Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH I


HIPERTENSI

DOSEN MATA KULIAH :


Ns. HUSNI, S.Kep., M.Pd.

KELOMPOK 5 :
INDAH KURNIA NINGSIH P0 5120218010

YOLANDA AULIA KHASANAH

OBI AJI HUSEN

MELLA MARIANTI

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul ‘Hipertensi’ dengan tepat waktu.
Penulis menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik materi
maupun bahasa. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik khususnya dari Dosen
pembimbing mata kuliah serta pembaca demi kemajuan makalah ini kedepannya. Semoga
Tuhan senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

14 Agustus 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
1.1 PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.2 TUJUAN................................................................................................................................4
1.3 MANFAAT...........................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
A. ANATOMI FISIOLOGIS..........................................................................................................6
B. DEFINISI..................................................................................................................................7
C. KLASIFIKASI..........................................................................................................................7
D. GEJALA – GEJALA HIPERTENSI..........................................................................................8
E. MANIFESTASI KLINIS...........................................................................................................8
F. KOMPLIKASI..........................................................................................................................9
G. FAKTOR-FAKTOR RESIKO HIPERTENSI.........................................................................10
H. PENCEGAHAN......................................................................................................................12
I. PENGKAJIAN DAN METODE DIAGNOSTIK....................................................................15
J. PENATALAKSANAAN MEDIS............................................................................................15
K. PROSES KEPERAWATAN PASIEN HIPERTENSI.............................................................16
BAB III................................................................................................................................................18
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................18
3.2 SARAN...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

3
BAB I

1.1 PENDAHULUAN

Masalah Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, dan
merupakan penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi memang
bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele, selayaknya
kita harus senantiasa waspada. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis
(pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit
kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan
gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun mengobati
penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor
penghambat yang mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi
(pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga
perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi
merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah
di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai
31,7%

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita


hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan
kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal,
oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka peyakit hipertensi terlebih
bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak
menimbukan komplikasi yang semakin parah. Selain itu pentingnya pemberian asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan
implementasi yang benar pada pasien hipertensi.

1.2 TUJUAN

Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memaparkan konsep penyakit hipertensi yang meliputi anatomi dan fisiologi penyakit
jantung, definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet

2. Memahami asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan metodologi asuhan


keperawatan yang benar

4
1.3 MANFAAT

1. Supaya dapat menjadi referensi mahasiswa untuk proses pembelajaran


2. Memberikan informasi lebih tentang hipertensi

5
BAB II

A. ANATOMI FISIOLOGIS
Sistem kardiovaskular berperan dalam homeostatis dengan berfungsi sebagai sistem
transportasi tubuh, terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan darah. Semua jaringan
tubuh tergantung pada aliran darah yang disalurkan dengan didahului kontraksi
jantung. Jantung mendorong darah melintasi pembuluh darah untuk sampai ke
jaringan dalam jumlah yang mencukupi, baik tubuh dalam keadaan istirahat maupun
beraktivitas.
a. Jantung
Jantung dibungkus oleh pericardium dan terletak didalam mediastinum medius.
Organ terbagi menjadi 2 belahan oleh septum longitudinal yang berjalan oblique.
Masing-masing belahan terdiri atas sebuah ruangan. Yang disebut atrium, yaitu
ruangan yang menerima darah dari vena dan sebuah ruangan. Yang disebut
ventrikulus yaitu bagian yang memompa darah menuju ke arteri.
b. Peredaran Darah
1. Sirkulasi sistemik : darah dari ventrikel sinistra dipompa masuk ke aorta,
kemudian disebar keseluruh tubuh. Darah yang telah terpakai kemudian
dialirkan kembali melalui vv. cavae yang kemudian bermuara kedalam atrium
dekstra.
2. Sirkulasi pulmonal : darah dari ventrikel dekstra dipompa menuju ke trunkus
pulmonalis dan akhirnya akan masuk ke pulmo. Kemudian darah yng
mengalami oksigenasi akan dialirkan melalui vv. pulmonalis yang akan
bermuara kedalam atrium sinistra.
c. Siklus Denyut Jantung
Kontraksi jantung disebut systole dan relaksasi jantung disebut diastole. Bila
ventrikel diisi darah, maka jantung akan mulai berkontraksi. Kenaikan tekanan
darah didalam ventrikel akan menyebabkan valva antrioventrikulus bergerak
menutup dan getaran akibat peenutupan katup ini akan menyebabkan suara
jantung I atau “LUB”. Selama fase kenaikan, tekanan intraventricular valvula
atrioventrikularis tetap menutup dan dijaga agar tidak membuka kearah atrium
oleh kontraksi muskuli palpillaris. Pada saat ini, katup-katup pada aorta dan
trunkus pulmonalis terbuka sehingga darah mengalir melalui kedua pembuluh
darah ini. Akibatnya, valva aortae dan valva trunkus pulmonalis akan menutup

6
dan getaran akibat penutupan kedua valva ini menyebabkan suara jantung II atau
“DUB”. Penurunan tekanan intraventriculli ini juga menyebabkan terbukanya
valva artrioventrikularis sehingga darah akan mengalir dari atrium ke ventrikel.
B. DEFINISI
Jika sistem kompleks yang mengatur tekanan darah tidak berjalan dengan semestinya,
maka tekanan dalam arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan dala arteri yang
berlanjut dan menetap disebut tekanan darah tinggi. Dalam istilah kedokteran disebut
hipertensi yang artinya tekanan tinggi dalam arteri (Mayo Cliic, 2002). Tekanan darah
dinyatakan tinggi bila tekanan sistolik adalah 140mmHg atau lebih secara terus-
menerus, tekanan diastolic 90 mmHg atau lebih secara terus menerus atau keduanya.
C. KLASIFIKASI
Hipertensi dikelompokan dalam 2 kategori besar yaitu hipertensi essensial (primer)
dan sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya
secara jelas. Sebagian penderita sulit mengetahui pemicu peningkatan darah mereka.
Sedangkan hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah diketahui. Tekanan systole
dan diastole bervariasi unuk tiap individu. Namun secara umum ditetapkan tekanan
darah normal untuk orang dewasa (> 18 tahun) adalah 120/80 mmHg. Menurut WHO
batasan-batasan nilai systole dan diastole yaitu :
a. Normal: sistolik kurang dari 120 mmHg diastolik kurang dari 80 mmHg.
b. Prahipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolik 80 sampai 89 mmHg.
c. Stadium 1: sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolik 90 sampai 99 mml Hg.
d. Stadium 2: sistolik 2160 mmHg diastolik 2100 mmHg.

Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Tekanan Darah Sistole Dan Diastole

Tekanan Diastole Tekanan Sistole (mmHg)


< 140 140 - 159 > 160
(mmHg)
< 85 Normal Hipertensi Border Line Hipertensi Border Line
85 – 89 Normal Tinggi Hipertensi Border Line Hipertensi Border Line
90 – 104 Hipertensi Ringan Hipertensi Ringan Hipertensi Ringan
105 – 114 Hipertensi Sedang Hipertensi Sedang Hipertensi Sedang
> 115 Hipertensi Berat Hipertensi Berat Hipertensi Berat
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Pada populasi dewasa dengan hipertensi, antara 90% dan95% mengalami
hipertensi esensial (primer), yang tidak memiliki penyebab medis yang dapat

7
diidentifikasi; agaknya kondisi ini bersifat poligenik multifaktor. Tekanan darah
tinggi dapat terjadi apabila resistensi perifer dan/atau curah jantung juga
meningkat sekunder akibat peningkatan stimulasi simpatik, peningkatan
reabsorpsi natrium ginjal, peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-
aldosteron, penurunan vasodilatasi arteriol, atau resistensi terhadap kerja insulin.
Kedaruratan dan urgensi hipertensif dapat terjadi pada pasien yang tidak me
ngontrol hipertensinya dengan baik, yang hipertensinya tidak terdiagnosis, atau
pada mereka yang menghentikan pengobatan secara mendadak (lihat Kotak H-1).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder dicirikan dengan peningkatan tekanan darah disertai dengan
penyehab spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim renal,
hiper- aldosteronisme (hipertensi mineralokortikoid), medikasi tertentu,
kehamilan, dan koarktasi aorta. Hipertensi juga dapat bersifat akut, yang
mendakan adanya gangguan yang menyebabkan perubahan resistensi perifer atau
perubahan curah jantung
D. GEJALA – GEJALA HIPERTENSI
Julukan ”the silent disease” diberikan pada penyakit hipertensi ini. Hal ini sesuai
dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan tanpa menunjukan adanya gejala tertentu.
Seringkali para penderita hipertensi baru menyadari atau mengetahui setelah penyakit
yang dideritanya menyebabkan berbagai penyakit komplikasi. Pada beberapa
hipertensi, tekanan darah meningkat dengan cepat sehingga tekanan diastole menjadi
lebih besar dari 10 mmHg (hipertensi malignant). Gejala yang sering muncul adalah
pusing, sakit kepala, serasa akan pingsan, tinnitus (terdengar suara mendengung
dalam telinga) dan pengligatan menjadi kabur.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Pemeriksaan fisik dapat mengungkap hahwa tidak ada abnormalitas lain selain
tekanan darah tinggi.
2. -Perubahan pada retina disertai dengan hemoragi, eksudat, penyempitan arteirol,
dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan papiledema dapat
terlihat pada kasus hipertensi berat.
3. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang berhubungan dengan
sistem organ yang dialiri oleh pembuluh darah yang terganggu.
4. Penyakit arteri koroner dengan angina atau infark miokardium adalah dampak
yang paling sering terjadi.

8
5. Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi; berikutnya akan terjadi gagal jantung.
6. Perubahan patologis dapat terjadi di ginjal (nokturia dan peningkatan BUN dan
kadar kreatinin).
7. Dapat terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien
[TIA] [yi., perubahan dalam penglihatan atau kemampuan bicara, pening,
pening,kele- mahan, jatuh mendadak, atau hemiplegia transien atau permanen]).

F. KOMPLIKASI
Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan yang berlebihan pada
diding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh.tempat –tempat utama
yang paling di pengaruhi hipertensi adalah:pembulu arteri,jantung,otak,ginjal,dan
mata.
1. Sistem Kardiovaskuler
a. Arterosklerosis: hipertensi juga mempercepat penumpukan lemak di dalam
dan bawah lapisan arteri,ketika dinding dalam arteri rusak,sel-sel darah yang
bersifat trombosit akan mengumpal pada daerah yang rusak.
b. Aneurisma: adanya pengelembungan pada arteri akibat dari pembulu darah
yang tidak elastis lagi, sering terjadi pada arteri otak ataau orta bagian
bawah.jika terjadi kebocoran atau pecah sangat fatal akibatnya.gejala sakit
kepala hebat.
c. Gagal jantung: jantung tidak kuat memompa darah yang kembali ke jantung
dengan cepat, akibatnya cairan terkumpul di paru-paru,kaki dan jaringan lain
sehinggga terjadi edema.akibatnya sesak nafas.
2. Otak
Hipertensi secara signifikan meningkatkan kemungkinan terserang stroke.strok di
sebut juga serangan otak,merupakan sejenis cedara oatak yang di sebabkan
tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah dalam otak sehingga pasokan darah
keotak terganggu. Dimensia dapat terjadi karena hipertensi. Dimensia adalah
penurunan daya ingat dan kemampuan mental yang lain. Resiko untuk dimensia
meningkat secara tajam pada usia 70 tahun keatas. Pengobatan hipertensi dapat
manurunkan resiko dimensia.
3. Ginjal
Fungsi ginjal adalah membantu mengontrol tekanan darah dengan mengatur
jumlah natrium dan air didalam darah. Seperlima dari darah yang dipompa jantung

9
akan melewati ginjal. Ginjal mengatur keseimbangan mineral, derajat asam dan
air dalam darah. Ginjal juga menghasilkan zat kimia yang mengontrol ukuran
pembuluh darah dan fungsinya, hipertensi dapat mempengaruhi proses ini. Jika
pembuluh darah dalam ginjal mengalami arterosklerosis karena tekanan darah
yang tinggi, maka aliran darah ke nefron akan menurun sehingga ginjal tidak
dapat membuang semua produk sisa dalam darah. Lama kelamaan produk sisa
akan menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi.
Sebaliknya penurunan tekanan darah dapat memperlambat laju penyakit ginjal dan
mengurangi kemungkinan kemungkinan dilakukannya cuci darah dan cangkok
ginjal.
4. Mata
Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata, bahkan bisa
menyebabkan kebutaan.
G. FAKTOR-FAKTOR RESIKO HIPERTENSI
Faktor-faktor hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol :
a. Faktor yang dapat dikontrol :
Factor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan dengan
gaya hidup dan pola makan. Factor-faktor tersebut antara lain :
1. Kegemukan (Obesitas)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan mudah
terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun
mempunyai resiko terserang 7kali lipat dibandingkan dengan wanita
langsing pada usia yang sama.
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas
lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas.
Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita
hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto,2010).
2. Kurang olahraga
Orang yang kurang aktif olahraga pada umumnya cendrung mengalami
kegemukan dan akan menaikan tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat
meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah dapat dipompa dengan baik ke
seluruh tubuh.

10
3. Konsumsi garam berlebihan
Sebagian masyarakat kita menghubungkan antara konsumsi garam berlebih
dengan kemungkinan mengidap hipertensi. Garam merupakan hal yang
sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan
garam terhadap hipertensi adalah melaui peningkatan plasma atau cairan
tubuh dan tekan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan eksresi
(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali ada kondisi keadaan sistem
hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer (esensial)
mekanisme terganggu, disamping kemungkinan adanya faktor lain yang
berpengaruh (Suanto,2010). Konsumsi natrium yang berlebih
menyebebabkan kosentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya kembali, cairan intraseluler harus ditarik keluar
sehingga volume cairan ekstraseluler tersbut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak pada timbulmya hipertensi
(Sutanto,2010).
4. Merokok dan mengkonsumsi alcohol
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan selain
dapat meningatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin dan
dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Mengkonsumsi alcohol juga membhayajkan kesehatan karena dapat
meningkkatakan sintesis katekholamin. Adanya katekholamin memicu
kenaikan tekanan darah
5. Stress
Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika katakutan,
tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat meneingkat.
Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka tekanan darah
akan turun kembali.
Dalam keadaan stress maka terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan
kelainan pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stress
dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja
ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1. Keturunan (genetika)

11
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua
yang salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai
resiko lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada orang yang kedua orang
tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Namun demikian bukan berati
bahwa semua yang mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita
hipertensi.
Factor keturunan memsng memiliki peran yang besar terhadap munculnya
hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa
hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasla dari satu sel
telur) disbanding heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda). Jika
seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetic hipertensi primer
(esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobatan maka ada
kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan
dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai mucul tanda-tanda dan
gejala hipertensi dan berbagai kompilasinya (Sutanto,2010).
2. Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita.
Hal ini disebabkan pra banyak mempunyai factor yang mendorong terjadinya
hipertensi seperrti kelelahan, perasaaan kurang nyaman terhadaap pekerjaan,
pengangguran dan makan tidak tekontrol. Iasanya wanita akan mengalami
peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.
3. Umur
Dengan semakin betambah usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi
juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul
akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap timbulnya
hipertensi. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis serta pelebaran
pembuluh darah adanya faktor peneyebab hipertensi pada usia tua
(Sutsnto,2010). Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi diatas usia 31
tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun
H. PENCEGAHAN
Usaha mencegah timbulnya hipertensi adalah dengan cara menghindari faktor-faktor
pemicunys. Namun sebagaimana telah diuraikan di atas, faktor-faktor pemicu
hipertensi ada 2 yaitu faktor-faktor yang bisa dikontrol (meliputi obesitas, kurang
aktiftas, konsums garam berlebihan, merokok dan konsumsi alkohol, stress) serta

12
faktor-faktor yang tidak bisa dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin dan umur).
Pada Intinya, cara terbaik untuk menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan
mengadopsi pola hidup sehat seperti aktif berolah raga, mengatur di (rendah garam,
rendah kolesterol dan lemak jenuh) serta mengupayakan perubahan kondisi
(menghindan stress dan mengobati penyakit).
a. Mengatasi obesitas dan mengontrol berat badan Bagi penderita obesitas, pertama
harus mengupayakan mengatasi obesitasnya. Karena selain berisiko akan terkena
hipertensí, penderita obesitas juga berisiko terkena penyakit-penyakit lainnya.
Bagi yang belum obesitas, penting sekali untuk mengontrol berat badan. Berat
badan yang berlebihan akan membebani kerja jantung. Cara terbaik mengontrol
berat badan adalah dengan mengurangi makanan yang mengandung lemak dan
melakukan olah raga secara teratur.
b. Mengatur pola makan (diet sehat dan mengurangi asupan garam) Pola makan
yang sehat dengan gizi yang seimbang. Sangat penting dilakukan dalam usaha
mengontrol tekanan darah. Gunakan garam dapur (natrium secukupnya dan yang
beryodium klorida) Konsumsilah makanan segar dan kurangi konsumsi makanan
yang diawetkan. Dalam makanan yang diawetkan seringkali kita menemukan
bahan makanan yang diawetkan mengandung zat-zat aditif makanan berbasis
natrium. Sebagaimana dikutip dari American Heart Association (Sodium and
Blood Pressure, 1996) herikut ini senyawa-senyawa natrium yang lazim
ditambahkan pada makanan pada saat pemrosesan dan memasak:
 Garam (natrium klorida)
Digunakan saat memasak Seringkali juga digunakan dalam pengalengan atau
di meja. dan pengawetan makanan.
 Monosodium glutamat (MSG)
Penyedap rasa digunakan di rumah atau di restoran, juga pada makanan dalam
kemasan, makanan kaleng maupun makanan beku.
 Soda kue (natrium bikarbonat)
Kadang kadang digunakan untuk mengembangkan roti dan cake.
 Baking pawder
Campuran antara soda kue, tepu sagu dan suatu asam. Dipakai untuk
mengermbangkan roti dan cake.
 Dinatrium fasfat

13
Ditemukan pada sereal cepat saji dan keju yang diproses
 Natrium alginat
Dipakai pada susu coklat dan es Krim untuk mendapatkan adonan yang halus
 Natrium benzoat
Digunakan sebagai pengawet pada beragam sau dan salad dressing
 Natrium hidroksida
Digunakan dalam pemrosesan makanan untuk melunakkan dan melepaskan
kulit buah zaitun yang masak dan juga buah-buahan dan sayuran tertentu.
 Natrium nitrat
Digunakan untuk pengawetan daging dan sosis
 Natrium propionat
Digunakan pada keju yang dipasteurisasi dan pada roti dan cake tertentu untuk
menghambat tumbuhnya jamur.
 Natrium sulfit
Digunakan untuk memutihkan buah tertenty (misalnya maraschino cherries)
dan manisan buah-buahan yang harus diberi pewarna buatan, digunakan
sebagai pengawet pada beberapa buah-buahan kering (misal buah prune).
Untuk mengurangi asupan natrium dalam makanan kemasan, perlu dipahami
informasi tentang natrium pada label makanan. istilah-istilah yang sering
digunakan yang berkaitan dengan natrium dalam kemasan makanan antara lain
(Sheps, 2002):
 Sodium-free atau salt free artinya bebas natrium atau bebas garam. Setiap
porsi mengandung natrium kurang dari 5 mg.
 Very low sodium berarti kadar natriumnya sangat rendah. Setiap porsi
mengandung 35 gram mg natrium atau kurang.
 Low sodium berarti kadar natrium rendah. Setiap porsi mengandung 140
mg natrium atau kurang.
 Reduced or less sodium. Berarti natrium kurang. Produk ini mengandung
natrium setidaknya 25% lebih sedikit ketimbang produk normalnya.
 lite or light in sodium. Umumnya mengandung sedikit natrium.
Kandungan natrium dikurangi 50% dari versi biasa.
 Unsalted atau no salted added. Tanpa garam tidak ada penambahan garam
dalam pemrosesan makanan yang biasanya mengandung garam. Namun

14
ada juga makanan yang menggunakan label ini tetapi kadungan natrium
tetap tinggi.
c. Menghindari stres
Suasana yang nyaman dan tenang mutlak diperlukan dalam hidup ini. Menjauhkan
diri dari hal-hal yang membuat stress akan mengurangi resiko terkena hipertensi.
Oleh karena itu perlu mencoba beberapa metode relaksasi yang dapat mengontrol
sistem saraf yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah.
d. Memperbaiki gaya hidup
Gaya hidup yang kurang sehat Kebiasaan merokok dan minum minuman
beralkohcl adalah contoh gaya hidup yang kurang sehat. Untuk mencegah
hipertensi hentikan merokok dan minum minuman beralkohol.
e. Mengontrol tekanan darah Hipertensi perlu dideteksi lebih dini. Pemeriksaan
secara rutin dan berkala penting dilakukan.
f. Meningkatkan aktívitas fisik Olahraga dan latihan fisik secara teratur terbukti
dapat menurunkan tekanan darah ke tingkat normai dan menurunkan resiko
serangan hipertensi 50% lebih besar dibanding orang yang tidak aktif melakukan
olah raga.
g. Mengobati penyakit Adanya penyakit-penyakit menyebabkan hipertensi sekunder.
Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mengobati penyakit tersebut agar tidak
menimbulkan komplikasi tertentu, dapat hipertensi, sehingga tidak semakin
memperburuk kesehatannya.
I. PENGKAJIAN DAN METODE DIAGNOSTIK
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan retina, pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ, termasuk urinalisis, kimia darah
(natrium, kalium, kreatinin, glukosa puasa, lipoprotein total dan lipoprotein
densitas rendah); EKG dan ekokardiografi untuk mengkaji hipertrofi ventrikel
kiri.
b. Pemeriksaan tambahan, seperti bersihan kreatinin, kadar renin, pemeriksaan urine,
dan protein urine 24 jam, dapat dilakukan.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian dan komplikasi
dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari
140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita
penyakit ginjal kronis), kapan pun jika memungkinkan.

15
a. Pendekatan nonfarmakologis mencakup penurunan berat badan; pembatasan
alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah
lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah tinggi.
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil, dan
peluang terbesar untuk diterima oleh pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi
lini pertama: diuretik dan penyekat beta.
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks.
K. PROSES KEPERAWATAN PASIEN HIPERTENSI
a. Pengkajian
1. Kaji tekanan darah pada interval yang sering diketahui sebagai tekanan darah
dasar. Catat perubahan tekanan darah yang memerlukan perubahan medikan.
2. Kaji tanda gejala yang mengidikasikan kerusakan organ target (mi; nyeri
angina, sesak nafas, perubahan bicara, penglihatan atau keseimbangan,
mimisan, sakit kepala, pening atau nokturia)
3. Catat frekuensi, irama dan karakter nadi atipikal perifer.
4. Kaji seberapa besar hipertensi memengaruhi pasien secara personal, sosial,
atau finansial.
b. Diagnosis
1. Diagnosis keperawatan
 Defisiensi pengetahuan mengenai hubungan antara regimen terapi dan
control proses penyakit.
 Ketidakpatuhan terhadap regimen terapeutik yang berhubungan dengan
efek samping terapi yang diprogramkan.
2. Masalah kolaboratif
 Hipertensi ventrikel kiri
 Infark miokardium
 Gagal jantung
 Serangan isemik transien (TIA)
 Cedera serebrovaskular (CVA)
 Insufisiensi dan gagal ginjal
 Hemoragi / perdarahan retina
c. Perencanaan dan tujuan

16
Tujuan utama untuk pasien mencakup pemahaman tentang proses penyakit dan
terapinya, partisipasi dalam program perawatan diri dan tidak mengalami
komplikasi.
d. Intervensi keperawatan
1. Meningkatkan pengetahuan
 Tekanan konsep mengontrol hipertensi (dengan perubahan gaya hidup dan
medikasi) daripada mengiobatinya.
 Atur sesi konsultasi dengan ahli gizi untuk membantu pasien menyusun
rencana guna meningkatkan asupan gizi/nutrisi atau untuk menurunkan
berat badan.
 Anjurkan pasien untuk mambatasi asupan alkohol dan menghindari
penggunaan tembakau.
 Rekomendasikan kelompok pendukung untuk membantu pasien
mengontrol berat badan, berhenti merokok dan menurunkan stress.
 Bantu pasien membuat dan mematuhi regimen olahraga yang tepat.
2. Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas
 Mengajarkan pasien tentang perawatan diri
 Bantu pasien mengontrol tekanan darahnya melalui pendidikan tentang
penatalaksanaan tekanan darah, menetapkan target tekanan darah dan
memberikan bantuan berupa dukungan sosial. Dorong anggota keluarga
untuk mendukung upaya pasien mengontrol hipertensi.
 Berikan informasi tertulis tentang efek yang diharapkan dan efek samping
medikasi. Papstikan pasien memahami pentingnya melaporkan efek
samping (dan kepada siapa) ketika hal itu terjadi.
 Informasikan pasien bahwa hipertensi pantul dapat terjadi jika medikasi
antihipertensif tiba-tiba dihentikan. Anjurkan pasien untuk mendapatkan
suplai medikasi yang memadai.
e. Evaluasi
Hasil akhir yang diharapkan untuk pasien
1. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
2. Mematuhi program, perawaran diri
3. Tidak mengalami komplikasi

17
BAB III

3.1 KESIMPULAN

Jika sistem kompleks yang mengatur tekanan darah tidak berjalan dengan semestinya,
maka tekanan dalam arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan dala arteri yang
berlanjut dan menetap disebut tekanan darah tinggi
Hipertensi dikelompokan dalam 2 kategori besar yaitu hipertensi essensial (primer)
dan sekunder
Menurut WHO batasan-batasan nilai systole dan diastole yaitu :
e. Normal: sistolik kurang dari 120 mmHg diastolik kurang dari 80 mmHg.
f. Prahipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolik 80 sampai 89 mmHg.
g. Stadium 1: sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolik 90 sampai 99 mml Hg.
h. Stadium 2: sistolik 2160 mmHg diastolik 2100 mmHg.

Faktor-faktor hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol :

Faktor yang dapat dikontrol :

1. Kegemukan (Obesitas)
2. Jenis kelamin
3. Umur

3.2 SARAN

Penulis sadar bahwasanya makalah ini masih banyak kekurangan dalam


penulisan dari isi maupun sususan dalam pembuatan makalah ini akan tetapi
penulis berharap malkalh ii dapat berguna bagirekan rekan mahasiswa lain sebagai
referensi untuk media pembelajaran , kiranya penulis memerlukan saran dan kritik
sebagai pembangun agar bisa membuat maklah yang lebih baik lagi

18
DAFTAR PUSTAKA

 Suiraoka, IP.2012.Penyakit Degeneratif.Yogyakarta: Nuha Media


 Mashudi, Sugeng.2011.Anatomi dan Fisiologi Dasar.Jakarta: Salemba Medika
 Brunner dan Suddarth.2010.Keperawatan Medikal Bedah.Ed.12.Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai