Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


1. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibunya dan
anaknya (Menurut UU nomor 52 tahun, 2009). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan.
b. Tipe Keluarga Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan yang
berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial
maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui bebagai tipe
keluarga.
1) Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga inti) Keluarga terbentuk karena pernikahan,
peran sebagai orang tua atau kelahiran.keluarga terdiri dari suami, istri, dan
anak, baik dari sebab biologis maupun adopsi.
b) The Dyad Family (keluarga tanpa anak) Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam suatu rumah.
c) The Childless Family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan mengejar
karier / pendidikan yang terjadi pada wanita.
d) Keluarga Adopsi Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung
jawab dalam secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
e) The Extended Family Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah, seperti nuclear familiy disertai paman, tante, orang
tua (kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain.
f) The Single-Parent Family (keluarga orang tua tunggal) Keluarga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi
melalui proses perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan (menyalahi
hukum pernikahan).
g) Commuter Family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar
kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada
waktu-waktu tertentu.
h) Multigeneration Family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
c. Struktur Peran
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen dalam situasi
sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial. Peran biasanya menyangkut
posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem
sosial tertentu.
1) Peran-peran formal dalam keluarga Peran formal berkaitan dengan posisi formal
keluarga, bersifat homogen. Peran formal yang standar dalam keluarga, antara
lain: pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak, supir, tukang renovasi
rumah, tukang masak, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit
orang untuk memenuhi peran tersebut, maka anggota keluarga berkesempatan
untuk memerankan beberapa peran dalm waktu yang berbeda.
a) Peran parental dan perkawinan
b) Peran-peran dalam keluarga
c) Peran seksual perkawinan
d) Peran ikatan keluarga atau kinkeeping
e) Peran kakek/nenek Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
yang antaranya :
- Ayah
Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sabagai pencari
nafkah, pendidikan, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
- Ibu
Ibu sebagi pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta
sebagai anggota masyarakat atau kelompok tertentu.
- Anak 18 Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2) Peran-peran informal keluarga
Peran-peran informal keluarga (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak
tampak permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional
atau untuk menjaga keseimbangan keluarga.
d. Struktur Nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap, dan kenyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu. Sistem nilai dikeluarga dia anggap sangat memengaruhi
nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai keluarga akan membentuk pola tingkah laku
dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan nilai ini akan
menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stresor-stresor
lain.
e. Fungsi Keluarga
Struktur dan fungsi merupakan hubungan yang dekat dan adanya interaksi yang terus-
menerus antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur didasari oleh organisasi
(keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus). Fungsi keluaraga menurut
Friedman (2003).
1) Fungsi efektif dan koping : keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota,
membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi
stress.
2) Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
dan mekanisme kopig; memberikan feedback dan memberikan petunjuk dalam
penyelesaian masalah.
3) Fungsi reproduksi : keluarga melahirkan anaknya.
4) Fungsi ekonomi : keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan : keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbungan, perkebangan, dan
istirahat juga penyembuhan dari sakit.
f. Stres dan koping keluarga
Secara terus menerus, keluarga dihadapkan pada perubaha. Stimulus untuk perubahan
ini datang dari luar dan dalam. Stimulus ini disebut dengan stresor. Stresor merupakan
agen pencetus stres atau penyebab yang mengaktifkan stres, seperti kejadian-kejadian
dalam hidup yang cukup serius (lingkungan, ekonomi, sosial budaya) yang
menimbulkan perubahan dalam sistem keluarga (Hill dalam Friedman, 2003).
Ada tiga strategi untuk adaptasi menurut White dalam Friedman (2003), yaitu :
1) Mekanisme pertahanan Mekanisme pertahanan merupakan cara-cara yang
dipelajari, kebiasaan otomatis untuk berespon yang bertujuan untuk menghindari
masalah-masalah yang dimiliki stresor dan biasanya digunakan apabila tidak ada
penyelesaian yang jelas dalam keluarga.
2) Strategi koping Strategi koping merupakan perilaku koping atau upaya-upaya
koping dan merupakan strategi yang positif, aktif, serta khusus untuk masalah
yang disesuaikan untuk penyelesaian suatu masalah yang dihadapi keluarga.
3) Penguasaan Penguasaan merupakan strategi adaptasi yang paling positif karena
keadaan koping benar-benar di atasi sebagai hasil dari upaya-upaya koping yang
efektif dan dipraktikkan dengan baik yang didasarkan pada kompetensi keluarga.

g. Perkembangan Keluarga
Setiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar
dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tiap individu mempunyai tugas-tugas
perkembangan yang harus mereka capai agar mereka merasa puas selama tahap
perkembangan dan agar mereka mampu beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil.
Setiap tahap perkembangan keluarga pun punya tugas-tugas perkembangan yang
spesifik.
Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai
oleh keluarga selama setiap tahap perkembangan sehingga dapat memenuhi:
1) Kebutuhan biologis keluarga
2) Imperatif budaya keluarga
3) Aspirasi serta nilai-nilai keluarga.
a) Tahap I : pasangan baru (begining family)
Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan beru menikah berawal
dari perkawinan sepasang anak adam menandai bermulanya sebuah keluarga
baru. Keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga
asal atau status lajang kehubungan baru yang intim. Masing-masing belajar
hidup bersama serta baradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya,
misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, dan sebagainya. Tugas
perkembangan tahap ini diantaranya :
a. Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan Pada saat dua
orang diikat dalam ikatan pernikahan, perhatian awal mereka adalah
menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Pasangan harus saling
menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas.
Misalnya, mereka harus mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur,
bangun pagi, membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi
bergantian, mencari rekreasi, dan sebagainya.namun banyak 21 pasangan
mangalami masalah-masalah penyesuaian seksual, sering kali disebabkan
oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan
kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis (membina
hubungan dengan keluarga pasangan, mertua, saudara ipar, dan lain-lain).
Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu
menjadi anggota keluarga dari keluarga asal masing-masing, pada saat
yang sama keluarga mereka sendiri baru saja terbentuk. Pasangan tersebut
menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan
mengupayakan berbagai hubungan dengan orang tua mereka, sanak
saudara, dan dengan ipar-ipar mereka karena loyalitas utama mereka harus
diubah untuk kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangan
tersebut, hal ini menuntut pembentukan hubungan baru dengan setiap
orang tua masing-masing, yaitu hubungan yang tidak hanya
memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga
otonomi yang melindungi pasangan baru tersebut daricampur tangan pihak
luar yang mungkin dapat merusak kesejahteraan perkawinan yang bahagia.
c. Mendiskusikan rencana mempunyai anak (menjadi orang tua) keingina
untuk memiliki anak dan menentuan waktu untuk hamil merupaka suatu
keputusan keluarga yang sangat penting. Dalam friedman 2003
menekankan pentingnya pertimbangan semua rencana kehamilan keluarga
ketika seseorang bekerja dibidang keperawtan maternitas. Tipe keprawatan
kesehatan yang didapat keluarga sebagai subuah unit selama masa 22
prenatal sangat memengaruhi kemampuan keluarga dalam mengatasi
perubahan-perubahan yang luar biasa secara efektif setelah kelahiran bayi.
Masalah yang terjadi pada tahap ini: Masalah-masalah utama yang terjadi
pada tahap ini adalah penyesuaian seksuan dan peran perkawinan,
penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling
prenatal dan komunikasi. Kurangnya informasi sering kali mengakibatkan
masalah-masalah seksual dan emosional, ketakutan, rasa bersalah,
kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kehamilan
sebelum ataupun sesudah perkawinan.
b) Tahap II : keluarga “ child-bearing” (kelahiran anak pertama)
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan. Kedatangan bayi dalam rumah tangga
menciptakan perubahan-perubahan bagi anggota keluarga dan setiap
kumpulan hubungan. kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh
pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting
diantaranya.
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarag : peran, interaksi, hubungan
seksual, dan kegiatan
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan. Masalah yang
terjadi pada tahap ini: Suami merasa diabaikan oleh sang istri. Kelahiran
bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga sehingga
pasangan harus beradaptasi dengan perannya dalam memenuhi kebutuhan
bayi.

Pada tahap ini, ditandai dengan kelahiran bayi, pasangan merasa


diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Masalah
kedua adalah sering terjadi peningkatan perselisihan dan argumentasi antara
suami dan istri serta terjadinya 23 interupsi yang kontiyu (begitu lelah
sepanjang waktu). Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang
tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi
merespon.
c) Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak usia 5 tahun. Pada tahap ini, keluarga tumbuh dengan baik
dalam jumlah serta kompleksitas fungsi dan permasalahan. Tugas
perkembangan pada tahap anak prasekolah yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus dipenuhi.
d. Memepertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak. Penambahan
jumlah anggota keluarga dapat memicu timbulnya perubahan peran,
ketegangan peran, serta konflik peran antara suami dan istri akibat tugas
sehingga dapat mengancam stabilitas perkawinan. Orang tua mempunyai
peran untuk menstimulus perkembangan individu anak, khususnya
kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Permasalah yang dapat timbul pada tahap ini adalah :
a) Kecelakaan pada anak yang terjadi di dalam rumah
b) Frustasi atau konflik peran orang tua sehingga timbul sikap proteksi
dan disiplin yang berlebih dapat menghambat kreativitas anak.
c) Frustasi terhadap prilaku anak atau permasalahan laian dalam keluarga
yang memicu tindakan kekerasan pada anak (child abuse).
d) Terjadinya kegagalan peran sehingga menyebabkan orang tua menolak
berpartisipasi dalam peran pengasuh anak sehingga terjadi
penelantaran pada anak.
e) Masalah kesulitan makan pada anak.
f) Masalah kecemburuan dan persaingan antar anak.
d) Tahap IV : keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini, umumnya keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain
aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak sekolah:
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan termasuk
meningkatkan prestasi anak sekolah dan mengembangan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan keintiman dengan pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat
kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini orang tua perlu belajar
berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi, baik aktivitas disekolah maupun diluar sekolah. Masalah
yang terjadi pada tahap ini: Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan
yang luar biasa dari komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan
berbagai asosiasi diluar keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka
menyesuaikan diri dengan standar-standar komunitas bagi anak. Hal ini
cenderung memengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk lebih
menekankan nilai-nilai tradisional pencapaian dan produktivitas. Selain itu
resiko gangguan kesehatan pada anak akibat pencemaran lingkungan dari
berbagai proses kegiatan pembangunan makin meningkat, misalnya makin
meluas gangguan akibat paparan asap, emisi gas buang sarana transportasi,
kebisisngan, limbah industri dan rumah tangga serta gangguan kesehatan
akibat bencana.
e) Tahap V : keluarga dengan anak remaja
Periode remaja dianggap penting karena terjadi perubahan fisik yang
diikuti dengan perkembangan mental yang cepat tak jarang, perkembangan
mental pada remaja yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa menimbulkan dampak negatif pada mental anak remaja sehingga
diperlukan penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru
tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7
tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan menberi tanggung jawab
pada tahap-tahap sebelumnya. Tugas perkembangan keluarga dengan anak
remaja.
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan intim dala keluarga.
c. Memperthankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
menghindari perdebatan, permusuhan, dan kecurigaan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
26 Ini merupakan tahap paling sulit karena oorang tua melepas otoritasnya
dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas
terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya).
Sering kali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak
menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitas sementara orang tua
mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas. Dalam hal ini orang tua perlu
menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan
permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.
f) Tahap VI : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir. Lamanya tahap ini tergantung pada jumlah
anak dalam keluarga atau jika anak yang belom berkeluaga tetap tinggal
bersama orang tua. Tahap utama pada tahap ini adalah mengorganisasian
kembali keluarga melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan
keluarga dengan anak dewasa :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Memepertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit atau memasuki masa
tua
d. Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga Keluarga
mempersiapkan anak yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan
tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat anak semua
meninggalkan rrumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti fasse awal. Orang tua akan merasa kehilangan
peran dalam merawat anak dan merasa “kosang” karena anak-anak sudah
tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi masalah keadaan ini, orang 27
tua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai
pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan baik.
g) Tahap VII : keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir kali meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia,
perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal menjadi orang tua. Tugas
perkembangan keluarga dengan usia pertengahan :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan Setelah semua anak meninggalkan
rumah, maka pasangan suami istri fokus untuk mempertahankan kesehatan
dengan berbagai aktivitas : pola hidup yang sehat, diet seimbang, olahraga
rutin, menikmati hidup, dan pekerjaan, dan sebagainya. Pasangan juga
mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya
dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak dan
cucu) sehingga pasangan dapat merasakan kebahagian sebagai kakek
nenek.
h) Tahap VIII : keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga lanjut ini dimulai saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang
tidak dapat dihindari karena berbagai stresor dan kehilangan yang dialami
keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan
berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya
produktivitas dan fungsi kesehatan. Tugas perkembangan keluarga dengan
usia lanjut :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat sosial.
B. KONSEP DASAR TEORI HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis
(yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri
sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya,
mengikuti suatu pola yang khas (Wolff, 2006).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang
hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah
tinggi pada penyakit kardiovaskular (Price, 2006).
2. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:


1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan pening-katan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter ter-diagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Sakit kepala kadang sampai tembus ke leher
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tingkat 4 (sangat berat) ≥210 ≥120
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya, yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis sistem
renin, angiotensin, dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko adalah obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab, yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
4. Etiologi dari Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikendalikan
a. Umur
Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambah-nya umur seseorang. Ini
disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding pembuluh darah mengalami
perubahan struktur. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan
darah sistolik meningkat karena kelenturan pem-buluh darah besar yang berkurang
pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sam-pai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa peruba-han fisiologis.
Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya
sudah berkurang. Sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita. Hipertensi
berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),
depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pria lebih berhubungan dengan
kurang nyaman dengan pekerjaan dan pengangguran.
c. Genetik (Keturunan)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menye-babkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium.
Individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi berisiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.

Faktor Risiko yang Dapat Dikendalikan


a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah. Adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak. Otak akan bereaksi terhadap niko-tin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin).
Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon
monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan
mengakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh (Astawan, 2002).
b. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam patogenesis
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Basha, 2004).
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormal-kannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi. Garam mempunyai sifat menahan air.
Mengonsumsi garam lebih atau makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya
akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau
makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama
sekali dalan makanan, sebaliknya dengan membatasi jumlah garam yang dikonsumsi
(Wijayakusuma, 2000).

c. Obesitas
Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa
penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya lemak pada perut
berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Semakin besar massa tubuh maka semakin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini
berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat
sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan
merupakan faktor risiko independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh faktor
risiko lain.
d. Kurang Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya
obesitas dan jika asupan garam juga bertambah maka akan memu-dahkan terjadinya
hipertensi.
e. Stres Emosional
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Meskipun dapat dikatakan
bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu
yang sing-kat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya
penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka
seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres menjadi suatu
resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada
pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus dirangsang.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
4) 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
6) Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
7) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
5. Anatomi dan Fisiologi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya
terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada
linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas : pembuluh darah besar
2) Bawah : diafragma
3) Setiap sisi : paru
4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri
dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil
memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu
organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung
ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang
yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan
arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol
mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan
darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang
terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan
terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic
dan termasuk otot polos.
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan
ikat gembur  yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006).
c. Arteriol
Arteriol adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter
pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung
dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka
pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari
suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-
hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan
yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran
Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam
darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan.
Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ,
terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat
tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan
vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus
yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena
pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis, mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang
mengarah ke jantung.
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna
satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110).

6. Pathway
Umur Jenis Kelamin Gaya hidup Obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan Struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Pembuluh darah Kurangnya informasi

Resistensi Pembuluh darah otak Vasokontriksi Defisit


pengetahun
Nyeri akut Afterload
(kepala)
Penurunan
curah jantung

7. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas
dan anemia.
2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Uranalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
5) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal.
8) Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
9. Komplikasi Hipertensi
a. Miokard infark
b. Stroke
c. Cerebral vaskular accident
d. Penyakit vascular perifer: aterosklerosis, aneurisma.
e. Gagal ginjal
f. Left ventricular failure
10. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penanganan : Mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan temba-kau, latihan dan
relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan.
2) Perubahan cara hidup
3) Mengurangi intake garam dan lemak
4) Mengurangi intake alkohol
5) Mengurangi BB untuk yang obesitas
6) Latihan/peningkatan aktivitas fisik
7) Olah raga teratur
8) Menghindari ketegangan
9) Istirahat cukup
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Digunakan untuk penderita hipertensi ringan dengan berada dalam risiko tinggi dan
apabila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya
diatas 130 sampai 139 mmHg.
Golongan/jenis obat anti hipertensinya, yaitu :
1) Golongan Diuretic
 Diuretik Thiazid. Misalnya : klortalidon, hydroklorotiazid.
 Diuretik Loop, Misalnya furosemid.
2) Golongan Penghambat Simpatis
Penghambatan aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vaso-motor otak
seperti metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf perifer, seperti golongan
reserpin dan goanetidin.
3) Golongan Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah
jantung dan efek penekanan sekresi renin. Misalnya, pindo-lol, propanolol,
timolol.
4) Golongan Vasodilator
Yang termasuk obat ini yaitu, prasosin, hidralasin, minoksidil, diazoksid dan
sodium nitrofusid.
5) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Misalnya : captropil.
6) Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan curah jantung dengan cara meng-hambat
kontraktilitas. Misalnya : nifedifin, diltiasem atau verama-miu.
11. Discharge Planning
a. Berhenti merokok.
b. Pertahankan gaya hidup sehat.
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stres.
d. Batasi konsumsi alkohol.
e. Penjelasan mengenai hipertensi.
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara rutin.
g. Batasan diet dan pengendalian berat badan.
h. Diet garam.
i. Periksa tekanan darah secara teratur.

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI


1. Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.
b. Riwayat atau Adanya Faktor Risiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas/Istirahat
1) Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
b. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obstruksi.
c. Neurosensori
- Keluhan pusing.
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
a. Pernapasan
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
b) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d) Riwayat merokok.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin/hematokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubu-ngan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-
faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi jaringan.
3) Glukosa : Hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hiper-tensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (me-ningkatkan hipertensi).
4) Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldo-steron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-katkan
hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokon-striksi dan
hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme pri-mer
(penyebab).
9) Urinalisasi : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi gin-jal dan/atau
adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindi-kasikan adanya
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai risiko terjadinya
hipertensi.
12) Streroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
13) IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab parenkim
ginjal, batu ginjal dan ureter.
14) Foto dada : Dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area katup ;
deposit pada dan atau takik aorta perbesaran jantung.
15) CT-Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, dan feokromisitoma.
16) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peningggian gelombang P ada-lah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi (Doenges, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
memberikan perawatan bagi anggota keluarganya

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Umum
Identitas Umum Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
1) Nama :TN. M
2) Umur : 47 Tahun
3) Agama : Islam
4) Suku : Jawa
5) Pendidikan: SLTA/ Sederajat
6) Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
7) Alamat : Dusun Timur Sungai RT/RW 010/002 Desa Tiris
Kecamatan Tiris Kab. Probolinggo Provinsi. Jawa timur
8) No. Telp: 085715487453
b. Komponen Keluarga
Usia / Hub.
Status
No Nama P/L Tgl Dengan Pendidikan Pekerjaan
kesehatan
Lahir KK
1 Marwadi L 47 th Suami SLTA Pegawai Negeri Sehat
04- sederajat Sipil (PNS)
07-
1973
2 Pipin Eni P 42 th Istri SLTP Mengurusn rumah Sehat
Erfina 28- sederajat tangga
05-
1978
3 Abdur L 22 th Anak SLTP Pelajar/Mahasisw Sehat
Rahman 03- Sederajat a
Sholeh 11-
1998
4 Kartika P 19 th Anak Tamat Pelajar/Mahasisw Sehat
Maharani 20- SD a
12- Sederajat
2001

c. Genogram
3 garis keturunan, contoh kakek nenek dari kedua belah
pihak ayah dan ibu, ayah dan ibu dan terahir anak.

Keterangan :

: Laki - Laki

: Perempuan

: Anggota keluarga yang telah meninggal

: Anggota keluarga yang sakit


............... : Tinggal dalam satu rumah

⋯∙∙∙

d. Tipe keluarga
1) Keluarga inti ( Karena di dalam rumah tersebut berisi istri,
suami, dan anak )
2) Tidak ada masalah yang terjadi di dalam type keluarga inti Tn.
M

e. Suku bangsa
1) Asal suku bangsa : Jawa
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : Menurut budaya
keluarga Tn. M bahwa budaya dukun atau orang pintar masih
berlaku. Jadi jika sakit terkadang masih ke dukun / orang pintar.
Tapi juga masih ke pelayanan kesehatan (bidan/perawat terdekat)
f. Agama yang dianut, kegiatan keagamaan dan persepsi terhadap
agama serta Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Agama islam.
Jika mengikuti pengajian, keluarga Tn. M menyiapkan air dan
dibawa saat pengajian tersebut. Karena percaya air itu dapat
membuat sekeluarga sehat karena doa selama pengajian
g. Status sosial dan Ekonomi Keluarga
1) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Suami.
2) Penghasilan : penghasilan suami kerja : 3.500.000/bulan
Digunakan untuk belanja setiap hari kira-kira 50/hari x 30, dan
uang yang di keluarkan Iainnya setiap mgg/ bulan seperti bayar
listrik, air, beli gas, dan belanja lainnya.
3) Harta benda yang dimiliki: kulkas, TV, mesin cuci,
perabot Rumah Tangga, Kebun dll
4) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan:Biaya kuliah dan
sekolah anak ,Listrik, PDAM, kebutuhan dapur , dll
1. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini:
Tn. M memiliki 2 anak satu laki – laki dan 1 perempuan. Saat ini
anak pertama keluarga Tn. M berumur 22 tahun, belum menikah
dalam tahap perkembangan (Dewasa) dan anak kedua berumur 19
tahun baru lulus SMA dan memasuki tahap perkembangan Remaja
b. Tahap Keluarga yang Belum Terpenuhi dan Kendalanya:
Tahap perkembangan keluarga Tn. M masih belum terpenuhi
karena Tn. M harus membiayai 2 anak. Anak pertama belum
menikah dan anak kedua baru lulus SMA yang rencana akan
melanjutkan ke jenjang kuliah
c. Riwayat Kesehatan Inti: Riwayat kesehatan keluarga Tn. P
semuanya sehat
1) Bagaimana keluarga terbentuk : (keluarga nuclear)
2) Riwayat keluarga saat ini :anggota keluarga Tn. M sehat
3) Riwayat Penyakit Keturunan
Ayah tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
4) Riwayat masing masing anggota keluarga :
N Nama Umur BB Keadaan Status Masalah Tindaka
o kesehata imunisasi kesehatan n yang
n (BCG, Polio, di
DPT, HB, lakukan
CAMPAK)
1 Tn. M 47 60 Sehat Tidak ada Tidak ada -
tahun kg

2 Ny. P 42 11 Sehat Tidak ada Hipertensi Pengoba


tahun 6 tan ke
kg puskes
mas/per
awat
desa
pada
saat
posyand
u
3 An. S 22 63 Sehat Lengkap Tidak ada -
tahun kg
4 An. K 19 55 Sehat Lengkap Tidak ada -
tahun kg

5) Sumber Pelayanan yang dimanfaatkan


Jika penyakitnya hanya biasa seperti batuk panas demam
biasanya hanya ke bidan terdekat saja yang gampang di jangkau
6) Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
An. D pernah hipotensi dan tidak sampai di bawa ke RS

7) Hubungan antar keluarga, konflik pasangan dll.


Tidak ada konflik antar keluarga yang berada di rumah tersebut

2. Pengkajian Keluarga
a. Karakteristik Rurnah
1) Luas rumah :17m2
2) Tiperumah : 45
3) Kepemilikan :Warisan orang tua
4) Jumlah dan ratio kamar: 3 kamar
5) Ventilasijendela : tersedia ventilasi udara di rumah bagian
depan, kamar dan dapur
6) Pemanfaatanruangan : di depan kamar tersedia ruang kosong
yang berisi tv sekaligus ruang keluarga
7) Septic tank : Ada
8) Sumber air : Pdam dan Air Gunung
9) Kamarmandi/WC: Ada
10) Sampah : Di bakar
11) Kebersihan lingkungan : Bersih
12) Denah rumah : rumah menghadap ke utara.
(Gambarkanjelaskan arah utara, timur, barat dan
Kamar 1
selatannya )
Ruang Tamu
U
Ruang
Kamar 2
Keluarga
dan TV
B T
Kamar 3
S
Kamar Dapur
KKKkTttKk
mandi

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


1) Kebiasaan : kerukunan warga nya sangat baik karena jarak dari
rumah ke rumah yang lain sangat dekat. Sehingga mereka
terlihat sangat akrab dan saling tolong menolong
2) Aturan : Antara satu dan warga yang lain saling
menghormati dan menghargai . Kerukunan warga sangat baik
3) Kebersihan : Kurang baik. Karena masih ada warga yang
melanggar dan membuang sampah sembarangan
c. Budaya : Biasanya untuk Ibu ada perkumpulan yang
dinamakan Pengajian rutin mingguan dan untuk bapak ada
perkumpulan yang di namakan Kifayah. Budaya yang ada di desa
tersebut biasanya setiap tahun di adakan selametan desa dengan ciri
khas membuat sesajen yang lalu dibawa ke ranu segaran atau ranu
terdekat.
d. Mobilitas Geografis Keluarga
Tidak pernah perpindahan rumah keluarga karena sejak Tn. M
menikah dengan Ny. P mereka mulai menempati rumah tersebut
hingga sekarang
e. Sistem Pendukung
Biasanya Ny. P setiap minggu sekali ikut Pengajian
3. Struktur Keluarga
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga
Keluarga Tn. M dalam kesehariannya baik berkomunikasi
langsung / tidak langsung menggunakan bahasa indonesia di
selingi bahasa madura. Dalam keadaan emosi Ny. P menggunakan
bahasa yang positif
b. Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka, Yang paling berperan
adalah Tn. M dan yang mengambil keputusan biasanya di
musyawarahkan bersama terlebih dahulu antara Tn. M dan Ny. P
c. Struktur Peran Keluarga
1) Tn. M
Peran informal : -
Peran formal: menjadi kepala keluarga, suami dan ayah
2) Ny :P
Peran informal: -
Peran formal: menjadi ibu rumah tangga, istri dan ibu
3) An:S
Peran formal : -
Peran informal : menjadi kakak, anak,
4) An. D
Peran informal : -
Perna formal :menjadi anak dan adik
d. Nilai dan Norma keluarga
Tn. M menganut agama islam dan norma yang terlaku di
masyarakat sekitarnya seperti anak perempuan tidak boleh keluar
sampai terlalu malam di batasi hanya sampai jam 8 malam Apabila
ada keluarga sakit, mereka yakin ini adalah cobaan dari Allah
e. Hambatan peran dan menjalankan perañ ganda : Terkadang Tn. M
selepas pulang kerja sudah lelah hingga tak ada waktu untuk
bermain dengan anaknya
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif: keluarga Tn. M selalu menyayangi dan perhatian
kepada anak-anaknya. Ny. P dan Tn. M juga selalu mendukung dan
mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya.
Selalu mengingatkan kepada hal-hal yang positif
b. Fungsi sosial : Tn. M dengan Ny. P hubungannya berjalan dengan
baik bahkan di saat waktu luang atau bahkan libur kerja mereka
menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga
1) Kerukunan hidup dalam keluarga : keluarga Tn. M hidup rukun
2) Interaksi hubungan dalam keluarga : berinteraksi dengan baik
3) Anggotakeluargayang dominan dalam pengambilan keputusan :
Tn. M dan Ny P
4) Kegiatan keluarga waktu senggang : kumpul dengan keluarga
atau jalan-jalan
5) Partisipasi dalam kegiatan social : jika ada kegiatan seperti
kerja bakti keluarga Tn. M dan keluarga turut berpartisipasi
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Mengenal masalah kesehatan : Tn. M dan Ny. P mengatakan
kurang mengenal masalah kesehatan. Terkadang bertanya
kepada saudara Ny. P yang bekerja sebagai Nakes di desa tiris.
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang
tepat : tidak bisa mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan biasanya di serahkan kepada petugas kesehatan
3) Merawat anggota keluarga yang sakit : pada saat anak kedua
sakit hipotensi, awalnya di periksa ke dokter. Lalu oleh
keluarga di jaga pola makan dan istirahatnya
4) Memelihara lingkungan rumah yang sehat : rumah bersih dan
sehat, bak kamar mandi di bersihkan 1 bulan sekali
5) Menggunakan pelayanan kesehatan di masyarakat : bidan
karena gampang di jangkau. Ke puskesmas jika memang di
haruskan saja. Terkadang ke dokter jika memang setelah
periksa kebidan tidak ada perkembangan
d. Fungsi Reproduksi : tidak ingin memiliki anak lagi
e. Fungsi Ekonomi : untuk saat ini sumber ekonomi hanya
bergantung kepada Tn. M

5. Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek : Tn. M terkadang resah karena tidak
memiliki banyak waktu dengan keluarganya
b. Stressorjangka panjang : Tn.M dan Ny. P memikirkan biaya untuk
melanjutkan kedua anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
c. Respon keluargaterhadap stressor :
untuk stressor jangka pendek : Tn. M selalu berusaha ada dan
meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama dengan
keluarganya
untuk jangka panjang : Tn. M dan Ny. P berusaha untuk
mencukupi kebutuhan biaya anaknya dengan bekerja keras
d. Strategikoping : Tn. M dan Ny. P bila ada permasalahan berusaha
menyelesaikannya dengan tetap tenang supaya tidak berkelanjutan
e. Strategi adaptasi disfungsi : keluarga tidak pernah menggunakan
kekerasan bila ada permasalahan kepada anak ataupun memberikan
ancaman-ancaman lainnya
6. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan .............................................
b. Petugas kesehatan yang ada.............................................

7. Pemeriksaan Fisik
Jenis
No Nama Anggota Keluarga
Pemeriksaan

Tn.M Ny.P An.S An. K

1. Kesadaran Composmenti Composme Composme Compos


s ntis ntis mentis
2. TTV:

a. TD 130/70 160/100 120/80 110/80

b. Suhu 36,0 36,2 36,6 36,5

c. Nadi 88 87 81 83

d. Pernafasan 20 20 19 21

3. BB dan TB 60/167 116/163 63/170 55/162

4. Kepala : Bersih Bersih Bersih Bersih


5. Mata : Tidak anemis Tidak Tidak
Tidak
anemis anemis
anemis
Tidak ada tidak ada Tidak ada Tidak
6. Leher : vena ada vena
vena vena
junggularis junggula
junggularis junggulars
rs
7. Telinga : Bersih Bersih Bersih Bersih
8. Mulut : Bersih Bersih Bersih Bersih
9. Hidung : Bersih Bersih Bersih Bersih
Paru-paru :
Inspeksi :
10. Palpasi : Normal Normal Normal
Normal
Perkusi :
Auskultasi :

11. Jantung : Normal Normal Normal Normal


Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :

Abdomen
Inspeksi
12. Auskultasi Normal Normal Normal Normal
Palpasi
Perkusi

13. Kulit dan kuku Bersih Bersih Bersih Bersih


14. Ekstremitas Normal Normal Normal Normal

A. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa data
Nama KK : Marwadi
Tgl Pengkajian: 28 Desember 2020

Data (sign & Masalah Nama


Hari/tgl Etiologi
sympton) (P) & ttd
DS: pasien Ketidakmampuan Nyeri akut
mengatakan tiba – mengenal masalah
tiba pusing dan kesehatan setiap
tidak tahu bahwa anggota keluarganya
dirinya menderita
hipertensi
DO: -
P : Nyeri terjadi
tekanan darah
tinggi
Q : Nyeri seperti
di tusuk – tusuk
R : Nyeri terjadi
di kepala
S : skala nyeri : 6
T : Nyeri terjadi
secara tiba - tiba
TD: 160/100
S: 36,2
N: 87
RR: 20
Ds : Klien Kompleksitas Manajeme
mengatakan tidak program n
tahu bagaimana perawatan/pengobata kesehatan
caranya n keluarga
mengatasi sakit tidak
kepalanya efektif
Do : - pasien
bertanya tentang
bagaimana cara
menangani
hipertensi
Td : 160/100
S :36,2
N : 87
RR : 20

2. Diagnosa keperawatan
Problem (P) adalah diagnosa atau P sesuai (NANDA) dengan Etiologi
(E)
1. Hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal
masalah kesehatan setiap anggota keluarganya
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit

Tiap-tiap dx di skor untuk memprioritaskan masalah


1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan setiap anggota keluarganya
N
Kriteria Skor Bobot Jumlah
o
1 Sifat masalah
Skala : 1 1/3 x 1 =
- Tidak/kurang sehat 3 0,3
- Ancaman 2
- Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masih dapat diubah :
- Mudah
- Sebagian 2 2 ½ x 2 =
- Tidak dapat 1 1
0
3 Potensi Mas. U/ dicengah
- Tinggi 3 1 2/3 x 1 =
- Cukup 2 0,6
- Rendah 1
4 Menonjolkan masalah
- Berat, segera 2 1 ½ x 1
- Ada masalah tapi tak perlu 1 =0,5
segera ditangani
- Masalah tak dirasakan 0

2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


dalam memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
N
Kriteria Skor Bobot Jumlah
o
1 Sifat masalah
Skala : 1 1/3 x 1 =
- Tidak/kurang sehat 3 0,3
- Ancaman 2
- Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masih dapat diubah :
- Mudah
- Sebagian 2 2 ½ x 2 =
- Tidak dapat 1 1
0
3 Potensi Mas. U/ dicengah
- Tinggi 3 1 3/3 x 1 =
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4 Menonjolkan masalah
- Berat, segera 2 1 ½ x 1
- Ada masalah tapi tak perlu 1 =0,5
segera ditangani
- Masalah tak dirasakan 0

Penentuan prioritas sesuai dengan skala : nilai jumlah skooring


diagnose yang dilakukan skooring mengikuti jumlah diagnose yang
muncul
Skor : 2,888

3. Skoring penentuan prioritas DX keperawatan keluarga:


No
Diagnose / problem Skor Pembenaran
Dx
Ibu menderita
penyakit hipertensi
namun keluarga
tidak mampu
Ketidakmampuan mengenali penyakit
mengenal masalah yang diderita
1 2,4
kesehatan setiap sehingga seharusnya
anggota keluarganya anggota keluarga
lebih aktif untuk
memeriksakan
anggota keluarganya
yang sakit
2 Ketidakmampuan 2,8 Anggota keluarga
keluarga dalam seharusnya lebih
memberikan perawatan aktif jika ada
bagi anggotanya yang kegiatan yang
sakit berhubungan dengan
kesehatan agar
ketika ada keluarga
yang sakit keluarga
dapat mengatasi
merawat dan
memahami penyakit
yang diderita oleh
anggota keluarga
lainnya.

4. prioritas dx keperawatan

Prioritas Dx Kep Skor


Ketidakmampuan keluarga
1. dalam memberikan perawatan 2,8
bagi anggotanya yang sakit
Ketidakmampuan mengenal
2. masalah kesehatan setiap 2,4
anggota keluarganya

B. Rencana asuhan keperawatan keluarga


Nama KK : Tn. Marwadi

N
o
Tujuan Kriteria Standar Intervensi
D
x

1 Setelah Pengetahuan Pengetahuan: Pemberian


dilakukan Sikap Individu/keluar Analgesik
tindakan Psikomotor ga dapat Observasi
kep (1x24 menyebutkan 1. Identifikasi
jam) penatalaksanaan karakteristik
diharapkan dari hipertensi nyeri
nyeri mulai 2. Identifikasi
berkurang Sikap: riwayat
individu/kig alergi obat
mampu 3. Identifikasi
memutuskan u/ kesesuaian
tindakanyang jenis
tepat untuk analgesik
hipertensi dengan
tingkat
psikomotor: keparahan
individu/keluar nyeri
ga 4. Monitor ttv
sebelum dan
memodifikasi sesudah
lingkungan dan pemberian
kebiasaan sehat analgesik
5. Monitor
efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan
jenis
analgesik
yang disukai
untuk
mencapai
analgesia
optimal, jika
perlu
2. Tetapkan
target
efektifitas
analgesik
untuk
mengoptimal
kan respons
pasien
3. Jelaskan efek
terapi dan
efek samping
obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
dosis dan
jenis
analgesik,
sesuai
indikasi

2 Setelah Pengetahuan Pengetahuan: Edukasi Kesehatan


dilakukan Sikap Individu/keluar Observasi
tindakan Psikomotor ga dapat 1. Identifikasi
kep (1x24 menyebutkan kesiapan dan
jam) penatalaksanaan kemampuan
diharapkan dari hipertensi menerima
nyeri mulai informasi
berkurang Sikap: 2. Identifikasi
individu/kig faktor –
mampu faktor yang
memutuskan u/ dapat
tindakanyang meningkatka
tepat untuk n dan
hipertensi menurunkan
motivasi
psikomotor: perilaku
individu/keluar hidup bersih
ga dan sehat
memodifikasi Terapeutik
lingkungan dan 1. Sediakan
kebiasaan sehat materi dan
media
pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan
untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan
faktor resiko
yang dapat
mempengaru
hi kesehatan
2. Ajarkan
perilaku
hidup bersih
dan sehat
3. Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatka
n perilaku
hidup bersih
dan sehat

C. Implementasi dan Evaluasi Implementasi

Tanggal dan Nama & ttd


No Dx Implementasi
Waktu Perawat
- Diskusikan
beberapa tindakan
yang tepat untuk
penatalaksanaan
hipertensi
- Jelaskan tindakan
yang tepat untuk
30-12-2020 1
penatalaksanaan
hipertensi
Mengajarkan/memberika
n promosi kesehatan
tentang tindakan
penatalaksanaan
hipertensi
Catatan: Rencana kegiatan pada askep keluarga yang berhubungan
dengan pendkes memerlukan SAP

D. Format Evaluasi Formatif

Tanggal dan No
Evaluasi Nama & ttd
Waktu Dx
1 S: klg mengatakan bahwa masih
kurang mengerti tentang
tindakan yang tepat untuk
penatalaksaan hipertensi

O: klg dapat menjawab pertanyaan


tentang tindakan yang tepat
untuk penatalaksaan hipertensi
belum bisa mempraktikkan
tindakan yang tepat untuk
penataksanaan hipertensi

A: implementasi yang dilaks.


Dengan metode ceramah belum
dimengerti oleh klg, perlu
metode lain seperti praktek
langsung

P: berikan pendidikan ulang,


dengan metode lain yaitu
dengan praktek langsung dan
contoh yang jelas

E. Format Evaluasi Sumatif

Tanggal dan No Nama


Evaluasi
waktu Dx & ttd
1 S: klg mengatakan bahwa masih kurang
mengerti tentang tindakan yang tepat
untuk penatalaksaan hipertensi

O: klg dapat menjawab pertanyaan


tentang tindakan yang tepat untuk
penataksaan hipertensi belum bisa
mempraktekkan tindakan yang tepat
untuk penatalaksaan hipertensi

A:masalah belum teratasi

P:lanjutkan intervensi, perlu bantuan


anggota keluarga yang peduli akan
kesehatan

Anda mungkin juga menyukai