Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Pembahasan
lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai
sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika
merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Problematika kebudayaan adalah sesuatu yang indah jika kebudayaan yang merupakan
harta yang turun temurun dari nenek moyang kita, dapat kita pertahankan kelestariannya.
Tapi perkembangan jaman tidak dapat dibendung, seiring dengan berjalanya waktu, maka
kelestarian kebudayaan tersebut harus dijaga karena kebudayaan hanyalah identitas diri
dan merupakan identitas bangsa. Bangsa yang memiliki identitas akan menjadi bangsa
yang kuat dan menjadi bangsa yang tidak mudah untuk dijajah oleh bangsa lain.
Problematika kebudayaan sangat berbahaya jika dibiarkan, karena kebudayaan merupkan
jati diri bangsa, bila itu hilang maka dengan sangat mudah bangsa itu akan hancur dan
dijajah oleh bangsa lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga caranya kita harus
mempertahankan identitas bangsa kita yaitu kebudayaan. Mulailah dengan mencintai
kebudayaan daerah, dan serukan dalam hati yaitu: Aku Cinta Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Perkembangan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia?
2. Bagaimanakah Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya?
3. Bagaimanakah Etika dan Estetik Budaya?
4. Bagaimanakah Problematika Kebudayaan?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Perkembangan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
2. Menjelaskan Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya
3. Menjelaskan Etika dan Estetik Budaya
4. Menjelaskan Problematika Kebudayaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sosial Budaya Mayarakat Indonesia

Menurut Enda (2010), sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling
berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998), sosial merupakan sesuatu yang
menyangkut aspek hidup masyarakat. Namun jika di lihat dari asal katanya, Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) di artikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Menurut Koentjoroningrat (1981), budaya berarti keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang harus di biasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil
budi pekerti. Sedangkan menurut Larry, dkk kebudayaan dapat berarti simpanan
akumulatif dari pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki,
agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang, konsep yang luas, dan objek material atau
kepemilikan yang di miliki dan di pertahankan oleh sekelompok orang atau suatu
generasi. sosial berasal dari kata ”socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh
dan berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.

Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang di aturkan atau di ajarkan manusia kepada
generasi berikutnya (Taylor, 1989) sedangkan menurut Sir Eduarel Baylor (1871) dalam
Andrew dan Boyle (1995), budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung
pengetahuan, kepercaayaan seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang
merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi setempat.
Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi
geografis) berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal ini
adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk help seeking behavior dalam
masalah kesehatan reproduksi di Indonesia (Muhammad, 1996). Hal ini dikemukakan

2
berdasarkan realita, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa
menganggap bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar yang tidak
memerlukan antenal care. Hal ini tentu berkaitan pula tentang pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya antenal care dan pemeliharaan kesehatan
reproduksi lainnya.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,


norma, ilmu pengetahuan, religius, dan segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.

 Pembagian Budaya

Menurut pandangan antropologi tradisional, budaya di bagi menjadi dua yaitu:


1. Budaya Material
Budaya material dapat berupa objek, seperti makanan, pakaian, seni, benda –
2. benda kepercayaan.
Budaya Non Material
3. Mencakup kepercayaan, pengetahuan, nilai, norma, dan sebagainya.

a. Kepercayaan
Menurut Rousseau yang di kutip Andi (2006), kepercayaan adalah bagian
psikologis terdiri dari keadaan pasrah untuk menerima kekurangan berdasarkan
harapan positif dari niat atau perilaku orang lain. Sedangkan menurut Robinson
yang di kutip Lendra (2006) kepercayaan adalah harapan seseorang, asumsi-asumsi
atau keyakinan akan kemungkinan tindakan seseorang akan bermanfaat,
menguntungkan atau setidaknya tidak mengurangi keuntungan yang lainnya
(Lendra, 2004).

b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

3
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003).

c. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakans reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.

d. Nilai
Nilai adalah merupakan suatu hal yang nyata yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Kimball Young
mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak di sadari tentang
apa yang di anggap penting dalam masyarakat. Sedangkan norma adalah kebiasaan
umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan
batasanwilayah tertentu. Emil Durkheim mengatakan bahwa norma adalah sesuatu
yang berada di luar individu, membatasi mereka dan mengendalikan tingkah laku
mereka.

 Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia

Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh
sebelum lahirnya (secara formal) masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda
antara lain merupakan bukti yang jelas. Peristiwa ini merupakan suatu konsensus
nasional yang mampu membuat masyarakat Indonesia terintegrasi di atas gagasan
Bineka Tunggal Ika. Konsensus adalah persetujuan atau kesepakatan yang bersifat
umum tentang nilai-nilai, aturan, dan norma dalam menentukan sejumlah tujuan
dan upaya mencapai peranan yang harus dilakukan serta imbalan tertentu dalam

4
suatu sistem sosial.Model konsensus atau model integrasi yang menekankan akan
unsur norma dan legitimasi memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sbb:

a.Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang abadi dan mapan


b. Setiap unsur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing dalam
kelangsungan masyarakat tersebut sebagai suatu sistem keseluruhan
c.Unsur dalam masyarakat itu terintegrasi dan seimbang
d. Kelanjutan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat akan
nilai-nilai

 Asasnya terdiri atas:

1. Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Kesempurnaan hanya dapat dicapai oleh manusia dalam bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara melalui semangat dan takwa, sebab pada akhirnya apa
yang diperoleh manusia, masyarakat, bangsa, dan Negara, bahkan kemerdekaan
itu adalah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.[1]

2. Asas merdeka
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi/ keluarga,
masyarakat, dan bangsa yang bebas itu mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang
menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi kemerdekaan itu.
3. Asas persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia terdiri atas aneka ragam suku, budaya, bahasa, adat
istiadat daerah dan sebagainya telah membentuk Negara Republik Indonesia yang
meletakkan persatuan dan kesatuan sebagai asas sosial budayanya
4. Asas kedaulatan rakyat
Kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
selalu mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam rangka mengutamakan
kepentingan umum di atas kepentingan golongan/pribadi.

5. Asas adil dan makmur

5
Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan harus mempunyai kehidupan yang
layak dan adil sehingga pekerjaan, pendidikan, [profesi], kesehatan, pangan,
pakaian, perumahan, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi
hak yang dipertanggungjawabkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Posisi Indonesia terletak di persimpangan dua Samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua Benua
(Asia dan Australia), yang sejak dahulu merupakan daerah perlintasan dan pertemuan
berbagai macam agama dan ideologi serta kebudayaan.

Dalam kondisi yang demikian, maka terdapat 5 lapisan perkembangan sosial budaya
Indonesia:

1) Lapisan sosial budaya lama dan asli, yang memperlihatkan persamaan yang mendasar
(bahasa, budaya, dan adat) di samping perbedaan-perbedaan dari daerah kedaerah.
Persatuan dan kesatuan yang bersumber kepada lapisan ini tidak di tiadakan oleh
datangnya agama dan nilai-nilai baru.
2) Lapisan keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India, wilaya Indonesia merupakan
pusat pengembangan peradaban Hindia di pulau Jawa, namun kesadaran akan
kebersamaan tetap dijunjung tinggi (Bineka Tunggal Ika).
3) Lapisan yang datang dengan agama Islam tersebar luas di Wilayah Indonesia yang
sekaligus juga memberikan corak tata kemasyarakatan, sebagaimana halnya agama Budha
dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan masyarakat dan struktur ketata
Negaraan.
4) Lapisan yang datang dari Barat bersama dengan agama Kristen melengkapi kehidupan
umat beragama di Indonesia di tengah tengah pengaruh dominasi asing yang silih berganti
dari kerajaan kerajaan Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
5) Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimualai kesadaran bangsa. Munculnya rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah memberikan inspirasi dan tekad
untuk mendorong lahirnya gerakan Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908, kemudian disusul
dengan pemantapan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

6
Sejak periode perkembangan Nasional, semakin dirasakannya perkembangan perceturan
ideologi yang pada garis besarnya terbagi atas 3 kategori yaitu:
1. Ideologi yang menitikberatkan pada nilai-nilai agama
2. Ideologi yang menitikberatkan pada sosialisme
3. Ideologi yang menitikberatkan pada nasionalisme.

Dalam negara Republik Indinesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu,
nilai-nilai luhur yang merupakan kepribadian yang merupakan kepribadian dan pandangan
hidup bangsa inilah yang kemudian menjadi ideologi dan dasar negara yang di kenal sebagai
pancasila, yang akhirnya di tuangkan dalam pembukaan UUD 1945. Dengan demikian,
pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya di Indonesia pada hakikatnya bersumber pada
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam falsafah dan dasar negara pancasila.

Setelah kemerdekaan, salah satu hal penting yang menyangkut konsepsi nusantara dan yang
berkembang menjadi wawasan nusantara ialah Deklarasi 13 Desember 1957 tentang wilayah
perairan Indonesia (Mochtar Kusumaatmadja, 1993).

“Bahawa segala perairan di sekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau
bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari pada perairan
pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak daripada negara
Republik Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal asing
terjamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan kedaulatan dan keselamatan negara
Indonesia. Penentuan batas laut teritorial yang lebarnya 12 mil yang di ukur dari garis-garis
yang menghubungkan titik-titik yang terluar daripada pulau-pulau negara Republik Indonesia
akan di tentukan dengan UDD”.

Ada beberapa pertimbangan yang mendorong pemerintah mengeluarkan pernyataan wilayah


perairan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Bentuk geografi RI sebagai suatu negara kepulauan memiliki sifat dan corak tersendiri
yang memerlukan pengaturan sendiri pula

7
2. Bagi kesatuan wilayah RI, semua kepulauan dan laut harus dianggap sebagai suatu
kesatuan yang bulat
3. Penetapan batas laut teritorial (1939) tidak sesuai lagi dengan kepentingan keselamatan
dan keamanan Negara RI
4. Setiap negara yang berdaulat berhak dan berkewajiban untuk mengambil tindakan yang di
pandangnya perlu untuk melindungi keutuhan dan keselamatan negaranya

B. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah makhluk berbudaya. Manusia sebagai, makhluk yang berbudaya tidak lain
adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahgiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik,
benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berush amenciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadila sajalah yang berhak menyadag gelar manusia berbudaya.
Dengan bebudaya,manusia dapat memenuhi keutuhan dan menjawab tantangan hidupnya.
Kebudayaan merupakan perangakat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang
dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampun
mendukungan.
Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga
dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah
antara manusia dengan binatang.
Hakikat kodrat manusia itu adalah :
1. Sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta rasa dan karsa)
2. Sebagai makhluk social yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan social,
ekonomi, politik, budaya dan alam)
3. Sebagai makhluk ciptaan tuhan perbuatan – perbuatan baik manusia haruslah sejalan dan
sesuai dengan hahikat kodratinya

Manusia dipandang mulia atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya. Aspek
fisik bukanlah tolak ukur bagi derajat kemanusiaan.

8
Manusia adalah makhluk berfikir yang bijaksana, manusia sebagai pembuat alat karena
sadar keterbatasan indranya sehingga memerlukan instrument, manusia mampu bebicara,
manusia dapat bermasyarakat dan berbudaya, manusia mampu mengadakan usaha, serta
manusia berkepercayaan daan beragama. Sedangkan hewan memiliki daya fikir terbatas dan
benda mati cenderung tidak memiliki prilaku dan tunduk pada hokum alam
Kebudayaan yang diciptakan dan dimiliki oleh manusia mencerminkan pribadi manusia
sebagi makluk ciptaan yang paling sempurna. Kebudayaan yang terus berkembang di
kehidupan bermasyarakat dapat menjadi suatu tolak ukur dalam melihat betapa
berbudayanya masyarakat dalam suatu Negara.
Dengan demikian dapat kita katakana bahwa kualitas manusia pada suatu Negara akan
menentukan kualitas kebudayaan dari suatu Negara terssebut. Begitu pula pendidikan yang
tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi, karena kebudayaan adalah hasil dari
pendidikan suatu bangsa. (mardliyah,2013).

C. Etika dan Estetik Budaya

Estetika dapat dikatakan sebagai teori keindahan atau seni. Estetika berkaitan
dengan nilai indah - jelek (tidak indah). Nilai estetik berarti nilai tentang keindahan.
Keindahan dapat dimaknai secara luas, secara sempit dan estetik murni. Berikut
penjelasan lebih detail dari masing-masing makna tersebut.

1. Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan. Segala sesuatu yang baik dan
mengandung ide kebaikan, baik abstrak maupun nyata adalah indah. Keindahan
dalam arti luas meliputi banyak hal, seperti watak yang indah, hukum yang
indah, ilmu yang indah, dan kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas juga
mencakup hampir seluruh yang ada, seperti hasil seni, alam, moral dan
intelektual.
2. Secara sempit, keindahan ialah indah yang terbatas pada lingkup persepsi
penglihatan (bentuk dan warna).
3. Secara estetik murni, keindahan menyangkut pengalaman estetik seseorang

dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui


penglihatan, pendenganran, perabaan dan perasaan, yang semuanya dapat
menimbulkan persepsi (anggapan) indah.

9
Jika estetik dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai
tentang baik - buruk. Sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah - jelek.
Sesuatu yang estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara estetik murni
maupun secara sempit, baik dan buruk, warna, garis, kata, ataupun nada). Budaya
yang estetik berarti budaya yang mempunyai unsur keindahan.

Nilai etika bersifat relatif universal, dalam arti bisa diterima banyak orang,
namun nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah bagi seseorang
belum tentu indah bagi orang lain. Misalkan dua orang memandang sebuah lukisan.
Orang pertama akan mengakui keindahan yang terkandung dalam lukisan tersebut,
namun bisa jadi orang kedua sama sekali tidak menemukan keindahan dalam lukisan
tersebut.

Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus
memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan
perlunya manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya
yang dihasilkan manusia lainnya. Keindahan adalah subjektif, tetapi subjektivitas
dapat dilepas untuk melihat adanya estetika dari budaya lain. Estetika berbudaya
yang demikian akan mampu memecah sekat-sekat kebekuan, ketidakpercayaan,
kecurigaan, dan rasa inferioritas antar budaya.

Standar tingkah laku berhubungan dengan kebudayaan dimana standar-standar


itu berlaku, yaitu suatu gejala yang disebut dengan istilah relativitas kebudayaan.
Relativitas kebudayaan menjelaskan apa sebabnya suatu perbuatan tertentu,
misalnya memakai pakaian tanpa penutup dada dipandang pantas dalam kebudayaan
yang satu, tetapi sebaliknya merupakan perbuatan amoral dalam kebudayaan yang
lain. Penjelasan yang sama juga berlaku bagi pandangan-pandangan yang
berhubungan dengan pemerintahan atau agama, yang akan dipandang benar dan baik
dalam kebudayaan yang satu, namun buruk dan terlarang dalam kebudayaan yang
lain. Oleh karena itu, apa yang dianggap baik atau buruk, apa yang diinginkan atau
yang tidak diinginkan, semuanya berkaitan dengan rumusan yang dibuat sesuai
situasi dan kondisi yang melingkupinya. Hal ini akan dilakukan menurut prasyarat-
prasyarat yang ditentukan oleh kebudayaan tersebut. Itu sebabnya para ahli ilmu
sosial sangat berhati-hati dalam menganalisa tingkah laku dalam konteks
kebudayaan.

10
D. Problematika Kebudayaan

Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang


berbeda menghasilkan keragaman kebudayaan. Setiap persekutuan hidup manusia
(masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan
kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia
membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian,
kebudayaan merupakan identitas persekutuan hidup manusia.

Dalam rangka pemenuhan hidup, manusia akan berinteraksi dengan manusia


lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi
hubungan antar persekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaan mengalami dinamika
seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan.
Berkaitan dengan hal tersebut dikenal adanya penyebaran kebudayaan, perubahan
kebudayaan dan pewarisan kebudayaan. Adapun hal tersebut adalah fanatisme suku
atau bangsa (ethnosentrisme), goncangan kebudayaan (culture shock), dan konflik
kebudayaan (culture conflict).9

1. Penyebaran kebudayaan

Difusi atau penyebaran kebudayaan adalah proses penyebaran unsur-unsur


kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok lain, atau suatu masyarakat ke
masyarakat lain. Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah biasanya
menyebar ke masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat
Barat, masuk dan mempengaruhi kebudayaan masyarakat Timur.

Dalam hal penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan Arnold J.Tonybee


merumuskan beberapa dalil tentang sebaran budaya sebagai berikut.

a. Aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan
individual. Kebudayaan Barat yang masuk ke Timur pada abad ke-19 tidak
masuk secara keseluruhan. Dunia Timur mengambil budaya Barat secara
keseluruhan dalam satu unsur tertentu, yaitu teknologi. Teknologi
merupakan unsur yang paling mudah diserap. Industrialisasi di negara-
negara Timur merupakan pengaruh dari kebudayaan Barat

11
b. Kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya.
Semakin tinggi dan dalam aspek budaya, semakin sulit untuk diterima.
Contoh religi adalah lapis dalam dari budaya. Religi orang Barat sulit
diterima oleh orang Timur dibanding teknologinya. Alasannya, religi
merupakan lapisan budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan
teknologi merupakan lapisan luar dari budaya.

c. Jika satu unsur budaya masuk, maka akan menarik unsur budaya lain. Unsur
teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya
asing melalui orang-orang asing yang bekerja di industri teknologi tersebut.

d. Aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bisa
menjadi berbahaya bagi masyarakat yang didatangi. Contohnya ialah
nasionalisme, di mana nasionalisme sebagai hasil evolusi sosial budaya dan
menjadi sebab tumbuhnya negara-negara nasional di Eropa abad ke-19,
namun justru memecah belah sistem kenegaraan di dunia Timur, seperti
kesultanan dan kekhalifahan di Timur Tengah.

2. Perubahan Kebudayaan

Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari adanya
ketidaksesuaian antara unsur-unsur budaya yang berbeda, sehingga terjadi keadaan
yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan. Perubahan kebudayaan mencakup banyak
aspek, baik bentuk, sifat perubahan, dampak perubahan, maupun mekanisme yang
dilaluinya. Perubahan kebudayaan mencakup perkembangan kebudayaan.
Pembangunan dan modernisasi termasuk pula perubahan kebudayaan.

Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain perubahan
akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan
progress (kemajuan). Perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika
dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan di luar kendali manusia.

3. Pewarisan Kebudayaan

Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan, pemilikan, dan


pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan
budaya bersifat vertikal, artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada
generasi berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang
akan datang.

Dalam enkulturasi budaya bisa muncul beberapa masalah, antara lain sesuai atau
tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan
generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang
12
tidak lagi sesuai dengan budaya warisan. Dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda
menolak budaya yang hendak diwariskan oleh generasi pendahulunya. Budaya itu
dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan hidup generasi tersebut, bahkan dianggap
bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya baru yang diterima sekarang ini.

Jadi, dalam hal ini pewarisan budaya dapat dilalukan melalui enkulturasi dan
sosialisasi. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan
pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan hidup dalam
kebudayaan. Proses enkulturasi dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak, bermula dari
lingkungan keluarga, teman-teman sepermainan, dan masyarakat luas. Adapun sosialisasi
atau proses pemasyarakatan adalah individu menyesuaikan diri dengan individu lain
dalam suatu masyarakat.

 Problematika Keragaman Budaya dan Kesetaraan

Masyarakat Indonesia yang majemuk, memiliki banyak keberagaman suku budaya, ras
dan kesetaraan derajat dalam berbudaya. Hal ini perlu dicermati apabila membahas
masalah tentang kebudayaan yang sangat kompleks, sebagai suatu kenyataan dan
kekayaan dari bangsa. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain:

1. Problematika keberagaman serta solusinya dalam kehidupan


Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang membanggakan. Namun
demikian, keragaman tidak serta-merta menciptakan keunikan, keindahan,
kebanggaan, dan hal-hal yang baik lainnya. Keberagaman masyarakat memiliki ciri
khas yang suatu saat bisa berpotensi negatif bagi kehidupan bangsa tersebut. Van de
Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi menjelaskan bahwa masyarakat
majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai
berikut:
a) Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
b) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplementer.
c) Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat mendasar.
d) Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan
yang lainnya.
e) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan
di dalam bidang ekonomi.
f) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan pemahaman antar budaya
dan masyarakat adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit budaya.
Penyakit-penyakit inilah yang ditengarai bisa memicu konflik antar kelompok
masyarakat di Indonesia. Adapun beberapa hal yang menyebabkan konflik dan

13
disintegrasi adalah ethnosentrisme, stereotip, prasangka buruk, rasisme, diskriminasi,
dan scape goating (kambing hitam).

2. Problematika kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan


Kesetaraan atau kesederajatan dapat dimaknai dengan adanya persamaan
kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya
persamaan derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesama manusia. Oleh karena itu,
prinsip kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan akan persamaan derajat,
hak, dan kewajiban. Indikator kesederajatan adalah sebagai berikut:
a) Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan.
b) Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan dan kehidupan yang
layak.
c) Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota
masyarakat.

Persoalan yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan
perilaku untuk mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antar
manusia.

 Alternatif Pemecahan Masalah Keanekaragaman dan Perubahan Kebudayaan

1. Masalah Konflik Antar Etnis

a) Tolak-menolak (konfrontasi), apabila pihak-pihak yang berinteraksi tidak dapat


saling menyesuaikan diri,
b) Asimilasi, apabila pihak-pihak yang berinteraksi dapat saling menyerap sehingga
muncul budaya baru demi berlangsungnya kehidupan di masyarakat tersebut, dan
c) Akulturasi, apabila keduanya saling mengambil unsur sehingga terjadi saling
menyesuaikan diri.
Adapun terjadinya konflik disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ialah
perbedaan pendirian antar individu, perbedaan kebudayaan, dan perbedaan
kepentingan. Menyadari kondisi konflik tersebut, diperlukan penanganan yang
cepat dan tepat sehingga konflik yang awalnya bersifat individu tidak menjalar
menjadi konflik antar etnis. Perlu disadari bahwa perbedaan yang ada pada
setiap suku bangsa mempunyai tata nilai dan tradisi yang berbeda-beda pula.
Sudah saatnya setiap warga Negara bersikap terbuka dan mau menerima
kebudayaan etnis lain. Pandangan primordial yang akan membawa pada suatu
sikap picik perlu segera diubah, serta munculnya perasaan superior harus
segera ditinggalkan.

14
2. Masalah konflik Antar Agama

Menurut Clifford Geertz, agama merupakan unsur perekat yang menimbulkan


keharmonisan sekaligus unsur pembelah yang dapat menimbulkan disintegrasi.
Dalam pandangan fungsional, agama adalah sesuatu yang mempersatukan inspirasi
paling luhur, memberikan pedoman moral, serta memberikan ketenangan individu
dan kedamainan bagi masyarakat. Namun, pada saat yang sama, kadang-kadang
agama dijadikan sebagai alat untuk memecah persatuan bangsa. Agama dijadikan
sebagai kedok untuk mencapai ambisi yang diinginkan. Akibatnya, masyarakat
mempunyai pemikiran sempit, dan mudah terbakar dengan segala macam isu yang
dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Kondisi demikian harus segera diatasi secepatnya. Konflik antar agama awalnya
hanya satu masalah kecil. Namun, karena tidak ada penanganan yang serius, akhirnya
tumbuh menjadi permasalahan yang sangat besar. Banyak pengalaman dan peristiwa
yang dapat dijadikan hikmah. Oleh karena itu, usaha mengembangkan toleransi antar
umat beragama dan membiarkan orang lain melakukan kegiatan keagamaan
merupakan suatu keharusan yang perlu dilakukan.

3. Masalah Konflik antara Mayoritas dengan Minoritas

Keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah sebuah kekayaan yang tidak
ternilai harganya. Namun, keragaman ini akan menjadi bencana seandainya tidak
dikelola dengan baik. Keragaman sangat berpotensi untuk memunculkan konflik. Di
Indonesia masih banyak dijumpai adanya perasaan sebagai etnis yang merasa paling
berkuasa di wilayahnya. Akibatnya, etnis lain yang secara ekonomi lebih mapan
dapat menjadi pemicu terjadinya konflik. Oleh karena itu, setiap etnis harus dapat
menghargai setiap perbedaan yang ada, karena perbedaan adalah sebuah anugerah,
bukan musibah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari tugas ilmu sosial dan budaya dasar ini dapat di simpulkan bahwa konsep – konsep
kebudayaan dan latar belakang dan multi etnik, multi suku, atau secara keseluruhan
multi budaya, memperhatikan gagasan – gagasan tentang sistem sosial budaya. Dalam
masyarakat indonesia dapat tersusun sistem sosial budaya nasional ; sistem sosial
budaya suku bangsa dan etnik bangsa ; sistem sosial budaya agama ; sistem sosial
budaya asing ; dan sistem sosial budaya campuran.

Manusia adalah makhluk berbudaya, makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal


budinya untuk menciptakan kebagagiaan. Berbudaya merupakan kelebihan manusia di
banding makhluk lain. Hakikat kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya di-
banding makhluk lain. Estetika sering di artikan sebagai teori keindahan atau seni.
Masyarakat indonesia yang majemuk, memiliki banyak keberagaman suku budaya, ras
dan kesetaraan derajat dalam berbudaya.kebudayaan yang diciptakan manusia dalam
kelompok dan wilayah yang berbeda menghasilkan keragaman kebudayaan. Dengan ini
kebudayaan merupakan identitas persekutuan hidup manusia. Kebudayaan mengalami
dinamika seirin g dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik
kebudayaan.

B. Daftar Pustaka

https://media.neliti.com

https://www.academia.edu/30532776/HAKIKAT-MANUSIA-SEBAGAI-MAKHLUK-
BUDAYA

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/view/13248/10033

repository.usu.ac.id/bitstream/handle/12345678/34692/chapter%2011.pdf;sequence=3

16

Anda mungkin juga menyukai