BAB 1
PENDAHULUAN
WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat
akibat gangguan otak (fokal atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
dengan cedera fokal akut dari sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh
angka kematian sebanyak 4,4 juta (9%) dari 50,4 juta kematian setiap tahun.
Pada tahun 2013 disebutkan bahwa setiap 40 detik terdapat satu orang yang
berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh
dunia. Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk.
Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Aceh (16,6 per 1000
stroke iskemik dan hemoragik. Insidensi stroke iskemik lebih tinggi, yaitu sekitar
87% sementara stroke hemoragik 13%.5 Kelainan yang disebabkan oleh stroke
tergantung dari derajat keparahan dan lokasi otak yang terkena. Meskipun angka
kejadian stroke hemoragik lebih rendah, tingkat keparahan dan risiko mortalitas
Oleh karena itu, perlu dibahas lebih lanjut mengenai stroke terutama stroke
depan.
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
Umur : 64 tahun
MR : 16.31.00
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Aceh
Ruangan : Multazam
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama :
b. Keluhan Tambahan :
Kebas di telapak tangan dan kaki kiri, nyeri kepala, mulut merot, dan suara pelo.
Pasien dibawa ke IGD RSU Cut Meutia pada hari Jumat, 26 Februari 2021
pukul 10.50 WIB dengan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah kiri ± 1 hari
mengeluhkan kebas di telapak tangan dan kaki kiri dan lemah anggota gerak
disertai dengan mulut merot. Riwayat nyeri kepala juga dilaporkan. Pasien juga
disangkal.
tidak rutin.
GCS : E4 M6 V5
Suhu : 36,5 ̊C
a. Kulit
b. Kepala
isokor 2 mm/2 mm
c. Leher
1. Inspeksi : Simetris
d. Thorax
Paru
sama
3. Perkusi : Sonor
Jantung
di LMCS
e. Abdomen
Superior Inferior
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -
1. GCS : E4 M6 V5
2. Pupil
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 2 mm 2mm
Reflek cahaya langsung + +
Reflek cahaya tidak langsung + +
Kanan Kiri
Kaku kuduk - -
Kernig Sign - -
Laseque Sign - -
Brundzinky 1 - -
Brundzinky 2 - -
Brundzinky 3 - -
Brundzinky 4 - -
8
(Vestibularis
Cochlearis) Tidak dilakukan pemeriksaan
Rhinne
Weber
Swabach
N.IX & N.X
(Glossofaringeus,
Vagus)
Reflek menelan Normal
Reflek batuk Normal
Reflek muntah Normal
Arcus faring Simetris
Posisi uvula Normal, deviasi (-)
Pengecapan 1/3 posterior Tidak dilakukan pemeriksaan
lidah
N.XI (Aksesorius)
-M.sternocleido- Menoleh normal
mastoideus Terdapat gangguan dalam mengangkat bahu
-M.trapezius
N.XII (Hipoglossus) Parase
5. Fungsi Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas 5555 0333
Ekstremitas bawah 5555 2222
Tonus
Ekstermitas atas Eutonus Hipotonus
Ekstremitas bawah Eutonus Hipotonus
Trofi
Ekstremitas atas Eutropi Eutropi
Ekstremitas bawah Eutropi Eutropi
Klonus
Ekstremitas atas Normal Normal
Eksremitas bawah Normal Normal
Refleks
Fisiologis Normal Normal
Biceps Normal Normal
Triceps Normal Normal
Patella Normal Normal
Achilles Normal Normal
Patologis
Hoffmann-tromner Negatif Negatif
Babinski Negatif Negatif
10
6.
Kanan Kiri
Fungsi
Raba halus
Ekstremitas atas Normoestesia Normoestesia Sensorik
Ekstremitas bawah Normoestesia Normoestesia
Nyeri
Ekstremitas atas Normoestesia Normoestesia
Ekstremitas bawah Normoestesia Normoestesia
Suhu
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
Getar
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
Proprioseptif
Ekstremitas atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
11
7. Fungsi Otonom
BAK : Inkontinensia Urine (-) Retensi (-) Anuria (-)
BAB : Inkontinensia Alvi (-) Retensi (-) Keringat: (DBN)
KIMIA DARAH
Fungsi Ginjal
Ureum 25 mg/dl <50
Kreatinin 1.22 mg/dl 0.60-1.00
Asam Urat 9.2 mg/dl 3.4-7.0
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 125 mg/dL <180
Kesimpulan :
– Tampak lesi hyperdens di capsula externa dextra (Vol 13,15 cc) dan
Kesan : intracerebral heamorhagic di capsula externa dextra (Vol 13.15 cc) dan
Hasil :
– Sinus cf lancip
– Diafragma licin
2.7 Resume
Pasien dibawa ke IGD RSU Cut Meutia pada hari Jumat, 26 Februari 2021
pukul 10.50 WIB dengan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah kiri ± 1 hari
mengeluhkan kebas di telapak tangan dan kaki kiri dan lemah anggota gerak
disertai dengan mulut merot. Riwayat nyeri kepala juga dilaporkan. Pasien merasa
mual namun tidak disertai muntah. Pasien dengan riwayat hipertensi ± 2 tahun dan
160/100 mmHg, gangguan pada N.VII (Fasialis) dan N.XI (Aksesorius). Pada
2.8 Diagnosis
Hipertensi
2.9 Terapi
Amlodipin 1x10mg
Capcam 1x1
16
Candesartan 1x1
Atrovastatin 1x1
Cefixim 2x1
2.10 Prognosis
Refleks fisiologis
(+/+)
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
Sensorik
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
17
Hydrosis : normo
Sabtu, 27 - Kelemahan TD 170/90 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
Februari anggota gerak N 79x/menit e sinistra ec gtt/i
2021 kiri yang T : 36.5 stroke Inj citicoline
dialami secara RR : 20x/i iskemik + 500mg/12j
tiba-tiba GCS E4M6V5 hipertensi Inj ketorolac 1
- Nyeri kepala RCL +/+ amp (ekstra)
- Bicara pelo RCTL +/+ Inj omeprazole I
- Mual Tanda Rangsang Meningeal vial/12j
- Muntah (-) : CPG 1X75mg
- BAB (-) -Kaku kuduk (-) Amlodipine
- BAK (+) -kearning sign (-) 1x10mg
-leaseag sign (-)
-brudzinki I (-)
-brudzinki II (-)
Nervus Cranialis
N.I : dbn N.VII: dbn
N.II : pengelihatan
berkurang N.VIII:
555 022 terganggu
5 2 N.III: dbn N.IX : dbn
555 222 N.IV: dbn N.X : dbn
5 2 N.V:dbn N.XI:terganggu
N.VI; dbn N.XII:dbn
Refleks fisiologis
(+/+)
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
Sensorik
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
Hydrosis : normo
Minggu, - Kelemahan TD 173/96 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
28 anggota gerak N 88x/menit e sinistra ec gtt/i
Februari kiri yang T : 36.3 stroke Inj citicoline
2021 dialami secara RR : 18x/i iskemik + 500mg/12j
tiba-tiba GCS E4M6V5 hipertensi Inj ketorolac 1
- Nyeri kepala RCL +/+ amp (K/P)
- Bicara pelo RCTL +/+ Inj omeprazole I
- BAB (-) Tanda Rangsang Meningeal vial/H
- BAK (+) : Inj
-Kaku kuduk (-) ondansetron/H
-kearning sign (-) CPG 1X75mg
-leaseag sign (-) Amlodipine
-brudzinki I (-) 1x10mg
-brudzinki II (-) Atorvastatin 1x1
Nervus Cranialis
N.I : dbn N.VII: dbn
N.II : pengelihatan
berkurang
555 022
5 2
555 222 18
5 2
N.VIII:terganggu
N.III: dbn N.IX : dbn
N.IV: dbn N.X : dbn
N.V:dbn N.XI:terganggu
N.VI; dbn N.XII:dbn
555 022
5 2 Refleks fisiologis
555 222 (+/+)
5 2 Refleks patologis
(- / -)
Motorik
Sensorik
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
Hydrosis : normo
Senin, 1 - Kelemahan TD 170/100 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
Maret anggota gerak N 84x/menit e sinistra ec gtt/i
2021 kiri yang T : 36.5 stroke Inj citicoline
dialami secara RR : 20x/i iskemik + 500mg/12j
tiba-tiba GCS E4M6V5 hipertensi Inj ketorolac 1
- Nyeri kepala RCL +/+ amp (K/P)
- Bicara pelo RCTL +/+ Inj omeprazole I
- BAB (-) Tanda Rangsang Meningeal vial/H
- BAK (+) : Inj ondansetron/H
-Kaku kuduk (-) CPG 1X75mg
-kearning sign (-) Amlodipine
-leaseag sign (-) 1x10mg
-brudzinki I (-) Atorvastatin 1x1
-brudzinki II (-)
Nervus Cranialis
N.I : dbn N.VII: dbn
N.II : pengelihatan
berkurang
N.VIII:terganggu
N.III: dbn N.IX : dbn
N.IV: dbn N.X : dbn
N.V:dbn N.XI:terganggu
N.VI; dbn N.XII:dbn
Refleks fisiologis
(+/+)
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
Sensorik
19
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
Hydrosis : normo
Selasa, 2 - Kelemahan TD 160/110 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
Maret anggota gerak N 87x/menit e sinistra + gtt/i
2021 kiri yang T : 36.6 stroke Inj citicoline
dialami secara RR : 16x/i heamoragik 500mg/12j
tiba-tiba GCS E4M6V5 + hipertensi Inj ketorolac 1
- Nyeri kepala RCL +/+ amp (K/P)
- Bicara pelo RCTL +/+ Inj omeprazole I
- BAB (-) Tanda Rangsang Meningeal vial/H
- BAK (+) : Inj ondansetron/H
-Kaku kuduk (-) CPG 1X75mg
-kearning sign (-) Amlodipine
-leaseag sign (-) 1x10mg
-brudzinki I (-) Atorvastatin 1x1
-brudzinki II (-) Candesartan 1x1
Nervus Cranialis
N.I : dbn N.VII: dbn
555 023 N.II : pengelihatan
5 3 berkurang N.VIII:dbn
555 222 N.III: dbn N.IX : dbn
5 2 N.IV: dbn N.X : dbn
N.V:dbn N.XI:dbn
N.VI; dbn N.XII:dbn
Refleks fisiologis
(+/+)
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
Sensorik
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : -
Hydrosis : normo
Rabu, 3 - Kelemahan TD 180/90 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
Maret anggota gerak N 87x/menit e sinistra + gtt/i
2021 kiri yang T : 36.6 stroke Inj citicoline
dialami secara RR : 16x/i heamoragik 500mg/12j
tiba-tiba GCS E4M6V5 + hipertensi Inj ketorolac 1
- Nyeri kepala RCL +/+ amp (K/P)
- Bicara pelo RCTL +/+ Inj omeprazole I
- BAB (+) Tanda Rangsang Meningeal vial/H
20
Refleks fisiologis
(+/+)
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
555 033
5 3
555 222
5 2
Sensorik
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
Hydrosis : normo
Kamis, 4 - Kelemahan TD 150/90 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
Maret anggota gerak N 80x/menit e sinistra + gtt/i
2021 kiri T : 36.5 stroke Inj citicoline
- Nyeri kepala RR : 19x/i heamoragik 500mg/12j
- Bicara pelo GCS E4M6V5 + hipertensi Inj ketorolac 1
- BAB (-) RCL +/+ amp (K/P)
- BAK (+) RCTL +/+ Inj omeprazole I
Tanda Rangsang vial/H
Meningeal : Inj ondansetron/H
-Kaku kuduk (-) CPG 1X75mg
-kearning sign (-) Amlodipine
-leaseag sign (-) 1x10mg
-brudzinki I (-) Atorvastatin 1x1
-brudzinki II (-) Candesartan 1x1
Nervus Cranialis Laxadin syr 3xc1
N.I : dbn N.VII: dbn Capcam 1x1
N.II : pengelihatan Cefixim 2x1
berkurang N.VIII: Dulcolax sup
terganggu (K/P)
N.III: dbn N.IX : dbn
555 033
5 3 21
555 222
5 2
Sensorik
22
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
Hydrosis : normo
Sabtu, 6 - Kelemahan TD 150/90 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
Maret anggota gerak N 80x/menit e sinistra + gtt/i
2021 kiri T : 36.5 stroke Inj citicoline
- Lemas RR : 19x/i heamoragik 500mg/12j
- Nyeri kepala GCS E4M6V5 + hipertensi Inj ketorolac 1
- Bicara pelo RCL +/+ amp (K/P)
- mual RCTL +/+ Inj omeprazole I
- perut Tanda Rangsang vial/H
kembung Meningeal : Inj ondansetron/H
- BAB (+) -Kaku kuduk (-) CPG 1X75mg
- BAK (+) -kearning sign (-) Amlodipine
-leaseag sign (-) 1x10mg
-brudzinki I (-) Atorvastatin 1x1
-brudzinki II (-) Candesartan 1x1
Nervus Cranialis Laxadin syr 3xc1
N.I : dbn N.VII: dbn Capcam 1x1
555 033 N.II : pengelihatan Cefixim 2x1
5 3 berkurang N.VIII: Dulcolax sup
555 222 terganggu (K/P)
5 2 N.III: dbn N.IX : dbn
N.IV: dbn N.X : dbn
N.V:dbn N.XI:terganggu
N.VI; dbn N.XII:dbn
Refleks fisiologis
(+/+)
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
Sensorik
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
Hydrosis : normo
Minggu, 7 - Kelemahan TD 140/90 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
Maret anggota gerak N 80x/menit e sinistra + gtt/i
2021 kiri T : 36.5 stroke Inj citicoline
- Lemas RR : 19x/i heamoragik 500mg/12j
- Nyeri kepala GCS E4M6V5 + hipertensi Inj ketorolac 1
- Bicara pelo RCL +/+ amp (K/P)
- BAB (+) RCTL +/+ Inj omeprazole I
23
555 033
5 3
555 222
5 2
Sensorik
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
Hydrosis : normo
Senin, 8 - Kelemahan TD 160/100 mmHg Hemipares IVFD Asering 20
Maret anggota gerak N 84x/menit e sinistra + gtt/i
2021 kiri T : 36.5 stroke Inj citicoline
-Lemas RR : 20x/i heamoragik 500mg/12j
- Nyeri kepala GCS E4M6V5 + hipertensi Inj ketorolac 1
berkurang RCL +/+ amp (K/P)
- Bicara pelo RCTL +/+ Inj omeprazole I
- BAB (+) Tanda Rangsang vial/H
- BAK (+) Meningeal : Inj ondansetron/H
-Kaku kuduk (-) CPG 1X75mg
-kearning sign (-) Amlodipine
-leaseag sign (-) 1x10mg
-brudzinki I (-) Atorvastatin 1x1
-brudzinki II (-) Candesartan 1x1
Nervus Cranialis Laxadin syr 3xc1
N.I : dbn N.VII: dbn Capcam 1x1
N.II : pengelihatan Cefixim 2x1
berkurang N.VIII:
terganggu
N.III: dbn N.IX : dbn PBJ
24
Refleks fisiologis
(+/+)
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
555 033
5 3
555 222
5 2
Sensorik
Eksteroseptik : normo
Propioseptik : normo
Otonom :
BAK :+
BAB : +
Hydrosis : normo
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh
karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa
detik atau menit) dapat menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah
sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global
(menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai
lesi. Sindrom hemiparesis kontralateral akibat lesi regional di otak dikenal sebagai
Keadaan ini terjadi akibat destruksi morfologi dan kompresi substantia retikularis
3.2 Epidemiologi
setiap tahunnya adalah 50-100 dari 100.000 orang penderita.10 Stroke terjadi
terutama pada orang – orang dengan usia di atas 45 tahun, dengan dua per tiga
kejadian terjadi pada usia di atas 65 tahun. Di negara-negara ASEAN, stroke juga
South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka
26
yang paling banyak adalah stroke iskemik yaitu sebesar 52,9%, kemudian diikuti
Laki – laki lebih rentan dibanding perempuan, meski kematian akibat stroke
60% terjadi pada perempuan. Hal ini diakibatkan perempuan cenderung berusia
lebih lama, sehingga lebih tua saat terkena stroke dan cenderung berakibat
kematian. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko dan prognosis stroke sangat
bergantung usia. Di sisi lain, pasien yang mengalami stroke minor umumnya pulih
Rata-rata angka kejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk, artinya
diantara 100.000 penduduk terdapat 200 orang akan mendapatkan stroke. Apabila
dikelompokkan menurut usia maka angka ini menjadi sebagai berikut, pada
kelompok usia 35-44 tahun insidennya ialah 0,2 per 1.000, pada kelompok usia
45-54 tahun 0,7 per 1.000, pada kelompok usia 55-64 tahun 1,8 per 1.000, pada
kelompok usia 65-74 tahun 2,7 per 1.000 , pada kelompok usia 75-84 tahun 10,4
per 1.000, dan pada usia 85 tahun keatas ialah 13,9 per 1.000.12
3.3 Anatomi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
27
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar
2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%
Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput
a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan
b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri
dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini
disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan
melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah.
korteks serebri, system limbic, basal ganglia dimana basal ganglia disusun
kolikulus yaitu kolikulus superior dan kolikulus inferior dan terdiri dari
5. Cerebellum
Kebutuhan energi oksigen jaringan otak adalah sangat tinggi oleh karena
aliran darah ke otak harus berjalan lancar. Adapun pembuluh darah yang
1. Arteri Karotis
Arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna bercabang dari arteri
karotis komunis setinggi tulang rawan carotid. Arteri karotis kiri langsung
bercabang dari arkus aorta, tetapi arteri karotis komunis kanan berasal dari arteri
taring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteri meningea media,
yang besar ke daerah duramater. Arteri karotis interna sedikit berdilatasi tepat
arteri, yang secara reflex mempertahankan suplai darah ke otak dan tubuh.
kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri media
adalah lanjutan langsung dari arteri karotis interna. Setelah masuk ke ruang
interna dan korpus kalosum dan bagian-bagian lobus frontalis dan parietalis.
30
parietalis dan frontalis. Arteri ini sumber darah utama girus presentralis dan
postsentralis.
2. Arteri Vertebrobasilaris
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subclavia sisi yang
sama. Arteri subclavia kanan merupakan cabang dari arteri inomata, sedangkan
arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis
Stroke hemoragik yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
(MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau
amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
menjadi:15
1. Perdarahan intraserebral
pembuluh darah otak, terjadi di hemisfer serebri (80%) dan batang otak serta
tahun, dan sedikit perbedaan frekuensi antara pria dan wanita. Beberapa
biasanya lebih tinggi lagi ketika terjadi perdarahan. Perdarahan intraserebral bisa
32
terjadi dibagian otak seperti lobar, talamus, putamen, mesensefalon, pons, medula
perubahan dinding pembuluh darah arteri serebral yang dapat dijumpai pada
perdarahan intraserebral terjadi pada ganglia basalis. Hematoma yang terjadi pada
jaringan otak akan merusak jaras – jaras yang melewati jaringan otak tersebut.9
terjadinya diskontinuitas dan kompresi oleh hematoma dan edema pada struktur
pembulh darah yang berada dalam jaringan otak. Biasanya, pembuluh darah yang
pecah tersebtu berasal dari cabang – cabang arteri serebri media. Cabang – cabang
tersebut nerupa arteri striata yang memberi suplai darah pada daerah putamen,
nukleus kaudatus, globus pallidus dan kapsula interna. Dua pertiga perdarahan
intraserebral terjadi pada ganglia basalis. 10 – 15% perdarahan terjadi pada batang
hemisfer serebri.16
Perdarahan yang terjadi pada jaringan otak dapat memotong beberapa jaras
yang melewati jaringan otak sekitar perdarahan tersebut. Jarang terjadi edema atau
sampai infark otak di sekitar perdarahan tersebut. Apabila perdarahan itu tidak
33
angsur mencair dan berada dalam satu kapsul. Selanjutnya cairan dalam kapsul
tersebut di absorbsi dan akhirnya terjadi ruang – ruang kosong yang berupa celah
2. Perdarahan subarachnoid
akbat proses tersebut, terjadi penipisan lapisan media pembuluh darah serebri.
Jika terjadi kenaikan tekanan arteri atau tekanan venosa serebri maka dinding
aneurisma yang sudah tipis tersebut akan mudah pecah dan darah akan masuk ke
otak. Kasus stroke ini berkaitan dengan tekanan darah tinggi yang berlangsung
secara terus menerus (hipertensi kronis). Beberapa kasus stroke hemoragik terjadi
karena rupturnya pembuluh darah ada permukaan jaringan otak yang mengalami
lesi. Stroke hemoragik juga dikaitkan dengan adanya kelainan kongenital pada
kerusakan komponen otot polos dan hyalin pada tunika intima pembuluh darah.
(AHA), dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko dapat diubah dan faktor
risiko yang tidak dapat diubah. Termasuk ke dalam faktor risiko yang dapat
merokok, konsumsi alkohol dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor risiko yang tidak
dapat diubah adalah usia, ras, jenis kelamin, dan gen. Penambahan usia tidak
dapat dihentikan, sementara ras dan gen diwariskan dari orang tua.17
dari keadaan tersebut akan muncul penebalan dari fibriointimal. Keadaan ini akan
Pemecahan darah pada plak akan meningkatkan timbunan abses kolesterol dan
berdasarkan rata – rata dari pengukuran dua atau lebih tekanan darah.11 Hipertensi
blokade dan kelemahan pada pembuluh darah kecil. Adanya kelemahan pada
– pembuluh kecil pada ganglia basalis, talamus, pons dan substansia alba.
area sekitar pembuluh dan menjadi jendalan. Jendalan ini akan menekan struktur –
struktur otak di dekat pembuluh darah. Jendalan yang besar berpotensi untuk
menggeser struktur pada midline ke sisi seberang dan dapat mengganggu sistem
dan koma.18
obsesitas dan abnormalitas lipid darah.19 Pasien yang menderita diabetes melitus
memiliki relative risk (RR) terkena stroke 2 kali lipat dibanding pasien tanpa
diabetes melitus. Smentara insidensi stroke pada pasien dengan diabetes melitus
Keadaan ini mengakibatkan NO tidak dapat lepas dari sel darah merah.21
kadar NO adalah penyebab disfungsi endotel. Hipertrofi dan hiperplasi otot polos
juga dapat timbul akibat penurunan kadar NO. Keadaan ini menyebabkan
terhadapt stroke pada pasien-pasien dengan penyakit jantung coroner dan pasien
dengan risiko tinggi stroke seperti DM pada stroke iskemik dan stroke iskemik
transien akut pada pasien dengan LDL >100 mg/dL dan pasien dengan kecurigaan
aterosklerosis.1
37
nekrosis fibrin serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Kenaikan tekanan darah
ini akan menjadi awal dari timbulnya gejala-gejala klinis (fase hematoma
sekunder dan terbentuknya edema serebri (fase peri-hematoma edema). Pada fase
ini defisit neurologis, yang mulai tampak pada fase hematoma expansion, akan
darah dan sekitarnya menjadi lebih tertekan dan defisit neurologis pun akan
Perdarahan yang kecil ukurannya akan menyebabkan massa darah menerobos atau
merusaknya. Dalam keadaan ini, absorpsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-
fungsi neurologi. Sedangkan bila perdarahan yang terjadi dalam jumlah besar,
maka akan merusak struktur anatomi dari otak, peningkatan tekanan intracranial
dan bahkan dapat menyebabkan herniasi otak pada falx serebri atau lewat foramen
magnum. Perdarahan intraserebral yang yang tidak diatasi dengan baik akan
dan akan memperburuk prognosis. Jumlah perdarahan yang lebih dari 60 ml akan
Serangan stroke jenis apa pun akan menimbulakan defisist neurologi yang
bersifat akut, baik deficit motorik, deficit sensorik, penurnan kesadaran, gangguan
Gejala klinis dari stroke hemoragik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
d. Nyeri telinga homolaterlal (lesi pada bagian temporal), afasia (lesi pada
thalamus)
e. Hemiparese kontralateral
berupa:
b. Hilangnya kesdaran
c. Fotofobia
d. Meningismus
1. Anamnesis
neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan
non hemoragik meskipun gejala seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan
tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa gejala
gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan.
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan
pertolongan.
hiponatremia.2
2. Pemeriksaan Fisik
dan menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik harus
mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk mencari tanda trauma, infeksi,
dan iritasi menings. Pemeriksaan juga dilakukan untuk mencari faktor resiko
3. Pemeriksaan Neurologi
stroke, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejala seperti
41
status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik
dan sensorik, fungsi serebral, dan refleks tendon profunda. Tengkorak dan tulang
belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun harus dicari.
Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan dengan Bell’s palsy di
mana pada Bell’s palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu
terkena:24
4. Gambaran Laboratorium
ini pun dapat menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat ini
seperti anemia.4
menunjukkan penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal).
pasien. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna jika digunakan terapi trombolitik
5. Gambaran Radiologi
stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik
memerlukan modifikasi tekanan darah segera. Selain itu, pemeriksaan ini juga
adalah langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis
dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang
dapat digunakan.4
dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa
menyebabkan perdarahan.4
b) MR angiografi (MRA)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan oklusi lebih
awal pada stroke akut. Pemerikasaan ini dan pemeriksaan MRI lainnya
memerlukan biaya yang tidak sedikit serta waktu pemeriksaan yang agak
panjang.4
Untuk evaluasi lebih lanjut dapat digunakan USG. Jika dicurigai stenosis
atau oklusi arteri karotis maka dapat dilakukan pemeriksaan dupleks karotis. USG
thorasik. Selain itu, modalitas ini juga lebih akurat untuk mengidentifikasi trombi
pada atrium kiri. Modalitas lain yang juga berguna untuk mendeteksi kelainan
Pada keadaan tertentu dimana tidak ada CT-Scan atau penderitanya kurang
mampu, maka diagnosa yang tepat adalah kunci keberhasilan terapi, atas dasar ini
dibuat sistem skor. Adapun sistem skor yang dapat digunakan salah satunya
adalah Siriraj stroke skor yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:25
Keterangan:
jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2L/menit dan
cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O.
darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas
mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap
tenang. 7,8
2. Stadium Akut
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg,
MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal
300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per
dinaikkan 30º, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat
a. Letakkan kepala pasien pada posisi 30º, kepala dan dada pada satu bidang;
1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu,
atau salin isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi
c. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg%
d. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila
tekanan sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood
NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan
500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum
48
terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi
0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan
Terapi khusus
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien
3. Stadium Subakut
49
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
b. Penatalaksanaan komplikasi,
d. Prevensi sekunder
dan mengatasi berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat
maupun kelompok risiko tinggi yang berlum pernah terserang stroke. Beberapa
- Menghentikan rokok
- Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat advis dokter dalam hal diet dan
obat
- Pemakaian antiplatelet
pengendalian faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor
risiko yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA,
adalah penyebab paling sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam pertama. Pada
pasien yang dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran
dalam 24 jam pertama. Kejang setelah stroke dapat muncul. Selain dari hal-hal
yang telah disebutkan diatas, stroke sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas
permanen.4
serta ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah
berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi.
Apabila terdapat volume darah yang besar dan pertumbuhan dari volume
51
buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam ventrikel bisa
memiliki outcome fungsional yang buruk dan tingkat mortilitas yang tinggi.4
52
BAB 4
KESIMPULAN
Laboratorium darah rutin dan Head CT scan non kontras. Pada kasus ini diberikan
awal dan mengedukasi pasien agar tidak terjadinya stroke berulang. Tatalaksana
dan mortalitas pada pasien. Pada pasien – pasien yang memiliki lebih dari faktor
risiko dapat mengubah gaya hidup dan juga menghentikan kebiasaan merokok.
Selain itu, dapat juga dilakukan fisioterapi yang nantinya akan membantu
DAFTAR PUSTAKA
15. Harsono. 1999. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: Gadjah Mada University
Press.
16. Mesiano, Taufik. Perdarahan Subarakhnoid Traumatik. FK UI/RSCM; 2007.
17. American Heart Association. Stroke, TIA and Warning Signs. Am Hear
Assoc. 2015
18. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
PERDOSSI. 2016
19. World Health Organization. Acute Stroke. WHO. 2016;6:68–71.
20. Van Beijnum, J. 2009. Outcome after spontaneuous and Arterivenous
malformation-related intracerebral haemorrhage. Brain : A journal of
neurology, 132, pp.537-43
21. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. 2007. Guideline Stroke. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia: Jakarta; 2007.
22. Ropper AH, Brown RH. Adams dan Victor’s Principles of Neurology. Edisi 8.
BAB 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease.
McGraw Hill: New York. 2005.
23. Misbach, dr.H. Jusuf. 1999. Stroke: Aspek Diagnotik, Patofisiologi, Manajemen.
Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
24. Truelsen T, Begg S, Mathers C. The Global Burden of Cerebrovascular
Disease. WHO. 2016;7:4–76.
25. Widiastuti, Priska. 2015. Sistem Skoring Diagnostik Untuk Stroke: Skor Siriraj.
26. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI.
27. Silbernagl, S., Florian Lang. 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:
Jakarta.