerah Jawa dan muncul
sebagai penguasa di Medang pada pertengahan abad ke VIII Masehi dengan
menggunakan nama keluarga Sailendra. Namun, kenyataannya teori ini tidak terbukti
kuat dan banyak diragukan kebenaranya oleh para ahli lainnya. Karena beberapa
catatan sejarah dan prasasti bahwa seelum bermukim di Jawa, keluarga sailendra
sudah lebih dulu berukim secara turun temurun di Sumatera.7

Ia berpendapat bahwa ejaan Funan dalam berita Cina itu berasal dari kata
Khmer kuna bnam atau vnam yang berarti gunung, yang dalam bahasa Khmer
sekarang phnom. Raja-raja Fu-nan disebut parwatabhupala yang berarti “raja
gunung” sama dengan kata Sailendra. J. Przyluski mangatakan bahwa pendapat yang
dikemukakan oleh Coedes itu didasarkan pada penafsiran yang meragukan dari satu
bait di dalam prasasti Kuk Prah Kot, yang menurut Coedes disitu merupakan petunjuk
bahwa raja-raja Sailendra yang berada di Jawa menganggap dirinya keturunan dari
dinasti Sailendra Fu-nan. Menurut Przyluski instilah dari Sailendrawangsa itu
menunjukkan bahwa raja-raja tersebut menganggap dirinya berasal dari Sailendra
yang berarti raja gunung, yang juga merupakan sebutan bagi Siwa (Girisa).8 Dengan
kata lain, raja-raja wangsa Sailendra di Jawa menganggap bahwa leluhurnya ada di
atas gunung. Maka hal ini kemudian menjadi petunjuk baginya bahwa istilah kata
Sailendra itu asli dariIndonesia.

Baru-baru ini ada juga pendapat yang menyatakan bahwa memang wangsa
Sailendra merupakan keturunan dari orang Fu-nan yang berlindung ke Indonesia
setelah negeri mereka ditakhlukkanoleh Tchen-la. Mereka tadilah yang mendapat
julukan “raja gunung”. Bahkan jika seandainya mereka mereka tidak melakukan
penakhlukan seperti yang dibanggakan dalam prasasti-prasasti tersebut, paling tidak
disepanjang abad ke VIII Masehi , mereka telah mampu menguasai seluruh bagian
wilayah Laut Cina selatan, termasuk semenanjung Melayu dan wilayah Ligor. Pada
tahun 774 Masehi, mereka juga melakukan penyerangan ke wilayah Champa dimana
pada saat itu mereka membakar tempat ibadah Po Nagar di Nha-trang. Kemudian juga
pada taun 787 Masehi mereka membakar tempat pemujaan di Phan-rang. Pada tahun
767, mereka tidak begitu berhasil mendarat di Tonkin. Bahkan, cukup alasan untuk
percaya bahwa mereka menjatuhkan salah seorang raja terakhir dari kerajaan Tchen-la

7
Adi Sudirman, Ibid, hal 93.
8
Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho Notosusanto, Ibid, hal 88.

7
yang kekuasaanya tengah memudar. Paling tidak, di negeri itu mereka telah memiliki
semacam kekuasaan kerena diakui oleh orang Khmer pada masa pendirian Angkor. 9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan mereka merupakan salah satu peristiwa
politik yang paling penting dalam sejarah Asia Tenggara.

Setelah J.G. de Casparis dapat menemukan istilah Waranaradhirajaraja dalam


prasasti dari candi Plaosan Lor dan juga prasasri Kelurak. Ia menafsirkan Waranara
itu dengan Na-fu-na atau Narawaranagara yang terdapat dalam berita Cina, yaitu
pusat kerajaan Fu-nan setelah melakukan perpindahan dari Wyadhapura atau T’e-mu
setelah mendapat serangan dari Chen-la berada dibawah kepemimpinan dan
kekuasaan Bhawawarman dan Citrasena pada pertengahan abad VI Masehi.
Kemudian de Casparis juga mengatakan bahwa setelah pindah ke Na-fu-na yang
dilokasikan dekat Angkor Borei, bahwa diantara raja-raja itu ada yang pergi ke Jawa
dan berhasil mengalahkan raja yang ada disana. Raja yang dimaksud disana adalah
Sanjaya dan keturunan-keturunannya. Jadi menurutnya di Jawa mula-mula dikuasai
oleh seorang raja yang bernama Siwa, tetapi setelah ditakhlukkan oleh datangnya raja
dari Na-fu-na, maka di Jawa Tengah terdapat dua dinasti raja-raja. Yaitu raja dari
wangsa Sanjaya yang bernama Siwa dan para pendatang baru itu yang berasal dari
Na-fu-na. Kemudian pendatang baru itu menamakan dirinya sebagai Sailendra yang
menganut agama Buddha. Sedangkan dinasti Sanjaya memeluk agama Hindu.10

Gambar Candi Plaosan Lor

9
Adi Sudirman, Ibid
10
Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho Notosusanto, Ibid, hal 89.

8
Kemudian pendapat de Casparis diakui oleh F.H. van Naerssen yang melihat
bahwa dalam prasasti Kalasan yang berangka tahun 778 M menggunakan bahasa
Sansekerta ada fihak, yaitu fihak dinasti Sailendra yang hanya disebut sebagai
Permata wangsa Sailendra tanpa nama dan Rakai Panakaran yang merupakan raja
bawahannya dari wangsa Sanjaya.11

Gambar Prasasti Kalasan

Kemudian de Casparis melakukan rekonstruksi jalannya sejarah kerajaan


Mataram sampai dengan pertengan abad ke IX Masehi dengan berlandaskan anggapan
bahwa sejek pertengahan abad ke VIII terdapat dua wangsa atau dinasti raja-raja yang
berkuasa yaitu dinasti Sailendra yang berasal dari Fu-nan yang menganut agama
Buddha Mahayana yang telah berhasil menakhlukkan raja dari dinasti Sanjaya yang
bernama Siwa. Raja dari dinasti Sanjaya itu hanya hanya baerkuasa sebagai raja
bawahan sejak Rakai Panakaran. Dalam beberapa kesempatan dilakukan
pembangunan candi utuk membantu raja wangsa Sailendra dengan memberikan tanah
sebagai sima bagi candi-candi itu. kemudian pendapat dari de Casparis ini
dikembangkan lagi oleh F.D.K. Bosh dengan adanya berbagai perubahan dan
tambahan.

11
Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho Notosusanto, Ibid

9
3. Teori Nusantara
Pada teori nusantara mengajukan bahwa kepulauan nusanatara, terutama pulau
Jawa dan Sumatra adalah tanah air dari wangsa Sailendra. Teori Nusantara
mengatakan bahwa Wangsa Sailendra mungkin sekali bersal dari Pulau Sumatera
yang kemudian melakukan perpindahan dan berkuasa di jawa. Atau juga mungkin
wangsa asli dari Pulau Jawa yang mendapatkan pengaruh yang kuat di Sriwijaya
(Sumatera).
Menurut beberapa para ahli, keluarga Sailendra berasal dari Pulau Sumatera
yang yang melakukan perpindahan (migrasi) ke Jawa Tengah, yaitu setelah kerajaan
Sriwijaya melakukan ekspandi pada abad ke VII Masehi ke jawa Tengah. Ekspansi itu
dilakukan dengan menyerang Kerajaan Tarumanegara (Jawa Barat) dan Kerajaan
Holing (Jawa Tengah).12
Berdasarkan prasasti Kota Kapur, Sriwijaya melakukan ekspandi ke wilayah
Jawa, ekspansi ini dicanangkan lantaran Bhumi Jawa yang enggan berbakti kepada
kerajaan Sriwijaya. Dilakukannya ekspansi tersebut didasarkan pada sebutan gelar
Dapunta Sailendra pada prasasti Sojomerto yang ditemukan di desa Sojomerto,
Kabupaten Pekalongan. Pada prasasti Kedukan Bukit, gelar ini juga ada disebutkan
pada nama Dapunta Hiyan. Prasasti Kedukan Bukit dan prasasti Sojomerto
merupakan prasasti yang menggunakan bahasa Melayu Kuna.13
Teori Nusantara dikemukakan oleh Poerbatjaraka. Pendapat yang ia
kemukakan didasarkan pada kitab cerita Parahyangan kemudian diperkuat lagi dengan
ditemukannya sebuah prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Prasasti tersebut
bernama prasasti Sojomerto.
Kini prasasti Sojomerto disimpan dalam koleksi pribadi bapak Adam Malik,
koleksi ini memperkuat anggapan Poerbatjaraka. Prasasti Sojomerto menyebutkan
Dapunta Selendra, nama dari Ibu dan Ayahnya, yaitu Bhadrawati dan Santanu, serta
istrinya yang bernama Sampula. Masih ada lagi tokoh yang disebutkan dalam prasasti
ini, hanya sayangnya nama-nama ini tidak dapat terbaca selurunya. Demikian juga
dengan istilah yang menunjukkan hubungan antara tokoh ini dangan Dapunta
Salendra tidak dapat dibaca keseluruhannya. Tohoh ini diberi subjek Hiyang, jadi
sangat mungkin adalah tokoh yang telah diperdewakan dan dianggap sebagai leluhur
12
Adi Sudirman, Ibid, hal 94.
13
Adi Sudirman, Ibid, hal 94.

10
dari Dapunta Selendra. Menurut Boechari, tokoh yang di sebut Dapunta Selendra ini
adalah penguasa di Mdan.14

Gambar Prasasti Sojomerto

Sebagaimana Isanawangsa berpangkal pada Pu Sindok yang bergelar


Isanawikramadharmmottunggadewa Rajasawangsa yang berpangkal pada Ken Arok
yang bergelar Sri Rajasa. Sehingga tentunya Sailendrawangsa berangkal pada seorang
leluhur yang memiliki gelar atau mengandung unsur Sailendra.
Dalam prasasti Sojomerto itu dijumpai nama Dapunta Selendra yang memang
merupakan ejaan dari bahasa Indonesia dari kata Sansekerta Sailendra. Maka dari itu,
sesuai dengan asal usul dari nama-nama wangsa yang lain, dapatlah dikatakan bahwa
Sailendrawangsa berpangkal dari Dapunta Selendra. Selain itu, ditemukannya prasasti
itu yang menggunakan bahasa melayu Kuna menunjukkan bahwasannya ia adalah
orang asli Indonesia, yang berasal dari Pulau Sumatera. Kenapa dari Pulau Sumatera?
Jelas, karena di Sumatera-lah dijumpai prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa
Melayu Kuna.15
Dari prasasti Sojomerto dikatakan bahwa Dapunta Selendra memeluk agama
Siwa. Apa sebab dan kapan raja-raja wangsa Sailendra itu mulai memeluk agama
14
Adi Sudirman, Ibid
15
Marwati Djoened Poesponerogo dan Nugroho Notosusanto, Ibid, hal 91.

11
Buddha mungkin dapat kita ketahui dari prasasti yang dimiliki oleh bapak Adam
Malik, yang untuk sementara ini disebut dengan nama prasasti sankhara. Prasasti
Sankhara berbahasa Sansekerta, tetapi amat disayangkan karena yang ditemukan
hanyalah bagian akhirnya saja. Ternyata prasasti ini ditulis di atas dua batu. Namun
pada batu pertama yang memuat permulaan dari prasasti tidak ada. Sehingga kita
tidak dapat mengetahui kapan prasasti ini dikeluarkan. Jikapun ada dituliskan
tahunnya, melihat pada bagian prasasti ini yang tidak rata dan adanya bagian tonjolan,
ternyata prasasti ini dulunya ditempatkan dalam suatu bangunan.
Pada bagian yang tersinya hanya memberi keterangan bahwa pada suatu ketika
ayah raja Sankhara jatuh sakit. Selama delapan hari sakit, ia sangatlah
menderitakerena panas yang membakar. Akhirnya ia meninggal dunia tanpa
disembuhkan oleh bantuan dari pendeta gurunya. Oleh sebab itu, maka raja Sankhara
merasa takut kepada sang guru yang ia anggap tidak benar, sehingga ia meninggalkan
kebaktiannya kepada Dewa Siwa. Pada bagian penutup prasasti ini memang
menggambarkan bahwa raj Sankhara itu kemudian menganut agama Buddha karena
dikatakan bahwa ia telah memberikan anugerah kepada bhiksusangha.
Jika pada tafsiran itu benar, maka dapatlah kita ketahui suatu sumber prasasti
yang memberikan keterangan tentang perpindahan agama dari Siwa ke agama
Buddha. Raja yang yang berpindah agama itu adalah raja Sankhara yang hingga kini
masi belum ditemui namanya dalam berbagai sumber-sumber yang telah kita kenal.
Prasasti ini memang tidaklah lengkap, hingga tidak dapat tiketahui angka
tahunnya. Namun dari segi Paleografi dapat diperkirakan bahwa prasasti ini berasal
dari pertengahan abad ke VIII Masehi.
Selanjutnya, menurut Poerbatjakara, sanjaya dan keturunan-keturunan itu
adalah raja-raja dari dinasti sailendra yang merupakan orang asli Nusantara yang
memeluk agama Siwa. Tetapi, sejak Panamkaran berpindah agama menjadi agama
Buddha Mahayana, maka raja-raja di Mataram juga ikut menganut agama Buddha
Mahayana. Pendapatnya yang didasarkan pada pada kitab Cerita Parahiyangan yang
menyebut bahwa Rakai Sanjaya menyuruh anaknya Rakai Tamperan atau Rakai
Panaraban untuk berpindah agama. Hal ini dikarenakan agama yang dianutnya (aliran
Siwa) ditakuti oleh semua orang. Berita mengenai Rakai Panakaran yang berpndah
agama ini, dari agama Siwa ke agama Buddha Mahayana juga sesuai dengan isi pada

12
prasasti Raja sankhara. Namun sayangnya prasasti yang ditempatkan di koleksi
Musum Adam Malik ini telah hilang.16

Gambar Kitab Cerita Parahiyangan

Kemudian pada prasasti Canggal, disebutkan bahwa sanjaya mendirikan


sebuah lingga di bukit Sthiranga yang bertujuan untuk keselamatan rakyatnya. Juga
dikatakan bahwa Raja sanjaya memerintah di Jawa dengan menggantikan Sanna.
Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah diketahui bahwa terdapat
tiga penguasa di Mdan (Mataram), yaitu Dapunta Salendra, Sanna, dan Sanjaya. Raja
Sanjaya mulai berkuasa di Mdan (Mataram) pada tahun 717. Sementara itu, dari
Cerita Parahiyangan dapat diketaui bahwa Raja Sanna atau sena berkuasa hanya
selama tujuh tahun. Jika Sanjaya naik tahta pada tahun 717 Masehi, maka Sanna naik
tahta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini membuktikan bahwa untuk sampai kepada
masa kedudukan Dapunta Selendra berada pada pertengahan abad ke VII Masehi
yang masih ada sekitar 60 tahun. Maka setidaknya ada dua orang penguasa lagi untuk
sampai kedapa masa kedudukan Dapunta Selendra.17
Dalam Cerita Parahiyangan juga disebutkan bahwa raj Mandiminak mendapat
putra sang Sena (raja Sanna). Ia memerintah selama tujuh tahun lamanya. Setelah itu,
Mandaminak digantikan oleh Sanna yang memerintah selam tujuh tahun. Berdasarkan

16
Adi Sudirman, Ibid, hal 95.
17
Adi Sudirman, Ibid

13
urutan raja-raja itu, dapat diketahui bahwa Mandiminak mulai berkuasa sejak tahun
703 Masehi. Berarti masih ada satu lagi yang berkuasa sebelum Mandaminak.
Karena teori dari Poerbatajaraka didasarkan oleh Cerita Parahiyangan, maka
diduga keluarga Sailendra berasal dari Pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh
Kerajaan Sriwijya (sumatera). Takoh Raja Sanna dan Raja Sanjaya memiliki kaitan
yang erat dengan sejarah kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Pada awalnya kedua
kerajaan itu menganut agama Siwa seperti kebanyakan keluarga kerajaan permulaan
di Pulau Jawa, yaitu seperti kerajaan tarumanegara dan Kerajaan Kalingga (Holing).
Penggunaan prasasti bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah
dan adanya gelar Dapunta menunjukkan bahwa keluarga sailendra telah dipengaruhi
oleh bahasa, budaya dan sistem politik dari kerajaan Sriwijaya. Hal ini kemudian
menimbulkan dugaan bahwa mereka adalah raja bawahan atau vassal anggota
kedatuan kerajaan Sriwijaya. Hal ini juga didasarkan pada kabar penakhlukkan Bhumi
Jawa oleh Kerajaan Sriwijaya sebagaimana yang tertera dalam prasasti Kota Kapur.18
Berita Cina yang berasal dari dinasti Tang memberitakan tentang adanya
sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Ho-ling (Kalingga) yang di sebut She-po
(Jawa). Sekitar tahun 674 Masehi, rakyat di kerajaan tersebut menobatkan seorang
wanita sebagai ratu. Ratu tersebut bernama Hsi-mo (Ratu Sima). Ratu itu memerintah
dengan baik lagi bijaksana. Apakah mungkin ratu tersebut merupakan seorang
pewaris dari Dapunta Selendra? Jika benar iya, maka dapatlah diketahui urutan-urutan
raja yang memerintah di Mdan, yaitu Dapunta Selendra (?-674 M), Ratu Sima (674-
703 M), Mandiminak (703-710 M), Rakai Sanna (710-717), Sanjaya (717-746 M),
Rakai Panakaran (746-784M), dan seterusnya.19
Ada juga beberapa sejarawan lain yang mencoba merekonstruksi urutan dartar
silsilah raja-raja wangsa Sailendra. Meskipun satu sama lain ada yang tidak sepakat,
Seperti Slamet Muljana. Slamet Muljana meneruskan teori dari dinasti kembar Bosh,
yang berpendapat bahwa anggota dinasti sailendra pertama yang berhasil menjadi raja
adalah rakai Panakaran. Sementara itu, Poerbatjakara berpendapat lain, bahwa dinasti
Sanjaya itu tidak pernah ada. Dengan kata lain, dinasti sanjaya juga merupakan
anggota dari dinasti sailendra.20

18
Adi Sudirman, Ibid, hal 96
19
Adi Sudirman, Ibid
20
Adi Sudirman, Ibid

14
Boechari mencoba merekonstruksi tahap awal dari perkembangan wangsa
Sailendra berdasarkan penafsiran dari prasasti Sojomerto. Sementara itu, Poerbatjaka
mencoba menyusun urutan daftar raja-raja yang penguasa sailendra pada periode
pertengahan dan kemudian berlanjut berdasarkan hubungannya dengan tokoh
Sanjaya, prasasti-prasasti yang berkaitan dengan dinasti sailendra, dan penafsiran atas
naskah Cerita Parahiyangan. Namun, banyak kebingungan-kebingungan yang muncul,
kerana disini sailendra berkuasa atas banyak kerajaan, yaitu kerajaan Kalingga
(holing), kerajaan Medang, dan Kerajaan Sriwijaya. Akibatnya, nama dari beberapa
raja engalami tumpang tindih, dan berkuasa di kerajaan ini pada waktu yang
bersamaan. Sehingga hingga saat ini, bukti sejarah shahih tentang dinasti ini masih
belum dapat ditemukan.

2.2. Susunan Raja-raja Dinasti Sailendra

Berikut ini adalah daftar raja-raja keluaga Wangsa Sailendra yang pernah memerintah
di Nusantara berdasarkan dari berbagai prasasti dan sumber lainnya:

Nama Raja Kurun Ibu Kota Peristiwa Prasasti/catatan


waktu Bersejarah
Santanu Sekitar Masih Sebuah keluarga yang -Prasasti
650 M belum memeluk agama Siwa Sojomerto yang
diketahui bermukim di pesisir utara berangka tahun
Jawa Tengah, berbahasa 670-700
Melayu Kuno. Diduga
berasal dari Pulau Sumatera
atau penduduk asli Jawa,
tetapi berada di bawah
pengaruh kerajaan
Sriwijaya.
Dapunta Sekitar Di Batang, Dimulainya dinasti keluarga -Prasasti
Selendra 674 M pantai utara penguasa dan pertama Sojomerto,
Jawa kalinya nama ‘Selendra’ sekitar 670-700
Tengah atau Sailendra disebutkan.

15
Shima 674- Di Menguasai kerajaan -Cerita
703 M Kalingga, Kalingga. Parahyangan
antara -Catatan Cina
Pekalongan mengenai
dan Jepara kunjungan biksu
Hwi-ning di Ho-
ling (664) dan
pemerintahan
ratu Shi-mo
(674)
Mandiminak 703- Masih -Cerita
710 M belum Parahyangan
diketahui
Sanna 710- Masih Sanna berkuasa di Jawa, -Prasasti Canggal
717 M belum tetapi setelah ia wafat, (732)
diketahui kerajaan menjadi runtuh -Cerita
dan terpecah-belah akibat Parahyangan
pemberontakan dan
serangan dari luar.
Sanjaya 717- Mataram, Sanjaya adalah putra -Prasasti Canggal
760 M Jawa Sahanna, keponakan dari (732)
Tengah Sanna. Ia memulihkan -Cerita
keamanan, mempersatukan Parahyangan
kerajaan dan kemudian naik
tahta. Sejarawan lama
menafsirkan sebagai awal
dari berdirinya wangsa
Sanjaya. Di samping itu,
pihak lain menganggap ia
sebagai kelanjutan wangsa
Sailendra.
Rakai 760- Mataram, Rakai Panakaran beralih -Prasasti Raja
Panagkaran 775 M Jawa keyakinan, dari memuja Sankhara,
Tengah Siwa menjadi pemeluk -Prasasti Kalasan
agama Buddha Mahayana, (778)

16
serta pada masanya -Cerita
dibangun candi Kalasan Parahyangan
Dharaninda 775- Mataram, Juga berkuasa di Sriwijaya -Prasasti Kelurak
800 M Jawa (Sumatera), membangun (782)
Tengah Manjusrigrha, mulai -Prasasti Ligor B
membangun Candi sekitar 787 M
Borobudur sekitar tahun
770 M, Jawa menyerang
dan menakhlukkan Ligor
dan Kamboja Slatan
(Chenla) pada tahun 790.

Samaragrawira 800- Mataram, Berkuasa di Sriwijaya, -Prasasti Ligor B


812 M Jawa Kamboja memerdekakan sekitar tahun 787
Tengah diri pada tahun 802
Samaratungga 812- Mataram, Berkuasa di Sriwijaya, -Prasasti
833 M Jawa merampungkan Candi Karangtengah
Tengah Borobudur (824)
Pramodhawar- 833- Mamrati, Mengalahkan serta -Prasasti
dhani berkuasa 856 M Jawa mengusir Balaputradewa Siwagrha (856)
mendampingi Tengah yang menyingkir ke
suaminya, Sumatera (Sriwijaya).
Rakai Pikatan Membangun Candi
Prambanan dan Candi
Plaosan. Para raja Medang
penerus Pikatan, mulai dari
Dyah Lokapala (850-890)
hingga Wawa (924-929 M)
dapat dianggap sebagai
penerus trah Sailendra,
meskipun Dyah Balitung
(898-910) dalam prasasti
Mantyasih (907) hanya
menurut leluhurnya hingga
Sanjaya, akibatnya

17
menumbuhkan teori wangsa
Sanjaya
Balaputradewa 833- Sriwijaya, Dikalahkan oleh Rakai -Prasasti
850 Sumatera Pikatan-pramodhawardhani, Siwagrha (856)
Selatan kemudian terusir dari Jawa -Prasasti Nalanda
Tengah, menyingkir ke (860)
Sumatera dan berkuasa di
Sriwijaya. Ia mengaku
bahwa dirinya adalah
pewaris sah wangsa
Sailendra dari Jawa, ia juga
membangun Candi di
Nalanda (India)
Sri Udayadity- Sekitar Sriwijaya, Mengirim utusan dan -Prasasti
avarman 960 Sumatera persembahan untuk Siwagrha (856)
Selatan mendapat misi dagang -Prasasti Nalanda
dengan Tiongkok. (860)
Haji (Hia-tche) Sekitar Sriwijaya, Mengirim utusan dan -Utusan ke
980 Sumatera persembahan untuk Tiongkok (980-
Selatan mendapat misi dagang 983)
dengan Tiongkok.
Sri Culamani- Sekitar Sriwijaya, Mengirim utusan dan -Utusan ke
varmadeva 988 Sumatera persembahan untuk Tiongkok (988-
Selatan mendapat misi dagang 992-1003)
dengan Tiongkok, raja Jawa -Prasasti Tanjore
Dharmawangsa menyerang atau prasasti
Sriwijaya, membangun Leiden (1044)
candi untuk kaisar
Tiongkok, pemberian desa
perdikan oleh raja-raja I.
Sri Maravijay- Sekitar Sriwijaya, Mengirim utusan dan -Utusan ke
otungga 1008 Sumatera persembahan untuk Tiongkok (1008)
Selatan mendapat misi dagang
dengan Tiongkok (1008)
Sumaterabhumi Sekitar Sriwijaya, Mengirim utusan dan -Utusan ke

18
1017 sumatera persembahan untuk Tiongkok (1017)
Selatan mendapat misi dagang
dengan Tiongkok (1017)
Sangramavjiyo- Sekitar Sriwijaya, Serbuan kerajaan -Prasasti Chola
tungga 1025 Sumatera Cholamandala atas di Candi
Selatan Sriwijaya dan ibu kota Rajarasa,
ditakhlukkan oleh Rajendra Tanjore
Chola.

Itulah daftar-dartar para raja yang berasal dari dinasti Sailendra. Raja-raja tersebut
memerintah beberapa kerajaan di Nusantara baik di Pulau Jawa maupun di Pulau Sumatera.

2.3. Keruntuhan Dinasti Sailendra

Mengenai berakhirnya dinasti Sailandra, beberapa para ahli mengaitkan


keruntuhannya dengan kepindahan Balputradewa ke Pulau Sumatera, lebih tepatnya kerajaan
Sriwijaya. Sejarawan seperti Munozh dan Bosch menganut paham adanya dua wangsa
kembar yang berbeda keyakinan dan saling bersaing. Dinasti yang dimaksud adalah dinasti
Sanjaya dan dinasti sailendra. Mereka mengatakan bahwa dinasti Sailendra menganut agama
Buddha kalah bersaing dengan dinasti Sanjaya yang memeluk agama Hindu aliran Siwa.
Perselisihan ini dimulai dariadanya ketimpangan perekonomian dan perbedaan keyakinan
antara rakyat Jawa yang kebanyakan beragama Hindu Siwa dengan Dinasti Sailendra sang
penguasa yang beragama Buddha sehingga faktor ini menjadi hal yang melatar belakangi
ketidakstabilan di Jawa Tengah. Bukti yang menunjukkan bahwa dinasti Sailendra ini
beragama Buddha adalah dibangunnya Candi Borobudur oleh Dharaninda sekitar tahun 770
Masehi di Jawa Tengah. Kemudian candi ini dirampungkan oleh Samaratungga pada tahun
825 Masehi.21

21
Adi Sudirman, Ibid, hal 101-102.

19
Gambar Candi Borobudur

Dalam menetapkan posisinya di Jawa Tengah, raja Samaratungga menikahkan


putrinya yang bernama Pramodhawardhani dengan anak Gurung yang bernama Rakai Pikatan
yang pada saat itu menjadi pangeran di Wangsa Sanjaya. Sejak saat itu, pengaruh dari
Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mtaram menggantikan agama Buddha.

Pada saat itu, Rakai Pikatan melakukan penyerangan kepada Balaputradewa yang
merupakan saudara dari Pramohawardhani. Berakhirnya wangsa Sailendra terjadi pada tahun
850 Masehi, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke suwarnadwipa, yang merupakan
negeri asal dari ibunya yang bernama Tara.

Setelah terusirnya Wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, seorang peneliti sejarang
yang bernama Munoz beranggapan bahwa berakhir pula kekeuasaan Sriwijaya atau Pulau
Jawa selama satu abad lamaya. Ia juga mengatakan bahwa orang-orang Jawa yaitu pengikut
dari Raja Balaputradewa terancam dan akhirnya menyingkir lalu mengungsi ke Jawa Barat.
Para pengungsi yang pergi ke Jawa Barat kemudian mendirikan kerajaan baru yang bernama
kerajaan Banten girang. Hal ini didasarkan pada penemuan sebuah arca-rca bergaya Jawa
pertengahan pada abd ke X Masehi yang terletak di situs Gunung Pulasari, Banten Girang.22

Di samping itu, sejarawan lain seperti Boechari dan Poerbatjaraka percaya bahwa
hanya ada sati dinasti yaitu Sailendra dan tidak ada ditemukan prasasti lain yang
menyebutkan Sanjayavamca dalam prasasti manapun.

22
Adi Sudirman, Ibid

20
Secara tradisional selama ini kurun kekuasaan wansa Sailendra dianggap berlangsung
antara abad ke VIII hingga ke IX Masehi. Daerah kekuasaannya hanya sebatas wilayah Jawa
Tangah tepatnya di daratan Kedu dari masa kekuasaan dan kedududkan Rakai Panakaran
hingga Samaratungga. Hal tersebut sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang
menganggap Panakaran sebagai Raja Sailendra pertama yang naik tahta. Tapi ada lagi
penafsiran yang lebih mutahir yaitu berdasarkan atas temuan prasasti Sojomerto yang
mengatakan bahwa kelanjutan wangsa Sailendra di Sriwijaya (sumatera Selatan). Dari
pertengahan abad ke VII Masehi (yaitu perkiraan dari prasasti Sojomerto) hingga awal abad
ke XI Masehi (yaitu jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya akibat dari serangan
Cholamandaladari India). Tetapi tidak dapat diketahui dengan pasti apa yang
melatarbelakangi persahabatan antara Sriwijaya dengan raja Cola berubah menjadi
permusuhan. Raja Cola pada saat itu adalah Rajendra Coladewa yang melakukan serangan
terhadap Sriwijaya sekitar tahun 1023-1024 Masehi. Pada saat itu raja Cola melakukan
serangan besar-besaran terhadap Sriwijaya. Dan pada saat itu raja dari Sriwijaya sempat
ditawan, tetapi tidak diketahui nasib selanjutnya. Dari tahun 1030-1064 tidak diketahui berita
tentang kerajaan Sriwijaya.23

Kemudian pada tahun 1064- muncul seorang raja yang bernama Dharmawira yang
berkuasa di daerah Jambi. Ternyata setelah mendapat serangan kedua, Sriwijaya dapat
bangun kembali sebagai kerajaan yang besar.24

Dalam kurun waktu tertentu, dinasti Sailendra berkuasa di baik di Sumatera maupun
di Jawa Tengah. Persekutuan dan hubungan dari perkawinan antar keluarga kerajaan
Sriwijaya dengan Sailendra memungkinkan bergabungnya kedua keluarga kerajaan, yang
akhirnya wangsa Sailendra berkuasa baik di kerajaan medang Mataram di Jawa Tengah
sekaligus di Sriwijaya Sumatera Selatan.

BAB III

PENUTUP

23
Dra. Chusnul Hajati, Drs. Supriyo P.,Dra. Titi Pratitis, Sejarah Indonesia, (Karunika Jakarta Unoversitas
Terbuka, 1986), hal 89.
24
Dra. Chusnul Hajati, Drs. Supriyo P.,Dra. Titi Pratitis, Ibid

21
Kesimpulan

Wangsa Sailendra atau Sailendravamsa adalah nama dinasti atau wangsa raja-raja
yang berkuasa di Sriwijaya, Pulau Sumatera dan kerajaan Medang (Jawa Tengah). Dinasti
Sailendra telaha ada sejak tahun 752 M. Sebagian besar raja-raja yang berkuasa di dinasti
Sailendra menganut agama Buddha Mahayana. Tentang asal usul keluarga Sailendra, masih
bayak diperdebatkan oleh sejumlah para ahli. Beberapa pendapat telah dikemukakan oleh
arkeolog dan sejarawan dari berbagai negara. Ada yang menyebutkan bahwa keluarga
Sailendra berasal dai India, Sumatera, atau Funan. Mengenai berakhirnya dinasti Sailandra,
beberapa para ahli mengaitkan keruntuhannya dengan kepindahan Balputradewa ke Pulau
Sumatera, lebih tepatnya kerajaan Sriwijaya. Sejarawan seperti Munozh dan Bosch menganut
paham adanya dua wangsa kembar yang berbeda keyakinan dan saling bersaing. Dinasti yang
dimaksud adalah dinasti Sanjaya dan dinasti sailendra.

22
DAFTAR PUSTAKA

Djoened Poesponegoro, Marwati & Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional


Indonesia II. Balai Pustaka

Sudirman, Adi. 2014. Sejarah lengkap Indonesia. Yogyakarta: DIVA press.

Hajati, Chusnul, dkk. 1986. Sejarah Indonesia. Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka.

23

Anda mungkin juga menyukai