Referat Parkinson
Referat Parkinson
“ PARKINSON ”
Pembimbing :
Disusun oleh :
2011730048
2015
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki
dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga. Pertama kali ditemukan oleh
seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini
merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan yang memiliki
karakteristik yang khas yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait
difficulty).
Penyakit Parkinson bisa menyerang laki-laki dan perempuan. Rata-rata usia mulai
terkena penyakit Parkinson adalah 61 tahun, tetapi bisa lebih awal pada usia 40 tahun atau
diperkirakan antara 500.000 sampai satu juta, dengan sekitar 50.000 ke 60.000 terdiagnosa
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
ekstrapiramidal yang merupakan bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai
oleh adanya degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta
(SNC) yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) (Kelompok
2013).
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65
tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia
dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada
usia 85 – 89 tahun.
sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-
400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai
dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18
hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri,
lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum
diketahui.
C. ETIOLOGI
a. Usia : meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun.
b. Rasial : Orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika .
D. KLASIFIKASI PARKINSON
2. Simptomatik (Sekunder)
E. PATOFISIOLOGI
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra
sebesar 40 – 50% yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik ( Lewy bodies).
Lewy bodies adalah inklusi sitoplasmik eosinofilik konsentrik dengan halo perifer dan
dense cores . Adanya Lewy bodies dengan neuron pigmen dari substansia nigra
adalah khas , akan tetapi tidak patognomonik untuk Penyakit Parkinson , karena
terdapat juga pada beberapa kasus parkinsonism atipikal. Untuk lebih memahami
patofisiologi yang terjadi perlu diketahui lebih dahulu tentang ganglia basalis dan
sistem ekstrapiramidal.
1. Ganglia Basalis
berada dibawah kendali sel piramid korteks motorik , langsung atau lewat
kelompok inti batang otak . Pengendalian langsung oleh korteks motorik lewat
3. Substansia Nigra ( SN )
GB dalam sirkuit motorik yang terjalin antara korteks motorik dengan inti medula
spinalis . Terdapat jalur saraf aferen yang berasal dari korteks motorik, korteks
premotor dan supplementary motor area menuju ke GB lewat Putamen. Dari putamen
diteruskan ke GPi ( Globus Palidus internus ) lewat jalur langsung ( direk ) dan tidak
langsung ( indirek ) melalui GPe ( Globus Palidus eksternus ) dan STN. Dari GPe
diteruskan menuju ke inti – inti talamus ( antara lain : VLO : Ventralis lateralis pars
Selanjutnya menuju ke korteks dari mana jalur tersebur berasal. Masukan dari GB ini
Kelompok inti yang tergabung didalam ganglia basalis berhubungan satu sama lain
neurotransmitter yang bermacam –macam . Namun ada dua kaidah yang perlu
ganglia basalis.
1. Satu unit fungsional yang dipersarafi oleh lebih dari satu sistem
balik satu komponen saraf melemahkan komponen yang lain ). Artinya yang
satu berperan sebagai eksitasi dan yang lain sebagai inhibisi terhadap fungsi
tersebut. Contoh klasik reciprocal inhibition adalah dalam fungsi saraf otonom
atau seimbang dengan saraf inhibisi . Bilamana oleh berbagai penyakit atau
kegiatannya berlebihan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan
kadar dopamin akibat kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 –
50% yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Lesi primer
pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung neuromelanin
di dalam batang otak, khususnya di substansia nigra pars kompakta, yang menjadi
terlihat pucat dengan mata telanjang. Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan
dan reseptor D2 (inhibitorik) yang berada di dendrit output neuron striatum. Output
striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars
retikularis lewat 2 jalur yaitu jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek berkaitan
dengan reseptor D2 . Maka bila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada
kelainan gerakan.
nigra pars kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak ada
muncul sampai lebih dari 50% sel saraf dopaminergik rusak dan dopamin berkurang
80%. Reseptor D1 yang eksitatorik tidak terangsang sehingga jalur direk dengan
tidak terangsang, sehingga jalur indirek dari putamen ke globus palidus segmen
eksterna yang GABAergik tidak ada yang menghambat sehingga fungsi inhibitorik
terhadap globus palidus segmen eksterna berlebihan. Fungsi inhibisi dari saraf
interna / substansia nigra pars retikularis melalui saraf glutaminergik yang eksitatorik
Keadaan ini diperhebat oleh lemahnya fungsi inhibitorik dari jalur langsung ,sehingga
dari talamus ke korteks lewat saraf glutamatergik akan menurun dan output korteks
Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik, yang
didapat dari anamnesis yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegalpegal atau
(parestesia) dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita
PERDOSSI, 2013)
1. Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada PP dan bermula pada satu
tangan kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama. Kemudian sisi yang lain juga
akan turut terkena. Kepala, bibir dan lidah sering tidak terlihat, kecuali pada stadium
lanjut. Frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan per detik dan terutama timbul
pada keadaan istirahat dan berkurang bila ekstremitas digerakan. Tremor akan
2. Rigiditas
Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya
terdeteksi pada gerakan pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan
lebih berat dan memberikan tahanan jika persendian digerakan secara pasif. Rigiditas
timbul sebagai reaksi terhadap regangan pada otot agonis dan antagonis. Salah satu
gejala dini akibat rigiditas ialah hilang gerak asosiatif lengan bila berjalan.
3. Bradikinesia
sulit. Ekspresi muka atau gerakan mimik wajah berkurang (muka topeng).
Gerakangerakan otomatis yang terjadi tanpa disadari waktu duduk juga menjadi
sangat kurang. Bicara menjadi lambat dan monoton dan volume suara berkurang
(hipofonia).
pada awal stadium PP gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita PP yang
disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil
impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan
jatuh.
5. Wajah Parkinson
muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang,
disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
6. Mikrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi
menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
7. Sikap Parkinson
Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala difleksikan ke
dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah
dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan
volume yang kecil dan khas pada PP. Pada beberapa kasus suara berkurang
9. Disfungsi otonom
intoleransi panas atau dingin). Disfungsi otonom ini mungkin terlihat sebagai gejala
dini PP namun lebih spesifik dikaitkan dengan stadium lanjut PP. Prevalensi
disfungsi otonom ini berkisar 14-18% . Patofisiologi disfungsi otonom pada PP
diakui akibat degenerasi dan disfungsi nukleus yang mengatur fungsi otonom,
seperti nukleus vagus dorsal, nukleus ambigus dan pusat medullary lainnya
seperti medulla ventrolateral, rostral medulla, medulla ventromedial dan nukleus rafe
kaudal.
ulang.Pasien Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan.
12. Demensia
disebut kompleks parkinsonism demensia. Demensia pada PP mungkin baru akan
fungsi kognitif dan gangguan fungsi eksekutif pada stadium awal. Gangguan
fungsi kognitif pada PP yang meliputi gangguan bahasa, fungsi visuospasial,
memori jangka panjang dan fungsi eksekutif ditemukan lebih berat dibandingkan
13. Depresi
Sekitar 40% penderita PP terdapat gejala depresi. Hal ini dapat terjadi
dikucilkan. Hal ini disebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara
anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita Parkinson terjadi
yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron asetilkolin
antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks
postural. Kriteria diagnosis yang dipakai di Indonesia adalah kriteria Hughes
(PERDOSSI, 2013) :
b. Tremor istirahat
c. Rigiditas
d. Bradikinesia
Definite : Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan
satu gejala lain yang tidak asimetris (tiga tanda kardinal), atau dua dari tiga tanda
penetapan berat ringannya penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis
o Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,
terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali
o Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk
H. DIAGNOSA BANDING
I. PENATALAKSANAAN PARKINSON
sama yaitu mengurangi gejala motorik dari PP. Sesuai dengan penyakit
degeneratif lainnya, obat akan terus digunakan seumur hidup. Hal ini
dan akan mempengaruhi kualitas hidup penderita PP (Hristova dkk, 2000;
Misbach, 2003).
progesifitas dari PP. Efek samping ini dapat berupa fluktuasi motorik, diskinesia dan
gangguanneuropsikiatrik. Gejala yang timbul pada tahap lanjut dan tidak berespon
postural, “freezing “, disfungsi otonom, dan demensia. Gejala yang timbul pada tahap
lanjut ini sering dijumpai pada penderita usia muda dan jarang didapatkan pada
penderita yang mulai mendapatkan terapi levodopa pada usia diatas 70 tahun. Pada
obat yang bekerja pada sistem kolinergik mempunyai efek terapi jangka
panjang berupa gangguan kognitif. Efek samping ini dapat berupa halusinasi
dan gangguan daya ingat. Sedangkan pada obat yang bekerja pada
insomnia, konfusi dan mimpi buruk (Jankovic, 2002; Misbach , 2003: Helme,
2006).
a. Pendidikan
menjadi maksimal.
b. Rehabilitasi
• Abnormalitas gerakan
• Gejala otonom
• Perubahan psikologik
• Peregangan
• Latihan koordinasi
2. Terapi okupasi
3. Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program
4. Psikoterapi
6. Orthotik Prosthetik
c. Diet
yang khusus , akan tetapi diet penderita ini yang diberikan dengan tujuan agar
untuk memakan makanan yang berimbang antara komposisi serat dan air
berkalori tinggi.
2. Pembedahan :
tidak lagi memberikan respon terhadap pengobatan / intractable , yaitu masih adanya
gejala dua dari gejala utama penyakit parkinson ( tremor , rigiditas , bradi/akinesia,
- Gangguan bicara
- Tremor
- Rigiditas
parkinson ini sampai sekarang belum jelas , namun perbaikan gejala penyakit
parkinson bisa mencapai 80% . Frekwensi rangsangan yang diberikan pada umumnya
lebih besar dari 130 Hz dengan lebar pulsa antara 60 – 90 s . Stimulasi ini dengan alat
4. Transplantasi
Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982 oleh
dopamin. Jaringan transplan ( graft ) lain yang pernah digunakan antara lain dari
atau progenitor cells , non neural cells ( biasanya fibroblast atau astrosytes ) , testis-
derived sertoli cells dan carotid body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi
menghambat proliferasi T cells sehingga masa idup graft jadi lebih panjang.
saat ini , diseluruh dunia ada 300 penderita penyakit parkinson memperoleh
J. PROGNOSIS
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa
perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas,
sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan
sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya lebih
rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat
lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang
Dengan treatment yang tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup produktif beberapa
PENUTUP
KESIMPULAN
secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan
yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu
belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya
M.Baehr and M. Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS ,Edisi ke-4. Jakarta :
EGC
Joao Massano and Kailash P. Bathia. 2012. Clinical Approach to Parkinson’s Disease :
Feature, Diagnosis, and Principle of Management.
John D. Gazewood. 2013. Parkinson Disease : An Update . America : America Family
Physician
Shobha S Rao .2006.Parkinson’s Disease : Diagnosis and Treatment America : America
Family Physician
Standar Pelayanan Medik. PERDOSSI
http://medicanieblog.com/penatalaksanaanparkinson/htm